Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Lust Of My Nurse

Status
Please reply by conversation.

OfiveAbes

Semprot Kecil
Daftar
1 Sep 2014
Post
53
Like diterima
22
Lokasi
somewhere over a rainbow
Bimabet
Permisi para mimin, momod, dan para suhu semuanya. Setelah lama hanya menjadi pembaca, newbie memberanikan diri untuk ikut mencorat-coret sub forum ini. :ampun:
Semoga berkenan pada semuanya, sekali lagi newbie meminta maaf bila banyak kesalahan pada karya newbie ini. :ampun:

[size=+2]Lust Of My Nurse[/size]

Based on true event. Hopefully you'll enjoy this story. Cheers! :beer:

Kritik dan saran sangat berarti bagi newbie. Dan alangkah senangnya newbie bila para suhu semua berkenan memberikan apresiasi dan cendolnya bagi newbie. :ampun:

Just PM bila para suhu ataupun pembaca semua memiliki ide cerita, or Click here to Email me! :) :beer:

Index:

[Post=1890537320]1. Awal Pertemuan.[/post]

[Post=1890541446]2. Berpacu Dalam Toilet.[/post]

[Post=1890547266]3. Akhirnya Kumasuki Kost Putri Itu.[/post]

[Post=1890554119]4. The Last Request From My Ex![/post]

[Post=1890564414]5. Between Me, My Nurse, And My Ex![/post]

[Post=1890574541]6. Sedikit Perubahan Kecil.[/post]

[Post=1890599366]7. Best Night Ever![/post]

[Post=1890620815]8. Kejutan Dari Kak Siescha.[/post]

[Post=1890643413]9. Nightmare![/post]

[Post=1890710910]10. All Is Well, If We're Still Together![/post]

[post=1890729163]11. Home Sweet Home[/post]

[post=1890808293]12. This Is The Surprise![/post]



*note: Mohon maaf untuk semuanya untuk terbengkalai nya cerita ini. Tapi sekarang newbie sedang berhibernasi. :ampun:
Up date akan segera menyusul, segera. Semoga semuanya mengerti. :Peace:
 
Terakhir diubah:
[size=+2]Part 1: Awal Pertemuan[/size]

"Here comes the rain again,
Falling from the stars
Drenched in my pain again
Becoming who we are....."


Salah satu lagu melantun di hand phoneku ketika aku baru saja tiba di salah satu Rumah Sakit ternama di kota B. Hari itu aku menjenguk Rey, temanku yang sedang di rawat gara-gara ulahnya sendiri di jalanan kemarin siang.

"Gimana kabar lu rey? Udah siap dikubur kah?" Candaku kepadanya.

"Gila lu bes, do'ain temen sendiri kaya gitu. Lagian gue gak akan mati sebelum gue foto selfie di makam lu!" Selorohnya menimpali.

"Tai lu!" Sungutku kepadanya.

Lama kami berbincang masalah kehidupan, sampai waktu besuk pun berakhir. Aku pun keluar ketika tidak sengaja bertubrukan dengan seorang suster yang amat cantik jelita. Semua barang bawaannya jatuh berserakan dilantai.

"Ooops, sorry." kataku.

Segera ku rapikan barang bawaannya yang berserakan di lantai sambil meminta maaf kepadanya.

"Kamu gpp kan sus? Sorry banget yaa."

"Oh iyaa, gpp." jawabnya sambil berlalu ke ruangan pasien.

Siescha, itulah yang tertera di tag name nya. Seorang suster asal kota M, kota yang terkenal karna sambalnya. Dia memiliki wajah yang cantik, dihiasi senyum yang bisa meluluhkan setiap mata yang memandangnya. Kutaksir dia baru berusia 21 tahu. Dia memiliki tubuh yang proporsional, dengan kulit putih bersih yang ditumbuhi bulu-bulu tipis. Ditunjang payudara yang bulat, juga pantat yang semok. Makin jelas lah kalo dia adalah gadis yang sangat menggairahkan.

Oiya, panggil saja namaku Abes. Usiaku saat ini menginjak tahun ke 19, usia dimana aku sibuk menentukan jati diri. Perawakanku cukup berbeda dengan remaja pada umumnya. Aku memiliki tinggi 190 cm, dan berat 83 kg. Beberapa tattoo juga ikut menghiasi beberapa bagian tubuhku.


Rintik hujan mulai turun ketika aku hendak pulang. Terpaksa ku urungkan niatku itu, mengingat aku yang hanya mengendarai motor. Bisa berabe jika kupaksakan untuk pulang. Akhirnya kulangkahkan kaki ku ke smoking area. Akan sangat menyebalkan jika harus menunggu hujan reda hanya berdiri tak melakukan apapun.

Hujan mulai reda ketika ku buang rokok ke tiga ku. Rupanya hujan cukup lama berlangsung. Aku pun berlalu ke tempat parkir, hendak pulang ketika kulihat seorang suster yang tadi sedang berdiri sendirian di pos satpam. Yaa, tak lain itu adalah suster Siescha, suster yang tadi sore bertabrakan denganku. Segera kulangkahkan kakiku menghampirinya.

"Hey, suster. Lagi ngapain bengong sendirian di sini? Oiya, sorry banget tentang tadi sore yaa. Aku gak sengaja."

"Oh, hey. Gpp, lagi nunggu temen aja. Iyaa, gpp kok. Lagian aku juga yang gak hati-hati tadi." jawabnya dengan senyum yang sangat manis di wajahnya.

"Aku temenin yaa sus, khawatir kalo Nona cantik kaya suster sendirian. Udah malem." Rayuku untuk bisa kenal dengan dia.

"Panggil aja Siescha, aku masih magang kok disini. Belum resmi jadi suster."

"Oh, oke deh kalo gitu." jawabku Sambil tersenyum.

Kami pun berbincang untuk beberapa saat. Sampai kulihat jam, sudah menunjukan pukul 21:00 waktu setempat. Akhirnya kuberanikan diri untuk menawarkan diri mengantarnya pulang. Dan diapun setuju, mengingat teman yang dia tunggu tak kunjung datang.
Kupacu roda motorku ke alamat yang dia maksud. Tak begitu jauh dari Rumah Sakit tersebut.

Sepanjang perjalanan, dia tak pernah melepaskan pelukannya di pinggangku. Dia berkilah, karna trauma. Ada sesuatu yang empuk dan hangat menekan punggungku ketika tak sengaja aku rem mendadak untuk menghindari mobil didepan. Yaa, tak salah lagi. Benda yang saat ini menempel ketat di punggungku adalah payudaranya. Kutaksir dia memakai cup B, karna dari bentuknya yang bulat padat seperti melon itu. Menyadari hal itu, dia pun agak merenggangkan tubuhnya.

Beberapa menit kemudian, kami pun sampai di lokasi. Yang tak lain adalah suatu tempat kost khusus putri. "Sial, coba kalo bukan kost putri. Kan gue bisa mampir dulu ke kamarnya, siapa tau dia khilaf kan." kesalku dalam hati. Akhirnya aku pamit pulang kepadanya, karna waktu telah larut. Namun sebelum aku hendak pergi, dia memberiku secarik kertas sambil berlalu ke dalam kostnya. Sempat kulihat pantatnya yang semok itu sedikit bergoyang ketika dia berjalan. Sungguh menggoda untuk ukuran wanita lebih tua dari ku.

------------------------Lust Of My Nurse------------------------

Hari-hari selanjutnya kujalani seperti biasa. Pergi kuliah, main billyard, ataupun nongkrong-nongkrong biasa bersama teman.

Suatu malam, aku pergi ke salah satu cafe. Tempat dimana aku dan teman-temanku berkumpul. Disana sudah terdapat teman-temanku berkumpul.

"Hey guys, sorry telat. Ban motor bocor tadi" ucapku pada teman-temanku setibanya di cafe.

"Hey, Bes. Pantes aja lu telat dateng, biasanya kan lu yang paling awal dateng." timpal Dessy.

"Iyaa, pantes lu telat Bes. Gue kira lu nyangkut di tempat Billyard." timpal Ochi nimbrung.
Sedang kan kedua temanku yang lain hanya tertawa.

Aku hanya bisa tersenyum. Langsung saja aku memesan minuman favoritku, mengingat tenggorokan yang terasa kering.

"Kenapa lu bes, bengong kaya orang susah aja lu." tanya Claude, temanku yang paling tajir diantara aku dan temanku yang lainnya.

"Ah hah, gpp De." jawabku sekenanya.

Terlintas sosok suster Siescha dalam lamunanku, dan teringat akan pemberiannya tempo hari itu. Cepat-cepat aku pamit kepada teman-teman, dengan alasan gak enak badan.
Kupacu motorku secepatnya, karna aku yakin bahwa pemberian suster Siescha tempo hari itu adalah sesuatu yang bisa membuatku lebih akrab dengannya.

Sesampainya di rumah, segera kucari benda yang suster Siescha berikan tempo hari itu. Kuraba setiap baju ataupun pakaian ku, sampai akhirnya ketemu terselip di kantong celanaku. Tak sabar kubuka secarik kertas tersebut, dan benar tebakanku. Itu adalah suatu nomor telfon.

Segera kuraih hand phoneku dan mengetik nomor yang tertera di kertas tersebut. Cukup lama aku menunggu sampai suara lembut menjawab di seberang telfon. Yaa, suster Siescha akhirnya mengangkat telfonku.

Kamipun mengobrol ngaler ngidul. Kutanyakan berbagai macam pertanyaan kepadanya. Dari hal yang biasa sampai ke hal yang pribadi. Dan ternyata dia sangat supel, sehingga akhirnya kuketahui bahwa dia masih single. "Masih ada kesempatan," seru hatiku. Dan dimulai detik itu, kubulatkan tekad untuk bisa mendapatkannya.

-----------------------------Lust Of My Nurse-----------------------------

Keesokan harinya kupacu motorku ke tempat kost suster Siescha, dengan niat mengantarnya bekerja. Dia awalnya kaget dengan ulahku itu.

"Ngapain kamu pagi gini kesini bes? Kamu gak kuliah emang?" tanyanya.

"Ah, enggak suster. Aku cuman mau nganter suster aja ke RS. Lagian hari ini aku gak ada jadwal kuliah kok." Jawabku berterus terang.

"Panggil aja aku Siescha atau kaka, biar lebih akrab. Okedeh kalo gitu, tapi aku gak ngerepotin kamu kan bes?"

"Yaa enggak lah sus, eh maksudku kak. Mana ada bidadari yang merepotkan," gombalku.
Dia hanya tersenyum sambil mencubit kecil perutku.

Pagi itu dia mengenakan pakaian yang cukup ketat, hingga mencetak jelas setiap lekuk tubuhnya. Dengan kacamata yang dia pakai, dia terlihat sangat anggun dan menggairahkan tentunya,

Dan mulai hari itu aku antarkan dia bekerja, dan ku jemput pada sorenya. Di sepanjang perjalan sengaja ku mainkan rem motorku, sehingga payudaranya beradu dengan punggungku. Dia hanya mencubit perutku dengan gemas, sadar dengan apa yang aku lakukan. Hampir setiap saat antar-jemput itu terus kulakukan. Setiap aku tak ada jadwal kuliah, dan terkadang ketika aku bolos. Kamipun menjadi sangat akrab.

Lama dekat dengannya mulai membuat darah kelelakianku bergejolak. Sampai pada suatu waktu, aku sudah tak sabar lagi ingin segera merasakan tubuhnya. Kususun rencana untuk memperkosanya. Dan setanpun seakan mendukung rencanaku itu, karna besok temanku Claude ultah. Dan dia merayakannya di salah satu club malam. Akhirnya kuajak suster Siescha keluar.

"Kak, besok masuk kerja gak?" Tanyaku di telfon.

"Enggak bes, besok kaka libur. Kenapa emang?"

"Gpp kak, aku cuman mau ngajakin kaka main aja besok. Temen ku ada yang ultah, aku gak PD kalo berangkat sendiri. Temenin yaa kak." bujukku

"Haha,,, apaan sih kamu ini. Kenapa ngajak kaka coba? Ajak pacar kamu lah bes." Jawabnya sambil bercanda.

"Ayolah kak, temenin yaa. Lagian aku single kak, malu lah kalo besok dateng sendiri."

"Iyaa deh, iyaa. Besok kamu jemput kaka aja yaa. Tapi kenapa kamu ngajak kaka?" Tanyanya masih penasaran.

"Asiik, thanks kak. Pokoknya besok malem dandan yang cantik yaa. Jam 8 aku jemput. Gpp kak, satu-satunya alasan aku ajak kaka itu karna aku pengen nunjukin sama temen-temen aku, kalo bidadari itu nyata." rayuku meyakinkan.

"Hahaha.... Kamu ini yaa. Masih kecil jago gombal. Awas loh, ketemu kaka cubit tu perut." Tawanya renyah di ujung telfon.

"Hehe., oke deh kak, kaka tidur gih dah malem. Night ka, sleep well." tutupku.

Memikirkan rencanaku besok pada kak Siescha membuatku susah terpejam. Kunyalakan iPod ku dan ku putar beberapa lagu. Mungkin ini akan membuatku cepat terlelap, fikirku.

"Malam tlah larut, mata enggan terpejam.
Disepertiga malam kau bangkitkan aku.
Detik berdetik, waktu berganti waktu
Kini semua, mulai terbuka...
Disepertiga malam kau menyentuh hati
Disepertiga malam aku lemah terkulai
Disepertiga malam kau ajari aku
Agar mampu tetap berdiri...,"

Dan lagu ini pun mampu mengantarkanku terpejam.

-----------------------------Lust Of My Nurse-----------------------------

Keesokan harinya aku terbangun pukul 10 pagi. Sinar mentari yang tlah meninggi menembus kamarku dan membangunkanku. Segera kulihat layar di hand phoneku, dan disana terdapat belasan missed call dari kak Siescha. Kangen rupanya dia, fikirku.
Waktupun terasa sangat lambat berjalan, sengaja aku tak menelfon kak Siescha.
"Kalo emang dia kangen, dia pasti telfon," batinku merasa yakin.

Dan benar saja, tak lama kemudian dia menelfon. Kamipun berbincang untuk acara nanti malam. Senyum iblis pun segera menyeringai di atas wajahku bila membayangkan tubuh kak Siescha yang akan segera kudapatkan itu.
Tak lupa aku pun membooking salah suatu kamar hotel yang terdekat untuk mengeksekusi kak Siescha.

Waktu yang ditentukan pun tiba, kupacu motorku ke kostan nya kak Siescha. Setibanya disana, akupun memanggilnya. Dan tak lama kemudian, dia pun keluar.

"Hey, bes. Udah lama nunggu?" sapanya ramah kepadaku.

"Ah engga, baru dateng kok kak." jawabku agak gemetar.

Kak Siescha sangat mempesona malam itu. Dia mengenakan rok biru pendek sepaha, dan baju ketat diatasnya. Hal itu sangat menggairahkan, dengan make up tipis dan dibalut pakaian minim seperti itu, makin keluarlah kecantikan kak Siescha. Lekuk tubuhnya sangat jelas tercetak dibalik pakaian tersebut. Dada yang membusung menantang, kulit paha sampai kaki semampai yang amat menggiurkan. Aku sempat terperangah memandang kak Siescha, terlebih CD dan puting payudaranya yang agak tercetak di bajunya.

Fikiran iblis ku pun ingin segera menyeret dan memperkosanya di kamar kostnya, namun aku berfikir dua kali. Akan lebih puas dan aman jika kulakukan di hotel yang telah aku pesan sebelum nya. Dan tanpa banyak omong lagi, ku pacu kembali motorku ke lokasi pesta Claude.

Setibanya dilokasi, dengan bangga kugandeng kak Siescha. Semua mata tertuju padanya, mata lapar yang seolah ingin menerkam dan menelanjangi kak Siescha. Dan kontan saja, dia begitu agak risih mendapatkan hal itu. Segera kuajak dia ketempat teman-temanku berkumpul, menghindari hal yang tak diinginkan terjadi.

Semua temanku sempat terperanjat melihat seseorang yang kubawa.
"Aiih, siapa itu bes? Cantik." Tanya Claude.

"Wih, gila lu bes. Jago bener lu nyari cewe." Timpal aldy sambil menepuk punggungku.

"Ah, apaan sih lu pada. Norak tau gak" timpalku.

Mendengar itu semua, ada suatu perasaan bangga dalam benak ku. Namun suster Siescha terlihat sangat malu, tampak jelas terlihat di rona wajahnya yang memerah.

Segera ku tawarkan beberapa minuman yang agak keras kepadanya, agar dia cepat mabuk fikirku. Awalnya dia menolak, namun akhirnya dia mau juga. "Biar gak terlalu tegang kak." alasanku kepadanya.

Beberapa gelas martini, cocktail, dan minuman keras mulai berpindah ke perutnya. Dia pun terlihat mulai mabuk berat, dan mulai tak sadarkan diri. Hal ini tidak ku sia-siakan, segera ku bopong dia keluar. Kubawa dia ke hotel yang sebelumnya telah ku pesan. And, this is time! Akan kutiduri kau kak Siescha. Senyum iblis mengembang di wajahku.

Segera ku seret dia ke dalam kamar hotel tersebut, dan ku lempar dia ke atas tempat tidur. Dengan tak sabar, segera ku tubruk tubuh seksinya itu. Kuciumi bibir dan wajahnya, dia hanya diam. Mungkin karna telah begitu mabuk, sehingga tak sadar akan hal yang akan ku lakukan padanya malam ini.

Akupun membuka bajunya, dan sedikit terperanjat melihat kak Siescha tidak mengenakan BH. Dengan tak sabar, kuremas dan kujilati payudara kak Siescha. Payudara yang begitu sempurna, 38 B. Payudara yang masih membulat dihiasi puting merah muda.
Lumatanku menjalar ke perutnya, tanganku tak hentinya menggerayangi setiap lekuk tubuh kak Siescha.

"Aagghhh... Aagghh.. Hmmmm..." Lenguhan dan desisan mulai keluar dari mulut tipis kak Siescha.

Kujilati lubang pusarnya, dan kugerakan tangan ku kebawah untuk melepas rok mininya. Ku robek stocking dan segera kusingkap G-Stringnya. Sungguh luar biasa apa yang kulihat saat itu, vagina yang amat mungil, dengan bulu jembut yang tercukur rapi. Lubang vaginanya masih sangat sempit, dan ketika ku buka warnanya merah muda.

Sungguh membuat penisku makin bergejolak dibawah sana. Kubuka semua bajuku, dan kembali bergerilya di tubuh kak Siescha. Segera saja ku arahkan wajahku ke vagina kak Siescha, kujilat dan kuberi hisapan nakal disana. Kak Siescha hanya bisa melenguh menerima setiap kenakalanku. Kucoba untuk memasukan jariku kedalamnya, namun tak satupun dari jariku yang bisa masuk meskipun sudah sangat lembap disana.

Dengan tergesa segera ku arahkan penisku ke vaginanya, ku beri gosokan dan rangsangan kembali disana. Kembali, dia hanya melenguh dan mendesis. Ketika penisku sudah kurasa cukup licin, ku dorong kepala penisku menembus vaginanya. Namun tak berhasil, kucoba lagi dan gagal kembali.

Dengan kesal kuludahi vagina kak Siescha, kemudian kutempatkan penis ku tepat di celah sempit vaginanya. Kudorong dengan kuat sampai 'bleeessst' kepala penisku pun bisa amblas ke vaginanya. Kudengar jeritan kecil di mulut kak Siescha.

Kugerakan penisku perlahan didalam vaginanya, dengan tujuan tidak terlalu menyakitinya. Setelah dirasa dia mulai terbiasa, ku coba dorong penisku lebih dalam. Namun laju penisku tersebut terhalang oleh sesuatu, karna sudah terlalu bernafsu akhirnya kutekan penisku hingga amblas seluruhnya kedalam vagina kak Siescha.

Dia pun meronta dan menjerit kesakitan, tersadar dari efek mabuknya. Dengan berlinang air mata, dia memandangku tak percaya.

"Kenapa harus dengan cara ini sih bes?" ucapnya

"Kenapa harus kasar kaya gini? Kalo kamu mau, kamu bisa bilang baik-baik sama kaka. Gak harus dengan cara kaya gini." kak Siescha terisak.

"Kamu tau gak, kaka masih perawan. Dan sekarang kamu renggut milik kaka satu-satunya itu secara paksa, kaka gak rela kalo gini," cerocosnya bertubi-tubi kepadaku.

Kupalingkan pandanganku ke vaginanya, dan benar saja disana membercak darah. Ada rasa bersalah sekaligus bangga ketika mengetahui hal itu. Namun kak Siescha membuatku kesal dengan makiannya, akhirnya kupacu tubuh kak Siescha dengan cepat. Dia sampai menjerit dan merintih.

"Arrrrgghhhh,, sakit bes. Stop, please stop. Kasih kaka waktu buat menyesuaikan diri. Arrrrgghhh, fuck you!" protesnya.

Namun bukannya berhenti, aku malah menggenjot vagina kak Siescha lebih cepat lagi. Sampai hanya desahan dan lenguhan saja yang keluar dari bibir tipisnya. Gemas, segera kulumat bibir kak Siescha. Dia pun membalasnya dengan sangat bernafsu. Suara kecipak alat kelamin beradu, dan bau amis darah perawan kak Siescha makin membakar nafsuku. Kubalikan tubuh nya tanpa melepas tautan alat kelamin kami. Sekarang aku leluasa menghajar vaginanya dari belakang tanpa ampun.

Beberapa menit kemudian, kurasakan sel sperma ku yang akan segera muncrat. Kupercepat genjotan penisku.

"Aagghhh, terus... Iyaa. Enak teruss besss. Aku mau keluar,, terus genjot yang cepeeeett... Aggghhhhh,,,, aku keluaaaaar bes, aku keluaarrrrrggggghhhh....." Jeritnya ketika puncak kenikmatannya hinggap. 'Ssrrrrttt, sssrrrttt, sssrrrttt' kedua kakinya mengapit pinggangku.

Dia pun terkulai lemas dengan bibir yang mengeluarkan liur dan vagina yang mengeluarkan cairan hangat ke penisku. Setiap syaraf di vaginanya berkontraksi, berkedut-kedut, seakan meremas dan menghisap habis penisku.

"Oohh, vagina kaka enak banget kak. Yaa, terus jepit, remas kak. Aagghhh, kak aku,,, a,, akuu sampaaaaiii kaaaaaakkk...., ooohhh, thanks god, oohh fuck! aagghhhh..,,"

Kudekap erat tubuh kak Siescha dan kutekan kuat penisku. Dan tak lama kemudian, 'croot, croot, croot, croooot' aku pun sampai. Kukeluarkan benihku kedalam rahim kak Siescha, dan ambruk menimpa tubuhnya dengan penis yang masih menancap. Nafas kami masih sailing memburu, dan kulihat kak Siescha masih bergetar merasakan orgasmenya.

Beberapa saat kemudian kujatuhkan tubuhku kesamping kak Siescha, khawatir membebaninya. Masih tak percaya dengan apa yang barusan terjadi, kuraba penisku. Bercak darah perawan kak Siescha masih menempel disana. Segera kupeluk dia dari belakang, kemudian mengecup keningnya.

"Maaf yaa kak, aku khilaf. Aku siap bertanggung jawab kalo ada sesuatu yang terjadi sama kaka. Sekali lagi aku minta maaf kak, love you," kukecup kembali keningnya.

Kurasakan tubuh kak Siescha bergetar, dan kembali kudengar isak tangis nya. Aku pun memeluk tubuhnya semakin erat dari belakang, dan mengecup pundaknya. Dia pun membalikan badannya, sekarang bisa kulihat dengan jelas rona kesedihan dan sisa kenikmatan dari wajah sayunya.

"Kamu tegaa bes, hiiks, akk,, aku salah apa sama kamu? Hiiks,.," sebelum dia membereskan kalimatnya, segera kulumat bibir tipisnya.

Awalnya dia hanya pasif, namun kelamaan dia mulai membalas permainan lidahku. Lama kami saling lumat, hisap, dan memainkan lidah. Sampai akhirnya kuakhiri permainan lidah kami itu. Ku usap kedua pipinya, ku sisir rambutnya menggunakan jariku. Kemudian ku kecup mesra keningnya sambil berkata

"kamu gak usah sedih ataupun takut lagi yaa kak, aku janji gak akan pernah ninggalin kaka sendiri. Aku sayang sama kaka. Maaf aku lakuin ini semua sama kaka, aku gak maksud apapun. Aku cuman mau bikin kaka gak bisa lepas dari aku lagi. Cuman itu, gak lebih. Maaf yaa kak, love you." Kataku jujur.

Ku kecup kembali bibirnya. Dia akhirnya menangis haru mendengar ucapanku.

"Kamu janji yaa, awas kalo sampe boong. Hiiks... Aa,, Aku juga sayang kamu bes, sayang banget kamu gak peka. Kalo kamu peka, mungkin kamu bisa dapetin keperawanan aku dengan senang hati, gak kaya gini." ucapnya lirih.

Ada rasa bersalah dan sesal dalam hati ku mendengar penjelasan kak Siescha. Ah, bodohnya aku.

"Iyaa, aku janji demi apapun kak. Aku sayang kamu. Maaf, aku gak tau. Kalo gitu, kita ulangi aja lagi kak. Aku masih pengen." Rayuku sambil tanganku mulai bergerilya di payudaranya.

"Iyaa, aku pegang janji kamu. Kalo kamu boong, kamu bakalan dikejar kecoak terbang." candanya sambil mencubit dadaku.

"Huuu,, maunya. Gak mau, kamu jahat, weeee" ucapnya manja. Namun hal itu tak menghentikan aksiku menggarap tubuhnya malam ini.

Dan kamipun melakukannya 4 kali lagi malam itu. Kugarap dan kunikmati setiap senti tubuhnya dengan berbagai macam gaya dan disetiap tempat. Kami terlelap ketika tenaga kami sudah benar-benar habis. Malam itu aku orgasme 6 Kali dan kak Siescha mungkin sudah yang kesekian kalinya. Sudah tak terhitung berapa Kali dia orgasme, namun yang pasti tidak sampai kaya iklan wafer itu yang ratusaann..,

Keesokan harinya aku terbangun sangat siang, masih dengan posisi berpelukan tanpa secarik benangpun yang menutupi kepolosan tubuh kami. Bau pesing dan lembab segera menyerang indera penciumanku, dan benar saja begitu banyak bercak sperma dan sisa cairan orgasme yang mulai mengering di tempat tidur, lantai, sofa, bahkan diatas meja. Baju kami berdua ntah terlempar kemana. Dan baru kuingat pertempuran panas kami tadi malam.

Kulihat kak Siescha yang masih terlelap dalam dekapanku, masih dalam keadaan telanjang. Kusapukan pandanganku ke sekujur tubuhnya, begitu banyak bekas cupanganku. Dan lelehan sperma yang mulai mengering, tampak jelas di vaginanya.

Lalu kualihkan pandanganku ke arah wajahnya. Wajah yang bagaikan embun pagi, yang bening dan menyejukan. Kagum, ku kecup pipi dan keningnya sekali lagi.

"Wake up sleepy head, its early afternoon. Come on, wake up. Wake up." Kubangunkan dia, mengingat perut yang belum terisi dari kemarin malam.

"Iyaa, bentar lagi ah. Semalem kamu nakal banget sih." protesnya dengan suara manja.

Kasihan juga memang kak Siescha, semalaman ku tunggangi dia tanpa henti. Maka kubiarkan saja dia terlelap kembali. Aku pun memutuskan untuk menelfon layanan kamar untuk memesan beberapa makanan dan minuman, juga beberapa bungkus rokok. Sambil menunggu layanan kamar tiba, aku pun memilih untuk menyegarkan badan terlebih dahulu.

-----------------------------Lust Of My Nurse-----------------------------

"I remember, all the things that we shared
And the promise we made, just you and I
I remember, all the laughter we shared
All the wishes we made, upon the roof at dawn....."

Lantunan musik mengiringi aktifitasku di kamar mandi. Namun tiba-tiba kak Siescha masuk ke kamar mandi dengan langkah terpincang.

"Minggir dulu yang, aku kebeleeeettt" ucapnya tak sabar.

"Kebelet sama penis aku yaa yang?" godaku.

"Aah kamu, fikirannya selangkangan terus iih. Awas dulu aku kebelet pipiiis." ucapnya kesal.

Aku hanya bisa tertawa melihat tingkah lakunya. Segera saja kuseret dia ke dalam bath up, ketika dia telah selesai pipis. Dan kamipun melakukan quick sex di sana, dengan diakhiri mandi bersama.

Ketika kami keluar kamar mandi, ternyata makanan yang ku pesan telah datang. Semua bekas pertandingan kami semalam rupanya telah dibereskan. Sprei sudah terganti dengan yang baru, dan yang terpenting tidak ada lagi bau pesing dan lembab tadi pagi. Kami pun menyantap makanan kami dengan lahapnya. Untuk mengisi tenaga untuk ronde berikutnya...

Sehabis makan, akupun mulai mendekati kak Siescha. Ku kecup bibir tipisnya dengan sangat mesra. Dia yang mengetahui apa maksud dan tujuanku, tidak tinggal diam. Dia membalas setiap hisapan dan lumatanku di bibirnya.

"Mmmmuuuach, mmuach,hmmm, muach, muach.,." Permainan lidah itu berlangsung cukup lama.

Tanganku tak tinggal diam, segera kusingkap handuknya dan kuremas payudaranya. Ciumanku beralih ke lehernya, dan terus turun sampai ke payudaranya. Kuciumi dan kuemut puting merah mudanya dengan gemas.

"Ooh, aggh, iyaa terus yang,, aaghh, enak, terus, aaaghh...."

Lenguhan dan desahan silih berganti keluar dari bibirnya. Tangan kiriku mulai bergerilya ke daerah vaginanya. Kugesekan jari telunjukku di celah vaginanya, dan disana sudah sangat basah. Kuturunkan ciumanku ke vaginanya, dan ku buka lebar kedua pahanya lalu kujilati vagina yang tadi malam telah kujebol perawannya.

Kujilat celah sempit vagina kak Siescha yang telah sangat basah itu, Sambil sesekali kuhisap clitoris nya yang menyembul malu-malu. Kulakukan itu terus menerus, secara intens.

"Ooh, kamu Pinter banget yang. Aagghh,, ooh iyaa, terus." ceracau kak Siescha makin tak jelas.

Sampai akhirnya 'sssrrrt, sssrrrttt, sssrrrtt' dia mencapai orgasme pertamanya di sore itu tak lama kemudian. Kuhisap habis setiap tetes cairan yang keluar dari vaginanya, sampai mulutku pun belepotan cairan cintanya.

Sibuk memuaskan kak Siescha, penisku mulai berontak ingin di layani. Dan segera ku dekatkan penisku ke bibir kak Siescha.

Dia sangat bersikeras tak mau melakukan blow job, namun setelah ku paksa akhirnya dia luluh juga. Awalnya dia hanya menciumi kepala penisku dengan ragu, kemudian dia mulai berani memakai lidahnya. Dia jilati setiap senti penisku, dan akhirnya dia masukan kedalam bibir seksinya itu.

"Ooohh yes, baby. Aaagghh..hmmmm,,,enaak.. Terus yang, kamu mulai Pinter.. Aagghhh..,"

Sekarang giliran mulutku yang mendesis merasakan nikmat. Memang awalnya agak linu, karna setiap dia kulum penisku menyentuh giginya. Namun kelamaan, diapun terbiasa juga. Dan memang sangat nikmat.

Karena sudah tak sabar, segera ku seret dia dan kuposisikan menungging. Kuarahkan batang penisku ke vaginanya, dan perlahan kumasukan. Walaupun telah dimasuki beberapa Kali, lubang itu masih tetap peret. Aku harus sangat berjuang dan berdoa untuk menembusnya. Dan 'Blleeesssttt' akhirnya penisku pun amblas seluruhnya.

"Aaaarrgghh, yess." Kami melenguh secara bersamaan.

Tanpa menunggu waktu lagi, segera ku genjot vagina kak Siescha secara intens. Mulai dari perlahan, dan lama kelamaan semakin cepat dan cepat. Dia sangat menikmati permainan ku, terbukti dari suara desahan dan lenguhan yang keluar dari bibirnya.

"Aaaagghhh, yes dear, yeah.. Fuck me harder, ohhh aagghhh,, yesss. Good boy.. Aagghh..." ceracaunya.

"You like it babe? Huh?" jawabku sembari mempercepat genjotanku di vaginanya.

"Aaaaarrrggghh, jangan terlalu cepet yang, vaginaku bisa lecet ntar... Aaarrrggghhh Abess, stoooop,, aaaarrrggghh,, oooh god, ohhh,, arrrrgggghhhhhh..... Fuck you!"

Kak Siescha mulai menjerit dan berteriak-teriak. Namun itu semua sama sekali tak kuindahkan, malah aku makin menambah ritme genjotanku. Bunyi kecipak alat kelamin beradu, suara desahan dan jeritan kak Siescha silih berganti. Ntah sudah berapa Kali dia orgasme. Yang pasti ketika kulihat ekspresi wajahnya di cermin, bola matanya hanya tersisa yang putihnya saja.

Akhirnya akupun akan segera mendapat orgasme ku, kupacu tubuhku makin brutal. Hingga suara kecipak alat kelamin kami makin jelas terdengar,

"aaaagggh, yang, as, akuuu, aku mau, keluaaarrr,, aaaaaagghhh....." ceracauku tak tahan.

"Aaaaaggh, iyaa sayang. Keluarin bareng, aaaghh,, ooohh yeess, god, ooohhhh, aaaggghhh,, I cuuuummmm...."

'Ssssrrrtt, sssrrrtt, sssrrrttt' Kutancapkan penisku sedalam-dalamnya ke vagina kak Siescha, sampai bisa kurasakan mentok di rahimnya. Dan 'croot, croot, croot' sel spermaku pun menghambur semua, berpindah dari skrotum ke rahim kak Siescha. Terasa cairan hangat merembes dari dalam vagina kak Siescha.

"Oooh, aaaghh, hmmm,,," kak Siescha masih terus mendesah, kemudian dia ambruk ke tempat tidur. Penisku pun tertarik keluar dari vaginanya. 'Ploop' suara kelaminku saat keluar. Ada lelehan sperma yang merembes keluar dari vagina kak Siescha.

Aku pun menjatuhkan diriku ke samping kak Siescha. Dengan nafas terengah, ku kecup kening dan pipinya.

"Thanks dear, love you more." ucapku jujur padanya. Dia hanya bisa tersenyum.

"Kamu nakal yaa sayang, liat nih vaginaku sampe lecet gini tau. Padahal baru sehari semalem doang. Gak kebayang deh kalo tiap hari, bisa ancur vaginaku." ucapnya protes.

Aku hanya bisa tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan polosnya itu. Kukecup bibirnya mesra.

"Tapi kamu akhirnya seneng plus puas kan? Hahahaha..." kilahku membela diri.

"Hmmm... Iyaa deh." jawabnya mengalah.

-----------------------------Lust Of My Nurse-----------------------------

Hari sudah menjelang malam ketika aku check out dari hotel tersebut. Bukannya tak mau semalam lagi bersama kak Siescha, namun aku kasihan sama dia. Besok dia harus mulai bekerja kembali, dan aku pun ada jadwal kuliah yang tidak bisa aku hindari.

Sebelum ke kostan kak Siescha, ku sempatkan mampir ke tempat makan favoritku. Disana kami candle light dinner. Dan langsung kuantarkan dia ke kostan nya begitu kami selesai.
Sebelum dia berlalu ke dalam kost, dia sempat berbisik kepadaku

"Pokoknya mulai hari ini, kamu itu milik aku dan aku ini milik kamu. Janji, jangan pernah ninggalin aku untuk alasan apapun yaa."

"Iyaa sayang, tenang aja yaa. Mulai hari ini aku janji sama kamu, kalo apapun yang akan terjadi, kita gak akan pernah berpisah. Lagian aku gak mau, kalo sampe harus di kejar-kejar sama kecoak terbang. Bisa mati terkencing-kencing aku." jawabku menghiburnya.

"Hahahahaha... Kamu ini. Oiya, hati-hati dijalannya ya sayang. Jangan nakal sama yang lain juga. Awas!"

"Okee Nona bos!"

"Byee dear, see yaa. Love you"

"Love you to dear."

Diapun berlalu ke dalam kost nya dengan langkah yang terpincang. Aku hanya bisa tersenyum mengetahui apa yang telah ku perbuat kepadanya.

"So kiss me and smile for me
Tell me that you'll wait for me
Hold me like you'll never let me go
Cause I'm leaving on a jet plane
I don't know when I'll be back again
Oh babe, I hate to go..."

Bersiul, kembali kupacu motorku menuju rumahku. Dengan Hati yang bahagia tak terkira, karna telah mendapatkan pacar baru. Dan yang paling penting, keperawanannya. Membayangkan hal apa saja yang akan aku lakukan pada kak Siescha, membuatku semangat mengarungi sisa hariku...

•To be continue...
 
Terakhir diubah:
Numpang dimari lah

:baca:

Semangattt buat lanjutannya gan

:jempol:
 
Bersiul, kembali kupacu motorku menuju rumahku. Dengan Hati yang bahagia tak terkira, karna telah mendapatkan pacar baru. Dan yang paling penting, keperawanannya. Membayangkan hal apa saja yang akan aku lakukan pada kak Siescha, membuatku semangat mengarungi sisa hariku...

kok sisa hari??..
 
lumayan nih ceritanya :D
 
[size=+2]Part 2: Berpacu Dalam Toilet.[/size]


Hari mulai mendung, dan angin bertiup kencang. Ketika aku memacu motorku menuju sebuah restaurant Jepang. Hari itu kak Siescha memintaku untuk mengantarnya ke sana, karna memang dia bukan berasal dari kota B, jadi tak heran dia tidak hafal seluk beluk kota ini.

"Yang, masih jauh gak sih? Udah laper ini perut." rengeknya manja kepadaku.

"Cuman beberapa meter lagi kok yang, sabar." jawabku menjelaskan.

"Yaah, percepat. Mana udah mendung lagi. Gak lucu kan kalo kena ujan."

"Iyaa, bawel. Pegangan kalo gitu."

Maka kupercepat laju motorku, karna ucapan kak Siescha ada benarnya. Gak lucu kalo sampe kena hujan.

Tak lama kemudian kami pun sampai, dan segera memasuki restaurant tersebut. Kami memilih tempat yang paling pojok, sengaja kami pilih agar tak banyak orang yang bisa melihat aktifitas kami karna terhalang oleh beberapa vas bunga yang lumayan besar.


------------------------Lust Of My Nurse-------------------------

Yaa, semenjak kejadian di hotel itu hubunganku dengan kak Siescha makin intim. Kami sering mengarungi kota besar ini bersama. Bahkan sempat kami berteduh di sebuah pom Bensin semalaman dikarnakan terjebak hujan, dan saat hujan reda kami terjebak banjir. Namun itu semua tak berarti, karna di setiap ada kesempatan selalu ku setubuhi dia. Seperti malam itu di toilet Rumah Sakit, tempat dia bekerja.

Kejadiannya ketika dia kebagian dinas malam. Saat itu hampir pukul 2 dini hari. Aku datang untuk mengantarkan makanan untuk nya, karna dia menelfonku. Ntahlah, sudah seperti pelayannya saja aku ini. Andai saja dia itu memiliki tampang yang standard, sudah kutendang jauh-jauh dia.

Biasanya kak Siescha berdinas bersama 3 orang lainnya dalam melayani satu bangsal. Setahuku ada 1 laki-laki dan 2 perempuan yang satu shift dengan kak Siescha, namun ntah mengapa malam itu kak Siescha hanya berdua saja bersama suster perempuan yang belakangan ini kuketahui bernama kak Okta.

"Ini yang makanannya, dimakan cepet mumpung masih hangat." kataku sambil menyodorkan bungkusan makanan yang ku beli dijalan tadi.

"Ooh, iyaa yang. Taro aja di meja, nanggung." jawabnya singkat karna sibuk menuliskan sesuatu.

Kulihat kak Okta sedang menyiapkan beberapa obat, dan segera menatanya di nampan stainless.

"Mau kasih obat yaa kak." tanyaku. Sungguh pertanyaan yang tak perlu kutanyakan.

"Iyaa ni. Kamu pacarnya Siescha yaa? Rajin banget mau nganterin makanan jam segini." jawabnya lembut.

"Hehe.. Iyaa kak." jawabku tersipu.

"Okee, aku mau ke ruangan dulu yaa. Kamu tolong jaga disini dulu temenin Siescha, kasian kalo dia sendirian." ucapnya sambil mengerlingkan mata kepadaku. Diapun berlalu dari ruangan kami. Meninggalkan aku berdua saja bersama kak Siescha.

Aku lantas menghampiri kak Siescha dimejanya.

"Lagi ngerjain apaan sih dear? Serius banget kayanya." tanyaku sambil mengelus rambutnya.

"Ini yang, aku lagi nulisin jam obat pasien. Hari ini kak Rahma gak masuk, anaknya Sakit. Makanya tugas dia aku yang handle. Kasian kalo harus sama kak Okta, dia pasti cape bolak-balik ruangan." jawabnya tanpa menoleh.

"Ohh, emang kamu belom diperbolehin ke ruangan gitu yang?"

"Udah sih, tapi aku masih takut aja yang. Soalnya kalo salah, nyawa yang bisa ilang. Aku paling ke ruangan buat ngasih obat plus pasang kateter doang, belom berani kalo buat pasang infuse. Soalnya belom bisa nyari pembuluh darahnya." jelas nya.

"Ohh, iyaa yang. Kamu masih lama? Ini makanan kamu keburu dingin, gak enak ntar." jawabku singkat, karna binging dengan apa yang dia ucapkan barusan.

Maklum, aku bukanlah anak IPA sewaktu di SMA. Jadi tidak terlalu paham dengan segala sesuatu yang berbau kedokteran.

"Iyaa, ini juga beres kok yang. Oiya, kamu udah makan?" ucapnya sambil membereskan buku dan bolpoint.

"Yaudah, cepetan makan. Jangan sampe kurus. Aku udah makan kok tadi."

"Memang kenapa Kalo aku kurus yang?" tanyanya manja

"Yaa jelek tau. Kamu itu lucu kalo kaya gini, mirip anak bagong tau. Hahaha..." jawabku.

"Aaahhh, kamuuu... Masa mirip anak bagong sih! Nyebelin!" ucap kak Siescha kesal.

Aku hanya tertawa melihat ekspresinya. Sungguh sangat menggemaskan.

"Hahaha.. Udah cepetan makan, kalo dingin gak enak yang."

"Gamau, biar aja jadi kurus. Apaan disamain sama anak bagong. Huh!" Jawabnya ketus.

"Hehe.. Gpp sayang, kan lucu."

"Gatau aah."

Mengetahui dia mulai Bad Mood, segera ku pegang kedua pipinya. Kuberikan ciuman mesra di bibirnya.

"Listen to me dear. My heart, my soul, my mind, and my life was belong to you. I'll always loving you, caring you, and take care of you. No matter what happens to you. Whatever you are, however you are, just be yourself. Because I love you. Just the way you are. Don't force me to change my mind. OK? Now, eat it." jelas ku jujur pada kak Siescha.

"Hmmm.... Kamu emang gak pernah bisa bikin aku marah lama-lama yaa yang. Itu alasan aku makin sayang sama kamu. Oke deh aku makan sekarang, tapi kamu suapin yaa." ucapnya manja

"Well, I don't have a choice. Come!"

Aku pun menyuapinya. Dia makan sangat lahap. Sampai tak lama kemudian makanan yang ku bawa habis.

"Mau lagi?" tanyaku

"Udah, cukup. Aku udah kenyang."

Dia pun bersandar di bahuku, Sambil mengelusi dadaku. Aku hanya mengusapi rambut halusnya. Kami berbincang untuk beberapa saat. Dia sempat bertanya padaku. Bagaimana kelanjutan hubungan kami, apabila dia sudah lulus dari magangnya dan kembali ke kotanya.

Aku tak bisa menjawab, hanya menggeleng. Kami pun mulai bertatap muka. Dan entah siapa yang me mulai, tahu-tahu kami sudah bergulat dalam ciuman yang mesra.

"Mmuuaacchh, muaaccch, hmmm,, muaach, muaacchh." kecipak suara mulut kami mulai menggema di ruangan itu.

Kulihat kak Siescha mulai horny, kulihat dari deru nafasnya yang mulai menderu juga puting payudaranya yang mengeras.

Kak Siescha kemudian beranjak dalam dekapanku, turun kebawah menuju penisku. Dia langsung meraba dan dengan sangat tergesa membuka celanaku. Kontan saja, menyembulah penisku ketika dia menyingkap CDku. Tak menunggu lama, dia pun mulai memBlow Job penisku.

"Aaghh, yes dear. Uggghh, yeah. Suck it babe, aagghh.. Yessss, uggghh." erangku menikmati servis mulut kak Siescha.

Namun kenikmatanku terganggu, ketika dengan tiba-tiba kak Okta kembali ke ruangan. Aku sangat terkejut. Namun untung saja, meja kerja kak Siescha cukup besar untuk menutupi kenakalan kami.

"Nah loh, lagi ngapain kamu. Heh?" Tanya kak Okta dengan senyum manisnya.

"Ehh, gpp,, gpp kak." jawabku tergagap, karna dibawah sana Kak Siescha tidak berhenti mengulum penisku.

"Oiya, Siescha kemana? Kok dia gak ada?"

"Aa, anuu kak. Diaa,, agghh, dia ke toilet. Hmmm,, kebelet katanya." jawabku tergagap, aku tak bisa konsen menjawab pertanyaan kak Okta.

"Ohh, gitu yaa."

Jantungku sangat berdebar ketika kak Okta melangkah mendekat kearahku. Takut jika dilaporkan ke satpam Rumah Sakit, bila sampai ketahuan. Ku tahan kepala kak Siescha untuk berhenti sejenak, akan sangat memalukan jika posisi ini diketahui kak Okta. Namun nasib baik masih memihak kami. Hand Phone kak okta berdering, dia pun berjalan keluar sambil mulai berbicara dengan orang di sebrang telfon.

"Ahh, untunglah." ucapku.

"Hihihihi... Gimana rasanya yang? Enak gak?" tanya kak Siescha.

"Enak sih kak, tapi liat tempat juga kaliiii." ucapku sedikit protes.

"Cepetan sini, ikut." ajak ku.

Kuseret kak Siescha menuju toilet. Kupilih toilet khusus para staff Rumah Sakit, karna yakin pasti sangat sepi disana. Jarang ada orang yang masuk.

Sesampainya di toilet, segera ku terkam kak Siescha. Ku gerayangi setiap lekuk tubuhnya, sambil mulutku tak hentinya menciumi dan menjilati bibir dan lehernya. Tanganku sibuk menyingkap baju dan Bra nya, dan langsung meremas payudara kak Siescha dengan kuat. Sesekali ku pilin puting merah jambunya, hal itu membuat desahan kak Siescha mulai menggema.

Kuturunkan ciumanku ke payudaranya. Kuhisap dengan kuat puting kirinya, sedangkan yang kanan ku pelintir dengan tanganku. Tanganku yang bebas segera kumasukan kedalam celananya, kurasakan CDnya sudah sangat basah.

Akhirnya kupelorotkan celana kak Siescha, dan nampaklah vagina kak Siescha yang sungguh menggairahkan. Segera ku dudukan kak Siescha di wastafel, dan kubuka lebar pahanya. Kudekatkan wajahku ke selangkangannya. Dan mulai kujilati paha atasnya secara intens, sesekali ke paha dalamnya. Kak Siescha mulai mendesah lebih keras.

Hal itu kulakukan cukup lama, sampai kak Siescha menarik kepalaku kearah vaginanya. Aku yang tau apa maksudnya, tak segampang itu mewujudkannya. Ku jilati lipatan paha kak Siescha, sesekali kusentuhkan ke vaginanya. Namun tak lama hal itu kulakukan, dia mengeluh protes.

"Arrrgh, come on dear. Lick my vagina, come on. Lick it!" kulihat mimik mukanya yang menatapku sayu penuh harap padaku.

Akhirnya ku berikan apa yang dia mau, kujilati dengan rakus vagina kak Siescha. Ku korek-koreki lubang vaginanya, dan sesekali ku hisap clitorisnya dengan kuat. Kak Siescha menceracau tak jelas, pinggulnya bergerak kekanan dan kekiri merasakan rangsanganku. Aku pun memegangi pahanya kuat, agar tak terlepas dari jangkauan lidahku.

"Aaaggghh, uuuhhh, yeeesss, lick it baby,. Aaagghhh, ennaakh bangeet yang.., uuuhh... Agghhh,,..sshhh.." desahnya.

Takut desahannya terdengar orang luar, segera ku hentikan aktifitasku. Segera ku balikan tubuh kak Siescha, dan kubuka celanaku. Ku posisikan penisku ke lubang vaginanya, dan langsung kutekan dengan kuat. Sehingga 'bleessstt' Seluruh penisku masuk seluruhnya ke vagina kak Siescha.

"Oouugghh,, yaaaahh..." kami mendesah bersamaan.

Vaginanya masih sangat peret menjepit penisku. Membuatku sangat menikmati gesekan alat kelamin kami berdua.

Tak menunggu waktu lebih lama lagi, segera kupacu pinggulku menggenjot vagina kak Siescha. Sedangkan tanganku meremas kedua bongkahan payudaranya.

"Aaaaggghhh, iyaa sayang. Uuugghhh,,, enakk. Teruuuss yang,, iyaaa... Harder please... Agggghhh...." desah kak Siescha seraya memijat biji pelirku.

Akupun mempercepat genjotanku di vaginanya. 'Plook, plook, plook' Suara kecipak alat kelamin kami mulai mengeras. Cermin di depan wastafel membuatku dapat melihat ekspresi kak Siescha dengan mudah. Kulihat kak Siescha terpejam, sambil mulut menganga lebar. Suara desahan dan teriakan sesekali keluar dari bibir tipisnya itu. Sungguh menggairahkan.

Gemas segera kutarik dia ke tembok, lalu kubalikan tubuh kak Siescha menghadapku dan menghimpitnya ke tembok. Segera kusetubuhi lagi dia dengan sangat bernafsu. Suara desahannya terhalang mulutku yang kupakai menyumpal mulutnya itu. Meskipun desahannya sangat menggairahkan, itu sangat beresiko mengingat ini adalah Rumah Sakit Umum yang terbesar di kotaku.

Kulihat dia mengejang, lalu menggigit bibirku. Ternyata kak Siescha telah mendapatkan orgasmenya yang kedua malam itu, setelah orgasme nya yang pertama dia tumpahkan di mulutku. Kuku jarinya menancap dan mencakar punggungku. Namun kubiarkan saja semua itu. Kali ini kubiarkan kak Siescha menikmati orgasme nya terlebih dahulu, sebelum vaginanya ku hajar kembali.

Darah mulai mengalir dari bibir dan punggungku. Cukup mengagetkan memang, mengingat aku yang tak pernah menerima hal yang seperti itu sebelumnya.

Setelah orgasme kak Siescha mereda, kupacu kembali tubuh indahnya. Dan desahan juga lenguhan kembali menggema di toilet itu. Dia mulai mengapitkan kedua kaki jenjangnya di pinggangku, guna meredam genjotan penisku di vaginanya.

"Uuugghh,, aagghh, yeeaaahh, hmmm,, kamu kuat banget sih yanggg,,, ugghhhh,, ak, akuu suka.. Agghhh.." pujinya padaku.

"Oohh yaa?? Agghhh... So kiss me. Come on!" jawabku dengan bangga.

Kamipun kembali berciuman dengan sangat panas. Lidah kami saling beradu, ludah kami saling bercampur, dan liur kami saling menetes disela-sela bibir kami.

"Mmuuaacchh, sleeerrrpp,, hmmm,, muacchhh, sluurrp,, aaaghh,, muuuaaccchhh,,.,"

Dibawah sana penisku masih dengan gagah keluar masuk vaginanya. Dan setelah 1 jam berkutat, akhirnya orgasmeku pun sudah mendekat. Tubuhku makin ku tekankan ke arah tubuh kak Siescha, sehingga dia makin terhimpit di tembok. Kedua tanganku memegang dan meremas pantat semok kak Siescha. Sesekali ku berikan Spankin' disana, sehingga meninggalkan memar merah dibongkahan pantatnya.

"Oooggfhh, oogghhh, yeaaah babbbyy, hardeerrr,, aaagghhh, i, iii,,, iii cuuummmm agaiiiinnn agggghhhh,,, hollyshit! Uugghhhh..." 'Ssssrrttt, ssrrrttt, sssrrrtttt' Kak Siescha orgasme lagi dan lagi.

Jepitan vaginanya memang sangat luar biasa, apalagi ketika orgasme. Ribuan syaraf di dalam vagina kak Siescha seakan meremas dan menggelitik penisku. Akhirnya akupun sudah tak tahan lagii. Kupercepat genjotan penisku, dan ketika aku keluar kutekan penisku yang dalam sampai terasa mentok di dalam vagina kak Siescha.

Dan 'Crooot, crooott, crooott' ribuan benih ku kembali mengisi rahim kak Siescha. Kami sudah tak peduli jika itu akan membuat kak Siescha hamil. Yang terpenting, kami sama-sama puas saja. And, thats all enough.

Kak Siescha ambruk ke lantai ketika dekapan dan himpitan tanganku melemah. Cairan cintanya yang telah bercampur dengan sel sperma ku meleleh keluar dari vaginanya.

Kuarahkan penisku ke bibir kak Siescha. Dia yang sudah mengerti, segera mengulum dan menghisap penisku dengan sisa tenaganya. Penisku pun bersih dibuatnya. Tak ada lagi sisa sperma yang menempel disana. Sungguh telaten memang jika yang memblow job kita seorang suster.

Setelah nafas kami mereda, kami merapikan diri kami kembali. Kulihat kak Siescha mengambil tissue, lalu menyeka lelehan sperma di vagina dan pahanya. Lalu dia merapikan bajunya, dan membetulkan tata rias wajahnya seadanya. Tanpa make up saja, dia tetap cantik. Memang sangat beruntung aku bisa mendapatkan dia.

Setelah dirasa semuanya telah diatasi, kami pun keluar secara sendiri-sendiri. Kak Siescha pergi pertama, agar tak dicurigai bila ada staff Rumah Sakit yang tak sengaja melihat. Dirasa aman, aku pun menyusulnya menuju ruangan kembali. Senyum kepuasan mengembang diatas wajah kami berdua.

------------------------Lust Of My Nurse------------------------

"I don't wanna close my eyes
I don't wanna fall asleep
Cause I miss you babe
And I don't want to miss a thing...."

Suara musik mulai menggema di telingaku, ketika aku hendak mengantarkan kak Siescha pulang. Semenjak aku berpacaran dengan kak Siescha, semua genre musik ku dia ubah menjadi music mellow ataupun romantis yang easy listening semua. Dia beralasan, "biar kamu pun tenang, sama kaya musiknya."

Yaa, apa boleh buat. Selama hal ini tidak diketahui oleh teman-temanku, aku masih bisa bernafas lega. Namun jika sampai hal ini bocor, bisa dibully 7 turunan aku sama mereka semua.

Kak Siescha mendekapku erat dibelakang, udara dinginnya pagi jadi tak terasa sama sekali. Sebelum aku sampai di tempat kost nya kak Siescha, kutawarkan dia untuk mampir beli makan. Perutku yang belum diisi mulai berontak. Dan dia pun setuju. Akhirnya kuputuskan untuk sarapan di salah satu restaurant cepat saji.

Kami pun memesan makanan yang tidak terlalu berat, hanya 1 kotak kentang goreng, 2 salad buah, dan 2 potong ayam goreng. Juga jus buah manggis untuk kak Siescha, dan secangkir coffee latte untuk ku.

Ntahlah, aku sangat senang bisa melihat kak Siescha tersenyum. Menurutku, dia sangat cantik. Jadi mungkin karna alasan itulah, aku selalu menuruti apapun kemauan kak Siescha. Disamping karna urusan sex yang bisa dia berikan setiap saat tentunya. Well, Sekarang aku benar-benar mencintai kak Siescha.

Pesanan kami pun tiba tak lama kemudian, dan langsung kami santap dengan lahap. Setelah habis, aku tak langsung mengantarnya pulang. Namun kubawa dia kesebuah pom bensin dekat kostnya terlebih dahulu. Awalnya dia tak protest, namun dia pun curiga setelah aku menyeretnya ke toilet.

"Mau apaan lagi sih yang? Hah!" tanyanya sedikit jengah.

"Aku horny yang, kita quick sex disini yaa." jawabku Sambil mencium bibirnya.

Kak Siescha mencoba meronta, namun sia-sia belaka ketika 1 jariku memasuki lubang vaginanya. Tak butuh waktu lama buatku untuk membuat kak Siescha horny, karna dia memang sedikit hyper. Dan jadilah kami having sex di sebuah pom bensin, although just a quick sex.

Tampa melakukan foreplay, segera ku pelorotkan celana kak Siescha. Kusingkap CDnya kesamping, dan langsung ku genjot kembali vaginanya. Dia agak kesakitan merima penisku, mungkin karna kurang lubrikasi pada vaginanya. Namun tetap kupacu penisku keluar masuk vaginanya.

Tak butuh waktu terlalu lama, kak Siescha orgasme di penisku. Cairan vaginanya membasahi celana kami berdua. Namun karna sedang nikmat, kuabaikan itu semua.

Kupacu semakin cepat pinggulku menghentak vaginanya, sampai tak sengaja kak Siescha menjerit dengan keras.

"Aaaarrrgggghhhh.....!"

"Hah, kamu kenapa neng?" tanya sebuah suara diluar sana.

Ternyata ada orang yang mendengar teriakannya diluar. kusuruh dia untuk menjawabnya. Kak Siescha enggan untuk menjawab, karna aku sama sekali tak menghentikan genjotan penisku menggesek vaginanya. Namun setelah ada ketukan di pintu, akhirnya kak Siescha pun terpaksa menjawab.

"Aaaagghhh, gpp mas. Uggghh, ituuu, hmmm tadi ada kecoak... Aggghhh..." Suara kak Siescha bergetar, karna setiap dia menjawab ku hentakan penisku lebih keras ke vaginanya.

"Oh. Yasudah, kirain kenapa." seru laki-laki diluar sana.

Akupun hanya tertawa tertahan melihat dia susah payah menjawab orang tadi.

"Gimana sensasinya yang? Deg-degan kan?" tanyaku.

"Aggghhh,, kamu apa-apaan sih. Gimana kalo sampe ketahuan terus dia dobrak pintunya. Hmmm..." jawabnya sambil tak hentinya mendesah.

"Hahaha... Sekarang kita imbang yang." timpalku padanya.

Tak lama berselang, puncak kenikmatanku hampir tiba. Kupacu tubuh kak Siescha lebih cepat dan cepat lagi. Kak Siescha memilih menyumpal mulutnya dengan bajunya ataupun membekapnya dengan tangan. Dia takut ada orang yang mendengar lagi.

Kuremas payudara kak Siescha keras, dan kuhentakan penisku sedalam mungkin ketika ribuan benihku mengisi relung rahim kak Siescha pagi itu.

Kurasakan kedutan, dan kontraksi lagi di dalam vagina kak Siescha. Sesuatu yang selalu aku rasakan ketika kak Siescha orgasme. Dan memang saja, dia orgasme kembali. Dia takluk kembali oleh penisku.

Segera kucabut penisku di vaginanya, dan kuarahkan ke bibirnya. Kak Siescha pun dengan telaten membersihkan penisku dari sisa sperma dan lendir vaginanya sendiri.

Kami merapikan diri masing-masing, lalu secara berasamaan keluar dari dalam toilet. Penjaga toilet terlihat sangat terkejut melihat kami keluar secara bersamaan. Namun tak berani menanyakan apapun ketika kak Siescha memberikan sejumlah uang padanya.

Aku langsung mengantar kak Siescha pulang ke kostnya, dia pasti lelah. Bahkan sangat lelah setelah bekerja di Rumah Sakit dan melayani nafsu ku 2 Kali hari itu. Kubelikan dia beberapa multivitamin untuk dia minum. Agar daya tubuhnya tetap stabil, fikirku. Gawat kalo kak Siescha sampai jatuh Sakit, bisa pusing kepala aku menahan birahi.

Kak Siescha sempat mencium bibirku mesra sebelum dia berlalu ke dalam kostnya. Dia berbisik "thanks for tonight, pejantanku" saat dia berlalu. Aku hanya memberinya Sebuah tamparan di pantatnya, dan kak Siescha pun tersenyum lalu menghilang ke dalam kostnya.

Ingin sekali ku ikuti dia ke dalam, jika saja itu bukanlah kost khusus perempuan. Pasti akan sangat nikmat berdua dengan nya di dalam sana. Namun, aku tak akan menyerah. Suatu hari nanti, aku pasti akan menyetubuhi kak Siescha di dalam kostnya sendiri. Yaa, suatu hari. Akan kufikirkan cara untuk merealisasikannya.


•To Be Continue....
 
Terakhir diubah:
lajutannya lumayan cepet haha
 
Thanks a lot buat semuanya. Semoga coretan newbie berkenan di hati semuanya. Waah, jadi makin Semangat buat up date kalo gini... :hore: :haha:

arrie the ice man said:
Noh ijo², :cendol: sent cek kulkas suhu. Numpang :baca: dulu

Wahh, thanks a lot suhu. :hore: Part 2 udah release BTW. Enjoy :cheers:

wong_ngunung said:
:jempol: good story. tapi apa g kecepeten ya tempo nya. pokok e lanjur aja deh

Iyaa gan. Tadinya newbie bikin cerita ini buat L.O.V.E, tapi karna newbie telat daftar. Jadila newbie masukin ke sub forum cerbung. Semoga aja bisa dinikmati dan diterima banyak pihak. :)

djefry said:
Bersiul, kembali kupacu motorku menuju rumahku. Dengan Hati yang bahagia tak terkira, karna telah mendapatkan pacar baru. Dan yang paling penting, keperawanannya. Membayangkan hal apa saja yang akan aku lakukan pada kak Siescha, membuatku semangat mengarungi sisa hariku...

kok sisa hari??..

Hmmm,, itu ada suatu alasan gan. kalo dikasih tau alasannya diawal ntar gak seru lagi. Jadi kalo mau tau alasannya, pantengin terus yaa. Hehe... :Peace:
 
Sisa Hariku, hidup seseorang sudah ditentukan oleh sang ilahi seberapa lama ia hidup. jadi setiap kali kita ulang tahun, bukan usia kita yang bertambah, tetapi usia kita semkin berkurang dan semakin mendekat ajal. atau dengan kata lain " Sisa Hariku".

Halah ngomong opo toh aku ini. Oke Biar Agan semangat melanjutkan cerita ini hingga menjadi sebuah maha karya, ane kirimin segelas :cendol: untuk menikmati Sisa harimu

:dansa:
 
Bimabet
[size=+2]Part 3: Akhirnya kumasuki kost putri itu.[/size]



'Kriiiiinggg... Kriiinnggg.. Kriiiinnnggg' dering telfon membangunkanku pagi itu. Aku yang tadinya terlelap, segera menyapukan tanganku mencari asal suara.

"Hallo?" ucapku malas.

"Pagiii cintaaa..." ucap suara diujung telfon dengan sangat semangat

"Pagiii..."

"Iihh, kok lemes gitu sih yang? Kaya orang yang kelaperan aja kamu."

"Hmmmm..." jawabku sekenanya. Karna jujur saja, aku masih sangat mengantuk.

"Kamu masih tidur jam segini yang?"

"Heeh..." singkatku.

"Iihhh kamuuu! Cepetan bangun, ada sesuatu yang mau aku omongin tau." ucapnya kesal.

"Hmmm..."

"Hmmm... Yaudah deh kalo gitu terserah kamu. Tadinya aku mau ketemu kamu, aku lagi horny. Tapi kalo kamu gamau, yaudah deh gpp." jawabnya sedih.

Aku yang masih linglung antara sadar dan tidak segera beranjak bangun setelah mendengar ucapan terakhirnya. Dia horny?? Jam segini?? Senyum lebarpun mengembang di wajahku.

"Hallo yang? Kamu masih disana kan? Aku udah bangun looh!" jawabku Semangat.

"Iiihhh... Dasar nyebelin kamu. Dari tadi diajak ngobrol malah diem aja. Cuman jawab Hmmm.. Heeh.. Hmmm... Doang. Tapi langsung berubah drastis setelah denger kalo aku horny. Nyebelin bangeeettt tauuu!" protesnya

"Hehehe... Maaf yang. Aku bener-bener ngantuk. Semalem aku Insom." jelas ku

"Kalo ngantuk ya tidur! Kenapa langsung bangun pas denger masalah selangkangan coba?" cecarnya masih tak terima.

"Iyaa, iyaa. Aku minta maaf. Maaf in aku yaa. Muuaacchhh!" rayuku.

"Hmmm.. Yaudah deh." jawabnya luluh juga.

"Kamu cepetan kesini yang, mumpung kost lagi sepi. Kemaren-kemaren kamu bilang pengen banget ngentot di kamar kost aku kan? Makanya cepetan kamu kesini, mumpung ibu kost nya lagi keluar arisan." Jelas kak Siescha.

"Yang bener yang?" tanyaku meyakinkan.

"Iyaa.., kamu mau engga? Kalo engga, yaudah aku dibaju lagi nih."

"Iyaa iyaa mau, iyaa." jawabku Semangat.

"Yaudah, makanya cepetan kesini. Vagina aku udah basah banget tau yang" desahnya manja.

"Okee honey, I comiiinngg! Keep you're vagina still wet." Tutupku.

Aku segera bergegas bangun. Kuganti baju tidur ku dengan pakaian seadanya. Langsung saja aku berlari ke garasi, untuk segera berangkat ke tempat kak Siescha. Kesempatan macam ini sangat jarang terjadi, maka dari itu takan kusia-sia kan ini.

"Kamu mau kemana kak? Mandi terus makan dulu." kata Mamaku ketika kami berpapasan di ruang tengah.

"Aku mau ke Rumah Sakit maa! Si Rey nelen kecoak kemaren malem Katanya." jawabku mencari alasan. Aku lalu bergegas ke garasi, guna menghindari pertanyaan lain dari Ibuku itu.

"Kamu pulang jam berapa kak?"

"Gatau maa, mungkin agak malaman." teriak ku di garasi.

"Loh, kok balik lagi kak? Katanya buru-buru?" tanyanya ketika tak lama aku kembali kepadanya.

"Aku lupa sesuatu maa. Minta duit dong maa, hehe..." ucapku sambil nyengir.

"Dasar kamu ini. Tadi buru-buru, tapi kalo masalah duit gak pernah lupa. Yaudah, nih...." jawabnya sambil menyodorkan beberapa lembar uang pecahan ratusan ribu padaku.

"Oiyaa, jangan pulang lewat jam 10 malam yaa kak." teriaknya sebelum aku berlalu dengan sepeda motorku.

"Siap maaa. Aku berangkat dulu, bye!"

Akupun segera memacu motor kesayanganku itu dengan sangat laju. Mengingat hal yang akan aku lakukan bersama kak Siescha, membuatku lupa untuk mandi ataupun sekedar sarapan pagi itu. Yang kufikirkan hanyalah liang sempit vagina kak Siescha, yang akan segera menjepit penisku.


------------------------Lust Of My Nurse------------------------

Beberapa menit kemudian, aku pun sampai di tempat kost kak Siescha. Langsung saja ku parkirkan motorku di halaman depan. Kostan itu memang sangat nyaman, karena memiliki halaman yang cukup luas, dan ditumbuhi beberapa Jenis bunga dan pepohonan.

Kostan itu merupakan suatu bangunan tunggal, dengan beberapa kamar didalamnya. Di setiap kamar terdapat toilet nya. Di dalam juga terdapat ruang makan, dan ruangan bersantai yang cukup luas. Juga sebuah gudang, terletak tidak jauh dari ruangan utama.

Aku akan sedikit mengulas ruang bersantai, karna disinilah aku akan menyetubuhi kak Siescha.

Ruangan ini cukup luas, dengan sofa yang tersusun rapih di setiap sisinya. Meja bulat besar berada ditengah, dan terdapat beberapa camilan dan pot bunga diatasnya. Di ruangan itu juga terdapat LED TV 41' dan satu set home theater. Sangat nyaman disana.

Kulangkahkan kakiku menuju kamar kak Siescha. Dan menemukan kak Siescha tengah telanjang sambil terpejam. Tangan kanannya sibuk meremasi payudaranya, sedang kan yang kiri sibuk men stimulus vaginanya. Sungguh, pemandangan yang sangat luar biasa.

Kudekati kak Siescha dengan langkah sangat perlahan. Aku sampai harus berjinjit, aku ingin mengejutkannya. Ketika tubuh telanjang nya sudah di dalam jangkauanku, segera saja ku terkam dia. Bak seekor singa lapar, yang menerkam anak rusa.

"Awwwww...." dia sempat kaget menerima itu, namun akhirnya dia tersenyum juga mengetahui aku telah tiba.

"Kamuuu! Kenapa gak ngasih tau dulu kalo kamu udah dateng. Bikin aku kaget aja tau" Ucapnya manja

"Sudah, ngobrolnya nanti saja yang. Penisku udah gak tahan pengen mengaduk vagina kamu." ucapku tak sabar.

"Huuu,, dasar mesum. Hihihi..."

Aku langsung memelorotkan celanaku, penisku langsung meloncat bebas keluar. Kuposisikan penisku di belakang tubuhnya. Ketika kurasa sudah pas, segera ku tekan penisku dengan keras. Hingga 'bleeesssttt' amblaslah seluruh penisku ditelan vagina kak Siescha.

"Aaaagghhh... Yeeess.. Nikmat nya penis kamu yang...." lenguh kak Siescha ketika penisku sudah mentok di vaginanya.

Ntahlah, sekarang aku memang sering malas melakukan fore play sebelum bercinta. Aku main tusuk saja, biarpun vaginanya masih belum berlubrikasi dengan sempurna. Aku sangat menikmati ekspresi wajah kak Siescha yang sedikit kesakitan.

Aku langsung memaju-mundurkan pinggulku dengan cepat namun teratur di vaginanya. Penisku dijepit dan dimanjakan didalam sana. Vaginanya sungguh sangat legit, dan basah. Sehingga suara kecipak alat kelamin kami pun mulai terdengar jelas.

"Aaaagghhh,, yeaaahh, uggghh.. Aggghhh... Enak banget yang... Aggghhh" suara desahan kak Siescha mulai keluar.

"You like it baby? Huh?" ucapku sambil mempercepat genjotanku penisku.

"Sure. Aggghhh.... I... I was addicted with your penis. Uuggghhh,, yeeaaaahh.. Fuck me harder babe, ugghhhh yeeessss..." ceracaunya menggila.

Kupacu tubuhku semakin cepat menyetubuhinya. Gesekan vaginanya sangat membuatku menggila. Aku seperti orang yang sakau dibuatnya. Yang akan sangat kesakitan jika tak merasakan jepitan vaginanya.

"Oouugggjhh,, yessss. Harder babe, harder... I.. I want,, I cuuummm.... Aaaggghhhhh... Aggghhh.. Hmmm..." desahnya melepas orgasme.

'Sssrrrttt, sssrrrttt, ssssrrrttt' dia pun mendapatkan orgasme nya yang pertama oleh penisku. Dia sangat menikmati nya, jelas terlihat dalam ekspresi wajahnya saat itu. Dengan kepala yang mendongak keatas, serta mata yang terpejam, sedang kan mulut yang membuka lebar membentuk huruf O.

Aku membantunya berdiri, dan mengarahkannya untuk berjalan ke ruang bersantai tanpa melepas tautan alat kelamin kami berdua. Penisku tetap kutancapkan di dalam vaginanya, bak paku di kepala kuntilanak.

Kaki kak Siescha bergetar ketika melangkah, dan vaginanya makin membanjir saja. Dia sangat tersiksa dengan apa yang penisku berikan pada setiap syaraf dalam vaginanya. Tersiksa karena kenikmatan.

"Aaaagghhhhhh, stop dulu yanggg, uugghhhh,, aggghhhhh." lenguhnya.

Ternyata kak Siescha mendapatkan orgasme nya yang kedua tak lama berselang. Tubuhnya bergetar dalam dekapanku. Dia pasti ambruk bila saja aku tidak memegangi pinggulnya.

"Kamu orgasme lagi yang?" tanyaku memastikan.

" iii, iyaa yaaang..." jawabnya lemas.

Namun dia langsung menjerit manakala aku menghentakan penisku ke vaginanya. Kugenjot kembali vaginanya dalam posisi seperti itu. Kak Siescha hanya bisa menjerit dan mendesah, karna tak memiliki tenaga untuk berontak.

Kupaksa dia untuk berjalan mendekati sofa, dengan tetap menggenjot vaginanya. Cape juga bercinta dalam posisi seperti ini, terlebih partner kita sudah sangat lemas.

Kak Siescha pun mendapatkannya orgasme lagi dan lagi dan lagi. Entah sudah berapa Kali vaginanya mengeluarkan cairan cinta. Bahkan dia sempat squirt! Yang pasti lelehan cairan cinta dan pipisnya telah menggenang di lantai.

Kak Siescha sudah sangat lemas, desahannya sudah terdengar lemah. Namun hal itu justru membuatku makin bernafsu saja. Kugerakan penisku keluar masuk di vaginanya makin cepat. Gesekan dari alat kelamin kami makin terasa panas.

"Aaaarrrgggghhhh, stop it. Fuck! Ooouuggghh,, aaagghhhh, stop it. Its hurt. Aaargghh..." jeritnya.

Hal itu, tidak aku dengarkan. Ritme genjotanku masih seperti tadi, cepat dan menghentak. Namun beberapa saat kemudian, akupun menurunkan ritme genjotanku. Dan menghentikannya ketika kudengar kak Siescha mulai terisak kesakitan.

"Kamu kenapa honey? Aku terlalu keras yaa? Sorry," ucapku sambil mengecup punggungnya.

Dia hanya terdiam tak memberikan jawaban. Sungguh membuatku bingung dan khawatir dibuatnya. Diamnya adalah salah satu hal yang paling kutakuti di dunia ini selain Mamaku, dan kecoak terbang yang mengejar tentunya.

Kucabut penisku dalam vaginanya, 'plooop' Aku kaget ketika melihat bercak darah di penisku. Lalu kulihat ke vaginanya. Dan yaa, tak salah lagi, vagina kak Siescha lecet. Ada bercak darah yang cukup banyak disana. Membuatku merasa sangat bersalah.

"Kejamnya aku," batinku.

Aku segera mengambil pakaian kami di kamar, takut ada orang yang melihat ketelanjangan kami. Kubiarkan kak Siescha tetap pada posisinya, menungging di bantalan kursi. Kaki, tangan, dan kepalanya terjulur ke bawah. Sudah seperti seonggok daging tanpa tulang dia.

Melihat apa yang telah kulakukan pada kak Siescha, membuat nafsuku menghilang begitu saja. Penisku mengecil dengan sendiri nya. Dan membuatku sedikit keki, namun tetap merasa sangat bersalah kepadanya.

Kukenakan kembali semua pakaian ku, lalu beranjak ke ruangan tadi. Aku membawa tissue, dan semua pakaian kak Siescha. Namun aku tak mendapati keberadaan kak Siescha di tempat nya semula. Hal itu mambuatku panik.

" Jangan-jangan ada yang nyulik kak Siescha disini." fikirku memperburuk keadaan.

Kusapukan mataku ke semua penjuru ruangan, mencoba mencari keberadaan dari kak Siescha. Namun di ruangan itu kak Siescha sudah tidak ada. Kucari ke kamarnya, tidak ada. Kucari keluar, tidak ada. Akhirnya aku menemukannya di toilet, sedang membersihkan vaginanya dengan sangat perlahan.

"Sayaaaang, ternyata kamu disini. Aku kira kamu ada yang nyulik tadi. Oiya, sorry ya. Aku terlalu bernafsu tadi." ucapku khawatir dan merasa bersalah.

Dia memandangku, lalu dia tersenyum. Namun tak ada sepatah katapun yang keluar dari bibirnya. Sungguh sangat awkward! Diapun melanjutkan aktifitasnya membersihkan vaginanya dari lendir dan bercak darah. Sesekali terlihat ekspresi perih di wajahnya, ketika dia melakukan hal itu.

Kulangkahkan kakiku mendekatinya, lalu ku usap rambutnya. Dia menghindari sentuhanku. Akupun menyentuh kedua pipinya, lalu mengangkat wajahnya menghadap wajahku. Kulihat tatapan benci di matanya. Segera ku cium bibirnya mesra, sambil memeluk tubuhnya erat. Namun tak ada satu pun reaksi yang kudapat dari nya.

Aku memilih memakaikannya baju, lalu menggendongnya ke sofa. Kududukan dia di sofa tersebut. Kuambilkan segelas air putih untuknya, lalu kusodorkan kepada kak Siescha. Dia pun menerima air putih itu, lalu menegaknya habis.

Setelah situasi dirasa cukup tenang, akupun meminta maaf kembali kepadanya. Kali ini aku berlutut di hadapannya, guna menunjukan rasa bersalahku. Akhirnya kak Siescha mau memaafkanku, namun dengan catatan aku tidak boleh meminta jatah kepadanya selama seminggu ke depan. "Biar vaginaku sembuh dulu dari lecet nya." jawabnya menerangkan. Mau tak mau, harus ku sanggupi itu. Toh, itu semua memang karena ulahku juga.

Aku beranjak mendekatinya, dan duduk disebelahnya. Dia mendekap tubuhku erat, seakan takut kehilanganku. Kepalanya dia sandarkan di dadaku yang bidang, dan kak Siescha pun mulai terlelap.

------------------------Lust Of My Nurse------------------------

"Hey, lagi ngapain kalian berdua? Ini tempat kost khusus putri, laki-laki dilarang masuk kesini." bentak seorang wanita kepadaku.

"Siescha, cepetan kamu masuk ke kamarmu. Atau kamu akan aku usir dari tempat ini." lanjutnya.

Aku yang sedang mendekap tubuh kak Siescha sangat terkejut mendengar itu. Kak Siescha pun terbangun dibuatnya. Sempat kurasakan dadanya berdebar. Dia langsung melepaskan dekapannya dari tubuhku, lalu berlalu ke kamarnya. Terlihat dia sangat segan kepada wanita ini.

Bu Moniq, panggil saja begitu. Wanita yang telah mengganggu aktifitasku dengan kak Siescha sore itu. Belakangan kuketahui bahwa wanita itu adalah pemilik dari tempat kost ini. Pantas saja semua penghuni kost itu terlihat sangat segan kepadanya.

Ku taksir dia berusia 34 sampai 36 tahunan. Garis halus mulai menghiasi wajahnya, namun kecantikannya masih bisa terlihat dengan jelas. Dia memiliki wajah putih bersih, bibir tipis yang ranum, dan hidung yang mancung.

Siang itu Bu Moniq memakai baju U Can See, serta legging hitam yang membalut bagian bawahnya. Sebuah tas branded menggantung di tangan kanannya. Sebuah kacamata hitam, dan sebuah topi dari jerami juga ikut menghias di badannya. Lekukan badannya sangat jelas terpampang di hadapanku.

Dia memiliki tinggi 168 cm dan berat 55 kg, agak montok memang. Bulatan payudaranya sangat besar menggantung indah di dadanya. Kutaksir dia memakai cup C. Pinggang nya terlihat membesar, namun bongkahan pantatnya masih terlihat membulat. Dia sungguh sangat menggairahkan untuk ukuran seorang ibu-ibu.

"Kamu itu yaa, berani-berani nya kamu masuk ke sini. Kamu gak bisa baca? Huh? Apa tulisan di depan itu kurang jelas untukmu? Jawab!" cerocosnya tanpa henti kepadaku.

"Iyaa Tante, saya minta maaf."

"Maaf, maaf. Anak mana kamu? Cepat panggil orangtua kamu kesini. Aku akan mengadukan kenakalanmu pada mereka. Anak seusiamu harus nya belajar yang sungguh-sungguh, bukannya pacaran. Kamu itu masa depan bangsa ini. Harus nya kamu malu." tambahnya.

"Iyaa maaf Tante." Kataku tertunduk.

"Pantas saja negara ini tak pernah bisa maju. Wong para penerusnya aja malu-maluin kaya gini. Pantas aja ada Cicak vs Buaya, Koruptor di jajaran orang berdasi, dan pemerkosaan kian meraja lela di negeri ini. Kamu harus nya mikir buat masa depan kamu." lanjutnya.

"Udahlah, lu butuh berapa duit Tante? Biar gue bayar sekarang. Jangan ngomel-ngomel terus lah, pusing kepala gue!" bentak ku padanya. Jengah juga lama-lama di ceramahinya.

"Maksud kamu apa? Huh? Kamu mau nyogok saya? Kamu fikir saya butuh duit? Kurang ajar kamu yaa. Kamu fikir duit bisa menyelesaikan semua urusan kamu gitu aja? Huh? Cepat keluar sana, dan jangan pernah kembali lagi kesini." usirnya.

Aku sungguh merasa sangat terhina oleh ucapan wanita itu. Segera ku tampar pipi Bu Moniq dengan keras, karena amarahku yang sudah memuncak.

"Aaawwwww.... Beraninya kamuuu!" Ucap wanita iti dia hendak menamparku. Namun hal itu tidak terjadi karena aku mendorong tubuhnya ke dalam gudang di tempat kost itu.

"Rasa penghinaan ini harus kubalas dengan penghinaan juga!" batinku.

Disana, aku menjegal kedua pergelangan tangan Bu Moniq keatas kepalanya. Kuambil segumpal kain lalu ku sumpalkan ke mulutnya. Secarik tali yang kutemukan di dalam gudang itu, segera ku pakai untuk mengikat kedua tangannya. Agar tak berontak, fikirku.

Segera ku robek semua baju dan legging yang menempel di tubuhnya. Dia mencoba meronta, namun sia-sia saja. Kutarik putus Bra yang dia pakai, dan ku robek CDnya. Bu Moniq pun mulai terisak, tau dengan apa yang akan segera menimpanya.

Kedua payudara Bu Moniq sangat besar dan indah, meskipun terlihat mulai mengendur. Warna puting nya sudah mulai menghitam, mengingat dia pernah menyusui anak nya dulu. Namun benda itu masih tetap bisa menggodaku.

Penisku pun mulai berontak dibawah sana, setelah sebelum nya belum sempat mengeluarkan sperma sama sekali saat bersama kak Siescha. Aku pun memelorotkan celanaku, dan loncatlah tombak kebangganku itu dihadapan Bu Moniq.

Bu Moniq tampak kaget melihat penisku yang memang cukup besar itu. Dengan panjang 21 cm, dan diameter 6 cm, serta dihiasi urat di sepanjang tubuhnya, sudah pasti setiap vagina akan muntah orgasme dibuatnya.

Akupun mendekati tubuhnya sambil tersenyum. Dia berusaha menjauh dariku, air matanya makin menderas keluar. Namun sekeras apapun dia mencoba, aku tetap akan menyetubuhi nya sore itu.

Kutarik tubuhnya secara kasar, lalu menghimpitnya di tembok. Dia tidak bisa melakukan apapun. Kedua payudaranya menempel ketat di tembok. Dalam keadaan setengah menungging, langsung saja kuposisikan penisku tepat di depan vagina Bu Moniq. Dan 'bleeessstt' penisku langsung menyeruak masuk ke dalam vagina nya dalam satu sentakan.

"Mmmmm..., mmmmm...." Jerit Bu Moniq terhambat.

Lubang vagina Bu Moniq sangat nikmat. Ntah karena memang masih dalam keadaan sangat kering, atau karena apa, vagina Bu Moniq sangat peret saat ditembus penisku. Walaupun sudah pernah di lalu bayi, lubang itu masih sangat legit. Terbukti dari jepitan nya di penisku.

Segera saja kupacu pinggulku dengan sangat cepat. Aku sudah tidak peduli lagi dengan apa yang dirasakan Bu Moniq saat itu, yang penting aku merasa nikmat.

"Aaaaaagghhhh, yessss, vagina Tante sangat nikmat. Penisku terasa di pijit dan diurut di dalam sana. Aaaghhhh,, yeaaah... Aggghhh..." bisik ku di telinganya.

Kumaju mundurkan penisku dengan tempo yang cepat di vaginanya, sedang kan kedua tanganku ku gerakan ke payudaranya. Dan segera ku remas dengan kasar. Tubuh Bu Moniq terlonjak-lonjak dengan genjotanku, bahkan menghantam ke tembok setiap ku hentakan penisku dengan keras.

15 menit berselang, kurasakan vagina Bu Moniq berkontraksi. Dia orgasme! Cairan hangat merembes dari dalam lubang vaginanya, membasahi penisku dan menetes di lantai. Tubuhnya bergetar hebat, namun suara lenguhannya terhalang oleh sumpalan kain di mulutnya.

"Tante orgasme! Hahaha..." tawaku mengejeknya

"Penis gue nikmat ya? Atau vagina Tante aja yang kegatelan. Jelasin dong Tante." lanjutku guna merusak harga dirinya.

"Mmmmmm.., mmmmmm.., mmmmmm.." jawabnya.

"Gue bakalan lepasin sumpalan di mulut Tante. Tapi awas kalo lu sampe teriak. Ini pembalasan gue! Hari ini gue bakal bikin lu jadi budak nafsu gue. Jangan berontak. Kalo Tante mau selamat! Ngerti?" ancamku padanya.

"Mmmm..." jawabnya sambil mengangguk.

Akhirnya ku lepas sumpalan di mulut Bu Moniq, sehingga dia pun bisa bernafas dengan lega.

"Gimana rasanya Tante?" tanyaku kepadanya.

Namun dia tidak memberikan jawaban apapun. Sungguh membuatku kesal dan heran.

"Jawab! Buat apa gue lepas sumpalan di mulutlu kalo lu gak mau ngomong!" bentakku.

Dia masih tidak mau menjawab. Kesal, segera ku hentakan penisku dengan sangat keras ke vaginanya. 'Ploook' suara pinggulku saat menghantam pantatnya. Penisku terasa sudah mentok di dalam vaginanya.

"Aaaaarrggghhh...." jeritnya,

"Gimana rasa penisku Tante? Enak?" tanyaku sekali lagi.

Dia masih tak mau menjawab. Hal itu sungguh membuatku muak. Segera ku jambak rambutnya, dan kugenjot vaginanya dengan tempo yang cepat dan brutal. Aku berniat untuk membuatnya kehilangan harga diri. Aku ingin membuat dia tak punya akal sehat lagi. Aku ingin merendahkan harga diri Bu Moniq.

”aarrrggghhh,, sakiiiit. Stooopp..." jeritnya.

Namun aku sudah tidak peduli lagi dengan itu semua. Aku hanya memacu tubuhnya semakin cepat dan cepat. Gesekan antara alat kelamin kami sungguh luar biasa. Dan itu membuatku semakin bernafsu untuk menyetubuhi nya lebih kasar lagi.

"Nikmat in aja Tante, akui aja kalo Tante menikmati penisku. Gak usah pake malu segala. Aaaagghhh...." desahku di telinganya.

"Aaaagghhh.. Ugghhhh,, aaaagghhh,, hmmmm... Aggghhh...." Bu Moniq pun mendesah.

Selang beberapa menit, Bu Moniq mencapai orgasme nya yang kedua. Tubuhnya mengejang, lalu bergetar. Hal itu tidak membuatku menghentikan ataupun melambatkan tempo genjotanku, aku ingin menyiksanya lebih keras lagi. Aku ingin membuatnya mengakui kejantananku, dan bertekuk lutut dihadapanku.

"Aaaaaaagghhhh,, Hentikaaaannn! Hmm.. Aaagggghhh.... iyaaaa,,, uuggghhh,, enaaakkk,,. Aagghhh... Astagaaaa! Aaagghhhh... Ya tuhaaann,,,," ceracaunya tak jelas.

Rentetan orgasme hinggap menghampiri Bu Moniq, membuatnya mendesah, mengerang, menjerit, bahkan menceracau tak jelas. Hal itu membuatku sangat puas. Tak lama lagi Bu Moniq akan bertekuk lutut dihadapan penisku. Yaaa, tak lama lagi dia akan menjadi budak birahiku.

"Oooogggghhh, maa. Maaaafkaan aaa,, akuuu paaaaa,,, tapi, iniii sangat nikmaaatt,, aggghhhhh..., yaaaahhhh... Hmmm... Agggghhhh,...." Jeritnya ketika dia squirting.

Cairan cinta dan urinenya menyembur dengan sangat deras dari dalam vaginanya. Seluruh otot vaginanya berkontraksi dengan sangat kuat, menjepit dan memijat penisku. Sungguh luar biasa rasanya. Aku langsung mencium bibirnya dengan sangat bernafsu, dan dia balas tak kalah panasnya. Kuhentikan genjotanku, memberikan waktu pada Bu Moniq untuk menikmati Squirtnya.

Kucabut penisku didalam vaginanya, lalu kuarahkan ke lubang anusnya. Kugesek-gesek kepala penisku di sana. Sesekali kuludahi lubang anusnya. Dan mulai kutekan penisku berusaha menembus anusnya.

Bu Moniq yang tahu apa yang akan aku lakukan segera berontak. Dia mendorong pinggulku menjauh. Dia bergidik, lalu memohon kepadaku.

"Jangan, please jangan disana. Akuu masih perawaaaaaarrrrrrrgggghhhhh.... Sakiiiiiitttttt...," teriaknya tak bisa menyelesaikan kata-katanya.

Aku menekan penisku dengan satu sentakan yang keras ke lubang anusnya. 'Brreeeettt' Dan langsung masuklah seluruh penisku kedalam anusnya. Penisku serasa di cekik disana, membuatku cukup kesakitan. Namun ada juga rasa hangat dan geli disana. Pokoknya suatu sensasi yang tak bisa ku ungkapkan.

"Aaaawwwwhhh,, sakiiiittt.... Hiks, sakiiiittt... Hentikaan... Sakiitt... Hiks, hiks." ucap Bu Moniq seraya terisak.

Hal itu sempat membuatku iba, namun tak lama. Kugenjot lubang anusnya dengan tempo yang lumayan cepat. Dan Bu Moniq kembali menjerit-jerit kesakitan. Dia mencoba menendangku, mendorong pinggulku, ataupun menyerangku. Namun sia-sia saja, hal itu tak bisa menghentikanku menggenjot anusnya.

Tak lama berselang, ada sensasi yang akan segera meledak dalam diriku. Segera saja ku pacu penisku dengan cepat mendobrak anus Bu Moniq. Dan beberapa saat kemudian 'crooot, crooot, crooott' muncratlah semua spermaku memenuhi lubang anusnya.

"Aaaaggghhhh, agggghhh, nikmatnya.. Aghhh, hmmmm..." desahku.

Kulihat Bu Moniq tak bereaksi. Dia langsung ambruk ketika kulepaskan cengkraman tanganku di pinggulnya. Dan benar saja, dia jatuh pingsan.

Lelehan spermaku meleleh keluar dari lubang anus Bu Moniq, bercampur dengan darah perawan anusnya. Lubang vagina dan lubang anusnya terlihat menganga cukup lebar.

Kulangkahkan kakiku mendekati tubuh Bu Moniq. Kujejalkan penisku ke dalam mulutnya, guna membersihkan sisa spermaku dan bercak darah anusnya. Kutekan penisku sampai mentok di dalam tenggorokan Bu Moniq.

Hal itu membuatku Bu Moniq terbangun. Ternyata dia tersedak karena ulahku itu. Dia masih terlihat meringis kesakitan, namun aura kepuasan jauh lebih jelas terlihat di tatapan dan ekspresi wajahnya.

"Bangun juga kamu Tante. Gimana rasanya disetubuhi oleh ku? Tante suka?" tanyaku padanya.

Dia hanya mengangguk lemah. Sebuah senyum manis mengembang di wajah cantiknya. Sebuah senyum yang penuh arti.

"Makasih yaa Tante. Vagina tante enak banget, masih legit. Apalagi lubang anus tante, sunnguh luar biasa." ucapku mengecup keningnya.

"Oiya, jangan ceritain kejadian ini sama Siescha yaa. Dan satu lagi, mulai detik ini Tante harus patuh kepadaku. Karna aku akan memuaskan birahi Tante setiap saat." lanjutku.

Dia hanya menatapku sayu. Sebuah tatapan yang penuh arti. Lalu sebuah senyum tampak mengembang di bibir seksinya.

Dan sore itu kami kembali bersetubuh dua Kali lagi. Kami melakukannya di kamar Bu Moniq, mengingat akan lebih mengasikan disana. Sore itu sudah tak terhitung Bu Moniq mendapatkan orgasmenya. Yang kutahu, dia mengalami Squirting sampai 4 kali hari itu. Nampak jelas terlihat di sprei yang sangat basah dan bau pesing. Sedangkan aku hanya mendapat orgasme 2 Kali lagi, satu ku keluar kan di mulut dan wajahnya, satu lagi di dalam rahim Bu Moniq. Namun itu cukup membuatku sangat puas dan lemas hari itu.

Aktifitas panas kami baru berakhir pukul 9 malam. Kami bercinta selama 4 jam sore itu. Dan keseluruhan, aku telah bercinta selama 8 jam hari itu. Sungguh sangat menguras tenagaku. Namun sangat membuatku puas.


------------------------Lust Of My Nurse------------------------

"This is a new day
When we are united together on faith
You are, a part of my
Ressurection..."

Alunan musik bergenre keras mengiringku meninggalkan tempat kost tersebut. Sebuah senyuman kemenangan mengembang di wajahku. Kupacu motorku menuju rumahku. Dan dimulai hari itu, aku mempunyai mainan baru yang sangat langka. Mainan yang bisa kutunggangi kapan saja. Dan di mulai hari itu, aku bebas keluar masuk ke kostan tersebut. Setahu kak Siescha ataupun tanpa sepengetahuannya.


•To Be Continue....
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd