[size=+2]Part 1: Awal Pertemuan[/size]
"Here comes the rain again,
Falling from the stars
Drenched in my pain again
Becoming who we are....."
Salah satu lagu melantun di hand phoneku ketika aku baru saja tiba di salah satu Rumah Sakit ternama di kota B. Hari itu aku menjenguk Rey, temanku yang sedang di rawat gara-gara ulahnya sendiri di jalanan kemarin siang.
"Gimana kabar lu rey? Udah siap dikubur kah?" Candaku kepadanya.
"Gila lu bes, do'ain temen sendiri kaya gitu. Lagian gue gak akan mati sebelum gue foto selfie di makam lu!" Selorohnya menimpali.
"Tai lu!" Sungutku kepadanya.
Lama kami berbincang masalah kehidupan, sampai waktu besuk pun berakhir. Aku pun keluar ketika tidak sengaja bertubrukan dengan seorang suster yang amat cantik jelita. Semua barang bawaannya jatuh berserakan dilantai.
"Ooops, sorry." kataku.
Segera ku rapikan barang bawaannya yang berserakan di lantai sambil meminta maaf kepadanya.
"Kamu gpp kan sus? Sorry banget yaa."
"Oh iyaa, gpp." jawabnya sambil berlalu ke ruangan pasien.
Siescha, itulah yang tertera di tag name nya. Seorang suster asal kota M, kota yang terkenal karna sambalnya. Dia memiliki wajah yang cantik, dihiasi senyum yang bisa meluluhkan setiap mata yang memandangnya. Kutaksir dia baru berusia 21 tahu. Dia memiliki tubuh yang proporsional, dengan kulit putih bersih yang ditumbuhi bulu-bulu tipis. Ditunjang payudara yang bulat, juga pantat yang semok. Makin jelas lah kalo dia adalah gadis yang sangat menggairahkan.
Oiya, panggil saja namaku
Abes. Usiaku saat ini menginjak tahun ke 19, usia dimana aku sibuk menentukan jati diri. Perawakanku cukup berbeda dengan remaja pada umumnya. Aku memiliki tinggi 190 cm, dan berat 83 kg. Beberapa tattoo juga ikut menghiasi beberapa bagian tubuhku.
Rintik hujan mulai turun ketika aku hendak pulang. Terpaksa ku urungkan niatku itu, mengingat aku yang hanya mengendarai motor. Bisa berabe jika kupaksakan untuk pulang. Akhirnya kulangkahkan kaki ku ke smoking area. Akan sangat menyebalkan jika harus menunggu hujan reda hanya berdiri tak melakukan apapun.
Hujan mulai reda ketika ku buang rokok ke tiga ku. Rupanya hujan cukup lama berlangsung. Aku pun berlalu ke tempat parkir, hendak pulang ketika kulihat seorang suster yang tadi sedang berdiri sendirian di pos satpam. Yaa, tak lain itu adalah suster Siescha, suster yang tadi sore bertabrakan denganku. Segera kulangkahkan kakiku menghampirinya.
"Hey, suster. Lagi ngapain bengong sendirian di sini? Oiya, sorry banget tentang tadi sore yaa. Aku gak sengaja."
"Oh, hey. Gpp, lagi nunggu temen aja. Iyaa, gpp kok. Lagian aku juga yang gak hati-hati tadi." jawabnya dengan senyum yang sangat manis di wajahnya.
"Aku temenin yaa sus, khawatir kalo Nona cantik kaya suster sendirian. Udah malem." Rayuku untuk bisa kenal dengan dia.
"Panggil aja Siescha, aku masih magang kok disini. Belum resmi jadi suster."
"Oh, oke deh kalo gitu." jawabku Sambil tersenyum.
Kami pun berbincang untuk beberapa saat. Sampai kulihat jam, sudah menunjukan pukul 21:00 waktu setempat. Akhirnya kuberanikan diri untuk menawarkan diri mengantarnya pulang. Dan diapun setuju, mengingat teman yang dia tunggu tak kunjung datang.
Kupacu roda motorku ke alamat yang dia maksud. Tak begitu jauh dari Rumah Sakit tersebut.
Sepanjang perjalanan, dia tak pernah melepaskan pelukannya di pinggangku. Dia berkilah, karna trauma. Ada sesuatu yang empuk dan hangat menekan punggungku ketika tak sengaja aku rem mendadak untuk menghindari mobil didepan. Yaa, tak salah lagi. Benda yang saat ini menempel ketat di punggungku adalah payudaranya. Kutaksir dia memakai cup B, karna dari bentuknya yang bulat padat seperti melon itu. Menyadari hal itu, dia pun agak merenggangkan tubuhnya.
Beberapa menit kemudian, kami pun sampai di lokasi. Yang tak lain adalah suatu tempat kost khusus putri. "Sial, coba kalo bukan kost putri. Kan gue bisa mampir dulu ke kamarnya, siapa tau dia khilaf kan." kesalku dalam hati. Akhirnya aku pamit pulang kepadanya, karna waktu telah larut. Namun sebelum aku hendak pergi, dia memberiku secarik kertas sambil berlalu ke dalam kostnya. Sempat kulihat pantatnya yang semok itu sedikit bergoyang ketika dia berjalan. Sungguh menggoda untuk ukuran wanita lebih tua dari ku.
------------------------
Lust Of My Nurse------------------------
Hari-hari selanjutnya kujalani seperti biasa. Pergi kuliah, main billyard, ataupun nongkrong-nongkrong biasa bersama teman.
Suatu malam, aku pergi ke salah satu cafe. Tempat dimana aku dan teman-temanku berkumpul. Disana sudah terdapat teman-temanku berkumpul.
"Hey guys, sorry telat. Ban motor bocor tadi" ucapku pada teman-temanku setibanya di cafe.
"Hey, Bes. Pantes aja lu telat dateng, biasanya kan lu yang paling awal dateng." timpal Dessy.
"Iyaa, pantes lu telat Bes. Gue kira lu nyangkut di tempat Billyard." timpal Ochi nimbrung.
Sedang kan kedua temanku yang lain hanya tertawa.
Aku hanya bisa tersenyum. Langsung saja aku memesan minuman favoritku, mengingat tenggorokan yang terasa kering.
"Kenapa lu bes, bengong kaya orang susah aja lu." tanya Claude, temanku yang paling tajir diantara aku dan temanku yang lainnya.
"Ah hah, gpp De." jawabku sekenanya.
Terlintas sosok suster Siescha dalam lamunanku, dan teringat akan pemberiannya tempo hari itu. Cepat-cepat aku pamit kepada teman-teman, dengan alasan gak enak badan.
Kupacu motorku secepatnya, karna aku yakin bahwa pemberian suster Siescha tempo hari itu adalah sesuatu yang bisa membuatku lebih akrab dengannya.
Sesampainya di rumah, segera kucari benda yang suster Siescha berikan tempo hari itu. Kuraba setiap baju ataupun pakaian ku, sampai akhirnya ketemu terselip di kantong celanaku. Tak sabar kubuka secarik kertas tersebut, dan benar tebakanku. Itu adalah suatu nomor telfon.
Segera kuraih hand phoneku dan mengetik nomor yang tertera di kertas tersebut. Cukup lama aku menunggu sampai suara lembut menjawab di seberang telfon. Yaa, suster Siescha akhirnya mengangkat telfonku.
Kamipun mengobrol ngaler ngidul. Kutanyakan berbagai macam pertanyaan kepadanya. Dari hal yang biasa sampai ke hal yang pribadi. Dan ternyata dia sangat supel, sehingga akhirnya kuketahui bahwa dia masih single. "Masih ada kesempatan," seru hatiku. Dan dimulai detik itu, kubulatkan tekad untuk bisa mendapatkannya.
-----------------------------
Lust Of My Nurse-----------------------------
Keesokan harinya kupacu motorku ke tempat kost suster Siescha, dengan niat mengantarnya bekerja. Dia awalnya kaget dengan ulahku itu.
"Ngapain kamu pagi gini kesini bes? Kamu gak kuliah emang?" tanyanya.
"Ah, enggak suster. Aku cuman mau nganter suster aja ke RS. Lagian hari ini aku gak ada jadwal kuliah kok." Jawabku berterus terang.
"Panggil aja aku Siescha atau kaka, biar lebih akrab. Okedeh kalo gitu, tapi aku gak ngerepotin kamu kan bes?"
"Yaa enggak lah sus, eh maksudku kak. Mana ada bidadari yang merepotkan," gombalku.
Dia hanya tersenyum sambil mencubit kecil perutku.
Pagi itu dia mengenakan pakaian yang cukup ketat, hingga mencetak jelas setiap lekuk tubuhnya. Dengan kacamata yang dia pakai, dia terlihat sangat anggun dan menggairahkan tentunya,
Dan mulai hari itu aku antarkan dia bekerja, dan ku jemput pada sorenya. Di sepanjang perjalan sengaja ku mainkan rem motorku, sehingga payudaranya beradu dengan punggungku. Dia hanya mencubit perutku dengan gemas, sadar dengan apa yang aku lakukan. Hampir setiap saat antar-jemput itu terus kulakukan. Setiap aku tak ada jadwal kuliah, dan terkadang ketika aku bolos. Kamipun menjadi sangat akrab.
Lama dekat dengannya mulai membuat darah kelelakianku bergejolak. Sampai pada suatu waktu, aku sudah tak sabar lagi ingin segera merasakan tubuhnya. Kususun rencana untuk memperkosanya. Dan setanpun seakan mendukung rencanaku itu, karna besok temanku Claude ultah. Dan dia merayakannya di salah satu club malam. Akhirnya kuajak suster Siescha keluar.
"Kak, besok masuk kerja gak?" Tanyaku di telfon.
"Enggak bes, besok kaka libur. Kenapa emang?"
"Gpp kak, aku cuman mau ngajakin kaka main aja besok. Temen ku ada yang ultah, aku gak PD kalo berangkat sendiri. Temenin yaa kak." bujukku
"Haha,,, apaan sih kamu ini. Kenapa ngajak kaka coba? Ajak pacar kamu lah bes." Jawabnya sambil bercanda.
"Ayolah kak, temenin yaa. Lagian aku single kak, malu lah kalo besok dateng sendiri."
"Iyaa deh, iyaa. Besok kamu jemput kaka aja yaa. Tapi kenapa kamu ngajak kaka?" Tanyanya masih penasaran.
"Asiik, thanks kak. Pokoknya besok malem dandan yang cantik yaa. Jam 8 aku jemput. Gpp kak, satu-satunya alasan aku ajak kaka itu karna aku pengen nunjukin sama temen-temen aku, kalo bidadari itu nyata." rayuku meyakinkan.
"Hahaha.... Kamu ini yaa. Masih kecil jago gombal. Awas loh, ketemu kaka cubit tu perut." Tawanya renyah di ujung telfon.
"Hehe., oke deh kak, kaka tidur gih dah malem. Night ka, sleep well." tutupku.
Memikirkan rencanaku besok pada kak Siescha membuatku susah terpejam. Kunyalakan iPod ku dan ku putar beberapa lagu. Mungkin ini akan membuatku cepat terlelap, fikirku.
"Malam tlah larut, mata enggan terpejam.
Disepertiga malam kau bangkitkan aku.
Detik berdetik, waktu berganti waktu
Kini semua, mulai terbuka...
Disepertiga malam kau menyentuh hati
Disepertiga malam aku lemah terkulai
Disepertiga malam kau ajari aku
Agar mampu tetap berdiri...,"
Dan lagu ini pun mampu mengantarkanku terpejam.
-----------------------------
Lust Of My Nurse-----------------------------
Keesokan harinya aku terbangun pukul 10 pagi. Sinar mentari yang tlah meninggi menembus kamarku dan membangunkanku. Segera kulihat layar di hand phoneku, dan disana terdapat belasan missed call dari kak Siescha. Kangen rupanya dia, fikirku.
Waktupun terasa sangat lambat berjalan, sengaja aku tak menelfon kak Siescha.
"Kalo emang dia kangen, dia pasti telfon," batinku merasa yakin.
Dan benar saja, tak lama kemudian dia menelfon. Kamipun berbincang untuk acara nanti malam. Senyum iblis pun segera menyeringai di atas wajahku bila membayangkan tubuh kak Siescha yang akan segera kudapatkan itu.
Tak lupa aku pun membooking salah suatu kamar hotel yang terdekat untuk mengeksekusi kak Siescha.
Waktu yang ditentukan pun tiba, kupacu motorku ke kostan nya kak Siescha. Setibanya disana, akupun memanggilnya. Dan tak lama kemudian, dia pun keluar.
"Hey, bes. Udah lama nunggu?" sapanya ramah kepadaku.
"Ah engga, baru dateng kok kak." jawabku agak gemetar.
Kak Siescha sangat mempesona malam itu. Dia mengenakan rok biru pendek sepaha, dan baju ketat diatasnya. Hal itu sangat menggairahkan, dengan make up tipis dan dibalut pakaian minim seperti itu, makin keluarlah kecantikan kak Siescha. Lekuk tubuhnya sangat jelas tercetak dibalik pakaian tersebut. Dada yang membusung menantang, kulit paha sampai kaki semampai yang amat menggiurkan. Aku sempat terperangah memandang kak Siescha, terlebih CD dan puting payudaranya yang agak tercetak di bajunya.
Fikiran iblis ku pun ingin segera menyeret dan memperkosanya di kamar kostnya, namun aku berfikir dua kali. Akan lebih puas dan aman jika kulakukan di hotel yang telah aku pesan sebelum nya. Dan tanpa banyak omong lagi, ku pacu kembali motorku ke lokasi pesta Claude.
Setibanya dilokasi, dengan bangga kugandeng kak Siescha. Semua mata tertuju padanya, mata lapar yang seolah ingin menerkam dan menelanjangi kak Siescha. Dan kontan saja, dia begitu agak risih mendapatkan hal itu. Segera kuajak dia ketempat teman-temanku berkumpul, menghindari hal yang tak diinginkan terjadi.
Semua temanku sempat terperanjat melihat seseorang yang kubawa.
"Aiih, siapa itu bes? Cantik." Tanya Claude.
"Wih, gila lu bes. Jago bener lu nyari cewe." Timpal aldy sambil menepuk punggungku.
"Ah, apaan sih lu pada. Norak tau gak" timpalku.
Mendengar itu semua, ada suatu perasaan bangga dalam benak ku. Namun suster Siescha terlihat sangat malu, tampak jelas terlihat di rona wajahnya yang memerah.
Segera ku tawarkan beberapa minuman yang agak keras kepadanya, agar dia cepat mabuk fikirku. Awalnya dia menolak, namun akhirnya dia mau juga. "Biar gak terlalu tegang kak." alasanku kepadanya.
Beberapa gelas martini, cocktail, dan minuman keras mulai berpindah ke perutnya. Dia pun terlihat mulai mabuk berat, dan mulai tak sadarkan diri. Hal ini tidak ku sia-siakan, segera ku bopong dia keluar. Kubawa dia ke hotel yang sebelumnya telah ku pesan. And, this is time! Akan kutiduri kau kak Siescha. Senyum iblis mengembang di wajahku.
Segera ku seret dia ke dalam kamar hotel tersebut, dan ku lempar dia ke atas tempat tidur. Dengan tak sabar, segera ku tubruk tubuh seksinya itu. Kuciumi bibir dan wajahnya, dia hanya diam. Mungkin karna telah begitu mabuk, sehingga tak sadar akan hal yang akan ku lakukan padanya malam ini.
Akupun membuka bajunya, dan sedikit terperanjat melihat kak Siescha tidak mengenakan BH. Dengan tak sabar, kuremas dan kujilati payudara kak Siescha. Payudara yang begitu sempurna, 38 B. Payudara yang masih membulat dihiasi puting merah muda.
Lumatanku menjalar ke perutnya, tanganku tak hentinya menggerayangi setiap lekuk tubuh kak Siescha.
"Aagghhh... Aagghh.. Hmmmm..." Lenguhan dan desisan mulai keluar dari mulut tipis kak Siescha.
Kujilati lubang pusarnya, dan kugerakan tangan ku kebawah untuk melepas rok mininya. Ku robek stocking dan segera kusingkap G-Stringnya. Sungguh luar biasa apa yang kulihat saat itu, vagina yang amat mungil, dengan bulu jembut yang tercukur rapi. Lubang vaginanya masih sangat sempit, dan ketika ku buka warnanya merah muda.
Sungguh membuat penisku makin bergejolak dibawah sana. Kubuka semua bajuku, dan kembali bergerilya di tubuh kak Siescha. Segera saja ku arahkan wajahku ke vagina kak Siescha, kujilat dan kuberi hisapan nakal disana. Kak Siescha hanya bisa melenguh menerima setiap kenakalanku. Kucoba untuk memasukan jariku kedalamnya, namun tak satupun dari jariku yang bisa masuk meskipun sudah sangat lembap disana.
Dengan tergesa segera ku arahkan penisku ke vaginanya, ku beri gosokan dan rangsangan kembali disana. Kembali, dia hanya melenguh dan mendesis. Ketika penisku sudah kurasa cukup licin, ku dorong kepala penisku menembus vaginanya. Namun tak berhasil, kucoba lagi dan gagal kembali.
Dengan kesal kuludahi vagina kak Siescha, kemudian kutempatkan penis ku tepat di celah sempit vaginanya. Kudorong dengan kuat sampai 'bleeessst' kepala penisku pun bisa amblas ke vaginanya. Kudengar jeritan kecil di mulut kak Siescha.
Kugerakan penisku perlahan didalam vaginanya, dengan tujuan tidak terlalu menyakitinya. Setelah dirasa dia mulai terbiasa, ku coba dorong penisku lebih dalam. Namun laju penisku tersebut terhalang oleh sesuatu, karna sudah terlalu bernafsu akhirnya kutekan penisku hingga amblas seluruhnya kedalam vagina kak Siescha.
Dia pun meronta dan menjerit kesakitan, tersadar dari efek mabuknya. Dengan berlinang air mata, dia memandangku tak percaya.
"Kenapa harus dengan cara ini sih bes?" ucapnya
"Kenapa harus kasar kaya gini? Kalo kamu mau, kamu bisa bilang baik-baik sama kaka. Gak harus dengan cara kaya gini." kak Siescha terisak.
"Kamu tau gak, kaka masih perawan. Dan sekarang kamu renggut milik kaka satu-satunya itu secara paksa, kaka gak rela kalo gini," cerocosnya bertubi-tubi kepadaku.
Kupalingkan pandanganku ke vaginanya, dan benar saja disana membercak darah. Ada rasa bersalah sekaligus bangga ketika mengetahui hal itu. Namun kak Siescha membuatku kesal dengan makiannya, akhirnya kupacu tubuh kak Siescha dengan cepat. Dia sampai menjerit dan merintih.
"Arrrrgghhhh,, sakit bes. Stop, please stop. Kasih kaka waktu buat menyesuaikan diri. Arrrrgghhh, fuck you!" protesnya.
Namun bukannya berhenti, aku malah menggenjot vagina kak Siescha lebih cepat lagi. Sampai hanya desahan dan lenguhan saja yang keluar dari bibir tipisnya. Gemas, segera kulumat bibir kak Siescha. Dia pun membalasnya dengan sangat bernafsu. Suara kecipak alat kelamin beradu, dan bau amis darah perawan kak Siescha makin membakar nafsuku. Kubalikan tubuh nya tanpa melepas tautan alat kelamin kami. Sekarang aku leluasa menghajar vaginanya dari belakang tanpa ampun.
Beberapa menit kemudian, kurasakan sel sperma ku yang akan segera muncrat. Kupercepat genjotan penisku.
"Aagghhh, terus... Iyaa. Enak teruss besss. Aku mau keluar,, terus genjot yang cepeeeett... Aggghhhhh,,,, aku keluaaaaar bes, aku keluaarrrrrggggghhhh....." Jeritnya ketika puncak kenikmatannya hinggap. 'Ssrrrrttt, sssrrrttt, sssrrrttt' kedua kakinya mengapit pinggangku.
Dia pun terkulai lemas dengan bibir yang mengeluarkan liur dan vagina yang mengeluarkan cairan hangat ke penisku. Setiap syaraf di vaginanya berkontraksi, berkedut-kedut, seakan meremas dan menghisap habis penisku.
"Oohh, vagina kaka enak banget kak. Yaa, terus jepit, remas kak. Aagghhh, kak aku,,, a,, akuu sampaaaaiii kaaaaaakkk...., ooohhh, thanks god, oohh fuck! aagghhhh..,,"
Kudekap erat tubuh kak Siescha dan kutekan kuat penisku. Dan tak lama kemudian, 'croot, croot, croot, croooot' aku pun sampai. Kukeluarkan benihku kedalam rahim kak Siescha, dan ambruk menimpa tubuhnya dengan penis yang masih menancap. Nafas kami masih sailing memburu, dan kulihat kak Siescha masih bergetar merasakan orgasmenya.
Beberapa saat kemudian kujatuhkan tubuhku kesamping kak Siescha, khawatir membebaninya. Masih tak percaya dengan apa yang barusan terjadi, kuraba penisku. Bercak darah perawan kak Siescha masih menempel disana. Segera kupeluk dia dari belakang, kemudian mengecup keningnya.
"Maaf yaa kak, aku khilaf. Aku siap bertanggung jawab kalo ada sesuatu yang terjadi sama kaka. Sekali lagi aku minta maaf kak, love you," kukecup kembali keningnya.
Kurasakan tubuh kak Siescha bergetar, dan kembali kudengar isak tangis nya. Aku pun memeluk tubuhnya semakin erat dari belakang, dan mengecup pundaknya. Dia pun membalikan badannya, sekarang bisa kulihat dengan jelas rona kesedihan dan sisa kenikmatan dari wajah sayunya.
"Kamu tegaa bes, hiiks, akk,, aku salah apa sama kamu? Hiiks,.," sebelum dia membereskan kalimatnya, segera kulumat bibir tipisnya.
Awalnya dia hanya pasif, namun kelamaan dia mulai membalas permainan lidahku. Lama kami saling lumat, hisap, dan memainkan lidah. Sampai akhirnya kuakhiri permainan lidah kami itu. Ku usap kedua pipinya, ku sisir rambutnya menggunakan jariku. Kemudian ku kecup mesra keningnya sambil berkata
"kamu gak usah sedih ataupun takut lagi yaa kak, aku janji gak akan pernah ninggalin kaka sendiri. Aku sayang sama kaka. Maaf aku lakuin ini semua sama kaka, aku gak maksud apapun. Aku cuman mau bikin kaka gak bisa lepas dari aku lagi. Cuman itu, gak lebih. Maaf yaa kak, love you." Kataku jujur.
Ku kecup kembali bibirnya. Dia akhirnya menangis haru mendengar ucapanku.
"Kamu janji yaa, awas kalo sampe boong. Hiiks... Aa,, Aku juga sayang kamu bes, sayang banget kamu gak peka. Kalo kamu peka, mungkin kamu bisa dapetin keperawanan aku dengan senang hati, gak kaya gini." ucapnya lirih.
Ada rasa bersalah dan sesal dalam hati ku mendengar penjelasan kak Siescha. Ah, bodohnya aku.
"Iyaa, aku janji demi apapun kak. Aku sayang kamu. Maaf, aku gak tau. Kalo gitu, kita ulangi aja lagi kak. Aku masih pengen." Rayuku sambil tanganku mulai bergerilya di payudaranya.
"Iyaa, aku pegang janji kamu. Kalo kamu boong, kamu bakalan dikejar kecoak terbang." candanya sambil mencubit dadaku.
"Huuu,, maunya. Gak mau, kamu jahat, weeee" ucapnya manja. Namun hal itu tak menghentikan aksiku menggarap tubuhnya malam ini.
Dan kamipun melakukannya 4 kali lagi malam itu. Kugarap dan kunikmati setiap senti tubuhnya dengan berbagai macam gaya dan disetiap tempat. Kami terlelap ketika tenaga kami sudah benar-benar habis. Malam itu aku orgasme 6 Kali dan kak Siescha mungkin sudah yang kesekian kalinya. Sudah tak terhitung berapa Kali dia orgasme, namun yang pasti tidak sampai kaya
iklan wafer itu yang
ratusaann..,
Keesokan harinya aku terbangun sangat siang, masih dengan posisi berpelukan tanpa secarik benangpun yang menutupi kepolosan tubuh kami. Bau pesing dan lembab segera menyerang indera penciumanku, dan benar saja begitu banyak bercak sperma dan sisa cairan orgasme yang mulai mengering di tempat tidur, lantai, sofa, bahkan diatas meja. Baju kami berdua ntah terlempar kemana. Dan baru kuingat pertempuran panas kami tadi malam.
Kulihat kak Siescha yang masih terlelap dalam dekapanku, masih dalam keadaan telanjang. Kusapukan pandanganku ke sekujur tubuhnya, begitu banyak bekas cupanganku. Dan lelehan sperma yang mulai mengering, tampak jelas di vaginanya.
Lalu kualihkan pandanganku ke arah wajahnya. Wajah yang bagaikan embun pagi, yang bening dan menyejukan. Kagum, ku kecup pipi dan keningnya sekali lagi.
"Wake up sleepy head, its early afternoon. Come on, wake up. Wake up." Kubangunkan dia, mengingat perut yang belum terisi dari kemarin malam.
"Iyaa, bentar lagi ah. Semalem kamu nakal banget sih." protesnya dengan suara manja.
Kasihan juga memang kak Siescha, semalaman ku tunggangi dia tanpa henti. Maka kubiarkan saja dia terlelap kembali. Aku pun memutuskan untuk menelfon layanan kamar untuk memesan beberapa makanan dan minuman, juga beberapa bungkus rokok. Sambil menunggu layanan kamar tiba, aku pun memilih untuk menyegarkan badan terlebih dahulu.
-----------------------------
Lust Of My Nurse-----------------------------
"I remember, all the things that we shared
And the promise we made, just you and I
I remember, all the laughter we shared
All the wishes we made, upon the roof at dawn....."
Lantunan musik mengiringi aktifitasku di kamar mandi. Namun tiba-tiba kak Siescha masuk ke kamar mandi dengan langkah terpincang.
"Minggir dulu yang, aku kebeleeeettt" ucapnya tak sabar.
"Kebelet sama penis aku yaa yang?" godaku.
"Aah kamu, fikirannya selangkangan terus iih. Awas dulu aku kebelet pipiiis." ucapnya kesal.
Aku hanya bisa tertawa melihat tingkah lakunya. Segera saja kuseret dia ke dalam bath up, ketika dia telah selesai pipis. Dan kamipun melakukan quick sex di sana, dengan diakhiri mandi bersama.
Ketika kami keluar kamar mandi, ternyata makanan yang ku pesan telah datang. Semua bekas pertandingan kami semalam rupanya telah dibereskan. Sprei sudah terganti dengan yang baru, dan yang terpenting tidak ada lagi bau pesing dan lembab tadi pagi. Kami pun menyantap makanan kami dengan lahapnya. Untuk mengisi tenaga untuk ronde berikutnya...
Sehabis makan, akupun mulai mendekati kak Siescha. Ku kecup bibir tipisnya dengan sangat mesra. Dia yang mengetahui apa maksud dan tujuanku, tidak tinggal diam. Dia membalas setiap hisapan dan lumatanku di bibirnya.
"Mmmmuuuach, mmuach,hmmm, muach, muach.,." Permainan lidah itu berlangsung cukup lama.
Tanganku tak tinggal diam, segera kusingkap handuknya dan kuremas payudaranya. Ciumanku beralih ke lehernya, dan terus turun sampai ke payudaranya. Kuciumi dan kuemut puting merah mudanya dengan gemas.
"Ooh, aggh, iyaa terus yang,, aaghh, enak, terus, aaaghh...."
Lenguhan dan desahan silih berganti keluar dari bibirnya. Tangan kiriku mulai bergerilya ke daerah vaginanya. Kugesekan jari telunjukku di celah vaginanya, dan disana sudah sangat basah. Kuturunkan ciumanku ke vaginanya, dan ku buka lebar kedua pahanya lalu kujilati vagina yang tadi malam telah kujebol perawannya.
Kujilat celah sempit vagina kak Siescha yang telah sangat basah itu, Sambil sesekali kuhisap clitoris nya yang menyembul malu-malu. Kulakukan itu terus menerus, secara intens.
"Ooh, kamu Pinter banget yang. Aagghh,, ooh iyaa, terus." ceracau kak Siescha makin tak jelas.
Sampai akhirnya 'sssrrrt, sssrrrttt, sssrrrtt' dia mencapai orgasme pertamanya di sore itu tak lama kemudian. Kuhisap habis setiap tetes cairan yang keluar dari vaginanya, sampai mulutku pun belepotan cairan cintanya.
Sibuk memuaskan kak Siescha, penisku mulai berontak ingin di layani. Dan segera ku dekatkan penisku ke bibir kak Siescha.
Dia sangat bersikeras tak mau melakukan blow job, namun setelah ku paksa akhirnya dia luluh juga. Awalnya dia hanya menciumi kepala penisku dengan ragu, kemudian dia mulai berani memakai lidahnya. Dia jilati setiap senti penisku, dan akhirnya dia masukan kedalam bibir seksinya itu.
"Ooohh yes, baby. Aaagghh..hmmmm,,,enaak.. Terus yang, kamu mulai Pinter.. Aagghhh..,"
Sekarang giliran mulutku yang mendesis merasakan nikmat. Memang awalnya agak linu, karna setiap dia kulum penisku menyentuh giginya. Namun kelamaan, diapun terbiasa juga. Dan memang sangat nikmat.
Karena sudah tak sabar, segera ku seret dia dan kuposisikan menungging. Kuarahkan batang penisku ke vaginanya, dan perlahan kumasukan. Walaupun telah dimasuki beberapa Kali, lubang itu masih tetap peret. Aku harus sangat berjuang dan berdoa untuk menembusnya. Dan 'Blleeesssttt' akhirnya penisku pun amblas seluruhnya.
"Aaaarrgghh, yess." Kami melenguh secara bersamaan.
Tanpa menunggu waktu lagi, segera ku genjot vagina kak Siescha secara intens. Mulai dari perlahan, dan lama kelamaan semakin cepat dan cepat. Dia sangat menikmati permainan ku, terbukti dari suara desahan dan lenguhan yang keluar dari bibirnya.
"Aaaagghhh, yes dear, yeah.. Fuck me harder, ohhh aagghhh,, yesss. Good boy.. Aagghh..." ceracaunya.
"You like it babe? Huh?" jawabku sembari mempercepat genjotanku di vaginanya.
"Aaaaarrrggghh, jangan terlalu cepet yang, vaginaku bisa lecet ntar... Aaarrrggghhh Abess, stoooop,, aaaarrrggghh,, oooh god, ohhh,, arrrrgggghhhhhh..... Fuck you!"
Kak Siescha mulai menjerit dan berteriak-teriak. Namun itu semua sama sekali tak kuindahkan, malah aku makin menambah ritme genjotanku. Bunyi kecipak alat kelamin beradu, suara desahan dan jeritan kak Siescha silih berganti. Ntah sudah berapa Kali dia orgasme. Yang pasti ketika kulihat ekspresi wajahnya di cermin, bola matanya hanya tersisa yang putihnya saja.
Akhirnya akupun akan segera mendapat orgasme ku, kupacu tubuhku makin brutal. Hingga suara kecipak alat kelamin kami makin jelas terdengar,
"aaaagggh, yang, as, akuuu, aku mau, keluaaarrr,, aaaaaagghhh....." ceracauku tak tahan.
"Aaaaaggh, iyaa sayang. Keluarin bareng, aaaghh,, ooohh yeess, god, ooohhhh, aaaggghhh,, I cuuuummmm...."
'Ssssrrrtt, sssrrrtt, sssrrrttt' Kutancapkan penisku sedalam-dalamnya ke vagina kak Siescha, sampai bisa kurasakan mentok di rahimnya. Dan 'croot, croot, croot' sel spermaku pun menghambur semua, berpindah dari skrotum ke rahim kak Siescha. Terasa cairan hangat merembes dari dalam vagina kak Siescha.
"Oooh, aaaghh, hmmm,,," kak Siescha masih terus mendesah, kemudian dia ambruk ke tempat tidur. Penisku pun tertarik keluar dari vaginanya. 'Ploop' suara kelaminku saat keluar. Ada lelehan sperma yang merembes keluar dari vagina kak Siescha.
Aku pun menjatuhkan diriku ke samping kak Siescha. Dengan nafas terengah, ku kecup kening dan pipinya.
"Thanks dear, love you more." ucapku jujur padanya. Dia hanya bisa tersenyum.
"Kamu nakal yaa sayang, liat nih vaginaku sampe lecet gini tau. Padahal baru sehari semalem doang. Gak kebayang deh kalo tiap hari, bisa ancur vaginaku." ucapnya protes.
Aku hanya bisa tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan polosnya itu. Kukecup bibirnya mesra.
"Tapi kamu akhirnya seneng plus puas kan? Hahahaha..." kilahku membela diri.
"Hmmm... Iyaa deh." jawabnya mengalah.
-----------------------------
Lust Of My Nurse-----------------------------
Hari sudah menjelang malam ketika aku check out dari hotel tersebut. Bukannya tak mau semalam lagi bersama kak Siescha, namun aku kasihan sama dia. Besok dia harus mulai bekerja kembali, dan aku pun ada jadwal kuliah yang tidak bisa aku hindari.
Sebelum ke kostan kak Siescha, ku sempatkan mampir ke tempat makan favoritku. Disana kami candle light dinner. Dan langsung kuantarkan dia ke kostan nya begitu kami selesai.
Sebelum dia berlalu ke dalam kost, dia sempat berbisik kepadaku
"Pokoknya mulai hari ini, kamu itu milik aku dan aku ini milik kamu. Janji, jangan pernah ninggalin aku untuk alasan apapun yaa."
"Iyaa sayang, tenang aja yaa. Mulai hari ini aku janji sama kamu, kalo apapun yang akan terjadi, kita gak akan pernah berpisah. Lagian aku gak mau, kalo sampe harus di kejar-kejar sama kecoak terbang. Bisa mati terkencing-kencing aku." jawabku menghiburnya.
"Hahahahaha... Kamu ini. Oiya, hati-hati dijalannya ya sayang. Jangan nakal sama yang lain juga. Awas!"
"Okee Nona bos!"
"Byee dear, see yaa. Love you"
"Love you to dear."
Diapun berlalu ke dalam kost nya dengan langkah yang terpincang. Aku hanya bisa tersenyum mengetahui apa yang telah ku perbuat kepadanya.
"So kiss me and smile for me
Tell me that you'll wait for me
Hold me like you'll never let me go
Cause I'm leaving on a jet plane
I don't know when I'll be back again
Oh babe, I hate to go..."
Bersiul, kembali kupacu motorku menuju rumahku. Dengan Hati yang bahagia tak terkira, karna telah mendapatkan pacar baru. Dan yang paling penting, keperawanannya. Membayangkan hal apa saja yang akan aku lakukan pada kak Siescha, membuatku semangat mengarungi sisa hariku...
To be continue...