Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Lust Of My Nurse

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
beuhhh :((
Si abesss udah nyakitin agie :(( terharu sayaaa... Salah agie sih minta langsung dibenihin engga pake nanya dulu :p
 
beuh malang sekali nasibmu nak :fiuh:
 
Beuh bueh bujubuneng abes yahud mamen. Sikat semua bes, tapi jangan lupa update juga yaa
 
kebanyakan cewe bingung dah.........
 
[Size=+2]Part 6: Sedikit Perubahan Kecil.[/size]




Dering hand phone membangunkan ku pagi itu. Disana tertera nama 'My Lovely Nurse'. Ah, ternyata dari kak Siescha. Aku pun segera membuka SMS itu.

My Lovely Nurse said:
"Morning hubby. Have a nice day. Thanks for last night, that's so romantic. Can't wait for the new one. Hihi... I love you more darl. Muach..."

Abes said:
"You're welcome dear. Anything for you. :)"

My Lovely Nurse said:
"Oiya, ntar siang temenin aku di kantor yaa. Aku kangen."

Abes said:

Jam masih menunjukan pukul delapan pagi itu. Kepalaku sangat pusing dibuatnya. Hari itu aku hanya tertidur selama 4 jam saja, karna semalam aku baru bisa terlelap pukul 4 dini hari. Semalaman aku tak bisa terlelap, fikiran ku selalu mengingat Anggina. Ntahlah, semenjak kejadian 2 hari yang lalu, aku tak bisa melepas kan ingatanku pada Anggina. Aku merasa sangat bersalah pada gadis itu.

Aku memutuskan untuk mandi, semoga saja otak ku ini dapat mulai berfikir dengan jernih kembali. Kulangkahkan kan kakiku menuju toilet di kamar ku. Untunglah, guyuran air dingin sedikit membuat ku dapat mendinginkan otak ku yang sedang memanas itu.

Segera ku pakai pakaian ku dan berjalan menuju dapur. Aku ingin mengisi perutku yang mulai berontak. 'Kita tak bisa berfikir dengan jernih, bila perut kosong.' celoteh seorang bijak. Akupun menyantap sepotong sandwich dan secangkir coffee late favoritku.

Abes said:
"Guys, kemana kita nanti malam?"
broadcast ku pada teman-temanku.

Claude said:
"Gak tau bes. Tar malam gue gak bisa keluar. Ada janji sama Rosa."

aldy said:
"Terserah elu bes. Gue bokek soalnya."

Adnin said:
"Sorry bes tar malem gue ada janji."

"Well, nampaknya nanti malam aku kosong. Mungkin Tante Moniq bisa menghiburku." Batinku. Akhirnya akupun mengirimkan sms pada nya.

Abes said:
"Tante, tar malem ada acara gak? Aku butuh Tante nih."

Lama aku menunggu balasan SMS dari wanita itu. Karna bosan, aku pun menyalakan TV ku. Ku penceti tombol remote, mencoba mencari tayangan yang menarik. Namun tak ada satu pun tayangan yang menarik disana. Akhirnya kumatikan kembali benda itu. Aku pun memutuskan untuk menuju kolam ikan di belakang Rumah ku. Tak lupa kuambil sekaleng bir dingin dilemari es.

Kulihat mamang Asep tengah terdiam di saung diatas kolam ikan sambil memberikan makan ikan koi ku. Pria itu berumur 49 tahun. Dia merupakan tukang kebun dan pengurus kolam ikan dirumah kami. Namun pria paruh baya itu sudah kami anggap sebagai keluarga kami sendiri, mengingat dia sudah bekerja selama lebih dari satu dekade di Rumah ini.

"Pagi den. Tumben nih udah bangun jam segini." ucap mang Asep ketika melihat ku.

"Biasa nya juga kan tar Siang baru bangun... Pasti ada janji yaa? Hehe..." lanjut pria itu sambil tertawa. Mang Asep sudah tau benar kebiasaan ku yang selalu bangun siang jika tidak ada kelas.

Aku hanya tersenyum kecut mendengar ucapan mang Asep itu. Lalu akupun duduk di dalam saung itu. Udaranya sangat sejuk di sana, pantas saja mang Asep betah berlama-lama di tempat tersebut.

Kuteguk bir dingin di tangan kiriku, ketika ada sebuah SMS masuk ke hand phoneku. Kulihat tertera 'Tante Moniq' di layar hand phone ku itu. Langsung saja kubuka SMS itu.

Tante Moniq said:
Sorry baru bales bes, Tante baru beres nyiapin makanan buat penghuni kost. Wah nanti malem Tante gak bisa keluar bes, suami Tante ada dirumah. Kamu kesini aja, Siescha free kan tar malem. Dia kerja pagi bes."

"Hmmm.... Jadi nanti malam aku benar-benar kosong, tak ada hiburan apapun." batinku.

Akhirnya aku menyalakan sebatang rokok, lalu menghisap nya dalam. Kulangkahkan kakiku ke tepi saung itu. Aku lalu duduk disana memandang ikan koi ku yang sedang berebut makanan yang dilempar mang Asep. Mereka saling berebut, satu per satu pelet yang mengambang mulai berpindah ke perut mereka.

Bayang-bayang Anggina kembali hadir dalam ingatanku. Akupun kembali melamun, membayangkan setiap kejadian yang telah kami lalui belakangan ini. Ntahlah, aku masih merasa sangat bersalah pada gadis itu. Sehingga aku tak bisa melupakan nya dengan cepat.

'Ding, ding!' suara BM yang masuk ke hand phone ku membuyarkan semua lamunanku. Disana tertera nama 'Dessy'. Aku pun lekas membuka BM dari teman ku itu, berharap ada sebuah kabar yang menarik.

Dessy said:
Haha... Kenapa lu bes? Tumben BC ke anak-anak semua. Pasti ada butuhnya nih. Hahaha....

Abes said:
Heh apaan sih Nduut! Oiya, lu tar malem ada acara gak? Temenin gue lah...

Dessy said:
"Ciye~ yang lagi kesepian. Ciye~ haha..."

Abes said:
Apaan sih lu Nduut!

Dessy said:
Hahaha.... Yaudah lu dateng aja ke ******* tar malem bes. Banyak ladies night yang pada dateng loh. Pokoknya lu dateng aja kesini, siapa tau ada yang nyangkut sama lu. Hahaha..."

"Ah, beruntungnya aku mendapatkan info seperti ini. Tempat itu pasti bisa membuat ku lupa pada Anggina, meskipun untuk beberapa saat." batinku

Kulihat jam sudah menunjukan pukul sebelas Siang. Mata hari sedang bersinar dengan teriknya, menyengat setiap benda yang terpapar cahayanya. Aku harus segera prepare untuk bertemu kak Siescha di kantor nya sebentar lagi. Aku pun bersiap seadanya, mengambil uang, lalu berangkat menuju Rumah Sakit XX

------------------------Lust Of My Nurse------------------------

Nobody can't save me
And I don't need a help from the other hand
Just take me and be a man
But what the fuck, should I do to make myself a man...

Sebuah lagu rock menghentak di dalam mobilku, mengiring laju mobil ku menuju Rumah Sakit tempat kak Siescha bekerja. Untung saja kondisi jalan tidak terlalu ramai, sehingga tak lama kemudian akupun tiba di Rumah Sakit itu.

Segera ku parkirkan mobil ku di tempat parkir khusus staff. Tak ada yang berani menegurku. Para satpam sudah tahu lagi dengan maksud kedatanganku disana. Akupun berjalan menuju ruang kerja kak Siescha.

"Eh ada Abes, tumben kesini bes." ucap kak Okta ketika melihat ku mengetuk pintu.

"Sini masuk dulu bes, Siescha nya lagi pasang kateter dulu di ruangan. Bentar juga balik kok. Kamu tungguin di dalem aja." lanjutnya.

"Iyaa kak, saya mau liat Siescha kerja aja. Saya mau liat gimana sih kalo dia lagi kerja." jawabku.

Kak Okta hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala melihat tingkah ku. Dia pun memberi tahu ku tempat Siescha berada sekarang. Dan tanpa menunggu waktu lama lagi, segera ku langkahkan kaki ku menuju kesana.

Aku pun tiba di depan suatu ruangan yang ditunjukan oleh kak Okta. Disana adalah ruangan khusus bedah. Kulihat kak Siescha sedang memasangkan kateter di seorang pasien paruh baya. Umurnya ku taksir sekitar 60 tahunan.

Kak Siescha sedang menggenggam penis kakek itu, sambil sebelah tangannya lagi memasukan selang kedalam lubang kencing nya. Namun kak Siescha tak pernah berhasil. Sarung tangan karet yang dia pakai untuk memasang kateter itu basah oleh air semi kakek itu, sehingga membuat benda itu licin bila bersentuhan dengan kulit.

Kak Siescha sangat bersusah payah melakukan itu. Namun karna licin, tangannya selalu tergelincir dari penis kakek itu. Tangannya naik turun diatas penis kakek itu yang mulai menegang. Saat itu kak Siescha lebih terlihat seperti orang yang sedang memberikan hand job pada kakek itu, bukan sedang memasangkan kateter. Terbukti dari wajah kakek itu yang terlihat sangat menikmati aksi tangan kekasihku itu.

Lima menit sudah kak Siescha melakukan itu. Tangan kak Siescha seperti mengocok penis kakek itu, dan tak lama kemudian kakek itu mendapatkan orgasme di tangan kak Siescha. Sperma nya menyembur ke wajah cantik kak Siescha. Kak Siescha kaget dibuatnya. Dia lalu berlari meninggalkan kakek itu, sambil mukanya merah padam menahan malu. Kakek itu hanya terbaring lemas. Wajahnya tuan kakek itu menampakan rona kepuasan.

"Jadi itu yaa, kerja kamu sekarang yang?" ucapku ketika kami bertemu di pintu.

"Eh, kamu lihat semua itu yaa sayang?"

"Iyaa..." jawabku sinis.

"Yang? Kamu marah?"

Aku hanya terdiam tak menjawab pertanyaannya. Hatiku sangat dibakar api cemburu melihat aksinya tadi. Ingin aku labrak kak Siescha saat itu juga, jika bukan di tempat yang ramai seperti ini.

"Yaaang?? Come on!" lanjut kak Siescha.

"Ayoo ikutin aku. Biar aku jelasin semuanya. Tapi aku mau cuci muka dulu. Sperma kakek itu lengket nih di wajah aku." ucapnya sambil menarik tangan ku menuju suatu tempat yang lumayan tertutup.

Kami pun tiba di toilet yang cukup sepi. Kak Siescha langsung membasuh wajah nya yang belepotan sperma lelaki asing itu. Aku hanya menatapnya geram. Namun, ada suatu hal yang aneh di dalam hatiku. Aku sangat cemburu melihat aksinya tadi, namun di satu sisi ada suatu rasa bangga menyelimuti perasaan ku. Membuatku dilema.

Setelah selesai dengan aktifitasnya, kak Siescha pun mulai menjelaskan perihal kejadia tadi. Namun aku sama sekali tak mendengar kan semua ucapan nya itu. Aku sudah terlanjur bad mood di buatnya.

"Hhhaaaahhh, yang. Aku gatau harus jelasin kaya gimana lagi sama kamu. Itu semua gak sengaja yang." ucapnya lagi mencoba menjelaskan.

"Yaudah, gak usah dijelasin lagi. Itu semua udah jelas kok." jawabku dengan nada yang ketus.

Kak Siescha pun menghela nafasnya dalam-dalam. Lalu dia mencium bibirku. Dia mencoba memasukan lidahnya kedalam mulutku. Namun aku hanya pasif saja menerima itu, kubiarkan kak Siescha mencium mulutku sepuas hatinya.

10 menit menciumi bibirku, deru nafas kak Siescha mulai memburu. Dia lalu menggerakan tangannya menuju celanaku, lalu memasukan tangan nya kedalam sana. Tangan halusnya langsung mengelusi penisku dari dalam celanaku, membuat benda itu menegang perlahan.

Kak Siescha melepas kan ciumannya di mulut ku. Dia menatapku sayu. Deru nafasnya terasa panas menyentuh wajahku. Kak Siescha segera membuka celanaku dengan tergesa. Dia menarik turun celana dan kolor ku hingga sebatas lututku. Hal itu kontan membuat penisku meloncat bebas dari sarangnya.

Kak siescha tersenyum melihat itu, lalu segera menurunkan wajahnya menuju selangkanganku. Penisku yang telah menegang dia kocok perlahan, dan tak lama kemudian dia masukan benda itu ke mulutnya. Dia mengulum penis ku dengan sangat bernafsu. Membuat penisku semakin menegang dengan sempurna.

Desahan mulai keluar dari mulutku. Kenakalan kak Siescha di penisku sungguh membuatku nikmat. Namun aku tetap membiarkan kak Siescha. Aku ingin membuatnya mengerti, jika aku sedang marah padanya saat itu. Dan sebuah blow job ataupun sex takan bisa merubah amarahku saat itu.

15 menit berlalu semenjak kak Siescha mengulum penisku, membuat kak Siescha sangat terangsang karna ulahnya sendiri. Dia lalu menurunkan satu tangannya menuju vaginanya. Tanpa menghentikan kulumannya di penisku, dia mulai menggeseki lubang vaginanya sendiri.

Namun hal itu tak lama terjadi. Kak Siescha melepaskan kulumannya pada penisku. Lalu dia duduk rebah di lantai toilet itu sambil mengangkangkan kakinya. Wajah cantik kak Siescha terlihat merona memerah, menandakan bahwa dia sedang terangsang berat dan minta segera dipuasi.

"Yang, vagina aku udah gatel banget. Udah basah banget yang, kamu mau gak?" ucapnya manja menggodaku.

Aku masih tak menggerakan tubuhku sedikit pun. Aku hanya berdiri mematung, sedang kan penis ku sudah menegang dengan sangat keras. Kulihat CD kak Siescha sudah sangat basah pada bagian liang vaginanya.

Kak Siescha nampak sangat kecewa dengan respon yang aku berikan padanya. Dia lalu mulai menggodaku dengan menarik CD basahnya kesamping, menampakan lubang vaginanya yang berwarna merah muda kepadaku. Kedua jarinya membuka lubang itu dihadapanku, sambil sesekali memasukan jari lentiknya kesana. Lubang itu terlihat sangat basah dibuatnya, minta untuk segera di jamah.

Aku masih pada pendirianku. Aku ingin jual mahal kepadanya. Aku masih mematungkan tubuhku dihadapan kak Siescha, meski penisku sudah cenat-cenut dibuatnya.

Kak Siescha pun terlihat sangat frustasi. Dia lalu menghentikan semua aktifitasnya di vaginanya. Aku sempat kecewa, namun beberapa saat kemudian kak Siescha berjalan menghampiri ku. Tangan kirinya tak berhenti memainkan clitorisnya.

"Yang, aku tau kalo kamu marah sama aku. Aku tau semua yang aku lakuin ini gak akan buat kamu memaafkan aku. Namun aku mohon sama kamu, sebagai seorang wanita biasa. Tolong jamah tubuhku ini yang. Tolong setubuhi aku, aku udah gak kuat. Vagina aku udah rindu banget sama penis kamu." bisik nya di telinga ku.

"Ayoo setubuhi aku yang. Aku mohon sama kamu. Tadinya aku mau ngasih kamu surprise ini. Aku tau kalau kamu pasti kesepian setelah seminggu puasa. Tadinya aku mau layanin kamu disini. Namun ternyata kejadian kayak gini terjadi. Hal yang diluar dugaanku. Namun asal kamu tau, aku akan tetap melayani kamu hari ini. Dengan atau tanpa ada kejadian seperti tadi." lanjutnya sambil menciumi telinga kiriku. Suaranya bergetar ketika mengucapkan hal itu.

Aku kemudian terdiam, aku mencoba menguasai diriku kembali. Aku lalu menatap wajah cantik kak Siescha dihadapanku. Namun tak lama, kak Siescha menciumi bibirku dengan sangat bernafsu. Awalnya kudiamkan itu semua, namun lama-lama akupun terbawa suasana. Akhirnya kami pun berciuman dengan sangat panas siang itu.

Lidah kami saling membelit. Mulut kami saling mengulum dan bertukar ludah. Kedua tangan kak Siescha tak tinggal diam. Tangan kirinya segera mengocok penisku dengan perlahan, sedang kan tangan kanannya menuntun tanganku menuju ke lubang vaginanya. Dia memaksaku untuk mengocoki vaginanya.

Ku turuti saja semua kemauan suster itu. Tangan kiriku mulai membelai vagina lembab kak Siescha, dan sesekali mengocok nya dengan dua jari ku. Mendapat serangan itu, kak Siescha pun mulai mendesah. Kocokan tangannya di penisku semakin cepat. Membuat tubuhku kelojotan menahan nikmat.

15 menit dalam keadaan seperti itu membuat kak Siescha mulai tersiksa. Dia lalu mendorong tubuhku untuk rebah di lantai. Suster itu membuka beberapa kancing baju dan melepas CDnya. Vagina cantik nya terpampang jelas dihadapanku dengan sangat jelas.

Tanpa menunggu waktu lebih lama lagi, kak Siescha pun segera menaiki tubuhku. Dia memposisikan vaginanya tepat diatas penisku. Dan ketika dirasa kan sudah tepat, suster itu menurunkan pinggulnya dengan perlahan. Membuat seluruh penisku masuk dengan perlahan kedalam lubang vaginanya yang lembut dan hangat itu.

Kami mendesah berbarengan, menikmati moment penyatuan alat kelamin kami itu. Seluruh otot di dalam vagina kak Siescha memijati penisku, mulai dari kepala, hingga ke pangkalnya. Hal itu membuatku merem jelek merasakan nya. Setelah pantatnya mantap menduduki pinggulku, kak Siescha mulai menaik turun kan pinggulnya diatas tubuhku. Membuat penisku keluar masuk di vaginanya dengan sangat mantap.

Lendir di vagina kak Siescha membuat laju penisku lancar jaya menggesek dinding vaginanya. Dia pun mempercepat genjotan pinggulnya di atas tubuhku, sesekali dia melakukan gerakan memutar. Membuat seluruh otot vaginanya menggiling penisku.

"Aaagghhhh... Penis kamu enak banget yang... Aggghhh.... Aggghhh..." desah kak Siescha.

"Memek kamu juga enak kok. Uuggghhh,, berasa memijit kontolku." jawabku frontal.

Awalnya suster itu terkejut mendengar ucapanku. Dia menghentikan goyangan pinggulnya di atasku. Dia terdiam menatapku tak percaya.

"Kenapa? Ada yang salah?" tanyaku.

"Eh, gpp kok yang." jawab kak Siescha sambil kembali menggoyang pinggulnya.

Semakin lama, tubuh kak Siescha bergerak makin cepat mengendarai penisku. Dia menghentak an pinggulnya dengan sangat kuat. Hal itu memmbuat pantatnya menghantam pinggulku dengan keras juga. Tak lama berselang, vagina kak Siescha mulai berkedut meremas penisku. Dia terlihat akan segera mencapai orgasmenya tak lama lagi.

Tangan kak Siescha mendekap tubuhku erat, pinggulnya menghentak tanpa beraturan dibawah sana. Sesekali dia mengulum puting susuku. Dan beberapa detik kemudian seluruh tubuhnya menegang. Kuku-kuru jarinya mencakari punggungku. Vaginanya berkontraksi dengan sangat kuat. Dan kemudian tubuh kak Siescha pun ambruk diatas ku.

Cairan cinta dan lendir muncrat dengan sangat deras dari dalam lubang vaginanya itu. Merembes dari sela-sela tautan kelamin kami, dan mulai menetes ke perutku.

Suster itu mendapat orgasme yang luar biasa siang itu. Dia bahkan sampai menjerit ketika melepas orgasme nya itu. Namun penisku masih menegang dan menancap di dalam vaginanya. Aku pun berbisik kepadanya.

"Kamu udah puas kan? Sekarang giliran aku yaa. Kontol aku masih tegang nih." bisik ku di telinganya.

Aku pun segera membalikan tubuh lemah kak Siescha. Aku memposisikan dia dalam posisi favoritku, yaitu doggy style. Kubuka kedua pahanya lebar, dan mulai menggeseki vagina basahnya itu dengan jariku. Sesekali kujilati lubang mungil itu, dan memasukan lidah dan jari tengah ku kedalam vagina kak Siescha. Membuat suster pemilik liang itu mengerang dengan keras.

Ketika kak Siescha sudah on kembali, kuposisikan penisku di depan liang sempit itu. Dan ku hentakan penisku menembus liang sempit itu dengan satu hentakan keras. Kak Siescha sempat menjerit menerima hal itu. Namun dia tetap menikmati ulahku itu. Desahannya terdengar semakin keras di dalam toilet itu.

Ku genjot tubuhnya dengan sangat kuat. Aku merasa akan segera mendapatkan orgasme ku yang pertama hari itu. Kucengkram kedua bongkahan payudaranya dengan keras, membuat kak Siescha menjerit kesakitan.

Semakin lama laju penisku semakin cepat menggesek dinding vagina kak Siescha. Penisku sampai terasa sangat panas, karna tempo genjotanku yang sangat cepat dan kuat di dalam vaginanya. Hal itu membuat Kak Siescha menjerit kesakitan menerimanya.

"Aaaaawwwww, Sakit yang. Aaaagghhh pelan yang. Pelan..., aggghhh... Kamu bikin vagina aku lecet lagi yang,,, aggghhh...." jeritnya sambil kedua tangannya mencengkram pinggulku.

Akupun menghentikan genjotanku, lalu menarik lepas penisku di dalam vaginanya itu. Segera kuposisikan penisku di depan lubang dubur nya. Ketika sudah pas, langsung kutekan penisku dengan kuat menembus lubang sempit itu. Namun baru kepala penisku saja yang masuk, kak Siescha sudah berontak dibawah ku.

Dia menurunkan pantatnya sambil menjerit kesakitan. Hal itu membuat kepala penisku kembali terlepas dari dalam anusnya. Kak Siescha langsung membalikan tubuh nya, lalu menampar pipi kiriku dengan sangat keras.

"Kenapa lu tampar gue? Huh?" bentak ku.

Kak Siescha mulai menangis. Dia menggeleng tak percaya melihat perubahan sifatku. Dia menutup mukanya dengan kedua tangannya sambil mulai menangis tersedu. Aku sangat kaget ketika melihat ada bercak darah di kepala penisku. Aku pun tersadar dengan apa yang telah ku lakukan pada kekasihku itu.

Segera aku mendekati tubuhnya yang sedang bergetar. Kak Siescha menangis sejadinya. Aku pun merasa sangat bersalah padanya. Segera kupeluk tubuhnya erat, sambil meminta maaf padanya.

"Maaf yang, aku gak sengaja. Aku hilang kendali tadi. Maafin aku yaa." ucapku mengecup tangannya.

Kak Siescha tak menjawab, dia hanya bisa menangis lebih keras. Namun tak lama, dia pun mulai menghapus semua air mata dipipinya, dan mulai menggenggam penisku kembali. Aku sangat terkejut di buat nya.

"Kamu gak salah kok yang. Aku yang salah. Aku selalu ngeluh sama kamu." ucap kak Siescha mulai mengocok penisku.

"Tadi aku larang kamu buat mengentoti memek ku. Jadi gak ada pilihan lain, kamu pasti bakal masukin kontol kamu ini ke dubur ku. Aku minta maaf karna udah nampar kamu tadi yaa yang." lanjutnya seraya mulai memasukan penisku ke bibir tipisnya.

Aku terkejut dengan ucapan kekasihku itu. Sekarang dia sudah berani bicara frontal di depan ku. Namun aku tak peduli lagi dengan itu. Sekarang aku hanya bisa mendesah menerima service dari mulut mungil kak Siescha.

"Aaaaggghhh,, iyaa yang. Lupain aja... Aggghhh..." ucapku sambil mendesah.

"Mmmmm,, mmmmm,, hmmmm... Dan maaf yang, mmmm, aku belom siap melepas keperawanan dubur ku saat ini... Mmmm,, aku masih trauma kalo pertama Kali... Mmmmm..." jawabnya disela kuluman mulutnya di penisku.

"Aagghhh,, iyaa yang,, gpp... Aggghhh... Next time aja.... Oooogghh terus yang, enak.. Aggghhh..."

Kak Siescha mengulum penisku dengan sangat bernafsu. Dia menghisap penisku dengan sangat kuat, Sesekali dia jilati lubang kencing ku. Membuat darah ku serasa mendidih, merasakan nikmat yang tak terhingga.

Karna tak tahan, aku pun menjambak rambut kak Siescha. Segera kutekan kepalanya itu semakin rapat ke pinggulku. Hal itu membuat penisku meluncur masuk kedalam rongga tenggorokan nya. Kak Siescha terlihat sangat tersiksa dibuatnya, Namun ia tak berani untuk berontak lagi.

Ketika wajah kak Siescha menempel di jembutku, segera ku genjotkan penisku di dalam sana. Penisku keluar masuk dengan lancar di tenggorokan suster itu. Yaa, kak Siescha melakukan deep throat untuk ku. Dia memaksakan dirinya untuk tetap bertahan menerima genjotan penisku di tenggorokan nya itu.

Sesekali dia terlihat tercekik oleh penisku yang keluar masuk di tenggorokan nya. Perutnya merasa sangat mual, dan mulutnya sudah ingin muntah saja di buatku. Namun dia tetap memaksakan dirinya untuk tetap melakukan deep throat untuk ku.

15 menit kemudian, penisku mulai berkedut. Aku akan segera mendapat orgasme ku. Segera kupercepat hentakan penisku di dalam mulutnya. Laju penisku terlihat jelas di tenggorokan nya yang mengembung ketika aku menekan seluruh penisku, dan normal kembali setelah kutarik penisku keluar.

Aku menjambak kasar rambutnya kak Siescha, dan menekan kan penisku dengan sangat dalam di tenggorokan nya. Aku menahan posisi itu untuk beberapa saat, kemudian menyembur lah seluruh sperma ku memenuhi tenggorokan kak Siescha. Aku memegangi kepala suster itu ketika spermaku muncrat.

4 Kali tembakan kuat sperma ku memenuhi tenggorokan kak Siescha. Terlihat suster itu sampai tersedak dan terbatuk dibuatnya. Dia sudah kehabisan nafas saat itu. Kedua tangannya mencubit perutku keras. Aku pun tersadar dari kenikmatan orgasme ku, lalu segera melepas genggaman tanganku di kepala kak Siescha.

Penisku keluar dari tenggorokan kak Siescha dengan perlahan. Lendir sperma dan lendir liur kak Siescha menempel di penisku. Lendir itu memanjang dari dalam tenggorokan kak Siescha menuju penisku. Spermaku memenuhi mulut dan tenggorokan kak Siescha, sebagian muncul di lubang hidungnya ketika dia tersedak tadi.

Ketika penisku sudah keluar semuanya, kak Siescha pun menarik nafas dengan sangat berat. Dia bernafas satu-satu. Aku lalu mengoleskan penisku yang penuh lendir dan sperma itu ke seluruh muka kak Siescha. Hal itu membuat wajah kak Siescha menjadi belepotan dengan lendir dan sperma ku.

Cairan sperma ku tak semuanya tertelan oleh kak Siescha. Sebagian meleleh dari mulutnya, bercampur air liurnya, kemudian menetes ke baju putih khas seorang suster nya itu.

Ketika sudah bisa menguasai dirinya kembali, kak Siescha segera membenahi pakaian nya. Namun aku segera menyuruhnya untuk membuka CD dan branya. Aku ingin dia tak mengenakan apapun lagi dibalik bajunya itu.

Kak Siescha tak memiliki pilihan lagi, dia pun menurut lalu memberikan CD dan Bra nya pada ku. Puting merah mudanya tercetak dengan jelas di balik baju putihnya itu. Sebagian besar baju itu sudah basah oleh keringat, liur dan cairan sperma ku. Membuat baju itu sedikit tembus pandang.

Kak Siescha mulai berkaca di cermin. Dia sempat terkejut melihat wajahnya yang belepotan liur dan spermaku. Kemudian dia mengambil tissue untuk membersihkan nya. Namun aku kembali melarangnya membersihkan diri. Awalnya dia marah dan menolak, namun akhirnya menurut juga pada kemauan ku.

Ntahlah, saat itu aku ingin setiap orang di rumah Sakit itu melihat keadaan kak Siescha. Siang itu aku ingin melihat ekspresi orang-orang yang melihat keadaan suster Siescha. Aku ingin merasakan sensasi yang beberapa jam lalu aku rasakan. Aku ingin membuat hatiku cemburu, namun bangga pada kekasihku ini.

Kami pun berjalan berbarengan keluar dari toilet itu. Aku sudah tidak takut lagi jika ada orang yang melihat kami keluar dari toilet bersamaan. Aku tak perduli lagi dengan pandangan curiga ataupun tatapan nanar orang melihat keadaan kak Siescha saat itu. Aku tak peduli.

------------------------Lust Of My Nurse------------------------

Suara kak Siescha sangat serak setelah deep throat ku yang kasar beberapa menit yang lalu. Namun suara itu bagaikan suatu musik yang terindah di telingaku. Suara nya sangat seksi. Akupun menyuruhnya untuk memasuki ruangan pasien, aku ingin melihat ekspresi apa saja yang dapat dihasilkan oleh tampilan kak Siescha sekarang.

Berbagai ekspresi dan pandangan orang satu per satu kuamati dari kejauhan ketika aku sedang memperhatikan keadaan kak Siescha disana. Mulai dari pandangan yang merendahkan, pandangan lapar, sampai pandangan benci diterima kak Siescha selama 1 jam terakhir.

Bahkan ada seorang pasien yang berani untuk menyentuh puting payudara kak Siescha yang mengacung. Awalnya kubiarkan, Namun akhirnya kuhampiri lelaki itu sambil memakinya. Kak Siescha terlihat menikmati apa yang sedang ku berikan padanya. Yaa, mulai hari itu, aku ingin membuat kak Siescha menjadi seorang wanita eksibisionis.

Kak Siescha sudah sangat terangsang saat melakukan hal itu. Kedua puting payudaranya terlihat jelas mengacung di sela-sela bajunya yang mulai tembus pandang. Cairan vaginanya sudah merembes sangat banyak dari vaginanya, mengalir di pahanya, kemudian turun ke betis dan kakinya. Garis jalur cairan itu nampak jelas terlihat ketika tersorot sinar lampu ataupun sinar mata hari.

Wajah kak Siescha terlihat sangat merah padam menahan malu dan birahi. Sepasang matanya menatap sayu, dan suara nya bergetar menahan birahi setiap dia berbicara. Nampak bercak air liur dan sperma ku yang telah mengering di seluruh wajah dan bibirnya. Menambah sex appealnya hari itu.

Akhirnya jam kerja kak Siescha usai hari itu. Aku mengantar kak Siescha untuk mengambil tas dan hand phone nya di kantor. Ketika kami masuk ruangan itu, kami mendapat berbagai ekspresi dari para penghuninya. Namun kami hanya cuek saja menerima itu semua. Kami hanya tersenyum jika ada yang bertanya pada kami berdua.

Aku pun berjalan menggandeng tubuh kak Siescha yang gontai meninggalkan ruangan khusus suster tersebut. Tubuh kak Siescha bergetar menahan desah, bahkan aku harus memapahnya untuk berjalan lebih cepat. Tak lupa aku memasukan tanganku ke balik rok pendeknya itu, dan mengocok liang vaginanya perlahan sambil berjalan menuju tempat parkir mobil ku.

Ketika sudah sampai di parkiran, kak Siescha segera membuka pintu mobil ku dengan tergesa. Dia mendorong lepas jariku keluar dari dalam vaginanya, lalu segera masuk kedalam mobil ku. Jariku sangat basah dibuatnya. Cairan cintanya membasahi seluruh selah jari, dan tanganku. Aku pun segera menjilati semua lendir itu dengan sangat rakus, sampai cairan itu tak tersisa sama sekali di tanganku.

"Hey yang, ayoo cepet. Kalo kamu haus, mending minum langsung dari sumurnya aja yang. Sini cepet masuk kedalam mobil." ucap kekasihku sambil melambaikan rok putih nya yang telah dia lepas.

Kaca mobil ku memang sangat gelap. Model kaca mobilku ini pun mirip kaca cermin satu arah yang selalu ada di Supermarket. Sengaja aku pasang agar orang yang ada di luar tak bisa melihat apapun kedalam mobilku, sedang kan orang di dalam dapat melihat dengan jelas ke arah luar.

Akupun hanya tersenyum mendengar ucapan kak Siescha itu. Dengan santai aku berjalan memasuki mobil jeep ku itu. Aku sangat terkejut ketika melongokan kepalaku kedalam. Aku melihat sosok kak Siescha yang tengah duduk mengangkang menghadap ku, sambil kedua tangannya yang tak henti mengoreki liang sempit vaginanya itu. Dia sudah telanjang bulat disana.

Aku pun tersenyum lebar, lalu masuk kedalam mobil. Langsung saja kusergap vagina basahnya itu. Liang itu sudah sangat membanjir sedari beberapa jam yang lalu. Aku langsung menjilati dan menghisap seluruh permukaan vagina kak Siescha dengan sangat rakus. Menjilati lendir yang merembes keluar dari dalam lubang vaginanya hingga tak bersisa.

Kak Siescha selalu merawat dan mencukur rapi bulu jembutnya. Hal itu membuatku tak pernah merasa jijik sama sekali untuk membenamkan seluruh wajah ku kesana. Karna aku percaya pada suster yang menjadi kekasih ku ini, untuk masalah kebersihan tubuhnya.

Sore itu kak Siescha kembali orgasme di dalam mobil ku. Semua lendir cintanya aku hisap habis tak bersisa. Rasa lendir itu seperti nano-nano, ada manis, asam, asin, dan sedikit pahit. Namun aku sangat menyukai cairan cinta setiap wanita yang ku setubuhi.

Sore itu aku kembali menyetubuhi vagina kak Siescha di dalam mobil. Lubang vaginanya masih sangat sempit menjepit penisku, meskipun sudah ratusan kali aku tembus dengan penis besar ku ini. Sore itu aku menumpahkan seluruh spermaku di dalam rahim kak Siescha.

Kami sama-sama puas sore itu. Kak Siescha mencapai orgasme nya sampai 6 Kali di dalam mobil ku. Akhirnya aku memarkirkan mobil ku meninggalkan parkiran Rumah Sakit tersebut dengan perlahan.

Tubuh kami berdua masih sama-sama telanjang. Kepala kak Siescha rebah di bahu kiriku. Tangannya tak pernah lepas dari batang penisku. Kak Siescha mengocok lembut penisku yang masih menegang sore itu. Sesekali aku membalasnya dengan mengocok vaginanya dengan tangan ku, disela-sela kesibukanku menyetir.

Sore itu kak Siescha memblow job kembali penisku di dalam mobil ku. Tanpa menghentikan mobil, aku mendesah menikmati kulumannya di penisku. Sesekali ku tekan kepalanya memaksakan kak Siescha untuk men deep throat penisku. Terus menerus seperti itu, sampai akhirnya kutumpahkan sperma ku di mulutnya kak Siescha.

Kak Siescha menghisapi sperma ku sampai habis. Dia menghisapi penisku dengan sangat kuat, sampai tak ada sperma yang menempel ataupun keluar dari lubang penisku lagi. Ah, sungguh luar biasa rasanya.

Sebelum sampai di tempat kost kak Siescha, aku memaksa kak Siescha untuk mampir ke sebuah toko sex untuk membeli sebuah vibrator. Aku menyuruh kak Siescha untuk membelinya sambil hanya mengenakan baju dinasnya tanpa dalaman sama sekali. Dua kancing bajunya pun ku buka, memperlihatkan bulatan payudara kak Siescha yang telah membesar dari ukuran awalnya.

Aku sangat puas melihat ekspresi orang-orang yang menatap kak Siescha. Tatapan mereka merupakan sebuah tatapan lapar, tatapan yang ingin segera menelanjangi lalu menyetubuhi nya. Kak Siescha pun mulai terbiasa dengan itu semua. Mulai hari itu kak Siescha telah berubah menjadi seorang wanita eksibisionis.

Kak Siescha pun kusuruh untuk membelit sebuah vibrator sendirian. Aku hanya memperhatikannya dari tempat yang lumayan jauh dari kak Siescha. Aku sengaja melakukannya, dengan maksud ingin melihat apa yang akan pedagang itu lakukan pada kekasihku itu.

Kak Siescha mulai memesan sebuah vibrator kepada seorang lelaki yang berparas culun. Dia sengaja memainkan kerah bajunya, membuat bulatan payudaranya makin terpampang dengan sangat jelas. Beberapa menit dia menunggu, dan munculah penjaga toko itu membawa barang pesanan kak Siescha.

Penjaga itu menggoda kak Siescha. Tangan nakal nya sengaja meremasi tangan halus kak Siescha, ketika kekasih ku itu memberikan uang kepadanya. Kulihat kak Siescha mulai risih dengan tingkah laku penjaga toko tersebut. Aku pun menghentikan eksperimen ku. Segera kulangkahkan kakiku mendekati kak Siescha.

"Kok lama yang? Ada apa?" ucapku pada kak Siescha.

"Gatau ni yang, penjaga toko nya genit. Dia godain aku."

Akupun menatap penjaga toko itu dengan tajam. Dia terlihat sangat bergetar memandangku ketakutan. Namun remasan tangannya di tangan kekasihku tak ia lepaskan. Aku pun segera menegurnya.

"Woy, apa-apan lu? Huh? Godain istri gue. Lu bosen idup yaa?" Bentak ku.

"Ini apaan lagi, pake pegang-pegang tangan segala. Lepasin!" lanjutku.

Penjaga toko itu pun melepaskan pegangan tangannya di tangan kak Siescha. Tubuhnya bergetar ketakutan, lalu menunduk.

"Kalo jualan yaa jualan aja! Kagak usah pake genit segala. Jadi berapa semuanya?" tanyaku sambil membentaknya.

"Ma, maaf pak. Saya khilaf." jawabnya sambil tetap menunduk.

"Maaf, maaf lu. Gue tonjok juga lu. Jadi ini berapa semuanya? Cepetan, waktu gue gak lama!"

"Se, semuanya gra,, gratis pak." ucapnya sambil bergetar.

Aku dan kak Siescha pun tersenyum melihat tingkah laku penjaga toko tersebut. Tanpa menunggu lama lagi, aku mengajak kekasihku untuk segera pulang. Sebuah vibrator gratis pun segera ku buka, lalu kumasukan kedalam rok kak Siescha. Sempat kulihat penjaga toko itu menatap nanar kepadaku yang sedang memasukan sebuah vibrator ke dalam vagina kak Siescha.

Aku pun berjalan keluar dari toko sex itu sambil menggandeng kak Siescha dengan bangga. Tangan nakal ku tak pernah berhenti meremasi ataupun mengocoki vagina kak Siescha didalam rok pendeknya itu selama kami berjalan meninggalkan toko itu. Seluruh mata didalam toko itu tak pernah lepas dari tubuh kak Siescha. Membuat ku semakin sengaja memperlihatkan aktifitas tanganku di dalam rok pendek kak Siescha.

Aku pun langsung mengantarkan kekasihku itu ke kostan nya. Dia kembali mengalami orgasme sebanyak dua Kali selama per jalanan pulang itu. Vibrator yang kudapatkan gratis ini ternyata cukup ampuh dalam memberikan rangsangan.

------------------------Lust Of My Nurse------------------------

"Thanks for today hubby. I love you." ucap kak Siescha seraya mengecup bibirku dengan kuat.

"Anything for you, my wife." Jawabku sambil mengecup mesra keningnya.

"Oiya yang, mulai hari ini kamu harus ganti model pakaian kamu yaa. Terlihat lah seksi di mata orang banyak, kalo perlu jangan pake CD ataupun Bra didalamnya. Namun ingat, jangan sampai kamu nakal dengan orang lain ataupun terlihat murahan dimata orang. Buat lah aku bangga memiliki mu cinta. I love you." Lanjutku ketika kak Siescha hendak keluar dari mobil ku.

Kak Siescha hanya tersenyum sambil mengangguk mengerti. Dia pun berjalan memasuki kostnya dengan langkah yang gontai. Lututnya kulihat sangat bergetar, seakan tak mampu menahan bobot badannya sendiri. Akhirnya kak Siescha pun menghilang dibalik pintu kostan tersebut.

Waktu telah menunjukan pukul 7 malam, ketika aku menyalakan layar hand phone ku. Hmmmm,, saat nya melajukan mobil ku menuju *******. Yaa, tempat yang telah dijanjikan oleh Dessy kepadaku tadi Siang. Mobil ku pun melaju dengan mantap, kembali menembus hiruk pikuk kendaraan yang lalu lalang.

Sebuah senyum kemenangan terlukis di bibirku, membayangkan apa saja yang akan segera aku alami di hari-hariku berikutnya....




*Apakah yang akan aku dapatkan dari Dessy malam itu?
*Lalu bagaimana kelanjutan hubungan ku dengan kak Siescha yang sudah berubah menjadi seorang eksibisionis oleh tanganku sendiri kedepannya?

Let's wait for the 1 one guys! Cheers! :beer:




•To Be Continue...
 
Terakhir diubah:
[Size=+2]Part 7: Best Night Ever![/size]



Selamat malam dunia
Ku siap tuk berpesta
Kita nikmat malam
Berdua dengan mu....

Lantunan lagu mengalun merdu di telingaku, sedikit mengusir rasa jenuhku yang tengah terjebak macet malam itu. Yaa, malam itu aku sedang dalam per jalanan untuk menemui Dessy, temanku.

Satu jam sudah aku terjebak kemacetan itu. Aku yang saat itu masih telanjang, lantas memakai kembali pakaian ku yang masih tercecer di kursi belakang mobil ku. Tak lama berselang, sebuah dering BM masuk ke hand phone ku. Kuhentikan sejenak aktifitasku, lalu segera kuraih benda itu. Disana tertera nama 'Dessy'

Dessy said:
Dimana lu bes? Jadi dateng gak?
PING!
PING!

Abes said:
Iyaa bentar, macet ni Ndut!

Dessy said:
Okedeh kalo gitu. Gue kira lu gak jadi dateng.

Abes said:
Kenapa emang?

Dessy said:
Gpp. Sini aja cepet, tar gue kasih tau.

Abes said:
tutupku.

Beberapa menit kemudian, akhirnya aku terbebas dari kemacetan panjang itu. Aku pun segera mengambil jalur alternatif menuju ******* melewati sebuah komplek perumahan. Kupacu mobil ku dengan perlahan.

------------------------Lust Of My Nurse------------------------

20 menit kemudian akhirnya akupun tiba di suatu club malam daerah *******, tempat yang di janji kan Dessy tadi siang kepadaku. Lalu kuparkirkan mobil ku dijajaran paling depan. Kemudian ku ambil hand phone ku dan mulai mengetik sesuatu disana.

Abes said:
PING!
Ndut, gue udah di parkiran nih. Lu dimana?

Dessy said:
Bentar, gue kesitu sekarang bes.

Sambil menunggu Dessy tiba, aku pun segera memakai dan merapikan bajuku seadanya. Setelah selesai aku lantas menyalakan sebatang rokok, mulutku sudah berasa masam saat itu. Tak lupa ku buka sekaleng beer yang tadi sempat aku beli di supermarket, dan mulai menegaknya.

Kulihat ada bercak lendir yang masih menggenang di kursi mobil ku, cairan itu merupakan cairan vagina kak Siescha yang mengalami orgasme oleh vibrator beberapa saat lalu. Lantas ku lap cairan itu dengan CD nya yang tertinggal di mobil ku, bisa gawat kalo sampe ketahuan Dessy.

Tak lama berselang, kulihat Dessy pun tiba diparkiran dengan seseorang. Aku sempat terpukau dengan kedua sosok yang sedang berdiri sambil melihat sekeliling itu. Sungguh, mereka berdua sangat cantik malam itu. Akhirnya ku langkahkan kakiku menuju keluar, dan melambai pada mereka.

"Hei Ndut, sebelah sini." kataku memanggil Dessy.

"Oh hei bes. Udah lama lu nunggu?" ucap Dessy sambil menghampiri ku.

"Tumben lu bawa mobil, biasanya juga lu naek motor. Pantes kena macet. Hihi..." lanjutnya seraya tersenyum padaku.

"Iseng aja Ndut. Hehe..."

"Oiya bes, kenalin ni temen gue, Wulan." ucap Dessy memperkenalkanku kepada temannya.

"Oh Iyaa, kenalin gue Abes." ucapku seraya menjabat tangan Wulan.

"Gue Wulan." jawabnya sambil tersenyum.

Wulan, gadis cantik teman dari temanku. Dia memiliki tubuh yang sangat indah. Gadis ini memiliki tinggi sekitar 168 cm dan berat sekitar 45 kg. Payudaranya bulat sempurna, ku taksir berukuran 34 B.

Malam itu Wulan memakai mini dress warna hitam yang sangat ketat. Sehingga semua lekuk tubuhnya tercetak dengan jelas dibalik pakaian nya itu. Sungguh, membuatku tergoda melihat nya.

"Heh, malah bengong lagi kalian! Ayoo cepetan kita ke dalem, partynya udah mulai tuh. Gue bentar lagi main." ucap Dessy mengagetkan kami berdua.

"Oops, sorry." ucapku sambil tersipu.

Kami pun berjalan menuju ke dalam club malam itu sambil beriringan. Dessy dan Wulan berjalan disamping mengapitku ditengah, membuatku bagai seorang Arjuna saja malam itu. Dan dengan bangga, ku gandeng kedua wanita cantik itu memasuki tempat itu.

Dessy merupakan seorang Disc Jockey, dia cukup terkenal di tempat itu. Dia juga merupakan salah satu VIP member disana, sehingga kami pun masuk dengan sangat mudah ke dalam club itu.

Hentakan musik house, dan kerlap lampu segera menyambut kehadiran kami di dalam. Ternyata suasananya sudah cukup ramai disana, sehingga kami pun harus berdesakan untuk menuju sebuah VIP room yang telah di booking Dessy sedari tadi.

Setelah berjuang menembus kerumunan orang, akhirnya kami bertiga pun tiba di depan sebuah ruangan yang cukup mewah di club malam itu. Lantas Dessy segera membuka pintu ruangan itu, dan mempersilahkan kami berdua untuk masuk.

Ruangan itu terletak di lantai 2. Diruangan tersebut terdapat sebuah meja bundar yang cukup besar, dan beberapa sofa panjang di sekeliling nya. Sebuah AC, home theater, dan kaca besar yang memberikan view dance floor semakin membuat tempat itu sangat nyaman.

VIP room itu sangat private, ruangannya didesain dengan kedap suara. Juga kaca yang digunakan disana merupakan cermin satu arah, sehingga aktifitas orang di ruangan itu tidak bisa dilihat ataupun didengar dari luar. Sebuah lubang kecil yang terdapat di pintu, menjadi satu-satunya tempat untuk mengintip kedalam.

Berbagai macam minuman dan snack sudah tersedia di atas meja bundar di dalam VIP room itu. Mulai dari soft drink, sampai ke minuman yang mengandung kadar alkohol yang tinggi. Kami pun akhirnya duduk di sofa sambil mulai berbincang.

"Lu maen jam berapa Ndut?" tanyaku sambil menuangkan wine ke gelas.

"Bentar lagi bes. Jam sepuluhan. Kenapa memang?" jawab Dessy.

"Gpp, gue pengen liat lu perform aja. Lama gak liat lu goyang. Haha...." ucapku sambil meneguk minuman itu.

"Eh, lu mau minum apa lan?" ucapku kepada Wulan yang terlihat bengong.

"Bebas om."

"Wanjrit, Om? Panggil aja gue Abes sis, gue masih 19 tahun. Jangan panggil om lah, kesannya gue dah tua banget." Ucapku kecut.

"Oops, sorry. Gue kira... Hehe..." jawab Wulan sambil tersenyum.

Dessy hanya tertawa dengan kelakuan teman nya itu. Namun akhirnya dia pun pamit kepada kami, sekarang sudah saatnya dia perform. Dessy pun menegak habis martini nya, lalu melangkah keluar meninggalkan aku dan Wulan berdua saja di ruangan itu.

Gadis itu terlihat sangat canggung sepeninggal Dessy. Dia hanya duduk terdiam saja sambil menatap dance floor. Namun sesekali gadis itu mencuri pandang kepadaku, membuatku sedikit Geer. Lalu kuberanikan diriku untuk mulai mengajaknya berbincang.

"Eh lan, lu dah lama kenal sama Dessy?" tanyaku mencairkan suasana.

"Lumayan bes, kenapa emang?"

"Ah, gpp. Nanya aja."

"Oiya, lu masih kuliah atau dah kerja lan?" lanjutku.

"Gue gak kuliah bes. Gue kerja jadi SPG disini, namun sesekali gue jadi PL di salah satu tempat karaoke daerah **********." jawab Wulan menerangkan.

"Oh Iyaa. Memang lu asli mana lan? Gue jarang liat lu disini."

"Gue asli ***** bes."

"Oh, pantas. Nyantai aja kalo sama gue mah lan, jangan canggung gitu. Tenang, gue gak gigit kok."

"Nih, minum lagi." lanjutku seraya menyodorkan martini padanya.

Wulan pun tersipu, lalu mengambil martini yang kusodorkan. Gadis itu lantas menegak habis minuman itu dalam satu tegukan. Dan menaruh seloki kosongnya di atas meja. Dia pun kembali menatap dance floor, sambil menyalakan sebatang rokok mild di tangan nya.

Kulihat Dessy sudah mulai perform dibawah sana. Gadis itu sungguh pintar dalam ngemix lagu, tangannya sudah sangat terampil memainkan tempo dan hentakan musiknya. Sesekali tubuhnya bergoyang seksi, membuatnya sangat menggairahkan jika sedang bermain DJ.

Para dancer pun mulai menari-nari seirama dentuman musik yang Dessy mainkan. Satu persatu ladies night mulai naik ke atas dance floor mengiringi para dancer, membuat semua pengunjung bergoyang seirama dibuatnya. Semakin lama, goyangan dari mereka pun makin panas saja.

Melihat pemandangan itu, darah mudaku mulai bergejolak dan horny dibuatnya. Penisku mulai menegang dibalik celanaku, membuatku harus menggeser posisi duduk ku. Aku takut bila tonjolan di celanaku ini sampai di pergoki oleh Wulan.

Namun aku telat, ternyata Wulan telah melihat tonjolan di celanaku. Gadis itu nampak sedikit terkejut, namun segera memalingkan pandangan nya itu ke dance floor ketika pandangan kami beradu. Kulihat gadis itu pun sudah mulai horny saat itu, terbukti dari posisi duduk nya yang mulai gelisah.

"Dibawah panas banget yaa lan." ucapku mengejutkan gadis itu.

"Eh, I, iyaa bes." jawab Wulan dengan pandangan sayu.

"Eh bes, sini dong. Tolong layanin, eh. Tolong tuangin gue minuman lagi." lanjutnya.

Mendapat kesempatan, aku lantas mendekati Wulan. Lalu aku duduk disamping kanan tubuh Wulan. Posisi duduk kami cukup dekat saat itu. Sehingga kulit tubuh kami sempat bergesekan, membuatku seluruh darahku makin berdesir.

Kembali ku sodorkan segelas penuh wine kepadanya, dan diteguknya habis. Dia pun mulai menyandarkan kepala nya di bahu kiriku. Tak lama, pandangan kami saling beradu. Dan ntah siapa yang memulainya, tahu-tahu kami sudah terlibat dalam sebuah ciuman yang panas.

Bibir kami sudah saling pagut, dan saling hisap. Lidah kami pun beradu, saling belit dan saling jilat di dalam sana. Membuat deru nafas kami semakin memburu. Air liur kami pun bercampur, dan sesekali menetes di sela-sela pagutan bibir kami.

Wulan melingkarkan tangannya di leherku, sambil tak melepaskan pagutan bibirnya. Dia sudah sangat terangsang saat itu. Wajah Wulan merona merah, dan kedua matanya terpejam seakan meresapi ciumanku.

"Oops, sorry bes." ucap Wulan bergetar ketika pagutan kami terlepas.

Deru nafas kami masih sangat memburu karna terangsang saat itu. Pandangan kami pun beradu, berharap masing-masing dari kami tahu apa yang sedang dirasakan saat itu. Dan seakan sudah saling mengerti, kami pun berciuman kembali. Namun kali ini ciuman kami berdua makin panas saja.

Wulan lalu beranjak naik ke atas tubuhku. Kedua tangannya mulai bergerilya ke setiap lekuk tubuhku, tanpa melepaskan pagutan bibirnya di bibirku. Gadis itu ternyata sangat agresif bila sedang horny.

Mendapat serangan itu, aku tak tinggal diam. Ku arahkan tanganku untuk menjamah payudaranya. Kuraba benda itu di luar mini dressnya dengan gemas. Payudara Wulan sangat kenyal dan pas di tanganku, membuatku jadi tak sabar untuk segera meremasnya dengan keras.

Cukup lama kami terdiam dalam posisi itu. Kami saling hisap dan saling beradu lidah dengan sangat bernafsu. Tangan kami sudah sibuk saling memberikan rangsangan pada tubuh lawan kami. Sungguh, pemandangan yang sangat erotis.

Beberapa menit kemudian Wulan melepaskan pagutan bibirnya. Gadis itu lantas beranjak turun menuju selangkangan ku. Tangan nya segera menelusup ke dalam celanaku, dan meraba penisku di dalam.

"Ih, kontol lu gede banget bes. Muat gak yaa di memek gue." ucap Wulan sambil memelorotkan celanaku.

"Kenapa lu gak coba aja lan?" tantangku.

Mendengar ucapanku itu, Wulan lantas tersenyum melihatku. Kedua tangannya segera memelorotkan celanaku, membuat penisku yang sudah setengah ereksi melompat bebas dari sarangnya.

Kulihat Wulan sempat terlihat kaget melihat penisku yang besar dan panjang tengah berdiri tegak dihadapannya. Gadis itu lalu terdiam memandang penisku kagum. Mulutnya menganga lebar saat itu, membuatku makin tak sabar saja.

"Kenapa lan? Kok cuman diliatin aja sih.” ucapku padanya.

"Eh, sorry bes. Kontol lu gede banget sih. Gue sampe kagum sama kontol lu ini." jawab Wulan sambil menatapku sayu.

"Kalo gitu, cepetan puasin kontol gue lan. Udah gak sabar nih." ucapku sambil menarik kepalanya menuju penisku.

Wulan yang tahu apa maksud ku, segera membuka mulutnya lebar. Penisku akhirnya masuk ke mulut hangat Wulan sedikit demi sedikit. Gadis itu pun mulai mengulum penisku dengan sangat telaten. Setiap inchi penisku dia jilati, dan sesekali dia kocok dengan tangan halusnya. Membuatku mulai mendesah.

"Aaaagggghhh,, sepongan lu manteb banget lan.. Oouuuggghhh, yees, hisap terus lan."

Mendengar itu, Wulan makin semangat memberikan service pada penisku. Wulan menghisap penisku dengan sangat kuat, dan lidah nya membelit batang penisku di dalam mulutnya. Sesekali dia jilati biji pelirku, membuatku menggeliat keenakan.

"Uuummmhh, kontol lu enak banget bes. Muuaaccchh, pas banget di mulut gue. Ummmhhh..." ucap Wulan seraya memperkuat hisapan mulutnya.

"Aaaagghhh lan, udah dulu. Aaagggghhh,, gue juga pengen jilatin memek lu nih... Aaagghhhh..." ucapku sambil memegangi kepalanya.

Akhirnya Wulan pun menghentikan aktifitasnya itu sambil mulai melucuti satu persatu pakaian nya. Dia melepas bajunya dengan gerakan yang sangat erotis, sesekali dia goyangkan pinggulnya di hadapanku. Yaa, dia menyuguhiku sebuah goyangan Streapteas saat itu. Sungguh menggairahkan.

Melihat hal itu, membuat penisku makin menegang dengan sempurna. Segera ku tarik tubuh telanjangnya itu ke pangkuan ku, lalu ku pagut mesra bibir mungilnya. Kedua tanganku segera ku gerakan untuk merangsang tubuh Wulan. Tangan kiriku meremasi payudaranya dengan gemas, sedang kan tangan kananku meluncur menuju vaginanya yang sudah sangat basah.

Segera ku masukan dua jariku kedalam vagina Wulan yang sudah lembab itu. Ku kocok lubang basah itu dengan tempo yang sedang. Membuat Wulan mulai mendesah dan menggeliat bagai cacing kepanasan di pangkuanku.

Kuturunkan ciumanku menuju leher jenjang Wulan, dan mulai memberikan jilatan disana. Sesekali ku hisapi dengan keras, sehingga meninggalkan bekas cupangan disana. Kedua tanganku masih sibuk di payudara dan lubang vagina Wulan, membuat gadis itu mulai mendesah menerima setiap kenakalanku itu.

"Aagghhh Bess, gue udah gak tahan nih. Aagghhh,, cepetan entotin gue. Uuggghhh..." desah Wulan.

"Bentar lan, gue belom nyicipin cairan memek lu." ucapku sambil mulai menciumi payudara gadis itu.

"Aaaagghhh, cepetan dong, memek gue udah gatel banget... aaaagghhh,, hmmmm..."

Dia pun menjambak rambutku, lalu mendorong nya menuju lubang vaginanya. Aku sempat terpana melihat lubang vagina mungil di depan ku itu. Lubang nya merah merekah, seakan mengundang setiap orang yang melihat nya untuk segera menyantapnya.

"Kenapa bengong bes? Jangan diliatin terus, gue malu." ucap Wulan sambil menekan kepalaku menuju vaginanya.

Kepalaku pun mulai menyentuh vagina lembab nya itu, dan segera kuciumi dengan gemas. Kujilati celah sempit lembab nya itu dengan sangat telaten, sambil sesekali kuhisap lubang itu dengan kuat. Membuat Wulan menggeliat-geliat.

"Ooouuuggghhh bees, iyaa, terus bes,, aggghhh, enak banget bes.. Iyaa, terus hisapin memek gue, aaagghhhh,, lu pinter banget sih, aggghhh..." desah Wulan sambil menjambaki rambutku.

Ku jilat habis setiap lendir yang merembes dari lubang vaginanya itu dengan rakus. Mulut ku menjilat, menghisap, dan mencucup lubang vaginanya dengan sangat bernafsu. Sesekali ku jilati clitorisnya yang mencuat, membuat Wulan makin menggila. Dan tak lama berselang, dia pun orgasme.

"Ooouuuggghhh Bess, terus Bess,, aaagghhhh,, iyaa,, ouuuuggghh,, terus bes, Gu,, gue mau keluaaa,, aaaarrrggghhhhh,, aggghhh..."

Wulan mendapatkan orgasme nya yang pertama malam itu. Cairan putih menyembur deras dari dalam lubang vaginanya, yang langsung kutelan habis semuanya. Tubuh Wulan menegang sambil bergetar kuat untuk beberapa saat.

Tangannya menjambak rambutku, sambil menekan kepalaku makin kuat ke vaginanya. Aku sempat sulit bernafas dibuatnya. Namun akhirnya dia pun melemas dan ambruk melemas. Jambakan tangannya di rambutku pun terlepas, sehingga aku bisa bernafas dengan lega kembali.

Tubuh Wulan tergeletak tak bertenaga di atas sofa. Matanya menatap sayu kearahku, seakan berterima kasih untuk aksiku beberapa saat lalu. Kedua pahanya masih terbuka lebar. Kulihat lubang vagina dan dubur Wulan kembang kempis seirama deru nafasnya yang masih berat itu. Cairan cinta dan lendir vaginanya masih merembes dari lubang mungil vaginanya itu.

Akhirnya kuposisikan penisku di depan vaginanya yang telah membanjir itu. Aku menggesek-gesekan dahulu penisku di lubang vagina Wulan, sebelum akhirnya kutekan penisku dengan satu hentakan keras menembus lubang vaginanya dengan kuat.

"Aaaaggghhh..." desah kami ketika alat kelamin kami mulai menyatu.

Vagina Wulan sungguh sangat peret menjepit penisku. Lubang itu sungguh sangat hangat dan lembut. Setiap otot-otot di dalam vaginanya mengurut batang penisku dengan sangat kuat, sungguh memanjakan penisku.

Tanpa menunggu waktu lebih lama lagi, segera kupacu pinggulku menghentak tubuh Wulan dalam tempo sedang. Penisku mulai menggeseki dinding vaginanya dengan sangat mantap, membuat Wulan mulai mendesah dengan cukup keras. Hal itu membuat vagina Wulan makin membecek saja.

"Aaagghhhh Bess, kontol lu enak banget, ooouugghhh,, terus bes, aaagghhhh..." desah Wulan.

Aku hanya tersenyum sambil terus menggenjot tubuhnya dengan tempo tetap. Kedua tangan ku meremasi kedua bongkahan payudaranya dengan kuat. Puting payudara Wulan menjadi mengacung keras, yang segera kuhisap dengan sangat kuat.

"Aaaghhh, Bess, entotin gue makin keras Bess, aaaggghh, bes, genjot yang cepet,, gue mau keluar lagi,, agggghhhh... Hmmmm..." ceracau Wulan.

Dan tak lama kemudian, vagina Wulan pun mendapatkan orgasme nya kembali. Tubuhnya bergetar hebat dibuatnya. Kepala Wulan mendongak keatas, sambil kedua matanya memejam meresapi kenikmatan yang sedang dia dapatkan itu.

Namun aku tak memberikan Wulan waktu untuk beristirahat dan terlarut dalam gelombang orgasmenya itu. Segera kupacu kembali penisku di dalam lubang vaginanya itu, sehingga kelamin kami saling bergesekan kembali di dalam sana. Membuat Wulan sangat terkejut dan mulai menjerit sangat nyaring merasakan sodokan penisku.

Tak lama kemudian, gadis itu hanya mendesah dan mengerang menerima setiap gesekan alat kelamin kami. Vagina Wulan sudah sangat basah saat itu, membuat laju penisku keluar masuk dengan lancar. Suara kecipak tumbukan alat kelamin kami pun mulai terdengar seirama goyangan ku di vagina beceknya, membuatku semakin semangat saja menggenjot tubuh sintal Wulan.

Semakin lama kupercepat hentakan penisku menghentak lubang vaginanya itu, membuat Wulan makin menggila. Wulan mendesah-desah dengan nyaring, sesekali gadis itu menjerit karena hentakan ku yang terlalu keras dan cepat di lubang vaginanya itu. Sampai tak lama kemudian, Wulan pun mencapai orgasmenya yang kesekian kalinya malam itu.

Segera ku balikan tubuh Wulan menjadi menungging, lalu memposisikan penisku di depan lubang vaginanya yang sangat mengkilat oleh lendir. Dan setelah dirasa pas, kupacu kembali tubuh Wulan dengan tempo yang cepat. Suara tubrukan pinggulku dengan pantat semok Wulan menimbulkan suara yang sangat nyaring. Vagina Wulan semakin menjepit penisku dengan kuat dalam posisi itu.

25 menit kemudian, orgasme ku mulai terasa mendesak. Akhirnya kupercepat genjotanku di vaginanya dengan sangat cepat dan dalam. Wulan mendapatkan orgasmenya kembali saat itu, vaginanya berkontraksi meremasi penisku.

Ketika sperma ku akan keluar, ku cengkram bongkahan pantat bulat Wulan dengan sangat kuat. Dan dengan satu hentakan keras, kutancapkan penisku lebih dalam lagi di dalam vaginanya hingga menyentuh dinding rahim Wulan. Sadar dengan apa yang akan terjadi, gadis itu meronta.

"Aaaagghhh, jangan bes, cabut kontol lu. Gue lagi subur sekarang bes, aaagghhhh.... Abeeeesssss!" jerit Wulan sambil meronta.

Namun semuanya telat, spermaku telah menyembur memenuhi rahim Wulan dengan sangat deras nya. Seluruh tubuhku bergetar dan mengejang selama beberapa saat, hingga akhirnya tubuhku melemas dan ambruk menimpa tubuh telanjang Wulan.

Ntah mengapa, aku betah berlama-lama dalam posisi itu. Tubuhku menindih tubuh telanjang Wulan yang tengah menungging dengan penis yang masih menancap di lubang mungil vaginanya. Kupeluk gadis itu dengan erat.

Cairan kental spermaku yang telah bercampur dengan lendir cinta Wulan merembes keluar dari lubang vagina Wulan. Cairan itu meleleh dari lubang mungil yang masih di penuhi penis besar ku itu menuju ke paha Wulan, dan akhirnya menetes di sofa.

"Sorry lan, gue telat nyabut." ucapku seraya mencium pundak kirinya.

Namun Wulan tak menjawab pertanyaan ku itu, dia hanya terdiam membisu dibawah tindihan tubuhku. Kami akhirnya sibuk dengan fikiran kami masing-masing. Kami tenggelam kedalam alam bawah sadar kami masing-masing.

Tak lama sebuah suara dari arah pintu mengejutkan kami berdua. Panik, segera kucabut penisku dengan satu tarikan kuat. Sehingga gumpalan sperma ku keluar dengan deras dari vagina Wulan. Kusapukan pandanganku menuju asal suara, dan aku sempat terkejut dibuatnya.

Suara tadi adalah suara Dessy. Wulan masih sibuk menutupi tubuh telanjang nya seadanya. Namun aku hanya tersenyum melihat Dessy. Aku yakin dia pun terangsang melihat keadaan kami yang telanjang bulat itu.

"Apa-apa kalian ini?" ucapnya dengan nada yang cukup keras.

"Kenapa gak nungguin gue sih?" lanjut Dessy sambil mulai menelanjangi tubuhnya.

Aku menatap nanar kepada tubuh montok Dessy yang mulai telanjang itu. Bongkahan payudaranya lebih besar dari milik Wulan, kutaksir berukuran 38 B. Pinggangnya kecil, sedang kan pinggulnya membesar. Tubuh Dessy nampak bagaikan gitar spanyol, sungguh indah.

Sebuah senyuman mengembang di wajahku. Dan tanpa terasa, penisku pun mulai mengeras kembali. Melihat hal itu, Dessy segera berjalan angkuh mendekati ku. Wajahnya sudah sangat meronta merah, menandakan jika dia sudah sangat terangsang saat itu.

"Dih, ni kontol udah ngaceng aja bes. Padahal lu baru muncrat barusan. Gak ada bosennya yaa." ucap Dessy manja sambil mulai jongkok di depan selangkangan ku.

"Habis body lu montok banget ndut. Gue jadi pengen ngentot lagi dibuatnya. Hehe..," balasku frontal.

"Hih, apaan sih lu bes. Dasar mesum!" ucapnya sambil mulai mengocok penisku.

"Eh lan, gue minjem kontol si Abes dulu yak." lanjut Dessy seraya mulai memasukan penisku ke dalam mulutnya itu.

Wulan hanya menatap tak percaya pada teman nya itu. Dia tak menyangka jika temannya itu bisa sebinal sekarang. Namun dia pun mulai terhanyut kembali ketika aku mendaratkan sebuah ciuman ke mulutnya. Kami pun terlibat ciumanku yang panas kembali saat itu.

Aku merasakan sesuatu yang lembut nan basah mulai menyentuh kepala penisku. Ku lepas sejenak pagutan bibir ku, guna melihat keadaan dibawah sana. Dan aku sempat terkejut ketika melihat Dessy tengah memasukan penisku kedalam vaginanya dengan sangat sudah payah.

"Heh, kenapa lu?" ucapku kepada Dessy.

"Kontol lu kegedean bes, gak muat nih di memek gue. Gak masuk-masuk kontol lu." ucap Dessy bergetar.

"Aaaggghh, bes ganti posisi dong. Memek gue dah gatel banget nih. Aaagghhhh..." rengeknya.

"Hahaha... Dasar perek lu ndut. Memek lu masih kering tau, makanya agak susah di jebol kontol gue. Lu minta Wulan jilatin gih." ucapku merendahkan gadis semok itu.

"Ayoo lah bes, gue dah gak kuat ini. Ssshhhh..." ucap Dessy sambil mendesis.

"Yaudah, tapi jangan nyalahin gue kalo sampe memek lu robek."

Mendengar ucapanku itu, Dessy nampak bergidik ketakutan. Dia akhirnya turun dari pangkuan ku, lalu menarik tangan Wulan dengan kasar. Dessy memposisikan tubuhnya berbaring di atas meja. Kedua pahanya dia kangkangkan dengan lebar, dan dengan kedua tangannya dia lalu membuka lubang vaginanya yang berwarna merah muda itu.

"Ayoo lan, cepetan jilatin memek gue. Please, gue dah gak tahan..." rengek Dessy kepada Wulan.

Wulan awalnya menolak, dia berkilah hal itu tabu untuknya. Namun karna kasihan, Wulan pun menuruti kemauan temannya itu. Wulan mulai menjilati vagina mungil Dessy dengan sangat perlahan, nampak belum terbiasa dengan semua itu. Namun hal itu membuat tubuh Dessy bergetar dengan keras. Terlihat Dessy sangat menikmati ulah temannya itu.

"Aaagghhhh, terus lan,, aagggghh... Jilatin lubang memek gue, hisap lan.. Aggghhh... Hmmmm..." desah Dessy.

"Masukin lidah lu kedalam memek gue lan, iyaa gitu, aaagghhhh enak banget lan.. Aggghhh,, yaa, jilatin itil gue juga... Ouuuggghhhh fuck! Terus lan, enak...." lanjut Dessy sambil mulai menjambaki rambut Wulan.

Melihat pemandangan seperti itu, membuatku tak tahan. Penisku sudah cenat cenut minta di puas kan. Segera ku dorong tubuh Wulan menjauh dari tubuh Dessy. Dan kuposisikan penisku tepat di depan lubang vagina Dessy yang sudah sangat lembab.

Kugesek-gesekan kepala penisku disana, sebelum akhirnya kutekan penisku ke dalam vaginanya. Namun ternyata lubang vagina Dessy masih terlalu sempit untuk ukuran penisku, hingga penisku pun melenceng kesamping vagina nya. Kucoba lagi, dan gagal kembali.

"Aaarrrrggghh, kontol lu kegedean bes." rengek Dessy.

"Memek lu aja yang kesempitan des. Jarang dipake nih pasti." ucapku sambil meludahi lubang vagina Dessy.

Kembali ku tekan penisku memasuki vagina mungil Dessy, namun gagal kembali. Dessy terlihat sangat tersiksa dibuatnya. Dia sudah sangat terangsang saat itu, hingga diapun merengek kepadaku.

Akhirnya kusuruh dia untuk memegangi penisku dengan kedua tangannya. Aku lantas memposisikan kembali penisku di depan lubang mungil Dessy. Dan dengan satu hentakan keras, akhirnya penisku pun meluncur menembus lubang vagina Dessy yang sangat sempit itu.

Aku sangat terkejut mendengar Dessy menjerit kesakitan ketika penisku sudah masuk seluruh nya di dalam lubang vaginanya itu. Tubuhnya mengejang, dan kedua tangannya mencakari punggungku. Dan aku semakin terkejut ketika mendengar Wulan yang ikut menjerit dibelakang ku.

"Bes, memek si Dessy berdarah bes!" teriak Wulan.

Aku yang tadinya sedang menggenjot vagina Dessy segera menghentikan genjotanku. Dadaku berdebar kencang mendengar ucapan Wulan barusan. Lantas kutatap Dessy yang masih merasakan perih di vaginanya. Wajah gadis itu pucat, dan seluruh tubuhnya bergetar menahan sakit.

"Jangan bilang kalo lu masih perawan Des." ucapku pada Dessy lembut.

Dessy tak memberikan jawaban. Dia masih meringis menahan sakit di selangkangannya. Untuk memastikan, akupun hendak mencabut penisku. Namun baru setengahnya ku cabut, Dessy melingkarkan kedua kakinya menjepit pinggulku. Lalu menariknya kuat, membuat penisku amblas kembali kedalam vaginanya yang mengeluarkan bercak darah.

"Udah, cepetan puasin gue bes!" ucap Dessy sambil tetap meringis menahan sakit.

"Tapi..."

"Udah cepetan, jangan banyak omong bes."

"Tapi memek lu berdarah Dessy." ucap Wulan khawatir.

"Iyaa, itu darah perawan gue."

"Sekarang cepetan genjot gue bes. Puasin memek gue sama kontol lu." lanjut Dessy.

"Sorry des, gue gak tau kalo lu masih virgin." ucapku menyesal.

"Udah cepetan, lu mau mau ngentot atau mau ngobrol sama gue? Gue juga pengen lu puasin malam ini." ucap Dessy sambil mulai menggerakan pinggulnya.

"Okee, tahan yaa. Ini bakalan sakit untuk beberapa menit Des." ucapku sambil mulai memompa tubuhnya.

Dessy mengangguk, wajahnya masih menampakan raut kesakitan. Maka kusuruh Wulan untuk menjilati kelamin kami dari belakang. Akupun mulai menggerakan pinggulku perlahan, menggesek lubang mungil Dessy yang membengkak. Dessy memeluk tubuhku erat, sambil sesekali mencakari punggungku melampiaskan rasa sakit nya.

Vagina Dessy terasa sangat mencekik penisku. Cengkraman otot vaginanya sangat kuat di penisku, membuatku kelojotan merasakan nikmat. Lidah Wulan pun terasa menjilati kelamin kami berdua dari belakang, sambil sesekali memijiti buah zakarku. Sungguh, aku serasa terbang ke langit ke 7 dibuatnya.

15 menit berselang, akhirnya Dessy mulai mendesah oleh genjotanku. Rupanya dia sudah mulai terbiasa dengan ukuran penisku itu, dan sudah bisa menikmati persetubuhan kami malam itu. Mendengar hal itu, Wulan pun mulai menghentikan jilatannya di kelamin kami berdua dan berjalan menuju meja mengambil sebotol wine.

Mulut Wulan belepotan oleh darah dan lendir vagina Dessy. Dia sudah seperti vampire saja saat itu. Kulihat dia sangat mual saat itu, beberapa kali dia terlihat akan muntah. Wulan lalu menuangkan wine ke gelas dengan tergesa, lalu menegaknya habis dalam satu tegukan.

"Yuucckks, darah memek lu banyak banget des. Mulut gue sampe belepotan gini. Mana amis banget lagi, gue sampe mau muntah." ucap Wulan kecut.

Aku dan Dessy hanya tertawa mendengar ucapan Wulan barusan. Sambil tetap menggerakan penisku keluar masuk di vaginanya dengan tempo yang sedang. Ku pagut bibir tipis Dessy dengan mesra, yang segera dibalas nya dengan mesra pula. Kami pun mulai terlibat dalam ciuman yang bergairah untuk beberapa saat.

Kulihat Wulan mengelap bibir nya yang belepotan darah Dessy itu dengan tissue, lalu berjalan kembali ke sofa. Gadis itu mulai menyalakan sebatang rokok mildnya kembali. Wulan duduk di tepi sofa dengan kaki menyilang, dia terlihat sangat excited menonton live sex di depannya.

Aku mempercepat genjotan penisku menggesek dinding vagina Dessy. Membuat Dessy mendesah dan mengerang makin keras. Kedua tanganku meremasi kedua bongkahan payudara bulat nya dengan keras, aku sangat gemas dengan benda mental itu. Mendapat serangan di setiap titik sensitif di tubuhnya, Dessy pun akan mencapai orgasmenya tak lama lagi.

"Aaaggghh, terus bes,, aagghh, gue mau keluar. Ooouuuggghhh fuck! Genjot makin cepet bes, makin cepet... Agggghhhh...." ceracau Dessy di telingaku.

Mendengar itu, ku hentakan penisku makin cepat dan dalam mendobrak vagina gadis itu. Dessy merengek sangat dekat di telingaku, sehingga deru nafasnya terasa menerpa lubang telinga ku, membuatku bergidik dan menggelinjang. Dan beberapa detik kemudian, Dessy pun mengejang mendekap tubuhku dengan sangat erat.

"Aaagggghhh, gue keluar bes. Ooouugghh, kontol lu enak banget... Aaagghhhh..." ucap Dessy dengan tubuh yang bergetar hebat.

Aku menghentikan sejenak pompaan penisku di dalam vaginanya. Aku ingin memberikan waktu Dessy untuk menikmati kenikmatan nya itu. Seluruh otot vaginanya berkontraksi mengurut penisku. Membuat penisku sangat dimanjakan di dalam sana. Kusapukan pandanganku ke arah Wulan yang tengah memainkan clitorisnya sendiri.

"Lu mau yang lebih enak des?" ucapku ketika Dessy telah mendapatkan kesadarannya kembali.

Dessy hanya mengangguk antusias. Dia segera melepaskan jepitan kakinya di pinggulku, bersiap untuk digenjot kembali. Namun aku malah mencabut keluar penisku dengan satu tarikan kuat dari dalam vagina Dessy. Membuat Dessy sedikit meringis ketika kelamin kami terlepas, lalu dia menatapku sayu. Lendir cintanya segera meleleh keluar dari dalam vaginanya, lalu bercampur dengan bercak darah perawannya kemudian menetes diatas meja.

"Cepetan lu nungging des. Dan lu sini lan, lu baringan disini." ucapku mengarahkan kedua betina ku ini dalam posisi yang kuinginkan.

"Lah, lu mau ngapain bes?" ucap kedua wanita itu kebingungan.

"Udah, turutin aja cepet. Gue jamin ini bakalan nikmat deh." ucapku yakin.

Mereka berdua pun menurut. Wulan berbaring dibawah tubuh Dessy sambil kedua kakinya terangkat keatas sofa. Sekarang vagina Wulan berada tepat dihadapan wajah cantik Dessy. Sedang kan Dessy tengah menungging diatas tubuh Wulan, sambil kedua pahanya terbuka lebar.

Setelah dirasa posisi semuanya sudah pas, maka ku posisi kan tubuhku di belakang Dessy. Aku bersiap untuk melakukan penetrasi kembali ke lubang sempit itu. Sempat kulihat lubang itu mulai melebar dan membengkak karna ulah penisku beberapa menit lalu. Membuatku jadi bangga karna telah berhasil mendapatkan kesucian Dessy hari itu.

"Udah siap des? Tahan yaa, ini bakalan sedikit sakit. Lubang memek lu ini masih kekecilan buat kontol gue." ucapku sambil menggesek-gesekan kepala penisku di depan lubang vaginanya yang sudah kembali membasah.

"Oiya, gue entotin memek lu Des. Nah elu harus jilatin memek Wulan sekarang. Jadi semuanya nikmat." lanjutku sambil mulai memasukan penisku dengan perlahan.

"Aaaawwwhhh,, I, iyaa Bess. Aaaggghh..." ucap Dessy sambil mulai menjilati vagina Wulan.

Dessy terlihat meringis ketika penisku kembali mengisi lubang vaginanya itu. Ku goyangkan pinggulku semakin lama semakin cepat menggenjot lubang mungil Dessy. Sesekali ku hentakan penisku dengan sangat kuat, sehingga membuat tubuh Dessy terlonjak.

"Aaaagghhh, enak banget bes. Terus, entotin gue makin cepet. Aaagghhhh, entotin gue makin dalem bes. Robek memek gue sama kontol gede lu ini. Ooouuugghh, malam ini gue sama Wulan itu pelacur lu." Ucap Dessy disela lumatan bibirnya di vagina Wulan.

Mendengar itu, aku semakin semangat saja menggenjot tubuh semoknya itu. Ku cengkram bongkahan bulat pantatnya dengan kuat, dan menghentakan penisku menggedor vagina DJ cantik ini dengan bertenaga.

Desahan dan erangan kami bertiga saling bersahutan, memenuhi seluruh ruangan Ber AC itu. Sungguh, suara desahan dan erangan kedua betinaku ini menjadi suatu musik yang sangat indah di telingaku. Membuatku semakin menggila memacu tubuhnya. Sehingga dingin nya AC sudah tak terasa oleh kami bertiga saat itu.

"Aaaggghh, terus Des, hisapin itil gue, ooouughh, iyaa des... gu,, gue mau keluar des. Aaagghhhh..." desah Wulan pada Dessy.

"Aaagghhhh, bentar barengan lan. Gue juga bentar lagi keluar.... Aaagghhhh,, Bess, genjot memek gue makin cepet dan dalem lagiii,, aggghhh,, gue mau, keluaaarrr.... Ooouuuggghhh..." Jerit Dessy.

Dan tak lama kemudian mereka berdua mendapatkan orgasmenya secara bersamaan. Kedua betina ku ini bergetar merasakan orgasmenya masing-masing. Suara mereka berdua melengking memenuhi ruang ViP itu. Tubuh mereka berdua menegang, lalu ambruk dengan saling bertindihan. Kulihat mereka mulai berciuman.

Akupun kembali menggerakan pinggulku menggesek setiap dinding vagina Dessy. Hal itu membuat Dessy melepas pagutannya di bibir Wulan dan kembali mendesah. Dia lalu mengangkat tubuhnya, dan kembali mengoral vagina Wulan yang sudah sangat membasah.

"Hey, lu mau ngapain memek gue des?" ucap Wulan bergidik.

"Udah, lu diem aja lan. Aggghhh,, pokoknya lu bakalan nikmaaath... Oouuughhh..." ucap Dessy sambil mengambil sesuatu di atas meja.

Kulihat Dessy tengah memasukan sebotol penuh wine kedalam vagina Wulan, dan mulai memainkan botol itu keluar masuk vagina temannya. Kontan saja, cairan vagina Wulan bercampur dengan wine dan merembes dari dalam vagina Wulan.

Melihat itu, Dessy segera memasukan sebuah sedotan kedalam lubang vagina Wulan. Dan tanpa menunggu lama lagi, Dessy segera menyedot wine yang telah bercampuNamundir vagina Wulan dengan sangat bernafsu. Dessy seperti orang yang dehidrasi, dia menghisap setiap cairan yang keluar dari dalam lubang vagina temannya itu dengan sangat rakus.

Wulan terlihat pasrah dan sangat menikmati hal yang di lakukan oleh temannya itu. Tubuhnya menggeliat dan bergetar karena nikmat. Suara desahan dan erangannya keluar dengan sangat manja.

Melihat itu semua, aku pun tergoda untuk mencoba nya. Wine yang bercampur dengan lendir vagina gadis itu pasti akan sangat segar sekali di mulut. Maka ku suruh kedua betinaku ini untuk berganti posisi. Dan mereka pun menurut saja dengan apa keinginanku.

Sekarang Dessy tengah menduduki penisku dalam posisi WOT. Sedang kan Wulan, kusuruh untuk mengisi penuh vaginanya dengan wine. Aku ingin meminum wine langsung dari lubang vaginanya itu.

Wulan melakukannya dibantu oleh Dessy. Wulan menunggingkan pantatnya keatas, membuat vaginanya terangkat. Sedangkan Dessy mulai memasukan sebotol wine dan mulai mengocok vagina Wulan perlahan. Pinggulnya naik turun diatas tubuhku, membuat penisku keluar masuk vagina Dessy dengan mantap.

Sedikit demi sedikit cairan wine pun berpindah kedalam vagina Wulan. Hanya seperempat botol wine saja yang bisa di tampung oleh vaginanya itu. Dessy mulai menarik keluar botol wine itu perlahan, namun semua wine itu langsung tumpah ketika botolnya twrcabut dari dalam vagina Wulan.

"Pokoknya gue gak mau tau. Pokoknya lu harus isi penuh memek lu sama wine itu, lalu duduk diatas mulut gue. Gue mau minum wine langsung dari lubang memek lu lan. Cepetan, gue haus." ucapku tak sabar.

Akhirnya Dessy dan Wulan melakukannya semuanya dari awal kembali. Mereka menuangkan wine kedalam vagina Wulan, dan berusaha untuk membuat cairan wine nya tetap berada di dalam vaginanya. Mereka ternyata tak mau mengecewakanku malam itu.

Bosan menunggu, aku pun mulai memompa tubuh Dessy dengan tempo kuat. Hal itu membuat Dessy terkejut dan kembali mengerang dengan keras. Tangannya sangat bergetar memegangi botol wine di vagina Wulan, namun dia tetap mengendalikan dirinya guna membantu temannya itu.

Akhirnya Wulan berhasil menahan wine yang memenuhi lubang vagina nya itu. Dia lantas menghampiri ku sambil merangkak. Seluruh tubuhnya sangat bergetar ketika merangkak, terlebih tangan dan lututnya. Dan dengan tergesa, dia segera memposisikan vaginanya untuk menduduki mulutku.

"Bentar, lu harus ngeluarin wine itu sedikit demi sedikit di mulut gue yaa lan. Jangan sampe gue tersedak." ucapku sebelum membuka lebar mulutku menerima vagina Wulan.

Wulan hanya mengangguk lemah sambil mulai menduduki mulutku dengan perlahan. Gadis itu takut jika wine di dalam vaginanya itu tumpah, dan membasahi wajahku. Seluruh vaginanya masuk semuanya kedalam bibir ku. Segera ku pegangi kedua paha Wulan dengan sangat kuat, sehingga vaginanya diam di dalam mulutku.

Akupun mulai menjilati lubang vagina Wulan dengan perlahan, menggelitik setiap saraf di mulut vagina gadis itu. Cairan manis sedikit demi sedikit mulai merembes dari dalam sana, membuatku merasa gemas. Langsung saja kuhisap vagina Wulan dengan sangat kuat, membuat gadis itu menggelinjang menahan geli.

Seluruh cairan wine yang telah bercampur dengan lendir kewanitaannya segera menyembur memenuhi mulutku. Aku lantas mencubit paha Wulan, karna dia tak melaksanakan tugasnya dengan baik. Namun akhirnya aku harus merelakan untuk meminum seluruh cairan itu agar tidak tersedak.

Ternyata Wulan tengah mendapatkan orgasmenya yang kesekian kalinya malam itu. Seluruh tubuhnya bergetar, dan lubang vaginanya menyembur kan berbagai cairan yang langsung masuk ke tenggorokan ku. Lalu Wulan pun ambruk tak bertenaga di lantai. Rupanya gadis itu telah mencapai puncaknya malam itu.

Sekarang aku hanya fokus kepada Dessy yang tengah menaik turun kan tubuhnya di penisku dengan sangat bergetar. Seluruh perut dan selangkangan ku sudah sangat basah oleh lendir cinta dan orgasme yang dikeluarkan vagina Dessy.

Ternyata Dessy pun hampir mencapai batasnya malam itu. Seluruh tubuhnya bergetar dengan sangat dahsyat, hampir tak bertenaga. Karna kasihan, aku pun segera membalikan posisi kami tanpa melepas tautan alat kelamin kami. Dalam posisi missionaris, kini aku bisa menggenjoti vagina Dessy dengan sangat leluasa.

"Aaarrrrggggghhh, sakiiitt bes. Ooouuggghh,, kontol lu kuat banget sih. Cepetan keluar bes, aaaarrrggggh,, memek gue udah perih banget. Aaawwwwhhh..." ucap Dessy lemah.

Akupun mempercepat genjotanku pada vagina Dessy. Penisku ku pacu dengan cepat menggeseki dinding vagina Dessy. Lubang basah itu sangat hangat dan lembut memanjakan penisku di dalam sana, membuatku makin menggila menyetubuhi DJ cantik itu.

Dan 15 menit kemudian, aku pun merasakan akan segera orgasme. Segera kupacu tubuh lemah Dessy dengan sangat cepat dan dalam setiap sodokannya. Kedua tanganku meremas kedua payudaranya dengan sangat kuat, seakan melampiaskan kenikmatan yang sedang kurasakan saat itu.

"Gu, gue mau keluar des. Aaagghhhh, keluarin dimana?" ucapku sambil menahan kuat sperma yang sudah sampai di ujung penisku.

"Sini bes, keluarin di mulut kita berdua." ucap Wulan lemah.

Dan akhirnya kucabut penisku dan kuarahkan ke wajah cantik mereka berdua. Dan tak lama kemudian, 'crooot, crrrooot, crooot.' menyembur lah semua spermaku di wajah cantik mereka dengan sangat banyak.

'Ah, leganya....' batinku.

Mereka berdua lantas membersihkan penisku dengan mulut mereka. Bahkan mereka sampai berebut untuk menghisap sisa sperma yang masih tertinggal di dalam penisku. Mereka membersihkan penisku dengan sangat telaten, hingga benda itu menjadi sangat bersih mengkilap.

Aku pun berbaring lemas di atas meja. Seluruh tulangku berasa dilolosi saat itu. Kulihat dua bidadari itu sedang saling pagut dan saling jilat. Mereka saling membersihkan wajah lawannya dengan sangat bernafsu. Yaa, mereka saling menjilati bercak sperma ku yang masih menempel di kedua wajah cantik mereka berdua.

Sungguh, pemandangan yang sangat kontras dan menggairahkan saat itu. Kedua gadis cantik tengah bergumul, dan saling pagut. Mereka saling menghisap dan menjilat, memperebutkan cairan sperma kentalku yang tersisa di atas tubuh telanjang mereka.

------------------------Lust Of My Nurse------------------------

"Senangnya dalam hati, bila beristri dua.
Seperti dunia, saya yang punya.
Kepada istri tua, kata maaf padaku.
Kepada istri muda, I say I love you...."

Sebuah lagu mengalun merdu di home theater di ruangan itu. Membuatku terhanyut dalam alunan merdunya. Sungguh, suatu back song yang sangat tepat untuk menggambarkan keadaan ku malam itu.

Kelelahan, akupun mulai berbaring diatas meja besar malam itu. Kedua gadis cantik itupun ikut berbaring di samping tubuhku tak lama kemudian. Membuatku dihimpit oleh dua tubuh telanjang yang memberikan ku surga dan kehangatan malam itu.

'Ah, beruntungnya aku hari ini. Thanks God.' batinku.

Kami bertiga pun terlelap kedalam mimpi kami masing-masing. Aku terlelap dengan dua bidadari cantik yang memeluk tubuh ku dari samping, memberikan kehangatan tubuh mereka pada ku. Sebuah senyum kepuasan terlukis dengan sangat jelas di wajah kami bertiga, mengiring kami memasuki alam mimpi....


To Be Continue...
 
Sorry banget buat semuanya, newbie telat release cerita ini. Kemaren sibuk banget di kantor gan. Sekali lagi newbie minta maaf. :ampun:
Semoga update newbie sekarang bisa sedikit mengobati rasa penasaran kalian.
Well, enjoy! :beer:
 
tambah banyak ceweknya, bagi satu kenapa................
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd