Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Lust & Love (Update Part 16)

Cuma penasaran aja. Di cerita ini yang paling suhu tunggu-tunggu siapa?

  • Kalala

    Votes: 84 24,6%
  • Kak Ay

    Votes: 40 11,7%
  • Tepini

    Votes: 37 10,9%
  • Meme

    Votes: 36 10,6%
  • Chikuy (coming soon)

    Votes: 144 42,2%

  • Total voters
    341
wah, wajib di tunggu lanjutannya ini suhu, semoga bisa update rutin
Do'akan saja hu 🙏
Wah kalala......
Weh Lalaluv pada nongol nih.. Lanjutkan suhu..
Wah semangat nih ya ada Kalala
Semangat hu, semoga sampe tamat
Semoga
Update ommm
Update aaaahhhh
saya juga pake hp suhu,mungkin tulisan "something went wrong" karena suhu klik tombol link diatas tombol pengaturan
Makasih banget nih hu atas bantuan dan arahannya...
 
Part 2 - Simpul Rasa

Pagi, jam 8 pagi aku sudah bangun dari tidurku. Tapi rasanya mata ini masih berat. Semalam tidur jam 2 sih. Aku kembali memeluk guling dan memejamkan mata lagi, masih ingin tidur.

'BUUUUGH' sialan ada sesuatu yang menimpa tubuhku

"Bangun Kak Egi!!!!"



Benar saja itu adalah si Cimol. Aku langsung menyingkirkan dia dari tubuhku.

"Ih, disuruh bangun juga!!!" Brielle menampar-nampar pipiku kanan dan kiri bergantian, lumayan kenceng pula. "Ayo! Ayo! Bangun!"

"Awww... Mol sakit Mol, udah!" Aku langsung bangun dan menjitak kepalanya. "Sakit tau"

"Salah siapa susah bangun. Buruan, sarapan! " Brielle langsung lari keluar.

Aku duduk di pinggiran kasur, mengumpulkan jiwa-jiwaku yang masih berkeliaran. Setelahnya aku langsung menuju kamar mandi

***

Di meja makan sudah ada Mama, Brielle dan Lala. Aku duduk menyusul di pinggir Mama, berhadapan dengan Lala. Dia sebentar menatapku dan langsung menunduk. Mungkin gara-gara kejadian semalam. Ah, kalo ingat itu rasanya aku manusia paling bego deh. Baru kenal beberapa jam udah main cium aja anak orang.

Kami pun menunaikan sarapan dengan nasi goreng buatan Mama.

"Gi. Kamu balik ke apartemen hari ini?" Tanya Mama padaku

"Iya Ma, besok ada kerjaan"

"Yaudah ntar sekalian anterin Lala pulang ya. Lala jadinya pulang hari ini juga kan?"

"Iya, Tante. Tapi ntar malah ngerepotin. Biasanya juga Lala pake Go-jek pulangnya"

"Gak apa-apa. Apartemen Egi searah kok sama kost kamu. Iya kan, Gi?"

"Daerah mana emang?"

Mama menyebutkan daerah kost Lala. Ternyata memang searah dengan apartemenku. Hanya lebih jauh sedikit kalo dari arah sini.

"Yaudah ntar bareng aja sama gue, La"

Lala mengangguk setuju.

Setelah sarapan selesai, Brielle mengajak aku dan Lala bermain kartu UNO, aku tidak bisa tidak nurut kalau Brielle sudah mengajak. Di tengah permainan Mama bergabung dengan kami untuk bermain.

Kami berempat bermain selama kurang lebih 2 jam, dan yang paling sering kalah di permainan itu.... Aku. Entah mereka berlatih dimana tapi mereka bertiga jago sekali bermain kartu ini.

"Kan, Kak Egi kalah lagi. Payah ah" Ucap Brielle meledek.

"Iya ih. Payah" Lala menimpali

"Masa kalah sama ibu-ibu kaya Mama ini sih, Gi" Tambah Mama

Hina sekali diriku keliatannya hanya karena sering kalah main UNO ini.

Setelah itu Mama beranjak keluar dari permainan karena masih harus mengurus hal lain. Yang lain juga tampak bosan dan menyudahi permainannya. Akhirnya kami bertiga hanya mengobrol santai sambil bercanda sampai jam 2 siang.

Aku jadi merasa makin dekat dengan Lala, juga makin tertarik. Lala punya energi yang dapat menarik jiwaku masuk ke sebuah ruang penuh warna, ke dalam dunianya yang membuat hal lain tak terlihat. Hanya dirinya, ya hanya dirinya.

Aku memutuskan untuk harus mengenal dia lebih dekat.

"La, mau pulang jam berapa?" Tanyaku

"Terserah Kak Egi aja sih"

"Kalau sekarang gimana?"

"Oke" Lala bergegas ke kamar Brielle mengambil barang-barangnya.

"Yaaaahhh kok udah pada mau pulang aja?" Ucap Brielle dengan muka kecewa

"Kakak sibuk, Mol. Besok harus kerja" Aku mengacak-ngacak rambut Brielle "Sekali-kali kamu dong temenin Kakak disana. Bosen tau sendirian aja"

Muka Brielle berubah menjadi lebih bersemangat

"Beneran ya! Nanti aku kapan-kapan mau nginep di tempat Kakak ya"

"Iya-iya"

Lala turun dari lantai 2 dengan membawa sebuah tas kecil di punggungnya. Aku dan Lala segera berpamitan pada Mama.

"Duh, jadinya Lala ini kayak mantunya Mama. Hehe"

Lala terlihat jadi kebingungan dan salah tingkah

"Ada-ada aja Mama ini. Udah ya, aku pulang dulu"

Aku, Lala dan Brielle menuju garasi.

Sebelum berangkat aku menghampiri Brielle terlebih dahulu

"Dah, Cimol" Aku mencubit-cubit pipi Brielle

"Iiiihhhh" Brielle menyingkirkan lenganku dari pipinya

Setelah itu aku dan Lala menaiki motor dan berangkat meninggalkan garasi rumah.

***

"La, laper gak? Makan dulu aja yuk" Ucapku sambil berkendara.

"Emang Kak Egi gak buru-buru?"

"Enggak sih santai aja"

"Emmmm... Yauda deh boleh"

"Mau makan apa?"

"Terserah Kakak aja deh"

"Cewek kalo bilang terserah biasanya ada maksud lain yang rumit buat dipahami nih"

"Enggak lah" Lala menepuk pundakku "Beneran deh terserah Kakak. Aku ngikut aja"

"Nasi padang mau?"

"Boleh"

Kami berdua pun menuju salah satu restoran padang yang jadi langgananku.

***

Setelah semua menu dihidangkan di depan kami. Aku segera mengambil beberapa lauk dan siap untuk melahapnya. Tapi perhatianku teralihkan pada Lala, tepatnya pada tangannya yang memegang sendok dan garpu.

"Hey hey hey!" Aku mengambil sendok dan garpu di tangannya "Makan nasi padang kok pake sendok garpu, penistaan itu namanya"

"Iiiihhh Kak. Aku lagi males pake tangan ih makannya" Dia berusaha mengambil sendok dan garpu yang kuambil.

Karena tak bisa mengambil sendok dan garpu dariku, Lala hendak mengambil sendok dan garpu lain yang ada di tempatnya, tapi, dengan sigap aku ambil tempat sendok dan garpu itu, mengamankan dari jangkauannya.

"Hih iya deh. Aku makan pake tangan" Lala tampak cemberut, namun tak lama malah tertawa.

***

Kami sudah selesai makan dan sekarang hanya mengobrol membicarakan berbagai hal. Semakin lama mengobrol, semakin dekat, semakin terasa nyaman saat bersama dia. Memang kurasa juga terlalu cepat jika bilang aku mencintainya. Tapi aku rasa juga terlalu sederhana jika hanya berkata suka. Arggghhhh gitu deh pokoknya.

"Eh Kak, mendungnya makin pekat tuh. Buru-buru yuk takut keujanan dijalan" Ucap Lala melihat langit yang makin menggelap.

"Wah iya sih, mana gak bawa jas hujan"

Setelah membayar aku lekas-lekas memacu kembali motor.

Tetesan air hujan mulai terasa jatuh dari langit. Dan setelah beberapa kilometer hujan besar pun datang mengguyur ibukota.

Aku dan Lala tentunya langsung kebasahan diguyur hujan. Aku langsung mencari tempat untuk berteduh.

Kami berteduh sejenak walau sebenarnya badan kami pun sudah terlanjur basah. Aku melihat Lala yang tampak sangat kedinginan terus memeluk dirinya sendiri.

"Kamu kedinginan banget ya, La?"

"Iya, Kak. Aku emang aslinya lagi kurang enak badan"

Aku jadi bingung. Mana hujan tampaknya tidak akan berhenti dalam waktu dekat sementara Lala sudah keliatan menggigil.

"La, nerobos hujan ya ke apartemen aku dulu. Kost kamu masih lumayan jauh juga nih"

"Apartemen kakak udah deket?"

"Sekitar 2 km lagi sih. Kamu udah kedinginan banget gitu. Hujan bakal lama"

"Yaudah deh Kak"

Akhirnya kami menuju ke apartemenku

Setelah sampai aku langsung mempersilahkan Lala untuk mandi.

"Eeeeh... Kak, aku gak bawa baju ganti"

"Pake baju aku dulu gapapa?"

Lala mengangguk, ya mau bagaimana lagi.

Aku mengambilkan sebuah handuk, kaos dan celana pendek selutut untuk Lala.

"Adanya ini paling, La. Kayaknya cukup deh buat kamu"

"Makasih Kak" Lala langsung bergegas ke kamar mandi

Aku pergi ke kamar untuk mengeringkan badan dan mengganti baju. Setelahnya aku menuju dapur, membuat 2 cangkir coklat panas untuk menghangatkan tubuh. Aku membawa coklat panas itu ke ruang tengah, menaruhnya di meja dekat sofa, lalu menyalakan TV. Aku pikir, baru kemarin kenalan dengan Lala, dan sekarang sudah sangat terasa dekat, bahkan tanpa sadar aku menggunakan bahasa "aku-kamu" Jika bicara dengan Lala. Ah sial, memang perasaan itu tak bisa direncanakan.

Beberapa saat kemudian Lala keluar dari kamar mandi dengan rambut basah, baju yang kebesaran dan celana selutut. Dia berjalan menuju ke ruang tengah lalu duduk di sofa, di sebelahku.

"Ini aku bikinin coklat panas"

"Iya, Kak, makasih" Lala mengangkat gelas dengan kedua tangannya, meminum coklat itu sedikit-sedikit.

Tiba-tiba suasana jadi terasa canggung. Kemana perginya semua keceriaan-keceriaan yang tadi sudah dilalui? Entahlah. Saat ini kita hanya diam.

Lala terlihat memandangi coklat itu, menyeruput sesekali, lalu kembali memandang coklat panas dalam gelas. Aku pun memutuskan hanya diam melihat ke TV padahal pikiranku tak fokus kesana karena berbagai pikiran. Suasana ini bertahan hampir seperempat jam sampai~

"Kak"

Aku menoleh kepada Lala "Ya?"

"Makasih ya, Kak"

Ucapan Terima kasihnya serasa sangat dalam. Bukan ucapan terima kasih yang bisa kau jawab dengan "sama-sama". Aku tetap diam, menjaga suasana hening ini.

Aku jadi kaget saat Lala tiba-tiba memelukku dari samping

"Aku sayang Kakak"

"Aku juga sayang kamu, La" Aku mengelus kepala Lala yang ada diatas bahuku

Sepertinya aku benar-benar beruntung bisa dipertemukan dengan gadis ini. Semesta punya caranya sendiri. Aku benar-benar bersyukur

Aku mengecup kening Lala, ah sepertinya dia tertidur. Lucu juga tidurnya si Lala ini. Matanya setengah melek, dia sudah cerita sih tapi saat melihatnya langsung tampak lebih lucu.

Mataku turun ke bawah dan terlihatlah dadanya, dalam kaos kegedean itu bentuknya agak samar dan sulit diprediksi. Tapi aku melihat suatu tonjolan ditengah payudaranya itu. Apakah itu putingnya? Apakah dia tak mengenakan bh?

Kemungkinan itu bisa saja terjadi karena tadi tubuh bagian atasnya basah kuyup dan bh nya pun pasti kebasahan. Tidak mungkin menggunakan bh yang basah sehingga dia tidak menggunakan bh. Ah pikiranku tampaknya membuat penisku menegang.

Di dorong rasa penasaran dan hawa nafsu yang menggebu, aku arahkan tanganku untuk mengusap dadanya, dan sepertinya Lala benar-benar tidak menggunakan bh. Aku makin terangsang. Aku kembali mengusap dadanya sambil melihat reaksi Lala. Tidak ada. Aku kira dia tidur cukup pulas.

Aku kembali melancarkan serangan. Aku mengusap kedua payudara Lala mencoba menerawang ukurannya. Ternyata cukup besar juga dan bulat. Setelah itu aku memainkan jariku diatas putingnya yang hanya tertutup kaos itu. Aku remas payudaranya itu pelan sambil melihat reaksinya. Masih tak ada reaksi. Aku tambahkan sedikit kekuatan pada remasanku. Ahhhh sungguh kenyal dan pas ditangan. Aku tidak tahan, aku masukan sebelah tanganku kedalam celana untuk memainkan penisku sambil tangan yang lain bermain dengan payudara Lala.

Aku menarik kerah kaos Lala berusaha mengintip payudaranya. Walau gelap aku bisa lihat bentuk payudaranya yang benar-benar bulat itu. Aku memasukan lenganku ke dalam kaosnya dari kerah lalu meremas kembali payudara Lala, fantasiku sudah terbang melayang jauh ke angkasa. Aku mainkan putingnya yang sudah menjadi tegang itu.

Ahhh sial, brengseknya diriku menikmati hal ini. Jika Lala bangun akan mungkin terjadi hal yang tidak diinginkan. Ahhh aku harus menyelesaikan ini segera.

Aku percepat permainan di dalam celanaku sambil terus memainkan payudara Lala. Kenikmatan yang tak tertahankan. Aku mulai memejamkan mata menikmati semua ini sambil menciumi tengkuk Lala di depan mata.

Ahhhh~ nikmat sekali

Aaaaahhhh~ rasa-rasanya aku sudah akan keluar

Crooot

Croottt

Crooottt

Air mani mengalir keluar dari penisku. Aku segera mengeluarkan tanganku dari dalam kaos Lala.

"Makasih, La" Aku mengecup kembali kening Lala
.
.
.
.
.
.
.
.
.
~bersambung
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd