Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG My 1st Anal, 3S & DP Experience at the Same Time | True Story (update terbaru: page 23)

User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Ini yang namanya kucing di kasih ikan asin.
D lemari aja di congkel2 apalagi d sajiin pake piring.
Sofia sofia.... ckck..
 
Kenapa ya gue padahal bahasa Inggris kaga paham2 amat tapi baca cerita ini yg notabene banyak percakapan bahasa Inggris tapi gue ngerti,,
Apakah ini yang dinamakan bahasa "cabul"? Wkwkwk
 
akhirnya update juga, agak delay nih.. biasanya rajin update tiap hari, sibuk rupanya mas bro ?
mantap bro.. ceritanya makin bikin penasaran... haha
 
Semakin menarik untuk disimak..sempurna baik visual maupun kisahnya, berasa masuk dlm kejadian..berkelas bgt hu
 
Owalaah ini om suhu yg bininya milf kmrn itu ya, sungkem sek ah......

mon maap ijin saran om, indexingnya cantumin di depan aja om, biar enak klik nya, hehehehe
 
Terima kasih yang sudah setia menunggu. Maaf slow update. Lagi padat banget kerjaan kantor.

Here we go!
UNEXPECTED DINNER

Selama Mamanya Sofia dirawat 3 hari setelah operasi usus buntu, aku sempat menjenguk beliau sekali di rumah sakit. Mamanya berterima kasih atas semua bantuanku, Beliau sempat mengira kami berpacaran, waktu melihat kami berdua.
“Are you both…?” beliau memandangi aku dan Sofia sambil tersenyum penuh arti.
“No Mom,” jawab Sofia buru-buru, “he’s taken, no more available!” kata Sofia sambil menyenggol lenganku dengan sikutnya. Aku tertawa aja.
“Look at this!”
Sofia mengambil tanganku, ditunjukkan ke Mamanya, “he’s engaged to a beautiful lady.”

Mamanya senyum-senyum saja melihat kami. “Tante beneran mengucapkan terima kasih banyak sekali lagi ya Iwan. Ga kebayang apa yang terjadi kalo waktu itu Iwan ga datang.”
“Yes, you’re very kind to us. Thank you so much,” kata Sofia sambil memelukku. Aku membalas pelukan Sofia dengan sopan. Selanjutnya kami bertiga ngobrol tentang banyak hal. Tentang bagaimana Mamanya Sofia yang asli Minang bertemu dengan calon suaminya di Italia, masa kecil Sofia di London, dan banyak lagi. Selama ngobrol, Mamanya Sofia suka melihat ke kami berdua bergantian sambil senyum-senyum. Entah apa arti senyumnya.

Setelah hari ke-3 beliau sudah diijinkan pulang. Aku tidak ikut menjemput karena ada meeting di luar kantor. Kata Sofia menurut dokter Mamanya butuh 3-4 minggu untuk pemulihan. Setelah itu semuanya berjalan biasa-biasa saja. Aku masih suka ngobrol sebentar dengan Sofia di pantry meski ga setiap hari. Sofia juga kadang mampir ke ruanganku sebentar sekedar menyapa. Hubungan kami tetap profesional sebagai rekan kerja.

======================================

Kira-kira 3 minggu kemudian, Sofia mampir ke ruangan seperti biasa. Dia mengambil kursi dan duduk di sebelahku. Aku memutar ke kiri berhadap-hadapan.
“I hope you’re free tonight.” katanya

“Why? You’re gonna ask me for a date or what?” jawabku bercanda.
“My Mom invites you for dinner.”
“Hah? Dating with your Mom?” candaku lagi dibalas cubit di pahaku.
“She cooks a special menu for tonight. It’s Minang taste. I’m sure you’ll like it.”
“ Wow, I feel so honored. What’s so special today? Is it your Mom’s birthday?”
“It’s a special thanks from us. Sorry for the delay due to her recovery.”
“Well, you don’t need to do this. Like I said: that’s what friends are for.”
“That’s why we want to invite a very good friend of our family for dinner,” kata Sofia lagi sambil tersenyum.
“So… see you tonight at our apartment.” dia menepuk pahaku sambil pergi.
“Hey! I haven’t said yes. Why are you so sure that I’m free tonight?”
“I know you are,” kata Sofia sambil ngedipin mata di depan pintu lalu ngeloyor pergi diikuti pandangan kaum lelaki dari kubikel mereka.

Kedekatan Sofia denganku memang membuat teman-teman iri. Makanya aku benar-benar menjaga supaya hubungan kami tetap profesional dan jangan sampai ada kabar miring tentang kami di kantor. Panji suka komentar, “setelah lu punya ruangan sendiri kayaknya Sofia jadi suka mampir nih.”
“Ah engga juga,” sanggahku, “dari dulu juga suka mampir ke kubikel kan?”
“Iya juga ya,” kata Panji, “apa sih rahasianya Bro, kok Sofia suka deket sama lu?”
“Lu musti pake kacamata item apa pake helm sekalian Nji. Mata lu itu cabul. Keliatan tauk.”
“Anjrit! Keliatan emangnya?”
“Iya laaah, keliatan banget. Makanya santai aja, jangan napsuan.”
“Nah itu masalahnya. Ortu gw salah kasih nama sih, Panji Asmoro Bangun.”
“Emang kenapa dengan nama lo?”
“Panji itu senjata pusaka. Asmoro lu tau lah ya. Jadi kalo gw ngeliat hal-hal yang membangkitkan asmara, senjata gw gampang terbangun..wkwkwk.”
“Ah kont*l lu hahaha,” aku lempar botol plastik kosong ke kemaluannya.

=======================================

(DINNER TIME)

“It’s a very satisfying dinner Tante. Luar biasa… jago banget Tante masaknya.”
“Syukurlah kalo Iwan suka. Udah lama Tante ga masak seheboh ini hehe..”
“Kalo Sofia, jago masak juga kayak Tante?”
“Don’t you dare compare me with my Mom!” serobot Sofia sambil nyubit lenganku.
“Adududuuh… kok nyubit sih,” aku meringis, “I’m just asking…”
Mamanya Sofia ketawa-ketawa aja lihat kami berdua.
“Kalian itu keliatannya cocok lho sebetulnya… sayang Iwan udah…”
“Mom, please jangan macem-macem deh…” potong Sofia.
“Hey, I just knew you speak Bahasa.”
“Ya iya lah Iwan. Surely I can. My Mom is Indonesian, what do you think?”
“Iya juga ya. Cuma berasa aneh aja selama ini belum pernah denger Sofia ngomong bahasa Indonesia.”

Setelah dinner selesai, aku membantu Mamanya membereskan meja makan, cuci piring dan lain-lain. Setelah itu Sofia mengeluarkan wine dan beberapa cookies. Dia mengajakku menikmati wine itu di ruang tengah. Pintu balkon dibuka sehingga angin malam berhembus ke dalam. Berbeda dengan unitku yang di atas lantai 20an, unit Sofia dan Mamanya berada di lantai 3. Jadi suara gemercik kolam renang bisa terdengar dari sini.

“Sering berenang ga?” tanya Sofia
“Not really. Kadang-kadang aja weekend pagi. Lebih sering main ping pong sama Bapak-Bapak atau nongkrong ngopi di sebelah kolam renang sambil ngeliatin yang indah-indah di kolam renang hahaha”
Sofia tendang kakiku pelan, “Pervert juga ya kamu. Di kantor keliatan alim banget.”
“Hihihi, masa sih aku alim?”
“Yes, you are. That’s why I’m comfortable making friends with you. Ga kayak yang lain yang matanya ga bisa stop looking at my boobs.” Spontan mataku jadi ngeliatin dada Sofia. Bulet banget tokednya. Ga berasa aku nelen ludah.
“And now you’re looking at them.” Sofia ketawa.
“Oops, sorry.” aku langsung mengalihkan pandangan ke gelas wineku.
“Gapapa lagi. Means you’re normal.” kakinya menendang kakiku lagi.

“Sofiaaa…. Nak Iwan…,” tiba-tiba Mamanya Sofia menyela lagi sambil bawa tas, “Tante pergi dulu ya.”

“Hah, udah malem mau kemana Tante? Mau saya anterin?”
“Hehe.. ga usah, udah dijemput driver kok.”
“Cieee…. yang mau honeymoon,” kata Sofia. Aku bingung sambil lihat ke Sofia dan Mamanya bergantian.
“She's joining my Dad. He’s in Jakarta for 10 days.”
“Oh, why doesn't he stay here?”
“The hotel is provided by the company. Lagian kalo di sini ga bisa honeymoon hi hi hi…”
“Ngomong apa kamu…” kata Mamanya Sofia sambil tersipu, “Ok bye guys, enjoy the talking.”
“Ok Tante, Hati-hati di jalan.”
Aku berdiri mau bersopan santun mengantar Mamanya Sofia ke pintu.
“Ga usah dianterin Iwan. Emangnya Tante ga tau jalan.” Tante ketawa.

Aku senyum sambil mengangguk, tetap berdiri sampai Mamanya Sofia pergi.

Aku duduk lagi, agak awkward sekarang karena tinggal berdua aja, dan Sofia cuma diem ngeliatin aku sambil senyum.
“Where have we been? Tadi sampai mana ya ngobrolnya.”
“We’ve been talking about you being normal by staring at my boobs,” Sofia gigit bibir bawahnya sambil melirik ke dadanya. Aku jadi terbawa lihat ke tokednya lagi dan ga sadar nelen ludah lagi. Gerakan jakunku tentu jelas tertangkap oleh mata Sofia.
Sofia menggeser duduknya makin dekat.
“I know that you’ve been trying so hard to be polite. And thank you for being a very good friend.” katanya sambil memegang tanganku. Aku deg-degan cuma bisa diem aja.
“Well, it’s so awkward now since you’re so tense.” Sofia masih pegang tanganku, “let’s go down to the pool, it’s almost closed now.” Aku jadi agak lega.
“You wanna swim? Malam-malam begini and there's only 30 minutes left.” aku menunjuk jam dinding. Sudah jam 8.30. Jam 9 malam kolam renang ditutup.
“No. I want you to become my photographer.” Sofia bangkit berdiri lalu menuju ke kamarnya.
Ga lama kemudian dia keluar, pake jaket lengan panjang dengan rok mini warna putih yang sedikit menerawang memperlihatkan garis celana dalamnya. Tangannya menggenggam sebuah kamera digital dan menyerahkannya ke aku.
“Can you take some shots?” senyumnya.
“Sure.”
Kami pun segera turun ke kolam renang karena waktu kita ga banyak sebelum jam 9.

Sampai di kolam, Sofia melepas jaketnya dan aku sempat terbengong sesaat.
Jelas sekali dia hanya mengenakan atasan one piece warna putih yang diikat di belakang leher, dan bagian belakang diikat tanpa mengenakan bra. Tulisan warna pink di depan menyamarkan bayangan lingkaran areola di dalamnya.
“Ok. I’m ready!” Sofia memecah kebengonganku.
Lalu Sofia pun bergaya beberapa pose di depanku. Aku sigap memotretnya seperti seorang fotografer profesional yang memotret model seksi tanpa terlihat nafsu. Puas berpose, kami pun duduk sebentar sambil merokok.
“Let’s go back. It’s almost nine!” ajak Sofia. Dia mengenakan jaketnya lagi, lalu kita sama-sama keluar area swimming pool dan menuju lift.






Sampai di unit, Sofia segera melepas lagi jaketnya dan menjatuhkan diri di sofa. “More wine?”
“Okay,” jawabku sambil menuang lagi wine buatku dan satu lagi di gelas Sofia.
Sofia mengambil ipodnya, memilih lagu, lalu terdengar lembut lewat speaker ruangan.
“Shit!” umpatku dalam hati, “udah dianya seksi banget, ditambah kombinasi wine dan lagu romantis ini. Sialan, bisa-bisa gw kebawa suasana nanti.”
“Thanks for taking some shots just now. I like to be photographed.”
“You are definitely talented as a model.”
“Ha ha ha I’m too short to be a model and too curvy. Model kan langsing,” jawab Sofia, “but I have some professional shots taken by a professional photographer. Wanna see?”
Dia masuk kamar lalu keluar lagi membawa album kecil. Sekarang dia duduk di sebelahku sedikit nempel, lalu membuka album fotonya.
“Wow!” kataku kagum, “you look great here… so professional!”
Kami pun asyik membolak-balik lembar album foto itu. Terlihat foto-foto Sofia dengan bikini 2 pieces yang sangat seksi. Aku ga bisa nahan kontolku mulai bergerak karena ngaceng. Untung ga terlihat tertutup bantal.
“Sofia,” kataku agak ragu-ragu, “these pics are so great. Can I have them?”
“Sure,” ternyata Sofia enteng aja jawabnya, “I’ll send the soft copy to your email tomorrow, together with those you took just now at the pool.”










Sofia mengambil albumnya dari tanganku. Dia menggenggam tanganku lalu menatapku dari dekat.
Aku balas menatap sambil bernafas berat. Dadaku berdegup kencang.
“Iwan, I haven't given you anything to express my thanks to you.”
“You did,” sanggahku, “It’s a very lovely dinner.”
“No, that’s my Mom. But I haven’t.”
“You didn’t owe me anything Sofia. I did it as a friend. As I said at that time, that’s what friends…”
“...are for,” sambung Sofia, “yes but I still feel I owe thanks to you. I have to give you something as a special friend. Something special that other friends won’t have.”
Aku makin deg-degan. Sudah kuduga arahnya dari tadi, tapi otakku tetap menyangkal dan berusaha untuk tetap waras.
Jari Sofia mengelus-elus punggung tanganku.
“Please don’t get me wrong.”
“I know that you've been trying to be a polite gentleman since the beginning we met until now, and I appreciate that.”
“You are different from Panji and other males at the office. That's why it feels so safe to make friends with you. Not only that, you even become a very good friend to me and my family.”
“I know this may be inappropriate, but I want to express my gratitude to you.”
“You are a very respectful man, and very faithful too to your fiance. But my instinct says you are also a normal guy who wants to see this as other men do.”

Tiba-tiba tanganku ditarik ke tokednya. Terasa kenyal dan padat di telapak tanganku.
Otakku tetap berusaha menjaga kewarasan. Logikaku mengingatkan untuk mitigasi risiko, jangan sampai ada efek yang membuatku menyesal di kemudian hari.
“Okay Sofia."aku menatap serius ke mata Sofia. Tanganku masih ga beranjak dari tokednya. Aku tarik nafas panjang sebelum melanjutkan, "I know you are so attractive and lovely. But before anything happens between us tonight, I need to clarify that I don’t want to ruin my marriage plan. This already involves two big families. Too big to be put at risk.”
“I know,” kata Sofia sambil meremaskan telapak tanganku ke tokednya, “I promise I won't get carried away with my feelings. I respect you and I respect your plan as well.”
“Cuma malam ini saja. Di kantor aku ga akan berubah sikap. We’re still friends as always.”
katanya menatapku tajam.
“Janji?”
“Janji.” jawabnya.

(bersambung segera | janji ga akan lama2 kentang ha ha)
PS: jangan cuma react lah, komen kek, biar semangat ngelanjutin updatenya :D
Wawwww... Kerennn hu. Jadi deg degan
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd