Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA She's Really All I Need[UPDATE PART 3]

Baru inget, itu hori miona bukan sih?
Kayak pernah liat sekali
 
Bacanya semalam komennya skrg ga masalah lah ya wkwk
.
.
.
.
.
.
Mulai GREget nich. Unch. Entah kenapa baca sheila kebayangnya sheila dara masa WKWKWKWK
 
Sheila dara teh siapa pak? :(
Nih sheila dara...

GtsccKy6_o.jpeg
 
Huft...Maaf kalo lama ga ngasih kabar, TS lagi sibuk sama kerjaan di RL jadi ngegarap part 3nya rada ngaret.

Kabar baiknya, Part 3 udah 90% jadi, jadi dalam waktu dekat ini ts bakal update hihihihi
 
“Egghhhh...Nateeeehhh” Racau seorang gadis muda yang sedang ku genjot dengan gaya misionaris ini.


“Aaggghhh...anjirrr....enak banget sih Yup genjot punya lu...” Aku berusaha memanas-manasi Yuvia yang saat ini menjadi lawan mainku, sambil terus memompa penisku di dalam vaginanya yang sangat sempit itu.


“Nateeee...aagghhh...gilaaaghh...tetekku jangan dianggurin dong” Akupun menuruti kata Yuvia, tanganku yang sedari tadi memegang pinggul Yuvia mulai merambat ke arah payudaranya itu, memberikan remasan demi remasan agar menambah kenikmatan kami saat ini. Entah sejak kapan kami menjadi begini, tiba-tiba kami berdua sudah saling memuaskan hasrat masing-masing.


“Yup....uugghh...I’m....the luckiest guy...Isn’t...hyeahhh....” Ujarku memberi pancingan kepada Yuvia yang saat ini payudaranya sedang bergoyang dengan sangat anggun karena efek yang dihasilkan dari genjotan penisku ini.


“Yes......aaahhhgggg...honey...” Puji Yuvia dengan suara yang biasanya imut saat berada di panggung itu tiba-tiba menjadi sangat menggairahkan saat dia mendesah. Diiringi dengan cucuran keringat karena permainan panas kami, keringat yang membasahi wajah imut serta seragam panggung yang biasa dibawakan saat membawakan lagu “Mirai no Kajitsu” di pertunjukan “Boku no Taiyou” yang terlihat seperti seragam sekolah itu, bedanya seifuku ini terlihat sangat ketat sehingga menampakkan dengan jelas siluet dari kedua buah dadanya dengan amat indah apabila kancing seragam itu ditutup.


“Nate sayangg......aku mau nyampeehhh....” Lirih Yuvia sambil memejamkan matanya perlahan karena merasakan penetrasi penisku di vaginanya.


“Aku juga....bentar lagiiihhh...” Akupun mulai mempercepat genjotanku karena aku sudah merasakan spermaku akan keluar dari juniorku ini.


“GIRL’S RULE! KARE WO SUKI NI NATTE, ISSHO NI ITSUMO” Aku mulai membuka mata dan tersadar karena nada dering dengan lagi “Girl’s Rule” dari Nogizaka46 di gawai yang mengejutkanku, sial! Kenikmatanku dengan Yuvia ternyata hanya sebatas mimpi. Segera kuangkat telepon itu tanpa melihat siapa yang menelponku.


“Ahh....Halo?” Jawabku dengan sedikit lesu karena baru saja terbangun.


“KAKAK MESUUUMM!!! BANGUUUNN!!!” Suara teriakan yang seperti anak kecil itu terdengar dari seberang jalur telepon ini.


“Yuvia!?” Aku terkejut karena suara yang menelponku sedikit mirip dengan suara Yuvia.


“Apaan sih Yuvia-Yuvia....Ini aku, Sheila tau!” Ujar Sheila yang tiba-tiba berteriak karena ku kira adalah Yuvia.


“Yee..maaf...abis suara kalian mirip sih hahaha” Kesadaranku berangsur-angsur memulih setelah aku sadar ternyata itu adalah Sheila.


“Mirip apaan coba. Buruan bangun ih! Kita jadi kan theateran?” Ajak Sheila menagihku untuk menemaninya theateran hari ini.


“Hah? Emang kita ada janjian theateran apa?” ucapku malas-malasan sambil menggoda Sheila.


“Ihh...kak Nate! Pagi-pagi jangan bikin aku kesel, aku nangis nih!” Suara Sheila mulai menunjukkan bahwa ia cemberut, mulai terasa bahwa ia akan menangis, duh Sheila malah pake nangis beneran lagi.


“Iya-iya bawel, tadi gue cuma bercanda kok hahaha, gitu aja nangis”


“Iiihh!! Kak nate!! Pokoknya gamau tau! Abis theateran kakak kudu beliin aku Sushi! Sheila lagi pengen makan sushi nih..” Suara Sheila yang seakan memarahi tapi terdengar manja itu semakin menjadi.


“Iya gue beliin, gue bangun dulu terus mandi dulu nih”


“Asiikk!!! Aku tunggu ya kak! Mwah!” Ucap Sheila yang suaranya mulai terdengar ceria kembali. Akupun menutup telepon dari Sheila dan mulai perlahan bangkit kasur yang gravitasinya mencoba menarik tubuhku, tapi demi Sheila aku harus bangkit dari kasur ini. Tubuh yang baru setengah sadar ini perlahan berjalan menuju dapur untuk sekedar membuat roti isi selai serta teh panas, tak ada suara yang terdengar selain suara khas di hari minggu, banyak anak kecil yang asik bermain dengan sepeda serta suara para tetangga sedang membersihkan halaman rumah dengan sapu lidi. Sebenarnya aku tinggal di Jakarta dengan pamanku, namun pamanku saat ini mendapat tugas dinas di Surabaya sehingga aku harus tinggal sendirian di kontrakan pamanku untuk beberapa bulan.


“Selamat pagi Dunia” Ujarku dalam hati seraya menikmati secangkir teh manis hangat sambil memandang jendela depan rumahku, antusiasme di dalam diriku ini menjadi aura positif yang mengiriku hari ini, aku hanya berharap semoga hari ini berjalan seperti apa yang telah ku rencanakan. Mungkin ini bukanlah kencan pertamaku dengan Sheila, tapi mungkin akan menjadi kencan yang sangat berkesan karena kami berkencan di theater JKT48, tempat yang konon kata orang-orang adalah tempat berkumpulnya para bujangan dari segala usia mencari kepuasan batin atas kesendiriannya serta pelarian dari segala penat yang telah mereka kumpulkan di Ibu kota dengan menonton pertunjukan dari para gadis remaja yang bertalenta tersebut.


Selepas mandi sekaligus menyegarkan badanku ini, akupun berdandan serapi dan semenarik mungkin, T-shirt polos berwarna abu-abu dilapisi dengan jaket Varsity berwarna hitam dengan sedikit stripe putih di bagian kerah dipadu dengan jelana jeans bermerk berwarna hitam serta sepatu sneakers Puma Suede hitam dengan stripe khas Puma berwarna putih yang hanya aku pakai saat acara-acara tertentu. Aku memang tipikal orang yang sedikit memperhatikan fashionku, terlebih untuk acara-acara yang bagiku penting seperti kencanku dengan Sheila. Ku keluarkan motor maticku dari dalam garasi rumah, ku kunci semua pintu rumahku, mengenakan helm berwarna hitam, lalu kupacu motorku menuju rumah seseorang yang membuat hari-hariku berwarna akhir-akhir ini.


Sampai di rumah Sheila, rupanya Sheila telah menungguku di teras rumahnya, ia berdiri menghampiriku yang masih berada di luar pagar lalu mempersilahkanku masuk ke dalam.


“Cieee...tumben nih kak Nate ganteng gini” puji Sheila sambil menatap kearahku dari atas ke bawah.


“Kan emang tiap hari udah ganteng hehehe” Ujarku menambah-nambahkan pujian dari Sheila.


“Apaan, kak Nate biasanya jelek! Wlee” Ejek Sheila sambil menjulurkan lidahnya yang membuat ekspresinya semakin menggemaskan itu.


“Jelek-jelek gini tapi bisa bikin kamu basah kan? Wlee” Aku membalas ejekkan Sheila dengan menjulurkan lidahku juga.


“Ih kakak! Ada Ortu aku di dalam!” Sheila memperingatkanku karena di dalam ternyata ada orang tua Sheila sedang bersantai. Aku dan Sheila lalu masuk ke dalam rumahnya, suasana rumah itu masih sama seperti terakhir kali aku bermain ke rumah Sheila. Aku menemui kedua orang tua Sheila yang sedang bersantai di meja makan itu.


“Pah...Mah, Kenalin ini temen aku, kak Nate.” Sheila memperkenalkanku kepada kedua orang tuanya tersebut.


“Oh ini temennya Sheila ya” Ucap ayah Sheila yang sedang membaca koran pagi dengan kopi di depannya, perawakan Ayah Sheila sama seperti bapak-bapak seperti umumnya, sosok ayah berumur kisaran 40 tahun dengan memakai kaus berwarna putih.


“Iya om saya Nate temennya Sheila, salam kenal” Aku memperkenalkan diriku kepada ayah Sheila sambil menyalami ayah dan ibu Sheila.


“Ganteng juga ya Sheil temen kamu, kalian cocok loh kalo pacaran” Goda Ibu Sheila yang duduk di sebelah Sheila.


“Apaan sih ma, ini cuma temen Sheila” raut wajah Sheila seketika berubah menjadi kemerahan karena malu setelah digoda oleh ibunya sendiri.


“Benar juga, Mas Nate sama Sheila cocok tuh kalau pacaran hahaha” pecah tawa ayahanda Sheila karena menggoda anaknya sendiri.


“Hehehe om bisa aja, ngomong-ngomong saya boleh ijin bawa Sheila jalan-jalan gak om? Kita mau nonton JKT48” Ijinku kepada ayah Sheila untuk mengajak Sheila pergi.


“Boleh kok mas Nate, asalkan mas Nate bisa jaga baik-baik ya” Raut wajah ayah Sheila yang tadinya seperti orang bercanda berubah menjadi serius dengan sedikit senyum di bibirnya, matanya menatapku dalam seakan-akan memberikanku kepercayaan sepenuhnya kepadaku untuk menjaga Sheila. Sementara itu Sheila tersenyum karena ayahnya mengijinkannya untuk bersama denganku.

Aku pun pamit kepada kedua orang tua Sheila, menaiki motorku, sementara itu Sheila membonceng di belakangku dengan memakai helmnya sendiri. Kamipun mulai bergegas menuju Fx Sudirman, hembusan udara kota Jakarta mulai menerpaku yang mengendarai kuda besi matic ini, keadaan jalanan kota Jakarta tak terlalu macet hari ini, selain karena hari ini adalah hari Minggu, sebagian jalanan di Ibu kota juga baru saja mengadakan Car Free Day. Di tengah perjalanan kami, Sheila tiba-tiba merangkulkan tanganku di perutku, seraya menyenderkan badannya di punggungku, kurasakan hangat pelukannya walaupun kota Jakarta sendiri juga sudah mulai menghangat suhunya.

Tak terasa kami telah sampai di Fx Sudirman, setelah memarkirkan motor, kami berjalan menuju ke dalam Fx, di tengah langkah kaki kami, Sheila tiba-tiba menghentikan ku.


“Kak Nate...penampilan aku gimana?” Tanya Sheila sambil sedikit berlenggak lenggok bak seorang model, Ku lihat dia memakai T-shirt berwarna putih dengan motif gambar ilustrasi karikatur ala Jepang, dipadu dengan jaket tipis berwarna Hijau Army dan celana jeans biru, Poni depannya menambah kesan imut pada diri Sheila yang membuatnya terlihat semakin seperti anak kecil.


“Cakep kok Sheil, imut banget hari ini” Ucapku sambil tersenyum karena Sheila terlihat sangat indah saat ini.


“Beneran nih kak?” Ku lihat Wajah Sheila yang mulai memancarkan senyumannya karena baru saja ku puji dengan tulus.


“Iya beneran, kayak anak kecil hihihi” Candaku kepada Sheila sambil sedikit menghindar.


“Ih kak Nate ngeselin!” Sheila berusaha mengejarku sambil mencubit lenganku.


“Aaaaww Bercanda ih tadi Sheil, dewasa iya dewasa” Cubitan Sheila ternyata sakit juga.


“Beneran nih kak? Yeay!” Ujar Sheila menghentikan cubitannya di lenganku.


“Iya, buruan ah naik ke lantai 4, telat tanggung sendiri loh.”


Kami pun naik ke Lantai 4, letak dimana Theater JKT48 berada, sebelumnya kami sudah memesan tiket di website sebelumnya, dan untungnya tiket kami berdua telah verif sehingga bisa menonton pertunjukkan hari ini. Pertunjukkan yang akan kami tonton adalah Renai Kinshi Jourei, Sheila ingin menonton RKJ karena dia sudah rindu dengan oshinya, Beby. Setelah menunggu selama 20 menit, kami akhirnya masuk ke dalam ruang theater, dan duduk di row 5 biru.


Suara Ayana yang menjadi Kage Ana hari ini mulai terdengar, disusul dengan gema Overture yang membuat para wota menjadi semangat menandakan bahwa show akan segera dimulai. Untuk sekejap aku sempat menatap ke arah belakang, terdapat 3 sosok wanita yang sedang menonton di FOH, namun aku tak dapat melihat wajahnya, pikirku mereka adalah member Team KIII yang memang tidak ada show hari ini.


“Ha.....nya dirimu, Ha.....nya dirimu, hanya dirimu yang bisa kulihat...aaa”


Suara Veranda yang hari ini menjadi center dari Nagai Hikari, menggantikan Akicha dan Stella menjadi penanda bahwa saat ini adalah waktunya bagi kami berdua untuk menikmati show hari ini, aku sungguh menikmati pertunjukkan “Renai Kinshi Jourei” saat ini karena jarang-jarang aku menonton Team J, tetapi harus aku akui bahwa setlist ini memiliki beberapa lagu yang enak ku dengar, khususnya lagu “Squall no Aida ni”, ku lihat Sheila juga menikmati pertunjukan kali ini, matanya terfokus pada Beby yang sedang meliuk-liuk dengah gemulai diiringi alunan lagu JKT48 yang kental dengan nuansa J-Popnya, ia sangat memperhatikan dengan detail segala gerakan Beby mulai dari atas kepala hingga ke ketukan kaki di lantai panggung, mungkin karena Beby adalah inspirasinya dia dalam menari serta inspirasinya dalam meraih cita-citanya sebagai Idol.

Lagu-lagu unit song pun mulai diputar, diawali dengan Kuroi Tenshi dengan Melody sebagai centernya, hingga akhirnya sampai ke unit song “Renai Kinshi Jourei” dimana Veranda menjadi fokus utama dari unit song ini, diiringi oleh Beby yang memang biasa menjadi tandem Veranda di unit RKJ, serta Gaby membuat para penonton terpukau, khususnya efek badai Veranda yang menerpa para penonton seakan-akan penonton membeku karena kedipan matanya. Ditengah-tengah aku menikmati lagu ini, tiba-tiba terngiang lirik yang membuatku diam untuk beberapa saat.


“Di suatu tempat seseorang bercinta

Walaupun tahu, itu tak boleh

Tetapi bila menyerah di sana

Bukan cinta yang sebenarnya”


Untuk sejenak aku langsung menatap ke arah Sheila, “jika ia lolos audisi nanti, dan menjadi member Gen 3, apakah aku masih tetap menjadi milik Sheila?” Tanyaku di dalam hati sambil menatap mata Sheila yang berbinar itu dari samping.

Usai sudah pertunjukan theater hari ini, setelah ditutup dengan Oogoe Diamond sebagai lagu terakhir, serta sesi hi-touch yang sebenarnya menjadi salah satu dari sekian atraksi utama yang menjadi daya tarik para wota untuk datang ke theater. Sesaat setelah berjalan meninggalkan kuil suci tersebut, Sheila tiba-tiba memanggilku.


“Kak Nate”


“Apa Sheil?


“Jangan lupa Sushinya loh!” Tagih Sheila sambil menggembungkan pipinya.


“Iya-iya, masih inget kok gue, mau makan di Kemang?” tawarku ke Sheila.


“Mau kak! Ngomong-ngomong aku boleh kan undang temen aku buat join? Udah lama ih gak ketemu sama dia” Sheila pun meminta ijin kepadaku, jujur saja momen ini sebenarnya ingin ku gunakan agar aku bisa menghabiskan waktu berdua bersama dengan Sheila, namun apadaya aku harus menerima permintaan dia kali ini.


“Iya deh” ucapku menerima ijin Sheila.


Kami pun langsung tancap gas menggunakan motor menuju restoran yang akan kami tuju, kala itu matahari mulai menyamping menunjukkan bahwa saat ini sudah memasuki sore hari, matahari tak terlalu menyengat seperti saat siang kami berangkat tadi, awan-awan putih yang bersahabat seakan melindungi kami dari matahari. Kami akhirnya tiba di restoran Sushi yang telah dijanjikan, sebuah restoran Sushi di wilayah Kemang, kami masuk ke dalam restoran tersebut, suasana khas Jepang sangat kental disini, ornamennya penuh dengan kaligrafi-kaligrafi huruf kanji yang menumpuk tembok kayu yang diatur sedemikian mungkin dengan suasana ala Jepang. Setelah duduk dan memesan makanan, aku hanya melihat Sheila sedang asik dengan gawainya tersebut, sama denganku yang saat ini sedang iseng-iseng menjelajahi linimasa twit**ter sambil menunggu oshiku mengunggah foto atau hanya sekedar menyapa para penggemarnya di twit**ter.

Beberapa menit berlalu, entah kenapa belum ada kata yang terucap diantara kita berdua, Sheila terlihat seperti sedang menunggu seorang dengan sesekali menengok ke arah belakangku.


“Nungguin siapa Sheil?” Tanyaku yang gemas dengan kelakuan Sheila sedari tadi.


“Nungguin temen aku kak” jawab Sheila dengan suaranya yang kecil sambil kembali menatap mataku setelah menatap kearah belakang kepalaku.


“Itu dia!” Kepala Sheila mulai bangkit setelah menatap ke arah pintu restoran melihat seseorang yang masuk kesini, aku pun ikut menengok untuk melihat siapa sosok yang ditunggu oleh Sheila.


“Itu kan...” Kejutku melihat orang yang ditunggu-tunggu Sheila, wanita itu berjalan menuju kearah meja kita berdua.


“Hai! Udah lama nunggu Sheil?” Ucap wanita itu menyapa Sheila, sementara aku masih menganga melihat gadis yang menghampiri kami.

“Kenalin kak...Nama aku.....Nadila” Ucap wanita itu memperkenalkan dirinya kepadaku sambil tersenyum, tanpa harus memperkenalkan diri pun aku sudah tahu bahwa itu Nadila, member dari Gen 2 dan Team KIII, dengan panggilan khasnya “pawpaw”.

“H...hai aku Nathan, panggil aja Nate” Ucapku sambil sedikit tersenyum, mencoba memberi impresi pertama yang baik bagi Nadila.


“Oh, ini Nate yang diceritain sama Sheila itu ya? Ujar Nadila sambil mengangkat alisnya, menandakan bahwa ia sepertinya telah mengenalku, mungkin Sheila telah cerita banyak tentangku kepada dia.


“Iya Nad, ngomong-ngomong Kak Nate wota loh Nad hihihi” Ujar Sheila dengan polos, dibalas dengan tawa kecil dari Nadila, sekaligus menghancurkan impresi pertamaku di hadapan Nadila.


Kami bertiga pun akhirnya memesan makanan Sushi, entah Sushi macam apa yang dipesan oleh Sheila dan Nad karena aku memang jarang memakan Sushi, kalau tidak salah dengar Sheila memesan Nigiri Sushi, Nad memesan Makizushi, sementara aku asal memesan Oshizushi karena kelihatannya terlihat enak dari tampilannya.


Akhirnya Sushi pesanan kami bertiga pun telah datang, Nadila dan Sheila tampaknya senang dengan menu yang mereka berdua pesan dan mulai menyantapnya, sementara aku masih kebingungan entah Sushi macam apa ini, memang tampilannya enak, namun aku juga masih bingung bagaimana cara memakannya karena aku tidak ahli dalam memakai sumpit. Melihatku kebingungan dengan sumpit, Sheila pun menawariku bantuan cara memakan Sushi dengan Sumpit.


“Yee, kak Nate ngaku ganteng tapi gabisa make sumpit, sini Sheila bantuin, lihat aku kak.” Sheila pun menawari bantuan, kulihat Sheila memegang sumpit dengan mencapit sumpit bagian atas dengan ibu jari serta telunjuknya, sementara sumpit bagian bawah ia istirahatkan di antara ibu jari dan telunjuk dengan sedikit menyentuh jari manisnya. Dia perlahan mengambil sepotong Nigiri Sushi yang ada di hadapannya, lalu ia angkat Nigiri Sushi yang sudah tercapit dengan sumpit tersebut ke hadapan wajahnya itu, ia pun membuka mulutnya dan perlahan memasukkan sushi ke dalam mulutnya, matanya yang belo itu ditambah poni depannya menambah kesan imut Sheila saat memakan Sushi, baru kali ini ada orang lagi makan bisa seimut gitu.


Akhirnya aku sedikit demi sedikit mengerti cara memakai sumpit walau masih sedikit kesusahan, sementara itu Nadila tertawa dengan kecil melihat kelakuan kita berdua, akhirnya kami bisa menikmati Sushi dengan khidmat. Setelah Sushi kami bertiga habis, Sheila pun ijin untuk ke toilet sebentar, meninggalkan aku dan Nadila, aku asyik bermain dengan gawaiku sementara Nadila membersihkan mulutnya dengan tisu yang disediakan oleh pihak restoran, setelah itu Nadila menengok kearahku dan memanggilku.


“Nate” Panggilnya.

“Hmm?” Jawabku dengan nada sedikit cuek sambil memainkan HP, biar kelihatan keren gitu.


“Sheila sering ceritain elu loh, dia cerita dari awal kalian ketemu sampe kalian sering jalan itu” Jelas Nadila, aku pun menjadi panas dingin takut Sheila menceritakan apa yang kami perbuat waktu itu di Rumah Sheila kepada Nadila.


“Terus?” Jawabku dengan nada cuek sedikit penasaran, walaupun masih ada rasa was-was.


“Kalian kenapa gak jadian aja?” Ucap Nadila yang membuatku sedikit tersentak.


“Jadian?” Ucapku keheranan dengan kata-kata Nadila tersebut, memang aku mulai merasa nyaman dengan Sheila, dan mungkin aku memang berharap bisa memiliki Sheila, tapi apakah cinta bisa secepat itu?


“Iya jadian, kalian berdua udah cocok kok, Sheila juga kayaknya udah nyaman ama elu.”


“Hmm?” Ujarku mencoba menerka kata-kata dari Nadila


“Minggu depan Sheila ulang tahun tuh yang ke-17, tembak aja dia pas ultahnya, pikirin aja cara paling romantis buat nembak dia” Tawar Nadila mencoba memberi ide kepadaku.


Belum ssempat aku menjawab tanggapan dari Nadila, Sheila datang dari arah toilet menuju meja kami dengan rambut sedikit basah, mungkin dia baru saja mencuci muka.


“Hayo...kalian berdua pacaran ya waktu Sheila tinggal? Hihihi” Goda Sheila sambil duduk di kursi hadapanku.


“Bawel” Jawabku saat digoda oleh Sheila.


“Ih kok kasar sih..” Sheila pun menanggapi jawabanku dengan wajah seperti cemberut.


“Ya maaf...” ujarku meminta maaf kepada Sheila sambil tertawa sedikit, disusul tawa dari Nadila melihat ulah kami berdua.


Setelah aku membayarkan Sushi yang kami makan, aku lalu mengantarkan Sheila kembali ke rumah sementara Nadila kembali ke Theater karena ada latihan, Sesampainya di rumah Sheila langsung menuju ke dalam rumahnya, sementara ayah Sheila yang sedang duduk di teras rumah berterima kasih kepadaku karena telah menjaga Sheila, dan aku kembali pulang ke rumah untuk menghabiskan sisa hari liburku untuk bersantai di rumah, menikmati kesendirian yang tenang ini.


Tiba ku di rumah, aku langsung membuka pintu lalu membantingkan tubuhku di sofa yang terletak di ruang tamuku, memutar lagu yang ada di handphone-ku sambil memejamkan mata meresapi musik yang terdengar. Terputar lagu dari Club Eighties yang berjudul dari hati, alunan melodi yang pelan dan terkesan sayu ini memiliki lirik yang cukup dalam, cukup pantas apabila lagu ini didengarkan saat memejamkan mata dan mencoba untuk terlelap, ataupun saat sedang jatuh cinta.


“Ku ingin kau menjadi milikku

Entah bagaimana caranya

Lihatlah mataku untuk meminta mu

Ku ingin jalani bersamamu

Coba dengan sepenuh hati

Ku ingin jujur apa adanya

Dari hati”


Petikan lirik yang dilafalkan oleh Lembu, sang vokalis Club Eighties terdengar mengalun dengan indah, tiba-tiba bayangan wajah Sheila muncul disaat aku memejamkan mataku, bayangan-bayangan wajah imut Sheila, tingkah lakunya yang polos, serta momen-momen saat kami berdua semua terekam jelas di pikiranku, apakah aku memang mencintai Sheila?

Sejenak aku memikirkan perkataan Nadila tadi saat di restoran Sushi, apakah aku memang harus menyatakan perasaanku terhadap Sheila? Apakah Sheila memiliki perasaan yang sama terhadapku? Bagaimana jika Sheila menolakku? Apakah kita akan berpisah? Bagaimana karir Sheila di JKT48 apabila ia diterima nanti saat kita berpacaran? Semua pertanyaan-pertanyaan tersebut berputar di otakku, seakan-akan mencoba menyiksaku dengan berbagai pertanyaan dan keraguan atas perasaanku terhadap Sheila selama ini. Mungkin aku memang harus menembak Sheila, menyatakan perasaanku didepannya secara jujur, tapi bagaimana jika aku di tolak nanti? Apakah Sheila akan jijik kepadaku?


Bodo amat!


Aku memang harus menembak Sheila, tak peduli apapun jawabannya, toh jika ditolak pun itu sudah takdirnya. Akupun bangkit dari sofa, melihat ke arah kalender tanggal berapa Sheila ulang tahun, ulang tahunnya tepat di hari Sabtu, hari yang cukup baik bagiku karena malam minggu, aku langusng mengecek Hpku, mencari-cari lokasi yang tepat untuk menyatakan cinta kepada Sheila, setelah ketemu lokasi yang tepat, aku harus memikirkan bagaimana caranya meningkatkan intensitas ku terhadap Sheila, mencoba memancing Sheila agar memberikan kode kepadaku agar menembaknya, memikirkan segala kata-kata yang akan diucapkan dihadapannya nanti.


Telah tiba waktunya hari Sabtu, hari yang sangat ku tunggu, hari yang membuat jatungku berdegup kencang, aku mempertaruhkan seluruh harga diriku di hari ini, aku harus berdandan dengan sangat rapi untuk momen spesial ini, ini semua aku lakukan hanya untuk Sheila. Sebelumnya aku telah memberi pesan kepada Sheila lewat chat bahwa kita akan bertemu di Taman Ayodya sore nanti, sengaja aku tidak menjemput Sheila agar aku bisa memberi kejutan kepadanya, aku pun sudah siap untuk momen ini, dengan segera aku memacu motorku menuju ke Taman Ayodya untuk bertemu dengan Sheila.


Sesampainya aku di Taman Ayodya, aku pun mulai berjalan untuk mencari dimana Sheila berada, tidak lama langkah kaki ku bergerak menyusuri taman ini, aku akhirnya menemukan Sheila di bukit rumput tempat kami duduk bersama kala itu, aku pun langsung menghampiri Sheila yang sedang sendirian menungguku.


“Dor!” Kagetku berusaha mengejutkan Sheila dari belakang.


“Eh! Kakak bikin kaget ih!” Sheila ternyata terkejut dengan trik seperti itu.


“Hehehe maaf, udah lama nunggu?” Tanyaku basa-basi ke Sheila, sekalian mengulur-ngulur waktu agar aku bisa sedikit rileks.


“Gak juga sih kak, aku sekalian ngelihatin danau di depan, siapa tau temen-temennya Spongebob pada pulang sekolah hehehe” Jawaban yang keluar dari bibir Sheila dengan guyonan polosnya yang receh dan membuatku berpikir keras.


“Errr.......Ngomong-ngomong kita jalan yuk?” Ajakku kepada Sheila, mencoba mencairkan suasana diantara kita berdua dengan berjalan bersama.


“Yuk!”


Kami beranjak dari bukit berumput itu, berjalan menyusuri Taman di Sore hari yang dipenuhi anak kecil sedang bermain, muda-mudi yang menikmati hawa di ruang hijau Jakarta, ataupun keluarga yang melepas penat dari sibuknya Ibu kota yang menguras waktu dan tenaga mereka. Kami mengobrol banyak selama perjalanan, mulai dari sekolah, tentang restoran Sushi yang kami makan Minggu lalu, atau bahkan membicarakan tentang JKT48, memang topik pembicaraan kami selama ini hanya berputar-putar di situ saja, tapi tidak pernah bosan aku berbicara dengan Sheila. Kami pun berhenti di pinggiran danau untuk melihat-lihat ikan disana, Sheila hari ini tampil sangat imut bak seorang anak kecil, baju berwarna putih yang dilapisi hoodie berwarna merah, dengan rok dibawah lutut sedikit berwarna putih serta bando Mickey Mouse-nya yang membuat ia menjadi semakin imut saat dipadu dengan poni depannya itu, Sheila juga membawa tas punggung karena dia pamit kepada kedua orang tuanya dengan alasan ingin belajar di rumah temannya.


Hatiku mulai mempertanyakan pada dirinya sendiri, apakah ini waktu yang tepat? Apakah sudah saatnya aku harus menembak Sheila? Aku harus ngomong apa?


“Kok gue jadi grogi gini sih” ucapku dalam hati dengan penuh keraguan.


Akupun akhirnya memberanikan diri, membuka percakapan dengan Sheila.


“Sheil”


“Iya kak Nate?” jawab Sheila dengan suara pelan.


“Hmm....anu...” Mulutku seakan-akan tak mampu mengeluarkan kata-kata yang sudah ku siapkan.


“Kenapa kak? Kak Nate sakit?” Ucap Sheila dengan sedikit cemas melihat gelagatku.


“Gak kok...anu...kita kan emang baru sebulan kenal, baru berapa kali ketemu juga..kita memang masih baru temenan gitu...tapi Sheil..hmm”


Akupun memegang kedua tangan Sheila, memancing Sheila untung berhadapan langsung dengan diriku, jarak tubuhku dengan tubuh Sheila yang hanya 15cm membuat jantungku berdegup semakin kencang, aku semakin tak yakin bahwa aku akan mengucapkan kata-kata ini.


“Hmm...anu...Sheila Andini...Kamu mau gak jadi pacar aku?” Ucapan itu spontan keluar dari mulutku, aku sudah tidak peduli dengan harga diriku lagi, yang aku inginkan hanya mengungkapkan perasaanku kepada Sheila.


“Kak Nate...Kak Nate nembak aku? Kakak kenapa suka sama aku?” Sheila terkejut dengan kata-kataku tadi.


“Karena kamu.....karena kamu udah bikin aku nyaman, karena kamu udah hiasi hari-hariku dengan tawamu itu, aku cuma ingin berada di sisimu, aku ingin denger guyonan-guyonanmu yang lucu itu setiap hari, aku juga ingin menghiasi hari-harimu nanti, berbagi canda dan tawa, suka dan duka, berbagi rasa sayang dan kehangatan, aku hanya ingin melihat senyummu disaat aku bangun tidur nanti, dan disaat aku akan memejamkan mata...Sheil...” Entah kenapa kata-kata itu keluar dari mulutku, adrenalinku yang tinggi saat ini dengan secara otomatis berada di mode dimana ia telah mengendalikan tubuhku, menciptakan kata-kata yang tak pernah kupikirkan sebelumnya namun secara spontan terungkapkan.


“Kak Nate...” Tampaknya Sheila sudah membaca arah pembicaraan kami, ia memegang tanganku dengan erat, keringatku yang bercucuran di telapak tangan karena grogi perlahan membasahi tangan Sheila.


Sheila menundukkan kepalanya, matanya mulai sayu, ia menarik nafas dengan sangat dalam.

“Kak Nate...kalo kakak memang suka sama aku. Kak Nate....aku.....”



BERSAMBUNG
 
Terakhir diubah:
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd