Perkenalkan namaku Mia. Usiaku saat ini 26 tahun. Beberapa orang yang pertama kali ketemu aku menyebut wajahku mirip Mia Khalifa. Jadi aku memutuskan untuk pakai nama Mia sebagai nama samaran. Awalnya aku ga tau Mia Khalifa itu siapa, namun setelah beberapa kali disebut mirip aku mulai cari tau. Betapa kagetnya aku setelah tau.
Setelah aku perhatikan memang wajahku sedikit mirip dengannya, terlebih aku juga memakai kacamata minus empat. Kulit juga sama sama eksotis. Namun bodyku tak sebagus Mia Khalifa. Tinggiku 160 cm dengan BB 48, termasuk kutilang kalau orang bilang. Bra juga tidak begitu besar, aku pakai ukuran 34.
Sejujurnya aku adalah seorang yang bisa dibilang pendiam, nerd dan tidak banyak bergaul. Dari jaman sekolah aku lebih suka menyendiri, ada beberapa teman dekat namun tidak banyak. Namun dibalik diam ku, aku memiliki fantasi seks yang cukup liar.
Kali ini aku akan ceritakan dari awal, perjalananku menjadi eksibisionis dan fantasi-fantasi yang ada di kepalaku.
Part I Awal Mula (Saat aku berusia 16 Tahun)
Waktu SMA, saat libur sekolah aku pernah menginap beberapa hari di rumah tanteku. Tanteku memang baik padaku. Dia suka mengajak keponakan-keponakannya menginap di rumahnya karena ia sering kesepian ditinggal om ku bekerja. Mereka sudah 15 tahun menikah namun belum dikaruniai anak. Usia om ku kurang lebih 40 tahun dan tanteku 38 tahun. Om ku bekerja sebagai semacam konsultan kontruksi, kebanyakan proyeknya ada di luar kota sehingga kadang meninggalkan tanteku beberapa minggu.
Libur kali ini tante mengajak aku menginap karena akhir pekan suaminya akan berangkat ke kota J. Aku tiba disana hari Kamis, jadi masih sempat bertemu om selama 2 hari. Disitulah awal mula sisi liarku terasah.
Kamis siang aku dijemput tante dan om diterminal, namun tante ternyata ada arisan dengan temannya hingga sore. Sehabis dari terminal, tante di drop di rumah temannya. Aku dan om ku saja yang akan pulang ke rumah tanteku.
Setelah tante turun, aku dan om banyak berbincang tentang sekolahku dan beberapa hal lain. Tiba-tiba om mengajakku untuk singgah dulu di sebuah toko pakaian, karena katanya ia perlu membeli kemeja. Aku mengiyakan.
Toko pakaian tersebut cukup lengkap, aku menemani om memilih-milih pakaian. Om juga menawariku untuk memilih barangkali ada baju yang kusuka. Namun aku tidak tertarik dan merasa segan juga karena melihat harganya yang lumayan mahal-mahal.
Akhirnya kami pulang. Setibanya di kediaman mereka, om membantuku mengangkat koper dan menunjukkan kamar tidur yang akan kutempati. Saat membereskan barang-barangku, tiba-tiba omku datang ke kamarku.
Om : Mia, om boleh minta tolong ga?
Mia : Boleh om, ada apa om?
Om : Ini, tadi di toko om belikan baju buat tante kamu. Kira-kira bagus ga ya? (Ucapnya sambil menunjukkan paperbag)
Mia : Coba lihat om.
Kemudian om ku mengeluarkan baju dari paper bag tersebut. Ternyata sebuah gaun satin berwarna ungu. Lebih mirip lingerie sebenarnya, karena gaun itu memilik tali spaghetti.
Om : Ini, bagus gak?
Mia : Bagus kok om.
Om : Mia mau coba gak?
Aku sedikit kaget dengan pertanyaan omku.
Mia : Loh kok mia yang cobain om? kan itu buat tante.
Om : Ya gapapa, penasaran aja kalo Mia yang pakai.
Entah kenapa waktu itu aku menurut saja.
Mia : Yaudah om, boleh. Sini bajunya Mia cobain.
Aku mengambil baju dari tangannya. Namun aku heran ketika omku malah duduk di kasur, bukannya keluar dari kamarku. Padahal aku akan mencoba baju.
Mia : Loh, Mia kan mau coba baju om. Om ga tunggu di luar aja?
Om : Gapapa disini aja. Kamu cobain depan om aja gapapa kan?
Aku kaget. Jantungku berdegup kencang. Om ku mengucapkan hal itu dengan nada dan ekspresi yang biasa saja, seolah bukan hal yang salah menyuruh seorang gadis SMA mencoba pakaian di depannya.
Aku mencoba berpikiran positif, mungkin disuruh coba tanpa lepas pakaian yang dipakai sekarang. Saat itu aku mengenakan kaos lengan pendek berwarna putih dan rok jeans pendek selutut.
Aku pun mencoba memakai gaun tersebut tanpa melepas pakaian yang aku pakai.
Om : Loh, kok baju nya ga dibuka dulu, nanti ga keliatan model gaunnya. Dilepas dulu dong baju dan roknya.
Aku kaget dan deg deg an. Namun entah kenapa, bukannya marah atau berontak, namun aku seperti tertantang untuk melakukannya.
Akhirnya aku buka perlahan baju dan rok dihadapan om ku. Tersisa BH dan Celana Dalamku saja. Aku yakin wajahku memerah saat itu, karena berada dalam kamar dengan seorang pria dewasa dan aku hanya tinggal mengenakan pakaian dalam.
Om : Badan kamu bagus ya Mia. Mulus. Cocok jadi model lho.
Aku tersipu namun tak menjawab dan mulai salah tingkah. Akupun mencoba gaun ungu tersebut.
Ya benar, gaun itu memang lebih mirip lingerie. Karena belahan dadanya cukup rendah dan bisa menampakkan lekuk tubuhku dengan jelas.
Setelah aku pakai, om berdiri mendekatiku.
Om : Bagus di kamu Mia, walau agak kegedean dikit.
Kemudian om berjalan memutari tubuhku sambil mengamatiku dengan gaun itu. Rasanya degdegan sekali.
Om : Oke Mia. Kayaknya di tante kamu bakalan pas juga deh. Mudah-mudahan dia suka.
Mia :Hehe iya om. Mia lepas lagi sekarang om?
Jawabku gugup. Om mengangguk. Aku pun melepas gaun tersebut. Kembali terpampang tubuhku dengan bra dan celana dalam.
Saat aku akan meraih kaos dan rok ku.
Tiba-tiba ..
Om : Eh jangan pakai baju dulu. Ada lagi nih Mia.
Om ku meraih paper bag. Ternyata ada lagi yang ia ingin untuk ku coba. Betapa kaget aku melihat om mengeluarkan sebuah Bra dan Celana Dalam dari paper bag tersebut.
Om : Kalo yang ini kira-kira pas ga buat kamu? Tadi ok suruu pilih pakaian kamu ga mau. Yang ini om belikan buat kamu.
Mia : Loh ga perlu repot-repot om, Mia bawa banyak kok. Ini cukup.
Om : Loh udah dibeli ini, gapapa coba aja. Kalau kurang pas bisa ditukar nanti.
Aku sebenarnya tau ini bukan hal yang wajar lagi. Namun entah kenapa hatiku bimbang. Antara ingin menolak atau malah ingin mencoba. Sepertinya aku sudah tidak waras.
Aku pun membuka bra dan celana dalam yang kupakai. Aku benar-benar telanjang dihadapan pria, yang mana adalah om ku sendiri.
Namun rasanya nikmat sekali, aku bahkan berlama-lama untuk mencoba memakai bra dan celana dalam yang dibelikan om ku.
Sampai kemudian omku membantuku memakai bra, ia pula membantu mengaitkan bra.
Bra tersebut agak kebesaran, memang bukan ukuranku.
Aku kemudian kaget saat omku tiba2 memasukkan tangannya di celah cup bra yang memang kebesaran itu.
Om : Wah kegedean, ada sisa banyak ruang begini.
Geli sekali saat tangannya bersentuhan dengan payudaraku. Ah perasaan apa ini? Rasanya menyenangkan, belum pernah kurasakan sebelumnya.
BERSAMBUNG.
Setelah aku perhatikan memang wajahku sedikit mirip dengannya, terlebih aku juga memakai kacamata minus empat. Kulit juga sama sama eksotis. Namun bodyku tak sebagus Mia Khalifa. Tinggiku 160 cm dengan BB 48, termasuk kutilang kalau orang bilang. Bra juga tidak begitu besar, aku pakai ukuran 34.
Sejujurnya aku adalah seorang yang bisa dibilang pendiam, nerd dan tidak banyak bergaul. Dari jaman sekolah aku lebih suka menyendiri, ada beberapa teman dekat namun tidak banyak. Namun dibalik diam ku, aku memiliki fantasi seks yang cukup liar.
Kali ini aku akan ceritakan dari awal, perjalananku menjadi eksibisionis dan fantasi-fantasi yang ada di kepalaku.
Part I Awal Mula (Saat aku berusia 16 Tahun)
Waktu SMA, saat libur sekolah aku pernah menginap beberapa hari di rumah tanteku. Tanteku memang baik padaku. Dia suka mengajak keponakan-keponakannya menginap di rumahnya karena ia sering kesepian ditinggal om ku bekerja. Mereka sudah 15 tahun menikah namun belum dikaruniai anak. Usia om ku kurang lebih 40 tahun dan tanteku 38 tahun. Om ku bekerja sebagai semacam konsultan kontruksi, kebanyakan proyeknya ada di luar kota sehingga kadang meninggalkan tanteku beberapa minggu.
Libur kali ini tante mengajak aku menginap karena akhir pekan suaminya akan berangkat ke kota J. Aku tiba disana hari Kamis, jadi masih sempat bertemu om selama 2 hari. Disitulah awal mula sisi liarku terasah.
Kamis siang aku dijemput tante dan om diterminal, namun tante ternyata ada arisan dengan temannya hingga sore. Sehabis dari terminal, tante di drop di rumah temannya. Aku dan om ku saja yang akan pulang ke rumah tanteku.
Setelah tante turun, aku dan om banyak berbincang tentang sekolahku dan beberapa hal lain. Tiba-tiba om mengajakku untuk singgah dulu di sebuah toko pakaian, karena katanya ia perlu membeli kemeja. Aku mengiyakan.
Toko pakaian tersebut cukup lengkap, aku menemani om memilih-milih pakaian. Om juga menawariku untuk memilih barangkali ada baju yang kusuka. Namun aku tidak tertarik dan merasa segan juga karena melihat harganya yang lumayan mahal-mahal.
Akhirnya kami pulang. Setibanya di kediaman mereka, om membantuku mengangkat koper dan menunjukkan kamar tidur yang akan kutempati. Saat membereskan barang-barangku, tiba-tiba omku datang ke kamarku.
Om : Mia, om boleh minta tolong ga?
Mia : Boleh om, ada apa om?
Om : Ini, tadi di toko om belikan baju buat tante kamu. Kira-kira bagus ga ya? (Ucapnya sambil menunjukkan paperbag)
Mia : Coba lihat om.
Kemudian om ku mengeluarkan baju dari paper bag tersebut. Ternyata sebuah gaun satin berwarna ungu. Lebih mirip lingerie sebenarnya, karena gaun itu memilik tali spaghetti.
Om : Ini, bagus gak?
Mia : Bagus kok om.
Om : Mia mau coba gak?
Aku sedikit kaget dengan pertanyaan omku.
Mia : Loh kok mia yang cobain om? kan itu buat tante.
Om : Ya gapapa, penasaran aja kalo Mia yang pakai.
Entah kenapa waktu itu aku menurut saja.
Mia : Yaudah om, boleh. Sini bajunya Mia cobain.
Aku mengambil baju dari tangannya. Namun aku heran ketika omku malah duduk di kasur, bukannya keluar dari kamarku. Padahal aku akan mencoba baju.
Mia : Loh, Mia kan mau coba baju om. Om ga tunggu di luar aja?
Om : Gapapa disini aja. Kamu cobain depan om aja gapapa kan?
Aku kaget. Jantungku berdegup kencang. Om ku mengucapkan hal itu dengan nada dan ekspresi yang biasa saja, seolah bukan hal yang salah menyuruh seorang gadis SMA mencoba pakaian di depannya.
Aku mencoba berpikiran positif, mungkin disuruh coba tanpa lepas pakaian yang dipakai sekarang. Saat itu aku mengenakan kaos lengan pendek berwarna putih dan rok jeans pendek selutut.
Aku pun mencoba memakai gaun tersebut tanpa melepas pakaian yang aku pakai.
Om : Loh, kok baju nya ga dibuka dulu, nanti ga keliatan model gaunnya. Dilepas dulu dong baju dan roknya.
Aku kaget dan deg deg an. Namun entah kenapa, bukannya marah atau berontak, namun aku seperti tertantang untuk melakukannya.
Akhirnya aku buka perlahan baju dan rok dihadapan om ku. Tersisa BH dan Celana Dalamku saja. Aku yakin wajahku memerah saat itu, karena berada dalam kamar dengan seorang pria dewasa dan aku hanya tinggal mengenakan pakaian dalam.
Om : Badan kamu bagus ya Mia. Mulus. Cocok jadi model lho.
Aku tersipu namun tak menjawab dan mulai salah tingkah. Akupun mencoba gaun ungu tersebut.
Ya benar, gaun itu memang lebih mirip lingerie. Karena belahan dadanya cukup rendah dan bisa menampakkan lekuk tubuhku dengan jelas.
Setelah aku pakai, om berdiri mendekatiku.
Om : Bagus di kamu Mia, walau agak kegedean dikit.
Kemudian om berjalan memutari tubuhku sambil mengamatiku dengan gaun itu. Rasanya degdegan sekali.
Om : Oke Mia. Kayaknya di tante kamu bakalan pas juga deh. Mudah-mudahan dia suka.
Mia :Hehe iya om. Mia lepas lagi sekarang om?
Jawabku gugup. Om mengangguk. Aku pun melepas gaun tersebut. Kembali terpampang tubuhku dengan bra dan celana dalam.
Saat aku akan meraih kaos dan rok ku.
Tiba-tiba ..
Om : Eh jangan pakai baju dulu. Ada lagi nih Mia.
Om ku meraih paper bag. Ternyata ada lagi yang ia ingin untuk ku coba. Betapa kaget aku melihat om mengeluarkan sebuah Bra dan Celana Dalam dari paper bag tersebut.
Om : Kalo yang ini kira-kira pas ga buat kamu? Tadi ok suruu pilih pakaian kamu ga mau. Yang ini om belikan buat kamu.
Mia : Loh ga perlu repot-repot om, Mia bawa banyak kok. Ini cukup.
Om : Loh udah dibeli ini, gapapa coba aja. Kalau kurang pas bisa ditukar nanti.
Aku sebenarnya tau ini bukan hal yang wajar lagi. Namun entah kenapa hatiku bimbang. Antara ingin menolak atau malah ingin mencoba. Sepertinya aku sudah tidak waras.
Aku pun membuka bra dan celana dalam yang kupakai. Aku benar-benar telanjang dihadapan pria, yang mana adalah om ku sendiri.
Namun rasanya nikmat sekali, aku bahkan berlama-lama untuk mencoba memakai bra dan celana dalam yang dibelikan om ku.
Sampai kemudian omku membantuku memakai bra, ia pula membantu mengaitkan bra.
Bra tersebut agak kebesaran, memang bukan ukuranku.
Aku kemudian kaget saat omku tiba2 memasukkan tangannya di celah cup bra yang memang kebesaran itu.
Om : Wah kegedean, ada sisa banyak ruang begini.
Geli sekali saat tangannya bersentuhan dengan payudaraku. Ah perasaan apa ini? Rasanya menyenangkan, belum pernah kurasakan sebelumnya.
BERSAMBUNG.