Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA My Love Journey New Generation BY-Tio12tt

Mantap suhu karya baru lanjutan reza leva dono niken duh jadi terbayang ketika reza diculik winda dari rumahsakit dibawa ke puncak betul² drama banget, trims upadatenya kang broo @tt12oit sekalian titip lapak dimari lanjuut...
Wah makasih apresiasinya, cerita yang pertama bisa sukses tak terlepas dari suport,dukungan dan masukan dari suhu" di mari terutama dari patner ane kong D 805 KI semoga cerita yang baru ini lebih menarik dan menghibur:ampun:;)
 


Nama gue Zalfa, lengkapnya Zalfa Putri Sinta. Anak kesayangan Papah Boski dan Bunda Sinta. Lahir di Bandung, di rumah sakit bukan di dukun beranak. Zodiak Taurus hobi gue di bidang seni, ya apapun bisa gue lakuin dalam bidang seni contohnya melukis, menyanyi dan seni tari hitz kekinian yaitu joget tiktok, Haha bercanda. Selain hobi di bidang seni ada hobi lain yang gue tekunin dari zaman gue kelas dua SMA yaitu mencintai seseorang, seseorang yang engga tau apakah memiliki perasaan sama kayak gue atau tidak tapi yang jelas perasaan gue ga pernah berubah untuknya. Gue selalu menunggu momen indah bersamanya dalam suatu ikatan hubungan, walau sampai saat ini masih terjebak setatus pertemanan. hari-hari sudah kita lewati bersama, banyak momen yang ga akan gue lupain seperti berkeliling kota Bandung menaiki motor di saat kita masih berseragam putih abu-abu. Tapi gue percaya kelak akan mendapatkan hati jiwa dan raga lu, seterah kalian akan menganggap gue bucin atau wanita yang terlalu tergila-gila oleh seorang pria, karna bagi gue mencintai dia adalah sebuah Karya seni abstrak dalam hidup gue.

This Is my love jounery
🌺🌺🌺🌺🌺
 
Terakhir diubah:



~My Love Journey New Generation~


CHAPTER 1

Awal kisah, Penghianatan & Perasaan terpendam

Leon sedang sibuk saat ini, ia memasang rangkaian body motor yang sebelumnya ia perbaiki. Mukanya lusuh terdapat bekas noda oli di wajah dan bajunya membuat ia terlihat tampak kotor. Leon tersenyum tipis setelah motor yang diperbaikinya menyala "Ahh nyala juga." Leon berjalan pelan menuju pria si pemilik motor "Motor nya sudah normal Pak." Pria itu memastikan kembali melihat jeli kearah motor "Hemm, oke mantab." Seraya mengacungkan jempol "Jadi berapa nih biaya perbaikan motor nya?" Sambungnya bertanya "Oh langsung ke bagian kasir aja." Pria itu mengangguk dan berjalan menuju kasir. Leon membereskan peralatan bengkel yang berserakan namun tiba-tiba ia terkejut punggungnya di tepuk sambil terdengar suara teriakan dari arah belakang "Leon Andromeda!" Saat menoleh ia melihat wajah Zalfa yang tampak puas mengagetkannya "Ataga Zalfaaa!" Ujar Leon kesal "Haha, lagian serius banget AA nya. Gue dari setadi duduk di ujung situ loh merhatiin tapi lu engga nyadar." Ucap Zalfa mencubit pinggang Leon "Hemm iya kah?, gua ga lihat tuh. Wah jangan-jangan lu jelmaan mahluk halus yah." Zalfa mendekatkan wajahnya ke arah Leon "Mahluk halus oh tentu, lu ga lihat muka gue yang gelowing ini halus putih dengan body yang semelehoy, Hahaha." Candanya sambil melempar kedipan mata lalu di balas dengan tatapan tajam oleh Leon "Oh gelowing, nih rasain!" Dengan cepat Leon mengoleskan sisa noda oli di pipi Zalfa lalu ia berlari "Aaaaaa Leon." Teriak Zalfa mengusap pipinya lalu mengejar Leon, Koh Ahong pemilik bengkel tempat Leon bekerja hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah anak buahnya "Hayaa, lu orang awas jatoh banyak oli aaa kasih pala lu orang jatuh keluar darah." Leon langsung berhenti berlari lalu duduk di kursi kecil dan mengatur nafas "Baong nih Koh anak buahnya." Ucap Zalfa ikut duduk "Bawa minum ga lu Fa?" Zalfa yang kini sedang membersihkan pipinya dengan tisu basah merogoh tas lalu memberikan botol minum ke arah Leon, Zalfa memperlihatkan Leon yang sedang minum dengan muka yang tampak kotor oleh noda oli. Ia berinisiatif membersihkan wajah Leon "Utuu .. Utuu, kasihan mukanya kotor, sini-sini gue bersihin." Leon tidak menolak membiarkan wajahnya dibersihkan "Ngomong-ngomong udah ga pulang berapa hari lu Le, jorok lu ga ganti baju pasti." Leon menepuk jidat Zalfa "Enak aja, ganti lah walau nih baju seragam sama kaos minjem punyanya sih Jef." Zalfa merogoh tas mengeluarkan stelan baju dan celana jeans lalu diberikan nya kepada Leon "Lu kuliah atau mau kemping Fa, udah tas gede bawa baju dan celana jeans ada gitar ukulele lagi." Ucap Leon "Kuliah lah, gue kan anak seni coy Kadang ada praktek musik dan ini baju buat lu ganti. Hemm lu ga ada kerjaan lagi kan abis ini yuk ikut gue." Ajak Zalfa "Engga sih, sebentar lagi bengekel tutup emangnya mau ke mana?" Tanya Leon "Dah ikut aja, sekarang lu ganti baju dan sekalian bawa tas dan baju-baju kotor punya si Jef." Leon tampak sedikit berfikir namun ia berdiri dan berjalan masuk kearah dalam bengkel untuk menganti baju.
--00--
Niken duduk termenung menatap matahari yang mulai terbenam dari balkon rumah, ia merasa sedih dan kesepian. Kemewahan yang ia miliki tak ada artinya, kebahagiaan yang pernah ada perlahan sirna setelah mitski anak perempuan pertamanya sakit lalu meninggal. Hal itu menjadi pukulan telak bagi Niken, Doni dan Leon. Doni bejalan pelan menuju balkon rumah sambil membawa semangkuk bubur dan segelas air ia merasa hawatir Niken selalu tidak berselera makan akibat terlalu terbawa kesedihan, Doni menaruh mangkuk dan gelas di samping Niken lalu duduk dan memeluknya dengan erat. "Sayang, sudah jangan terlarut akan kesedihan. Semua ini sudah takdir, aku pun sedih entah kenapa keluarga kita jadi seperti ini. Tapi jangan sampai kita semakin terpuruk kalo kamu jadi sakit akibat kurang makan, sekarang kamu makan dulu sedikit yah." Niken memeluk Doni dengan erat "Pah,Leon" Doni melepaskan pelukan lalu menggelengkan kepalanya "Sudah Mah, jangan terlalu menghawatirkan anak itu jiwanya masih keras dan hatinya masih belum menerima keadaan mungkin perlu waktu untuk menjelaskan semua yang kita lakukan untuk mitski." Ucap Doni "Aku kangen Leon Pah, pengen banget aku kumpul lagi sama Leon kita makan bareng jalan jalan bareng, kalo ingat anak-anak kita masih pada kecil aku merasa hidup sudah sempurna." Ucap Niken sedikit meneteskan air mata "Leon sekarang di mana yah pah?" Doni mengusap air mata Niken "Leon menginap di tempat kerja sampingannya, bengkel darah Pasteur yaa menurut info orang suruhan papah anak itu pulang sekolah lalu ke bengekel dan ngumpul sama teman-temannya, tapi papah lagi usaha sih malam ini anak itu harus pulang." Ucap Doni "Gimana yah pah cara membuat anak itu betah di rumah, tapi aku ga mau pakai kekerasan, nada tinggi dan menunjukan ego kamu sebagai seorang ayah." Doni menghela nafas sejenak lalu mendekat kan wajah nya ke telinga Niken "Huftff, aku tau caranya mungkin ... "

--00--

Zalfa mengendarai motor dengan pelan menyusuri ruas jalan kota Bandung, suasana malam tampak ramai oleh wisatawan yang berlalu-lalang dan para pekerja pulang kantor. Saat ini mereka baru saja melewati jl.Braga awalnya Zalfa ingin mengajak Leon untuk menikmati malam hari di Braga namun Leon memiliki usul lain, ia mengarahkan Zalfa untuk menuju ke daerah taman Tegalega. "Kenapa engga di Braga aja Le?" Tanya Zalfa sambil menyetir "Terlalu ramai, dan gua pengen bisa duduk selonjoran aja sih kalo di Braga engga bisa, Hemm yang ada malah di sangka pengemis, Haha." Ucap Leon dengan bercanda "Kalo lu ngemis, gue sedekah kasih sayang aja." Gumam Zalfa dengan pelan.

Setelah lima belas menit mengendarai motor menerobos keramaian dan lampu merah akhirnya mereka sampai di taman Tega lega. "Lu harus cobain deh cuangki Mang Asep, enak banget rasanya kayak mau meninggoy." Ucap Leon sedikit ngebanyol "Mari kita coba." Saut Zalfa, setelah memarkirkan motor mereka berjalan menuju ketempat Mang Asep berdagang. Leon memilih tempat duduk yang letaknya tak jauh dari gerobak Mang Asep "Mang Asep, kadie!" teriak Leon memanggil lalu dengan sigap mang Asep menghampiri "Ihh AA Leon, tumben duduaan biasana ge sorangan ning. Eleuh eleuh geulis pisan, kabogohnya?" Zalfa mendemen "Ehemm Amin."

Leon merangkul leher Zalfa "Iye mah babaturan sim kuring, tapi tikahareupen mah waaulohualam." Mendengar perkataan Leon Zalfa tampak cemburut "Kade tong Bogohnya mang!" Ucap Leon "Aya-aya wae AA Leon mah. ciga biasa?" Tanya Mang Asep "Nya, anu hiji deui lobaan ladana soalna aya nu baeud mang." Ucap Leon sambil mencolek leher Zalfa. "Tong di denge mang, saeutik wae." Sanggah Zalfa, Mang Asep mengangguk pelan lalu pergi untuk membuatkan pesanan.

Leon dan Zalfa terdiam tampak mereka aga cangung, keduanya saling mencari pengalihan. Leon membuka Hoodie yang ia kenakan sedangkan Zalfa menaruh tas di dekat kakinya. Suasana kembali hening, Leon menatap ke arah sekeliling dan mencoba membuka topik obrolan. "Gua sengaja ngajak lu ke tempat ini karena dulu ini tempat sering gua dan kak mitski kunjungin ya walau lebih bagus sekarang tapi kenangannya ga berubah." Mendadak wajah Leon kini menjadi sedih "Gue paham apa yang lu rasa, kehilangan orang yang kita sayangi itu pasti berat dan menyakitkan tapi jangan sampai perasaan itu membebani lu, hingga orang yang sudah beristirahat dengan tenang menjadi sedih juga."

Zalfa memegang dada Leon lalu lanjut berbicara "Lu harus ikhlas dan berdamai sama keadaan agar lu bisa membuka lembar kebahagiaan baru dan sadar di sekeliling banyak yang care utamanya bokap nyokap lu." Ucap Zalfa menasehati, di sela-sela pembicaraan Mang Asep datang memberikan pesanan lalu pergi. "Gue yakin mereka juga sedih kehilangan Kaka lu, dan pastinya mereka engga mau kehilangan lu juga." Zalfa mengambil Cuangki lalu ia mendekatkan sedok ke bibir Leon "Udah ah sedih-sedihannya sekarang kita makan." Leon tersenyum membuka mulut membiarkan Zalfa menyuapinya lalu makan bersama sampai habis, setelah membayar mereka pergi mengelilingi area taman Tegalega sambil berbincang santai.

"Sekarang jangan galu-galauan, mending kita inget moment lucu saat celana lu robek pas dance di malam pentas seni." Zalfa menatap seperti meledek. "Ah sial kalo inget moment itu malu banget."

Aula sekolah SMA Kartika ramai di padati siswa siswi yang sedang menghadiri malam pentas seni yang rutin di adakan setiap tahun. Susunan acara sudah berlangsung seperti pertujukan bernyanyi, band, tari kedaerahan, penampilan paskibra, pameran hasil karya lukis dari beberapa peserta siswa dan kini saatnya masuk penampilan tim dancing women SMA Kartika. Musik dance mulai mengalun sorak sorai tepuk tangan penonton megema, lima orang siswi berjoget dengan enerjik menampilkan koreografi dance yang kompak. Salah satu penari dance itu adalah Zalfa bergerak di depan meminpin koreo dance, saat pertujukan selesai disertai tepuk tangan gemuruh Zalfa mengambil mic lalu berbicara menghadap kerumunan siswa siswi.

"Malam ini, gue pengen menantang battle dance kapten sekolah kita Leon Andromeda." Ucap Zalfa sambil tersenyum sinis melihat ke arah Leon yang berada di belakang kerumunan siswa siswi, semua orang bergemuruh dan menoleh ke arah Leon. "Siapa takut, Ladies." Leon menerima tantangan dan maju kearah panggung, kini mereka saling berhadapan dan menatap. Zalfa memberikan kode untuk memainkan music lalu ia memulai dance terlebih dahulu semua orang terkagum melihat penampilan dance Zalfa begitu pula Leon yang termyum sambil bertepuk tangan Zalfa memberikan kode ke Leon untuk memulai gerakannya dan dengan cepat ia membalas gerakan dance di depan Zalfa namun saat bloking terakhir dance menghadap kerumunan siswa 'KRREEKKKKKKK' celana bagian belakang pantat Leon robek hingga terlihat celana dalam dengan gambar karakter kartun one piece terlihat oleh semua orang. "Hahahaahha." Semua orang tertawa melihat kejadian itu begitu pun Zalfa yang memegangi perutnya karena geli, Leon langsung cepat berlari menuju belakang panggung.

"Mana dulu abis kejadian itu banyak yang foto, di cetak di manding sekolah lagi. Bocah pada kampret Hahaha." Zalfa iseng menepuk bokong Leon "Jangan-jangan lu sekarang pake celana dalam motif Doraemon lagi." Leon langsung menghindar "Hei main tabok aja, Hemm bukan Doraemon sih tapi gambar Barbie Haha." Zalfa mencubit pinggang Leon "Si Anjay malah Barbie."

Leon berbaring di sebuah bangku taman yang lebar, ia menatap langit malam kota Bandung yang terlihat cerah dihiasi bintang "Ah capek, ngantuk gua." Ucap Leon lalu Zalfa duduk di sebelah kepala Leon "Leon, gue mau lu malam ini pulang yah plise lu harus pikirin perasaan nyokap lu. Gue juga hawatir kalo lu engga pulang." Leon hanya terdiam seakan berat menuruti perkataan Zalfa namun saat ia melihat Zalfa menatapnya dengan serius ia mencoba menurunkan ego dan menerima ajakan Zalfa. "Yaudah oke, tapi gua masih mau di sini dulu dan lu temenin gua. yah." Zalfa tersenyum dan mengangguk pelan.

"Fa, nyanyiin gue dong pake ukulele lu." Pinta Leon Sambil memejamkan mata "Lu mau lagu apa?" Tanya Zalfa sambil mengeluarkan ukulele dari tasnya "Apa aja bebas, gua mau tidur sebentar sambil denger suara lu." Leon menyandarkan kepalanya di paha Zalfa. "Oke." Zalfa mulai memetik senar ukulele.


Aku tak bahagia🎶🎶
Ku tutupi dengan indah🎶🎶
Saat ku sedang sendiri🎶🎶
Ku menangis kencang tapi tak ada yang peduli🎶

Ku buat cerita🎶
Tentang wajahku yang kedua🎶
Kini ku sudah biasa🎶
Memakai topeng untuk tetap bahagia🎶
Di depanmu🎶

Aku tersenyum, ku di depanmu🎶
Tapi tak berarti aku bahagia🎶
Di sini aku hanyalah badutmu🎶

Aku berharap kau melihatku🎶
Dan mulai bicara pada diriku🎶
Tetapi ku sadar siapa aku🎶

Semua berfikir🎶
Aku selalu bahagia🎶
Di luar aku bahagia🎶
Tapi di dalam sungguh aku tersiksa🎶
Itu kenyataannya🎶

Aku tersenyum, ku di depanmu🎶
Tapi tak berarti aku bahagia🎶
Di sini aku hanyalah badutmu🎶
Aku berharap kau melihatku🎶
Dan mulai bicara pada diriku🎶
Tetapi ku sadar🎶
Siapa aku?🎶


Zalfa sangat menghayati setiap bait-bait nada yang ia nyanyikan seolah mewakili perasaan hati yang ia rasakan, Leon terlelap seiring senandung nada yang ia dengar. Setelah memainkan satu buah lagu Zalfa menatap wajah Leon yang tertidur lalu ia bersenandung kembali.


Jangan pergi dari diriku🎶
Tak sanggup harus hidup tanpamu🎶
Karna jauh lebih indah🎶
Bila kita bersama🎶
Seperti yang terjadi kemarin🎶

Kini harus aku lewati🎶
Langkah demi langkah yg menyepi🎶
Membalut luka lagi🎶
Yang kutahan hingga kini🎶
Habis sudah nafasku🎶
Menyebutmu namamu, ho-oh🎶

Takkan hilang cintaku padamu🎶
Takkan hilang walau kau memilih pergi🎶
Takkan hilang🎶
Sampai di ujung waktuku🎶
Mencintamu🎶

Tak terganti🎶
Takkan hilang cintaku padamu🎶
Padamu, wo-oh-oh-oh-ho, ho-oh🎶

Takkan hilang cintaku padamu🎶
Takkan hilang walau kau memilih pergi🎶
Takkan hilang🎶
Mencintamu.🎶

Zalfa terdiam menahan rasa sedih, terbawa oleh perasaan nya yang bergejolak. Zalfa menatap ke arah langit lalu menatap wajah Leon hingga sekitar lima belas menit ia seperti itu sampai kembali memainkan ukulelenya.

Kita jalan berdua🎶
Bergandengan tangan🎶
Tapi tak jadian🎶

Kita nonton berduaan🎶
Dan makan malam🎶
Tetep tak jadian🎶

Ini nasib🎶
Yang mengenaskan🎶
Harus terjadi lagi🎶
Bukan mau su'udzon🎶
Tapi orang bilang itu friendzone🎶

Malam telfon telfonan🎶
Hingga pagi datang🎶
Tetep tak jadian🎶
Sudah banyak perhatian🎶
Juga kesempatan🎶
Masih tak jadian🎶

Tidakkah cukup yang engkau lihat🎶
Pertemanan ini sungguh berat🎶
Tidakkah indah bila kita bersama🎶
Tapi tidak di mimpi saja🎶

Tidakkah cukup yang engkau lihat🎶
Pertemanan ini sungguh berat🎶
Tidakkah indah bila kita bersama🎶
Tapi tidak di mimpi saja🎶
Pinginnya yang beneran aja🎶

Ini nasib🎶
Yang mengenaskan🎶
Harus terjadi lagi🎶
Bukan mau su'udzon🎶
Tapi orang bilang itu friendzone🎶

Air mata tampak mentes membasahi pipi menyadari hal itu ia segera menghapusnya lalu memandang wajah Leon yang tertidur, diusap lembut perlahan Zalfa mendekatkan wajahnya untuk mencium bibir Leon. Saat jarak bibir mereka sudah setengah senti tiba-tiba terdengar suara Bapak-bapak yang ternyata seorang Polisi patroli malam menegur dari arah belakang. "Ehemm permisi." Zalfa sangat terkejut jantung nya seketika berdetak kencang dan langsung berdiri kikuk berhadapan dengan polisi patroli.

"Mohon maaf menganggu Teteh, saya dari polisi patroli malam polres Bandung menghimbau alangkah baiknya untuk segera pulang kerumah untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti aksi tauran geng motor atau pemalakan apalagi teteh nya berduaan lebih baik pulang kerumahnya masing-masing." Himbau polisi kepada Zalfa yang di balas anggukan kecil, Zalfa langsung berusaha membangunkan Leon walau sedikit susah pada akhirnya Leon bangun juga. Leon tampak bingung di depannya ada polisi patroli, dengan nyawanya yang masih belum terkumpul Zalfa langsung menarik tangan Leon menuju pintu keluar taman. "Perasaan cuman tidur deh ga aneh-aneh, kok di gerebek Polisi." Ucap Leon yang masih tampak bingung. "Lu kira apa kali digerebek, engga itu cuman di suruh bubar aja. Dah kita pulang." Ucap Zalfa, Leon mengikuti dibelakangnya dengan langkah gontai sampai parkiran motor.

"Fa, lu yang nyetir yah ngantuk gue kecapekan banget." Zalfa mengangguk sambil menaiki motor dan menyuruh Leon naik, setelah naik Leon memeluk Zalfa dari belakang melingkar kan tangannya ke perut. "Lu pelan-pelan yah bawa motornya gua mau lanjutin tidur sebentar." Zalfa yang di peluk seperti ini sangat grogi jantungnnya berdebar kencang, Zalfa berusaha mengendalikan diri lalu perlahan ia mulai memacu motor dan meninggalkan area taman Tegalega pulang menuju ke rumah Leon. Sepanjang perjalanan Zalfa seperti gelisah salah tingkah, pipinya memerah dan terlintas kembali ingatan saat ia akan mencium bibir Leon.

Perasaan Zalfa campur aduk sampai ia harus memfokuskan diri pada jalan raya agar tidak terjadi kecelakaan, entah kenapa ia mengeluarkan perasaan yang ada di hatinya secara spontan. "Gue tuh sayang sama lu Leon, dari dulu gue berusaha untuk menunjukkan perasaan gue ini lu tuh ga pernah peka atau lu emang berpura-pura, gue ga tau isi hati lu, jangan berlindung di balik kata pertemanan karna terkadang dari situ lahirnya perasaan, terkadang gue ingin frontal tapi gengsi untuk memulai duluan dan apakah lu akan menjauh dari gue atau emang gue ga pernah ada di hati lu?"
Setelah berbicara seperti itu seketika ia merasa melakukan kesalahan "Upss...Aarghh, sial ngapain gue ngoceh gitu."

Zalfa menghentikan motornya dan berusaha menoleh ke arah belakang memastikan Leon tertidur atau tidak. Suara dengkuran kecil terdengar dan Leon masih tertidur dengan menyenderkan mukanya di punggung Zalfa. "Huft, untungnya masih tidur. Kebo juga nih anak untung ngga nyungsep ke samping." Zalfa kembali menjalankan motornya dan membiarkan Leon memeluknya sepanjang perjalanan pulang.


Setelah mengendarai motor selama dua puluh lima menit dengan pelan dan hati-hati mereka sampai di daerah pertokoan Cibaduyut, tak lama lagi mereka akan sampai di kediaman rumah Leon setelah melewati berapa belokan. "Le, bangun sudah mau sampai." Ucap Zalfa berusaha membangunkan Leon dengan mengguncangkan tangannya. Leon mulai tersadar dan mengusap matanya sambil menguap "Udah mau sampai aja." Leon mengusap muka "Sampe lah, kecuali rumah lu di Korea Utara yang pak RT nya Kim Jong un baru tuh masih lama sampainya." Ucap Zalfa sedikit becanda.

"Teteh nya ngebanyol wae." Leon mecolek pipi Zalfa. "Dah sampe nih." Ucap Zalfa menghentikan motornya persis di depan rumah Leon yang tampak cukup besar dan berjejer beberapa mobil mewah. "Ahh aslinya gua males balik enak di luar bebas." Leon menyandarkan wajah nya kepungung Zalfa. Mendengar ucapan Leon Zalfa memaksa Leon turun dari motor lalu mencubit perutnya "Dah jangan nakal, kesian nyokap lu dan lu juga harus ganti baju jangan pinjem baju temen lu terus dan banyak belajar lalu istirahat." Leon mengusap perutnya "kaum hawa gitu yak dikit-dikit cubit atau engga nabok, Hemm iya deh."

Dari dalam jendela rumah terlihat ada dua orang mengintip melihat Leon dan Zalfa yang akan berpisah "Lu hati-hati yah pulangnya selalu waspada sudah malam rawan geng motor dan begal." ucap Leon "Tenang aja, siapa yang berani begal dan geng motor se kota Bandung ini tau gue anak nya siapa." Zalfa sedikit PD dan sombong "Anaknya engkong Boski, haha." Ledek Leon "Wah gue laporin Papih nih." Ancam Zalfa "Ehh iya-iya bercanda." ucap Leon sedikit takut "Dah gua masuk yak." Ucap Leon sambil melambaikan tangan "Yee bayar dulu udah di anterin balik juga." Zalfa mengulurkan tangan "Oh mau di bayar nih gue bayar pake ini aja." Leon mendekat lalu memeluk sontak membuat Zalfa terkejut "Ehhh?" "Dah gua masuk dulu yak." Leon melambaikan tangan sambil membuka pintu gerbang lalu melangkah masuk, Zalfa membalas lambaian tangan sambil tersenyum saat Leon sudah masuk ia menyalakan mesin motor lalu pulang ke rumah.

Leon berjalan menuju kamar yang berada di lantai dua sambil mengusap mukanya karna merasa sangat ngantuk, ia melewati ruang tamu dan tidak menghiraukan Doni dan Niken yang duduk memperhatikannya. Doni tampak geram melihat sikap anaknya "Kamu tuh masih menghargai Papah Mamah ga sih!" Leon hanya menoleh sebentar sambil berjalan menaiki anak tangga "Aku capek mau tidur ga mau debat." niken mengusap pundak Doni agar tenang dan doni hanya bisa melotot melihat Leon yang sudah masuk ke dalam kamarnya. "Sudah pah, setidaknya Leon sudah pulang." Ucap Niken, Doni hanya menghela nafas lalu bersandar di sofa sambil melihat sebuah bingkai foto keluarga berukuran besar menempel di dinding.

Leon menghempas kan dirinya ke kasur tampa menganti baju ataupun melepaskan sepatu dan tasnya terlebih dahulu, ia sempat memejamkan mata namun seketika membuka mata kembali ketika teringat sebuah plester luka, sebuah catatan dan burung origami yang berada di dalam tas, Leon bangkit dan mengeluarkan ketiga benda misterius tersebut. "Jadi penasaran gua, ini dari siapa yah, hemm apa iya Zafa?" Leon memperhatikan burung origami, ia bangkit dan menaruh burung origami di meja belajarnya lalu ia menempelkan catatan dan plester bekas luka di cork board bersebelahan dengan foto dirinya bersama Zalfa, Leon menatap bingung dengan kedua tangannya disilangkan di dada.

--00--

"Ren, kamu jahat."

Leza duduk ditepi kolam renang dibawah sorot cahaya rembulan malam, ia termenung dengan raut wajah sedih. Pikirannya berkecamuk saat teringat bayangan kejadian satu bulan yang lalu ia melihat Ren yuma kekasihnya makan malam bersama wanita lain di sebuah restoran yang berada si setasiun kyoto jepang. Hal ini sangat menguncang dirinya, kepercayaan yang sudah Leza berikan di khianati.


"Yah, kamu ga bisa ketemu sekarang hemm padahal aku kangen loh, yaudah next time yah, oke bye beby." (End call). "Gimana? Ren ga bisa datang." Tanya salah satu teman Leza bernama mitsuko, Leza mengeleng "Sayang sekali Gagal dong acara dobel date kita." Ucap mitsuko "Tidak apa-apa mungkin dia sibuk lain kali saja dobel datenya." Ucap kenji pacar mitsuko. "Sudah jangan sedih kita lihat festival okera sai saja." Ucap mitsuko "Ide bagus." Timpal kenji
Leza sangat tidak bersemangat, ia tersenyum terpaksa sambil menggeleng "Kalian saja, aku mau pulang ke apartemen." Leza berdiri sambil memgang tas "Hem, tidak asik Leza pulang." Ucap mitsuko. "Mau kami antar ke stasiunnya?" Tanya kenji. "Tidak apa-apa, aku bisa sendiri kalian ke festival saja. Aku pamit ya." Ucap Leza membungkukkan badan. "Hati-hati." Ucap Mitsuko dan Kenji bersamaan. Leza berjalan menuju stasiun melewati kerumunan orang.

Butuh dua puluh lima menit Leza berjalan kaki hingga kini ia sampai di setasiun kyoto, setelah memesan tiket di sebuah mesin ia langsung menuju peron keberangkatan kereta. Saat ia berjalan pendangannya teralihkan ke sebuah restoran yang berada di dalam setasiun, Leza seketika terdiam mematung jantungnya berdetak sangat kencang dada nya terasa sesak dan tak sadar ia mengepalkan kedua tangannya. Leza memastikan kembali ke arah restoran dan mulai mendekat, di luar jendela ia melihat Ren yuma kekasih nya kini sedang makan bersama wanita yang ia tidak kenal. Mereka terlihat bercanda gurau sambil Ren memainkan rambut wanita di depannya, amarah Leza sangat memuncak ia masuk kedalam restoran menuju meja Ren tempati.

BYUURRRR!!

Leza menyiram Ren dengan minuman yang berada di meja, sontak Ren terkejut begitu juga wanita yang ada di hadapanya. "Apa-apaan ini!!" Ren membentak namun saat ia menoleh ke arah Leza sontak ekspresi wajahnya langsung berubah "Leza." Ucap Ren dengan wajah panik "Oh jadi seperti ini kesibukkan kamu." Leza menatap tajam kearah Ren "Begini Lezaa akuuu.." Leza memotong omongan Ren "Sudah, aku sudah cukup tau alasan kamu berubah beberapa bulan ini." Ren berdiri berusaha memgang tangan Leza yang sontak Leza tepis "Stop, you bullshitt Ren bulllshit!" Leza membalikan badan dan akan beranjak pergi Ren kembali meraih tangan Leza "Lepasin! puas-puasin aja sana selingkuh." Leza berjalan meningalkan restoran Ren akan mengejar namun di tahan oleh wanita yang bersamanya.


Leza berlari menuju peron kereta kedatangan, air mata menetes membasahi kedua pipinya dan tak lama kerta pun datang Leza langsung naik. Leza menagis di dalam kereta sambil berdiri menatap keluar jendela, saat kereta mulai berjalan kembali Ren terlihat mengejar sambil berteriak "Leza!" Leza mulai menjauh meninggalkan Ren.

Leza mebuka sebuah buku kecil lalu ia menulis, beberapa tetes air mata mengenai lebaran kertas.
Aku seperti berlari diatas gurun yang gersang. Panas dahaga terasa sangat menyerang, mencari jalan untuk pulang namun tersesatkan oleh duka dan kemalangan. Dikejar penghianatan diabaikan oleh kebahagiaan, kata-kata manis hanya asap bagiku tidak bisa dipegang memuai tak bersisa. Jika dari awal kau mencari mentari kenapa engkau mengambil aku sang rembulan, jika ingin mendapatkan keduanya aku akan mundur. Saat sikap sudah diambil jangan berharap ku menoleh, karna kau simbol gundah gelisah air mata dan lara. Perasaan ku sudah hilang hampa tak bertepi, aku pergi dari gurun ini menuju lembah yang alami.


Saat Leza menulis, handphone di saku celananya berdering. Ren yuma, nama yang terlihat di layar menghubunginya. Leza menghela nafas dan sontak ia membanting handphone ke arah pintu hingga membuat layar sedikit pecah, Leza menutup keuda matanya seakan ia berharap semua ini tidak pernah terjadi. Suara bantingan handphone membuat Mamah Leva yang berada di ruang bersantai terkejut, ia refleks mendekati Leza dengan terburu-buru. "Sayang." Leva memeluk anaknya merasa paham kondisi anaknya saat ini "Mamah tau pasti Ren udah nyakitin kamu, dari kamu yang tiba-tiba pulang ke Indonesia pasti ada masalah, Mamah sih sudah menduga dia bukan pria baik-baik dan ya ambil hikmahnya lebih baik sakit sekarang dari pada kamu di sakiti saat dia sudah menjadi suamimu." Leva memberikan pelukan hangat kepada Leza membiarkan anaknya menangis. "Cinta itu terkadang menyakitkan, tapi jika diikhlaskan akan berbuah manis pada ujungnya, kamu sekarang sedang mengalami seleksi alam, yang buruk akan terhempas yang baik kelak akan terbit kamu akan menatapnya indah seperti pelangi setelah hujan." Leva menatap wajah Leza "Dia jahat Mah." ucap Leza "Ssutt, sudah jangan buang energy kamu untung orang yang tidak penting." Leva menggenggam tangan ananknya lalu menaruhnya di dada. "Buang rasa sakit, berikan ruang kosong untuk seseorang yang tulus mencintai kamu kelak. Perjalanan cinta kamu masih panjang, seperti Mamah mu dulu memperjuangkan cinta Mamah ke Papah." Leva menghapus air mata yang membasahi pipi Leza.

"Sekarang kamu tidak usah kuliah di Jepang lagi yah, Mamah akan pindahkan kamu kuliah di sini. Selain Mamah khawatir kamu sendirian di sana kalau kamu kuliah di Indonesia Mamah, Papah dan Leza bisa punya banyak waktu bersama." Leva mengelus rambut anaknya. "Iya mah, dan Leza mungkin akan lebih tenang di sini." Leza memeluk Leva sambil berkata "I love u mom." Dibalas senyuman oleh Leva "To, anak kesayangan Mamah." Leva mencubit pipi Leza. "Hemm, saran Mamah sih biar kamu tidak terlalu banyak fikiran kamu harus cari kesibukan deh sebelum kamu benar-benar pindah kuliah di sini." Leza menoleh "Benar juga sih mah, paling aku boleh tidak jadi guru privat ya buat anak sma atau sd, Mamah kan tau nilai ku selalu tinggi bisa lah aku berbagi ilmu ke orang lain." Ucap Leza yang dibalas dua jempol oleh Leva "Kegiatan positif, mamah akan selalu mendukung kamu." Leva membantu anaknya berdiri dan mengajak nya masuk "Kamu ambil handphone kamu, lalu kita ke dapur Mamah mau ajarin kamu buat kue kesukaan Papah." Leza mengangguk mengambil handphone nya kembali lalu masuk.

--00--
Jam sudah menunjukan pukul sebelas malam, Zalfa baru sampai di rumah setelah seharian ia berkativitas di luar dari pagi hari kuliah hingga jalan bersama Leon. Wajah Zalfa sangat lelah, ia melangkah masuk dan melewati ruangan berisi alat-alat fitnes yang biasa Papih Boski gunakan untuk latihan. Suara alunan musik berjudul Remember the name menggema kencang dari arah ruangan latihan dan samar-samar terdengar suara Boski sedang berusaha mengangkat alat fitnes yang terasa berat. Zalfa menoleh memeriksa ruangan, timbul ide untuk menjahili Boski, dengan jalan mengendap-endap mengejutkan Papihnya.

"Papihhh." Triak Zalfa membuat Boski terkejut, reflkes Boski membuang barbel yang akan ia angkat ke arah depan "Astaga, Zalfa putri sinta kamu buat Papih kaget aja!" Boski mengomel kepada Zalfa. "Haha, abis papih serius amat sih pas mau angkat barbel Zalfa lihat muka Papih kayak mau ngeden pup Haha." Goda Zalfa lalu ia di jewer pelan oleh Boski "Nakal yah ngeledek orang tua, itu gimana tugas udah beres belum pangeran udah pulang ke kastilnya?." Zalfa memberi hormat "Siap komandan, tugas selesai tampa kendala pangeran sudah pulang kekastilnya." Boski memberi jempol "Bagus." Di sela-sela mereka berbincang Sinta tiba-tiba datang membawa handuk dan menaruhnya ke kepala Zlafa "Sekarang tuan putrinya mandi, bau hasem seharian aprak-aprakan di luar." Ucap Sinta "Abis Zalfa mandi, mandiin aku yak Mah aku juga bau nih keringetan." Boski meledek sambil memamerkan ototnya, Zalfa menutup telinga dan langsung pergi dengan handuk menempel di kepala "Aku tidak mau mendengar perbincangan ini." Ucap Zalfa "Ihhh, aki-aki tidak tau malu di depan anak masih ganjen." Ucap Sinta yang di balas tertawaan oleh Boski "Haha."

Di meja makan, Kelara kaka dari Zalfa tampak selesai memasak mie instan lalu ia menaruh mangkuk mie di meja dan kembali ke dapur untuk mengambil garpu dan mematikan kompor. Saat Kelara di dapur Zalfa mencium aroma mie instan yang sangat menggoda dan kebetulan ia merasa lapar, sambil senyum jail ia duduk dan memakan mie tersebut dengan menjepit kedua jari telunjuk dan jempol "Aduh rezeki engga kemana." Zalfa memakan mie dengan lahap. "Aaaa, mie guee." Klara memegang kepalanya sambil meringis melihat mie yang telah ia buat di makan oleh Zalfa "Bikin sendiri napa, gerecokin gue mau makan, mana jorok makan pake tangan huss sana!" Protes Kelara sambil mendorong "Yee, siapa yang gerecokin aroma mienya aja yang menggoda gue, salahin mienya." Ucap Zalfa. "Udah gue mau makan, sana minta buatin mie sama pangeran lu AA Leon terus kalian suap-suapan." Kelara merebut mangkuk dari Zalfa. "Ih, ngapain bawa-bawa Leon, sirik aja makanya cari pacar." Ledek Zalfa "Heloo, tuan putri siapa yang sirik yah posesif amat sih AA Leon nya ga boleh di sebut, mending buruan lu tembak gih dari pada pangerannya ke buru di ambil sama putri kerajaan lain." Klara meledek menjulurkan lidah "Ihhh, apaan sih kaka." Protes Zalfa, Sinta masuk ke dalam ruangan langsung melerai Zalfa dan Kelara. "Nih anak di suruh mandi malah debat sama kakanya." Ucap Sinta "Itu kaka nyebelin." Protes Zalfa "Udah mandi sana." Ucap Sinta mendorong Zalfa, Klara hanya tertawa kecil melihat tingkah adiknya.

--00--

Leon sudah tertidur pulas di ranjangnya, ia sudah mengganti pakaian dan kini meringkuk di dalam selimut. Di ruangan lain Niken tampak keluar dari kamar meninggalkan Doni yang sudah tertidur, ia melangkah menuju kamar Leon. Niken merasa tidak bisa tidur ia selalu terbayang-bayang saat mitski kaka dari Leon masih hidup dan mereka masih menjadi keluarga harmonis, selain itu Niken sangat merindukan Leon.

Setelah memasuki kamar Leon yang tidak dikunci, Niken memperhatikan ruangan kamar anaknya masih tampak beberapa deretan foto kebersamaan mereka dulu menempel di kamar Leon. Tidak terasa Niken menangis, ia berjalan dan berbaring di samping Leon. "Kita harus ikhlas Leon, Mamah juga sangat kehilangan, kini tinggal kamu harta yang paling berharga buat Mamah dan tidak mau kehilangan lagi." Ucap Niken mengelus rambut Leon "Dulu kamu dan
mitski pasti minta temenin Mamah saat mau tidur, kalian selalu berebut minta peluk Mamah sampai kalian tidur. Dan kamu Leon pasti minta Mamah bersenandung." Ucap Niken lalu ia bernyanyi pelan sambil mengusap kepala Leon.

Apa yang kuberikan untuk mama🎶
Untuk mama tersayang🎶
Tak kumiliki sesuatu berharga🎶
Untuk mama tercinta🎶

Hanya ini kunyanyikan🎶
Senandung dari hatiku untuk mama🎶
Hanya sebuah lagu sederhana🎶
Lagu cintaku untuk mama🎶

Walau tak dapat selalu ku ungkapkan🎶
Kata cintaku 'tuk mama🎶
Namun dengarlah hatiku berkata🎶
Sungguh kusayang padamu mama🎶



Bersambung Chapter 2.......
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd