Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Life Of Dani : The Alpha Male Rises (Ongoing Ch. 3)

Terima kasih atas perhatian, saran, dan dukungan dari para Suhu dan rekan-rekan Semproter semua, saya yang newbie ini sungguh merasa tersanjung, karena cerita pertama saya ternyata cukup mendapat respon yang luar biasa, maka ijinkan saya untuk melanjutkan cerita ini.




Chapter 2
Langkah Pertama

MEMR1YC_t.jpg



Kota K
2004

Akhirnya aku mengikuti Papa pindah ke Kota K, tempat di mana kementerian meminta beliau untuk menangani sebuah perusahaan pemerintah yang hampir bangkrut. Rumah Baru kami berada di pinggiran kota, dekat dengan pabrik tempat Papa ditugaskan. Di Rumah baru itu hanya ada Papa dan Aku, karena Kak Dito masih melanjutkan kuliahnya di luar kota. Suasana di rumah cenderung sepi, Aku dan Papa menjalani aktifitas masing-masing dan sesekali waktu berbincang, saat sarapan dan makan malam, aku tidak protes dengan kondisi itu, aku tahu papa cukup sibuk mengurus pekerjaannya.

“Kamu mau lanjut SMA di mana Dan ?” tanya Papa di sela-sela sarapan kami

“Belum tahu Pa, gak ada referensi SMA sini” jawabku

“Papa aja yang pilihin gimana ?” tawar Papa kepadaku

“Boleh deh Pa”

Papa memilihkan sebuah sekolah di tengah Kota K bernama SMA Persatuan, sebuah SMA swasta yang cukup bagus dan fasilitasnya lengkap. Jaraknya cukup jauh dari rumah, sekitar 45 menit perjalanan menggunakan mobil. Pada saat pendaftaran, alih-alih mengantri Papa mengajakku masuk ke ruang kepala sekolah, di sana kami disambut dengan hangat oleh kepala sekolah, belakangan baru aku tahu, kepala sekolah dan pemilik yayasan sekolah ini adalah teman Papa.

“Nanti sambil menunggu kamu punya SIM, kamu berangkat diantar sopir Papa dulu” kata Papa ditengah perjalanan pulang selepas mendaftar.

“Lah, sejak kapan Papa punya sopir ?” tanyaku kaget

“Sejak pindah kesini, ada jatah dari perusahaan, jadi kayaknya bisa deh buat antar jemput kamu juga”
“Nanti kalau sudah ada SIM, papa beliin kamu motor, sekalian papa mau beliin Dito mobil kalau dia lulus IP nya cumlaude ” lanjut papa sambil menyetir

“Pa, beliin PS2 dong” kataku sambil nyengir.


-


Ketika akhirnya bersekolah di SMA Persatuan, tujuanku adalah mendapatkan rangking 1 dan menjadi yang unggul di semua mata pelajaran. Entah kenapa tiba-tiba aku sangat bersemangat untuk mencapai itu. Namun tidak beberapa lama kemudian muncul sebuah hasrat aneh dalam diriku untuk menggapai lebih dari itu, ketika melihat pola interaksi murid-murid lain yang terbagi dalam lingkar - lingkar geng, aku berhasrat untuk membuat semua tunduk padaku, menjadi entitas superior yang paling disegani di sekolah ini. Aku seperti memiliki energi yang besar untuk melakukan itu semua.

“Gampang lah itu, bisa diatur” lagi-lagi aku berkata kepada entah siapa

Untuk mewujudkan hal itu, aku membutuhkan suplai informasi yang lengkap dan akurat, aku perlu orang yang tahu banyak soal sekolah ini.

Pilihanku jatuh kepada Gito, bocah berbadan kecil dan berkacamata tebal teman sekelasku, dia jarang bergaul, jam istirahat hanya mojok di kelas, baca komik atau main gameboy, secara tampilan, Gito adalah profil yang tepat untuk digunakan sebagai sasaran bully, namun namun ada sesuatu hal bagus yang kulihat dari nya. Pertama Gito adalah akamsi di sekolah ini, tidak ada yang berani macam-macam dengan akamsi, kedua, Gito punya kakak atlet basket di kelas tiga bernama Herman, dua faktor tersebut selain membuat Gito bebas bullying, juga membuat Gito tahu banyak informasi tentang sekolah ini. Namun karena tingkahnya yang kelewat nerd, jarang sekali ada yang mau bergaul dengannya.

Maka aku pun datang merangkul dan memberinya penawaran yang tidak akan dia tolak, sebagai ganti infomarsi dan loyalitas Gito, aku berjanji akan meminjamkam PC Pentium 4 dan Playstationku.

Dari Gito aku mendapat banyak info, siapa murid yang paling kaya, siapa murid yang paling ditakuti, geng mana yang paling disegani, bahkan Gito memberi bonus yang menarik yaitu info tentang skandal guru dan list cewek yang bisa diajak tidur di sekolah ini. Informasi tersebut makin meninggikan hasratku, semester 1 ini akan kugunakan untuk mematangkan rencanaku.

Semester satu ini aku hampir menjadi murid yang tidak dikenal, semua pergerakanku dibawah radar, semua ajakan hangout dari teman sekelas aku tolak, beberapa orang bahkan sudah melabeliku sebagai orang yang setipe dengan Gito, tapi semua itu sepadan, karena di akhir semester, aku mendapat nilai terbaik tidak hanya di kelas tapi juga seangkatan, beberapa pandangan mata mulai terarah kepadaku. Papa nampaknya juga begitu senang melihat anak bungsunya ini menjadi yang terbaik satu angkatan, maka tanpa berpikir panjang Papa langsung membelikanku sebuah motorsport, lewat jalur khusus akupun dibuatkan SIM C.


--

Hari pertama sekolah di semester dua aku berangkat dengan motor baruku, beberapa pasang mata mulai memperhatikanku, aku datang pun dengan penampilan terbaikku, sepatu, jam tangan,parfum, potongan rambut, sengaja aku pilih yang terbaik. Lagipula sekolah ini sekolah swasta, tidak ada batasan untuk penampilan, yang penting sopan.

Aku sempat mendengar dua orang cewek chubby menggunjingku ketika memarkir motor

“Dia murid baru ya ? kayak baru liat”

“Eh enggak deh, dia kan yang kemarin rangking satu seangkatan aku”


‘Eh apa iya ? kayaknya yang rangking satu kemari orangnya agak culun”

Aku mengabaikan gunjingan mereka, namun setelah memarkir motor, aku sengaja lewat di depan mereka, lalu dengan pesona terbaikku aku sapa mereka

“Hai.. pagi”

Dua cewek chubby yang membicarakanku tadi nampak kaget dan terdiam, aku lanjutkan langkahku meninggalkan mereka, baru dua langkah mereka memanggil ku kembali, katanya sih mau kenalan, maka ku ulurkan tanganku, mereka pun berebut menyalamiku.

“Udah gua dulu ih… halo nama aku Nia kelas sepuluh-empat, yang ini kakakku sari kelas sebelas-ips-dua”

“Gua bisa kenalan sendiri dong… hehe, nama aku Sari, sebelas-ips-dua kakaknya Nia”

“Lho kakak adek ya ? pantes hebohnya kompak ya, btw gue Dani Atmojo, dari sepuluh-dua, gua duluan ya, bentar lagi masuk soalnya”


Aku pun berlalu meninggalkan mereka yang masih heboh sendiri, aku hanya membatin,

“Nia & Sari, kutandai kalian, suatu hari akan kugarap kalian berdua”.

Sampai dikelas aku mendapatkan pertanyaan serupa, tentang penampilanku yang berubah, tentang motor baruku, tentang bagaimana aku mendapat rangking satu semester kemarin. Semua mata tertuju padaku, kecuali satu bajingan yang duduk di pojokan sambil membaca komik.

“Woy, Gito” seruku mengagetkannya

Sekali tengok Gito langsung terlonjak sambil membanting komiknya

"Anjir, keren parah lu bro"

"Hehe, lu lihat aja deh, semester 2 ini adalah langkah awal gua buat jadi yang teratas di sekolah ini"
Kataku pada Gito.

---

Aku melangkahkan kakiku dengan percaya diri ke arah kantin, disana ada penjual siomay dan liang teh bernama Koh Alang, siomay dan liang teh buatannya sangat enak, tidak heran lapaknya selalu ramai, namun ada jam-jam tertentu dimana lapak Koh Alang hanya diisi oleh beberapa orang saja. Pada jam istirahat kedua, tiga bangku panjang yang mengelilingi lapak Koh Alang hanya diisi oleh anak-anak kelas tiga yang terkenal berandalan dan tukang bully, jarang sekali ada yang mau berurusan dengan mereka karena mereka terkenal cukup "ringan tangan". Yang paling brutal dari geng itu, adalah Fahad, yang juga semacam pemimpin dari geng itu.

Aku kemudian mengingat info yang diberikan Gito, Fahad adalah anak juragan kain keturunan arab, badannya cukup besar brewoknya mulai tumbuh , dan wajahnya sedikit mengintimidasi, Fahad dikenal cukup kaya tapi sangat pelit.

Fahad berpacaran dengan Silvia, cewek dari kelas 12 ips 4, Silvia bukan cewek yang paling cantik di sekolah ini, tapi menurut info Gito, Silvia adalah cewek paling binal, kebinalannya konon sudah terlihat dari kelas satu,

"Kalo gua sama kakak gua nyebut dia sih si zina mata, lu lihat deh rok sama seragamnya ketat banget gitu" Begitu kata Gito yang aku masih ingat.

Silvia memang nampak sangat binal, tubuhnya cenderung agak chubby dan dadanya tidak terlalu besar, namun karena seragamnya yang ketat maka lekuk tubuhnya terlihat sangat jelas dan menggiurkan, konon sejak kelas satu Silvia sudah memacari beberapa murid populer di sekolah ini, semuanya kakak kelas, lalu di kelas duabelas ini dia memacari Fahad yang satu angkatan.

"Semua yang pernah macarin Silvia pasti udah ngentot ama dia, dulu ada kakak kelasnya kakak gua yang cerita, Silvia tuh Hyper banget, ganas mainnya." kembali ku ingat cerita Gito yang membuat aku makin bersemangat



Gito bercerita juga, ketika Fahad dan gengnya berkumpul di lapak siomay Koh Alang, tidak ada murid lain yang berani makan disana, karena sudah pasti akan jadi bahan bulan-bulanan Fahad dan gengnya.

Aku menghampiri lapak Koh Alang, tanpa menghiraukan Fahad dan kawan kawannya, aku duduk saja di tengah - tengah mereka.

"Eh ngapain lu ? " Bentak Fahad saat aku dengan cuek duduk di samping Silvia, pacarnya

"Laper bang, mo makan. Koh Alang, siomay satu sama liang teh ya ?" kataku cuek

"Bungkus aja koh" Ujar Fahad sambil melirik kepadaku

"Jangan Koh, siomaynya lebih enak dimakan disini" Kataku mengkonfrontasi ucapannya

Fahad lalu meminta Silvia bertukar posisi dengannya, kemudian dia memandangiku dari bawah ke atas.

"Lu mau cari masalah ya ?" Bentak Fahad kepadaku, teman-temannya yang lain pun berdiri melihat Fahad yang murka

"Enggak bang, gua laper mau makan" Jawabku santai sambil menerima sepiring siomay dari Koh Alang.

Ketika Koh Alang meletakkan segelas liang teh di depanku, Fahad sengaja menyenggolnya hingga tumpah membasahi seluruh meja, Koh Alang tergopoh gopoh mengambil lap,

"Tenang Koh, sini biar saya yang Lap, saya minta bikinin liang teh lagi aja, yang tumpah ini tetap saya bayar" Kataku sambil meminta lap dari Koh Alang.

Selesai menuang Liang teh, Koh alang Meletakkannya di mejaku, ketika tangan Fahad berusaha menggapainya, Koh Alang menepis tangannya

"Sekali lagi lu tumpahin ini liang teh, gua gampar muke lu pake telenan siomay" bentak Koh Alang

Fahad mengurungkan niatnya, dia memandang Koh Alang

"Koh, tau gak bapak gua siapa ?" Kata Fahad sengak

"Tau, Asnawi kan ? juragan kaen, dia temen gua dulu, suruh sini bapak lo, biar tahu kelakuan anaknya" Bentak Koh Alang balik.

Fahad gentar karena tidak menyangka akan mendapat jawaban itu, kemudian ia memilih untuk pergi.

"Yuk, cabut.." Kata dia kepada teman-temannya sambil menggandeng Silvia pergi.

Aku melanjutkan makanku, setelah selesai aku membayar dengan uang lebih.

"Kembaliannya ambil aja Koh, siomay nya enak banget, liang teh nya juga"

"Makasih ya , lu ati-ati dah ya, si Fahad sama -temen-temennya suka mukulin murid lain, kali aja dicegat nanti"


Benar saja ketika akan kembali ke kelas, Fahad dan teman-temannya mencegatku di lorong, aku berjalan santai saja menghampiri mereka.

"Lo jangan sok jagoan !!, ayok sini berantem lawan gua!!" Tantang Fahad

“Bang, lu milih tempat berantem selalu yang sepi gini ya ? ntar kalo lu udah kepepet tinggal nyuruh anak buah lo ini ngeroyok, gitu kan ya cara mainnya?” kataku sarkas

“Eh lu jangan banyak bacot, mau dimana ayo aja gua habisin lo” teriaknya

“Eh Kak Silvia suka band The Teenager kan ya ? aku ada tiket vvip 2 lho, include meet and greet” kata ku mengalihkan pembicaraan ke pada silvia

Silvia cuma melongo mendengar pertanyaanku, sementara satu tinju dari Fahad melayang mendarat di pipi kiriku

Dhuag !!….. Aku mundur dua langkah,merasakan sedikit guncangan di kepalaku, aku perkuat kuda-kuda namun belum berniat melakukan serangan balik.

“Anjing, lu emang cari mati ya” teriak Fahad emosi

Satu tinju Fahad melayang lagi di sisi kiriku, kali ini mendarat di sebelah kiri bibir, aku mundur selangkah namun masih memperkuat kuda-kudaku, darah mulai menetes dari sudut bibirku yang robek, aku lihat Silvia mulai menampakkan wajah khawatir, aku melemparkan senyum tipisku kepadanya. Satu tinju Fahad kembali melayang dari arah depan tepat menuju ke hidungku, namun kali ini aku menghentikannya dengan tangan kananku, ketika masih ada momentum dari tubuh Fahad, aku memanfaatkannya untuk menghantam perutnya dengan lututku, ketika ia mundur dan kesakitan,aku melancarkan pukulan uppercut tepat kerahangnya.

Farhat roboh di tengah lorong itu, teman-temannya mulai marah dan bersiap mengeroyokku ketika tiba-tiba Gito muncul di ujung lorong dan mulai berteriak

“Woy, ada yang berantem nih, anjir… Si Fahad K.O ”

Teriakannya itu mengundang banyak murid menghampiri dan mungkin tidak lama lagi ada guru yang akan datang, teman-teman Fahad panik dan bingung, kemudian mereka memilih kabur meninggalkan Fahad yang terkapar.

“Anjing.. Bacot banget itu adek nya Herman, yok kabur”

Silvia juga ikut panik, namun aku mencoba menenangkannya

“Kak Silvia tenang aja, gak usah ikut lari, kan gak salah” kataku mencoba menenangkannya

Kerumunan siswa menatap Fahad yang masih terkapar kesakitan, beberapa memandangiku dan berbisik-bisik, tak berapa lama datang guru BK , guru olahraga , dan Tukang kebun, mereka membubarkan kerumunan kemudian membawa Fahad ke UKS, aku dan Silvia digiring menuju ruang BK. Kami diminta menunggu disana sementara guru-guru mengurus Fahad di UKS.

"Kak Silvia jangan takut ya, kan enggak salah, nanti kalo ditanyain cerita aja apa adanya"
Kataku mencoba menenangkan Silvia yang duduk bersebelahan denganku.

"Oh iya, kita belum kenalan ya, namaku Dani Atmojo, tawaran tadi masih berlaku lho, kalau mau sabtu ini kita nonton konser band The Teenager bareng, tiket VVIP" Kataku mencoba mencairkan suasana.

Kemudian Bu Santi, Guru BK masuk ke dalam ruangan, kami diminta keterangan satu persatu secara terpisah di ruangan beliau. Setelah selesai beliau mempersilahkan Silvia untuk kembali ke kelas dan memintaku tetap tinggal, disana aku dipaksa mendengarkan nasehat beliau selama 45 menit hingga bel jam jan pelajaran terakhir. Sebelum memperbolehkanku meninggalkan ruang BK, beliau memberikanku sebuah surat panggilan orang tua murid.

"Kak Silvia, yok aku anterin pulang" Kataku pada Silvia ketika kami bertemu di depan gerbang sekolah

Dia mengiyakan saja, kemudian naik ke boncengan motorku, ini baru awal, aku tidak mau terburu-buru, maka aku langsung mengantarkannya pulang kerumah, rumah silvia tidak terlalu jauh dari sekolah, kalau menghitung radiusnya, maka Silvia juga Akamsi sama seperti Gito, bedanya, Gito benar-benar tinggal di kampung sedangkan Silvia tinggal di perumahan yang cukup elit.

"Mau mampir dulu ?" Silvia menawariku ketika tiba di rumahnya.

"Makasih ya, kayaknya aku langsung pulang deh, mau kasih surat panggilan ke papa, gak tau tuh ntar diskors enggak" jawabku pada Silvia.

Silvia menimpali jawabanku dengan senyum termanisnya.

"Jangan lupa sabtu nanti ya ?" Kataku pada Silvia sebelum kupacu motorku meninggalkan rumahnya.



Keesokan harinya Papa mengantarku ke sekolah sekaligus memenuhi panggilan, hari itu aku tidak mengikuti pelajaran, aku mengikuti sesi konseling dan mediasi antara orangtuaku dan orangtua Fahad, Fahad sendiri tidak hadir karena alasan kesehatan, pukulanku kemarin konon membuat rahang bawahnya bermasalah. Hasil akhir dari pertemuan itu adalah Papaku akan menanggung semua biaya pengobatan Fahad baik yang dikeluarkan
Sekolah maupun orang tua Fahad, kemudian aku dan Fahad mendapat skors 2 hari dimulai hari ini, untuk diharapkan mendapat pembinaan dari orang tua masing-masing. Setelah pertemuan selesai aku sempat meminta maaf kepada ayah Fahad, beliau memberikan senyum yang kecil namun tulus kepadaku.

Aku meninggalkan sekolah bersama ayah karena skorsingku dimulai hari ini. Di dalam mobil aku sungguh segan mengajak papa ngobrol, takut beliau marah. Keheningan dalam mobil itu seketika pecah ketika tiba-tiba Papa tertawa lepas.

"Hahaha… Papa beneran nggak nyangka lo"

"Heuh, apaan sih Pa ?"
Tanyaku keheranan

"Secantik apa sih cewek itu? Sampe kamu bisa aja gitu mukul sampe K.O yang katanya murid paling berandal di sekolah" Tanya papa

Entah aku harus lega atau keheranan atas reaksi papaku itu.

"Dan, Papa dapat tugas ke pusat selama 5 hari, dan sepertinya nanti Papa bakal sering dapat tugas keluar kota, kok ya kebetulan kamu malah berantem segala, papa jadi gak tenang ini ninggalin kamu" Tiba-tiba saja papa serius

Aku diam saja tidak berani menjawab.

"Kamu, mungkin perlu tinggal deket sekolah dan, rumah kita terlalu jauh, belum lagi nanti kalo papa tugas luar"

"Ngekos gitu pa ?"

"Enggak, papa ada rumah deket sini,sekarang lagi ditinggalin sama satu temen baik papa"

"Lah kenapa dulu kita nggak tinggal disini aja pa ?"


"Kan papa harus deket sama kantor, lagi pula rumahnya ditempatin temen papa"

Papa mengarahkan mobil menuju sebuah perumahan cluster. Lalu berhenti di sebuah rumah dua lantai yang terletak paling ujung. Ketika kami turun seorang pria dengan lengan penuh tattoo dan berwajah sangar menyambut kami. Aku nampak agak familier dengan wajah itu

"Ya ampun bang Richard, kenapa lama sekali baru mampir kesini, aku padahal sering lihat anakmu ini di Cafe Crystal" Katanya sambil menyalami Papaku

Aku baru ingat, orang ini sering kulihat ketika aku ngopi sambil belajar di Cafe Crystal. Saat semester satu , sepulang sekolah sembari menunggu jemputan, aku biasanya ngopi sambil belajar di Cafe Crystal, sebuah cafe yang terletak di kompleks pertokoan 500 meter dari sekolahku, di kompleks 1 itu bagian depan ada toserba, lalu di bagian belakangnya ada klub malam dan karaoke, aku suka nongkrong sendiri di Cafe Crsytal karena pada siang hari biasanya cuma ada sedikit pengunjung.

"Loh ada Bang Richard ayo sini masuk" Seorang perempuan tiba-tiba muncul dari dalam rumah mengajak kami masuk. Jujur saja penampilannya agak menarik perhatianku

"Ini anak bungsuku Dani" Kata papa kepada mereka

"Dani, ini Om Jarwo, salah satu teman baik papa dan ini Tante Irma istrinya" Kata papa kepadaku.

Tante Irma berpenampilan cukup menarik, ku taksir usianya sekitar 40an, wajahnya ya cukup cantik untuk usianya, yang membuatnya cukup menarik adalah apa yang dipakainya saat ini, sebuah atasan tanpa lengan yang mempertontonkan belahan payudaranya.


“Jadi aku ingin minta bantuan pada kalian , barangkali Dani bisa tinggal di sini agar lebih dekat dengan sekolah, semacam indekos, tapi dengan Jarwo yang bisa mengawasi. Mulai aneh-aneh soalnya dia, ini baru saja aku ke sekolahnya dipanggil gara-gara dia habis mukul K.O anaknya juragan kain, padahal semester 1 kemarin dia baik-baik saja, rangking 1 malahan ”

“Lah kok bisa gitu ?” tanya om jarwo penasaran

Kemudian Papa menjelaskan dengan antusias, aku malah agak keki jadi bahan tertawaan mereka, sejenak tapi aku senang melihat Papa tertawa lepas, jarang melihat papa bisa seakrab ini di tengah semua kesibukannya, menjelang tengah hari kami mohon pamit, besok Papa akan mengantarku pindahan ke rumah ini, sebelum lusa beliau berangkat ke luar kota.

Aku melihat Om Jarwo dan Tante Irma melambaikan tangan pada kami ketika mobil kammi pergi meninggalkan rumah mereka, aku punya feeling mereka berdua bukan pasutri biasa.

“Pa, Om Jarwo dan Tante Irma ini belum punya anak ?” tanyaku penasaran

“Udah kok, Anaknya Irma di kota P tinggal sama mertuanyanya, kalo anaknya Jarwo di kota G tinggal sama mantan istrinya” jelas papa sambil nyengir

“Eh gimana.. Gimana ?” aku berusaha mencerna penjelasan Papa

“Owh hehe..” aku kemudian nyengir juga setelah paham.

“Mau makan siang apa nih Dan ?” Tanya papa membelokkan topik

“Bebek boleh nih Pa”
—-

Hari sabtu pukul 5 sore, aku sudah berada di depan rumah Silvia, dia memintaku menunggu di ruang tamu sementara ia berdandan, tak berapa lama keluarlah mama silvia.

“Hei, temannya Silvia ya, mau minum apa ?” katanya ramah

“Nggak usah Tante, ini juga mau ajak Kak Silvia nonton konser” jawabku sopan

“Lho manggilnya kak ?”

“Iya tante, saya adik kelasnya, masih kelas satu”


“Owh, ya sudah, tante tinggal dulu ya” kata tante sambil tersenyum pergi

Pada saat yang sama Silvia sudah selesai berdandan dan bersiap untuk pergi, mamanya terlihat membisikan sesuatu.

“Ih mama apaan sih ?” kata silvia

Silvia terlihat sangat cantik , dengan atasan sleeveless hitam yang di rangkap dengan jaket jeans, aku bonceng dia dengan motorsportku menuju tempat konser, sepanjang jalan dia memelukku dengan kencang, aku rasakan ada onggokan daging empuk yang menekan punggungku, dari penampilannya tadi aku curiga dia tidak memakai bra.

Kami sampai di lokasi pertunjukan, yang merupakan club malam di pertokoan yang sama dengan cafe crystal, hanya lokasi club terletak di paling belakang. Di sana aku sempat bertemu dengan Om Jarwo.

“Dan, mau nonton konser ?” tanya Om Jarwo

“Iya om, ini sama temen aku Silvia”

“Silvia, kenalin ini om aku, Om Jarwo, aku sekarang tinggal di tempat beliau, biar deket ke sekolah”

“Ok, deh om mau laut kerjaan dulu, kalian have fun ya ?, eh iya makan dulu aja, konsernya masih lama”


Kami pun sepakat dengan saran Om jarwo, sebelum kami sempatkan makan di Cafe Crystal

Konser band The Teenagers berlangsung sangat meriah, aku yang membeli tiket VVIP mendapat tempat duduk paling depan, Silvia terlihat sangat gembira, senyumnya hampir tak pernah hilang dari wajahnya, di pertengahan lagu sang vokalis menarik Silvia ke atas panggung untuk bernyanyi bersama, Silvia sangat senang sampai histeris, dia terlonjak-lonjak kegirangan, payudaranya nampak jelas naik turun dengan bebas, firasatku benar, ia tidak memakai bra.

“Eh, kamu namanya siapa ? oh Silvia, kesini sama siapa ? owh sama pacar, yang mana pacarnya ?” tanya sang vokalis

Silvia menunjuk ke arahku, aku agak kaget juga, namun dalam hati aku senang sekali.

Selesai konser, penonton VIP mengikuti meet and greet, SIlvia sangat senang bisa berfoto bersama dan mendapat tanda tangan band favoritnya, kami keluar dari tempat konser pukul 11, situasi sudah sepi, aku dan Silvia berjalan melalui lorong pertokoan menuju tempat parkir untuk mengambil motor

“Ih aku beneran seneng banget deh, makasih banget lho Dani” Silvia tiba -tiba saja memelukku

Aku membalas pelukannya, aku dekap dan belai kepalanya, kemudian aku berbisik di telinganya

“Apa sih yang enggak buat pacar”

Silvia serta merta melepas pelukannya dan melihat ke arahku, aku lihat ada semu merah di pipinya

“Aku sih jawab cepet aja ya, gak kepikiran tuh mau jawab ,temen, adek kelas, apalagi selingkuhan” katanya padaku

“Emangnya kalo benerjan jadi pacar mau ?” tanya Silvia kemudian padaku

“Kamu pikir, aku berani konfrontasi Fahad itu buat apa ?” tanyaku padanya

“Buat dapetin kamu” bisikku ke telinganya

Aku bisa merasakan kalau bulu kuduk Silvia tiba-tiba berdiri, detak jantungnya meningkat cepat, maka tidak aku buang waktu lagi, aku dorong silvia ke sudut lorong, lalu aku mendaratkan bibirku ke bibirnya, kami berciuman mesra,tak berapa lama lidah Silvia mulai aktif memprovokasi lidahku, ciuman mesra itu seketika berubah menjadi ciuman yang ganas, kami sempat berhenti sejenak untuk mengambil nafas.

“Dani, You’re a good kisser” kata Silvia

“Am i ?”

Silvia tidak lagi menjawab karena seketika ia tarik kepalaku dan memagut bibirku lagi dengan ganas, kami lakukan beberapa menit sampai kemudian kami melepaskan pagutan bibir kami

“Silvia, kamu kok gak pake bra sih ? ” tanyaku padanya

Silvia tidak segera menjawab, dia hanya menggenggam tangan ku untuk kemudian diarahkan untuk menyentuh payudaranya dari luar kaos

“Kamu merhatiin ya ?, sekarang tahu kan kenapa aku dijuluki Silvia cewek paling binal di SMA Persatuan” katanya sambil tetap menekan tanganku ke payudaranya

“Tahu dong, kenapa juga kamu pacarin Fahad yang arab itu, nyari kontol gedhe kan ?” bisikku pada Silvia

“Iya, gedhe banget punya dia” kata Silvia sambil meraba selangkanganku dari luar celana

“SIlvia, kita taruhan yuk, aku sih mau bilang kalo punyaku lebih gedhe dari punya Fahad” kataku padanya

“Apa taruhannya” kata Silvia penasaran

“Kalau aku salah, aku bayarin lagi konser The Teenager setelah ini, di kota manapun, aku tanggung semua biaya transportnya”

“Trus kalo kamu bener ?” tanya silvia penasaran

Aku belum pernah having sex lho, mau dong diajarin, Kak Silvia” kataku menggodanya

“OK, sekarang kita lihat bagaimana hasilnya” kata silvia sambil menurunkan resleting celanaku

TIba-tiba ponselku berbunyi, kulihat Om Jarwo menelpon, aku minta waktu sebentar pada Silvia untuk mengangkat telpon


“Halo, ada apa om ?”

“Dan, Om lihat kamu sama pacar kamu lho, itu ngapain di pojokan ? , jangan gitu ah, bawa ke rumah aja sana, Om sama tante gak apa-apa kok ? gak akan bilang-bilang ke papamu juga” kata om jarwo di telpon

“Eh , iya iya om, hehe, maap om” kataku merasa bersalah

“Kenapa Dan ?” tanya Silvia penasaran

“Kita ketahuan di sini, untung om jarwo ngingetin, ke rumah aku aja yuk ?”

“Enggak, kita ke rumahku aja, kita selesaikan taruhan ini di sana”
Kata Silvia

Maka aku pun segera memacu motorku meninggalkan tempat itu, di pos parkir aku sempat berpapasan dengan Om Jarwo, aku hanya menganggukkan kepala dengan rikuh sambil tersenyum dibalik helm fullface ku.

Sesampainya di rumahnya, SIlvia langsung mengajakku masuk ke kamarnya, kamarnya sangat luas dengan kamar mandi dalam. Sampai di dalam kamar Silvia melepaskan semua pakaiannya hingga bugil. Terlihat vagina Silvia ditumbuhi bulu kemaluan yang cukup lebat.

“Aku mau mandi dulu ya, lengket semua ini badan aku” kata nya

“Ok”, kataku sambil duduk di tepi ranjang Silvia

“Kamu gak mau mandi juga ?” tanya Silvia

“Owh iya dong, kamu aja duluan” jawabku

Silvia menghela napas panjang

“Dasar perjaka, maksudnya mau mandi bareng gak ?” katanya ketus

“Eh iya.. Mau.. mau” kataku seperti orang tolol

Aku kemudian melepas seluruh pakaianku dan masuk menyusul Silvia ke dalam kamar mandi, tampak Silvia sedang menyabuni badannya dibawah shower, aku lalu memeluknya dari belakang dan meremas kedua payudaranya, SIlvia membalikkan badan lalu meraba penisku, sejenak kemudian dia terlihat seperti berpikir, lalu tertawa sendiri

“Eh ini aku kayaknya gagal deh nonton konser The Teenagers selanjutnya” kata Silvi sambil mengurut-urut penisku

“Siap -siap ya habis ini ada kelas seks dari Kak Silvia” kata Silvia menggodaku


Kami kemudian melanjutkan mandi bersama, menyabuni satu sama lain, setelah selesai kami, berdua merebahkan diri di ranjang Silvia, kami berpelukan sambil berciuman dalam kondisi telanjang bulat.

Silvia menghentikan ciumannya kemudian berkata

“Lesson 1, ukuran bukan segalanya, yg penting adalah durasi, aku sepongin kontol kamu, tahan selama mungkin jangan sampai ejakulasi” kata Silvia

Kemudian silvia mengarahkan kepalanya tepat diatas penisku, ia kocok-kocok penisku beberapa kali lalu memasukkannya ke dalam mulutnya, dihisapnya penisku keluar masuk, sesekali diludahi kemudian dia hisap lagi penisku sampai basah kuyup oleh ludahnya. Aku merasakan sensasi yang begitu nikmat, namun aku ingat pesan Silvia untuk menahan untuk tidak ejakulasi selama mungkin, maka aku mulai berkonsentrasi dan fokus.


15 menit kemudian SIlvia menghentikan hisapannya, dia menaiki badanku kemudian berkata

“Good, kamu berhasil di Lesson 1, lanjut Lesson 2, foreplay itu penting”

Kemudian Silvia menduduki dadaku, lalu tangannya membuka belahan vaginanya hingga klitorisnya tampak mencuat, aku paham apa yang harus dilakukan,aku pun mulai menjilat dan menghisap vagina dan klitorisnya, Silvia tanpak keenakan

“Iya.. terus, pinter banget kamu , Ahhhh” SIlvia tidak kuasa menahan desahannya

5 menit kemudian Silvia tampak mengejang, kedua kakinya bergetar hebat

“Aaahh.. Fuck, aku keluar” teriak Silvia

Silvia merobohkan badannya disampingku, nafasnya ngos-ngosan, namun ia kemudian bangkit mengambil sesuatu dari laci di samping tempat tidurnya. Silvia membuka sebuah kondom lalu memakaikannya di penisku yang masih teracung tegang.

Kemudian ia kangkangkan vaginanya diatas penisku, ia masukkan pelan-pelan penisku ke dalam vagiananya yang sudah sangat basah, SIlvia melenguh panjang ketika penisku telah terbenam seluruhnya kedalam vaginanya

“Lesson 3, seks adalah soal kepuasan yang timbal balik,bukan kenikmatan sepihak, pastikan pasangan kamu puas jugaaaaa aaaahhh, anjing gedhe banget, mentok” teriak SIlvia

Ia kemudian menaik turunkan pinggulnya membuat vaginanya pun bergerak naik turun menjepit penisku , kurasakan kenikmatan yang begitu dahsyat

“Aaaah….Silvia, kok enak banget ya” lenguhku

Iyalah anjing, namanya juga ngentot… Ahhhhhhh” teriak SIlvia

SIlvia kemudian ambruk di atas tubuhku

“Enggak kuat gue, ganti gaya, ganti posisi” kata Silvia

SIlvia nampak berubah liar, cara bicaranya tidak seperti biasanya. SIlvia turun dari atas tubuhku lalu nungging, aku paham apa yang diinginkannya, akupun memposisikan diri dalam gaya doggy style, aku masukkan lagi penisku ke dalam vaginanya kemudian mulai menggenjoit dengan frekuensi perlahan namun makin lama makin cepat.


“Aaaaah… enak banget ini kontolnya adek kelas” teriak Silvia dengan liar

Beberapa waktu kemudian ketika kugenjot dengan kecepatan tinggi, tubuh Silvia menggelinjang lagi, ia roboh ke kasur dengan kedua paha yg bergetar hebat.

“Anjing.. Gua keluar lagi, boong banget sih lo ngakunya perjaka tapi bikin gua keluar dua kali gini” kata Silvia

Aku tidak merespon kata-kata Silvia, karena kurasakan tiba-tiba pandanganku berubah gelap, kamar Silvia jadi berubah meremang, suara SIlvia hanya terdengar seperti dengungan, Aku mengingat jelas kondisi ini, persis seperti mimpi basah anehku dulu.

Benar sesuai dugaan ku, karena kemudian aku merasa ada sosok besar di belakang yang memelukku, kemudian menarikku jatuh, namun anehnya aku tidak jatuh, aku masih berlutut diatas kasur Silvia sambil melihat silvia di depan ku yang masih dilanda gelombang orgasme.

“Kamu belum keluar ya ? sini aku sepongin aja ” kata silvia

Aku tidak menanggapi perkataan Silvia, ada dorongan begitu besar untuk menggauli Silvia lagi, aku tidak bisa menolak besarnya keinginan aku, maka akupun menindih tubuh Silvia dan berusaha memasukkan penisku lagi ke dalam vaginanya.

“Aaaaah… jangan ….masih ngilu aahhh..”

Aku tidak mempedulikan perkataan Silvia, aku menggenjotnya dengan kecepatan tinggi, tubuhku bergerak diluar kendaliku, namun aku masih bisa merasakan nikmatnya penisku keluar masuk di vagina Silvia.


“Ampuuun… udah….. Aahhhh” silvia mendesah kencang kemudian tidak sadarkan diri

Aku ingin berhenti namun, tubuhku tidak bisa kukendalikan, tiba-tiba kurasakan orgasmeku sudah dekat, aku genjot Silvia makin cepat kemudian dalam satu hentakan kencang aku mengalami orgasme yang begitu hebat, kamar Silvia yang tadinya begitu remang berubah sengat terang dan menyilaukan.

Kemudian aku tersadar berada disana, ditempat terang dan luas seperti pada mimpi basah anehku dulu.

“Sudah buat tanda ?” seorang lelaki tiba2 saja berada di depanku menanyakan pertanyaan aneh

Aku tidak tahu harus menanggapinya apa, ia sedikit terlihat kesal

“Begini,aku akan mengajarimu satu hal, tolong kau ingat-ingat terus ya ?” kata pria itu

“Tiap kali kau sadar berada di tempat ini, ingat kejadian terakhir apa yang kau alami, cari tanda di tubuhmu yang berkaitan dengan kejadian itu, tatap tanda itu, kemudian sebutkan siapa namamu dan dari mana asalmu” terang pria itu

Aku hanya bisa manggut-manggut ketika pria itu mendorong tubuhku jatuh, aku melayang seperti terjatuh dari ketinggian, aku sempat merasa mengenal pria itu, wajahnya sangat familer, lalu kemudian aku tersadar.

“Pria itu adalah aku, tapi dalam gaya yang berbeda” batinku

—--

Aku tersadar di sebuah kamar, aku tengok di sampingku seorang gadis tersenyum puas sambil memejamkan matanya, aku mulai mengingatnya

“Silvia” aku coab memanggilnya

“Iyah.. kenapa ?” jawabnya manja

“Owh enggak , aku takut kamu pingsan tadi” kataku

“Udah pingsan bego, sodokan terakhir kamu yang bikin aku sadar lagi” katanya sambil beranjak menuju kamar mandi

Aku pun ikut dengannya membersihkan diri, kulihat jam menunjukan pukul setengah dua pagi, aku merasa harus segera pulang, gak enak sama om dan tante.

“Tau nggak ?, tadi itu seks terenak yang aku pernah rasain lho, kamu tuh pura-pura perjaka, padahal udah pro gitu” kata Silvia manja

Aku tidak menanggapi perkataannya barusan, aku mengecup keningnya kemudian pamit pulang. Aku pacu sepeda motorku menuju ke rumah Om Jarwo, ditengah jalan aku sempat mencoba mengingat-ingat mimpiku tadi.


—---


Ketika sampai di rumah, kulihat mobil om jarwo belum terlihat, beliau belum pulang rupanya, aku memasukkan motorku ke garasi kemudian masuk melalui pintu samping, aku langsung menuju dapur dan mengambil air dingin, rasanya segar sekali menyapu tenggorokanku setelah bertempur dengan Silvia tadi.

Cekrek.., tiba tiba terdengar suara pintu terbuka.

“Mas, udah pulang ya ?” terdengar suara Tante Irma memanggil

“Eh Dani rupanya” kata Tante Irma kaget.

Tapi aku lebih kaget lagi karena Tante Irma waktu itu hanya mengenakan lingerie dress yang sangat tipis, puting payudaranya terlihat jelas menerawang.


“Ih, kamu ngeliatin tante sampe segitunya, belum pernah liat tante-tante seksi ya ?, eh sini tante minumnya haus juga nih” Kata tante irma sambil merebut botol minumku.

“Tante tuh nungguin Om kamu, nih jam segini belum pulang, temenin tante nonton tv aja yuk sambil nungguin oom kamu” kata tante sambil mengandengku ke ruang tengah, aku bisa merasakan payudaranya yang besar itu menempel di lenganku.

Tante irma lalu menyalakan tv, dan menonton sedangkan aku duduk terdiam disampingnya

“Dani, konsernya kan selesai jam 11 ya ? kok kamu sampe rumah jam setengah 2, kemana aja hayo ?” tanya tante irma

“Tadi anterin temen ke rumahnya dulu tante, sama mampir bentar” jawabku gugup

“Belum ditembak ya ? kok ngomongnya masih temen ?” tanya Tante irma lagi

“Hehe.. iya tante” kataku dengan rikuh

“Kamu habis having sex ya sama pacar kamu ?, tante tau lho baunya orang habis gituan” goda tante

“Iye.. hehe, tante kok tahu ?, hehe maaf, khilaf tante” aku makin gemetaran menjawab pertanyaan tante irma.

“Udah biasa aja, tante ngertiin kok, yang penting pake kondom ya, jangan sampe hamil di luar nikah” jawab tante irma

Aku makin salah tingkah menghadapi situasi ini, aku menguatkan diriku agar tidak lepas kendali dan menerkam Tante Irma yang terlihat sangat sensual malam itu

“Tante tuh nungguin Om kamu kok ga pulang-pulang , padahal tante udah horny berat lho, kamu mau nggak, khilafin tante kayak pacarmu tadi ?” kata tante irma sambil memundurkan posisi duduknya. Kemudian Tante Irma mengangkankan kakinya, dia sternyata tidak memakai celana dalam dibalik lingerie dressnya, kini Tante Irma mempertontonkan belahan vaginanya yang ditumbuhi
rambut kemaluan yang dicukur rapi.

“Kalo sama Tante boleh gak pake kondom lho” rayu tante irma kepadaku

Aku merasa tidak boleh berbuat lebih jauh lagi, aku merasa sangat rikuh dan tidak enak terhadap Om jarwo, maka aku putuskan untuk menolak segala rayuan Tante Irma.

“Maaf tante, bukannya gimana ya ? tapi saya jadi enggak enak sama Om jarwo kalo begini” kataku sambil beranjak dari sofa ruang tengah

“Saya tidur dulu tante” kataku pada tante irma

Ketika menaiki tangga menuju kamarku aku sempat menengok , kulihat Tanti Irma hanya tersenyum. Akupun kemudian masuk ke kamar ku, memakai earphone dan mencoba untuk tidur.

—--

Aku terjaga dari tidurku, aku lihat jam menunjukkan pukul 3, berarti hanya satu jam aku tertidur, aku merasa ingin minum lagi, akupun memutuskan untuk keluar dari kamar mengambil air di dapur. Baru saja aku membuka pintu aku mendengar suara desahan.

“Aaaaaah…. Sodok yang kenceng maasss… ahhh”

Aku terkejut, ternyata OM jarwo dan Tante Irma sedang berhubungan seks di ruang tengah. Aku tidak mungkin berjalan menuruni tangga menuju dapur tanpa terlihat oleh mereka, maka aku putuskan untuk menunggu, sambil melihat mereka berhubungan seks.

Pemandangan dari lantai dua sungguh sangat panas, nampak Tante Irma mengangkang di atas sofa ruang tengah, kemudian Om jarwo dengan badan penuh tattoonya menindih dan menggenjot Tante irma dengan kecepatan tinggi.

“Aaaaah… aduhhh. Aku keluar…. Ahhh” teriak Tante Irma memperoleh orgasmenya.

Om jarwo kemudian meminta Tante Irma nungging, lalu dia tampak mengambil sesuatu, ternyata Om Jarwo membuka sebuah kondom lalu memakainya, kemudian Om jarwo memposisikan penisnya diantara bongkahan pantat Tante Irma. Aku terkejut karena kulihat Om Jarwo memasukkan penisnya ke lubang anus Tante Irma, mereka melakukan anal seks. Om jarwo mulai menggenjot perlahan.


“Memeknya jangan dianggurin dong mas” pinta Tante Irma

Om jarwo kemudian nampak menggosok vagina Tante Irma sambil menggenjot lubang anusnya.

“Tau nggak mas, nungguin kamu pulang lama banget, aku sampe mau ngajak Dani ngentot lho, tapi dianya gak mau, gak enak sama kamu katanya” kata tante irma

“Kamu sih, asal ngajak aja, ngobrol dulu kek” jawab Om jarwo

"Tapi dia kayaknya kecapekan juga mas, abis ngentot sama pacarnya" Ujar Tante Irma sambil sesekali mendesah.

Om Jarwo tiba-tiba mencabut penisnya dan melepas kondomnya, kemudian menusukkan lagi penisnya ke dalam vagina Tante Irma, lalu mulai menggenjot dengan kecepatan tinggi.

Tak berapa lama Om Jarwo mencabut penisnya sambil menggenggam bagian pangkalnya, Tante Irma kemudian membalikkan badan, seketika muncratlah sperma Om Jarwo membasahi wajah Tante Irma. Tante Irma tertawa puas kemudian tak sengaja matanya terarah ke tempatku mengintip.

"Eh, itu Dani nontonin kita " teriak Tante Irma

Aku panik karena ketahuan, langsung saja aku berlari ke kamarku kemudian mencoba tidur kembali.

—--

Aku terbangun pukul 7 pagi, aku terduduk di tepi ranjang mengingat apa yang terjadi semalam. Sial, aku baru ingat ketahuan mengintip Om Jarwo dan Tante Irma yang sedang bersetubuh, terbayang entah bagaimana canggungnya pagi ini

“Ah sudahlah, hadapi saja” kataku dalam hati

Ketika aku membuka pintu, aku mencium aroma roti bakar dan mentega yang sangat harum.

“Dan, sini sarapan ” aku mendangar suara Om Jarwo memanggilku

Akupun menuruni tangga menuju dapur, sampai di ujung tangga lagi-lagi aku terkejut dengan apa yang aku lihat, Om jarwo menunggu di meja makan hanya mengenakan sarung, sedangkan Tante Irma sedang membuat frenchtoast hanya mengenakan apron, tanpa ada apapun lagi yang membalut tubuhnya, aku berjalan menuju meja makan sambil menatap kedua bongkahan pantat tante irma yang bergoyang-goyang seiring dengan gerakan badannya membuat frenchtoast.

Aku duduk di seberang Om Jarwo, om jarwo cuma cengar cengir melihatku, aku masih belum bisa mencerna apa yang bisa terjadi, tapi aku tetap menikmati melihat tubuh telanjang Tante Irma yang hanya dibalut apron itu.

“Serius banget ngeliatinnya.. Hahaha” seru Om Jarwo mengagetkanku.

Aku yang kaget menjadi salah tingkah, bignung harus bereaksi seperti apa

“Om, maaf ya, semalem saya nggak bermaksud ngintip” kataku dengan sedikit terbata

Om Jarwo dan Tante Irma tertawa, aku makin terlihat seperti orang tolol

“Udah gak papa, ini malah gak perlu ngintip kan ?” kata Tante sambil meletakkan tiga piring frenchtoast

“Udah kita sarapan dulu aja, nanti abis ini kita bicarakan” Kata Om jarwo

Kemudian kami bertiga sarapan bersama sambil membicarakan hal-hal ringan, Tante menanyakan kondisi pekerjaan di Club, mereka berdua menanyakan bagaimana sekolahku, dan bagaiman konser semalam. Selesai makan Om Jarwo mengajaku ke ruang tengah, sementara Tante Irma membereskan sisa sarapan kami.

“Maaf kalau bikin kamu kaget dan bingung gini Dan” kata Om Jarwo membuka pembicaraan.

Dengan nada serius Om Jarwo membuka pembicaraan. Om jarwo bercerita bahwa dia dan Tante Irma sudah melalui kerasnya kehidupan jalanan hingga ke titik yang paling rendah, padahal mereka berjanji pada keluarganya masing-masing untuk memberikan kehidupan yang layak dengan merantau ke kota lain.

“Kami belum kenal saat itu Dan, Om Jarwo jadi tukang parkir,sedangkan Tante kamu kerja di warung di kota yang berbeda” kata om jarwo melanjutkan

Hantaman krisis ekonomi kemudian membuat mereka kehilangan pekerjaan, suasana politik yang makin tidak menentu membuat kota sudah tidak lagi ramah, maka mereka berdua memutuskan untuk kembali ke kampung, Di kampung Om Jarwo malah mendapati istrinya berselingkuh dengan lelaki lain, sedangkan Tante Irma malah tidak diterima keluarganya karena dituduh oleh suaminya sendiri menjadi pelacur di kota. Mereka berdua kemudian menginggalkan kampung kembali, dengan tujuan yang belum pasti mereka berdua tiba di kota K dalam keadaan nista, Tante Irma sempat menjadi PSK, dan Om Jarwo menjadi preman pasar, kegetiran nasib kemudian mempertemukan mereka berdua, mereka berjanji saling setia dan menguatkan dalam hidup meskipun orang-orang menganggap mereka rendah.

“Kemudian aku ketemu dengan Papamu, beliaulah yang mengangkat kehidupan kami sampai saat ini Dan” Terang Om Joko

“Kami mendambakan kehidupan bebas Dan, setelah bertahun tahun diinjak-diinjak” kata Tante Irma dari arah dapur

“Kami melakukan apapun yang membuat kami senang dan, dan rumah ini adalah tempatnya” lanjut Om Jarwo

“Kamu sekarang bagian dari rumah ini Dan, tantu kami juga akan terbuka ke kamu” kata Tante Irma sambil melepaska apronnya lalu menghampiri aku dan Om jarwo

Penisku seketika mengeras ketika tante Irma yang telanjang bulat duduk diantara kami berdua, Om Jarwo kemudian melepaskan sarungnya, penisnya teracung keras

“Kami sudah membicarakannya panjang lebar, yang penting kamu tidak membicarakan apa yang terjadi di rumah ini keluar, termasuk ke Papa kamu” kata Om Jarwo sambil tangannya mulai bergerilya di tubuh Tante Irma.

“Dan ….ayo dong” Kata Tante Irma sambil meraba tonjolan di celanaku.

Aku yang sudah dikuasai nafsu menurut saja, merasa mendapatkan ijin dari Om Jarwo, aku kemudian melucuti pakaianku dan bergabung dengan mereka berdua.

“Ih, itu kontolnya Dani kok gedhe banget, punya kamu kalah mas” seru Tante Irma

Aku tidak lagi mempedulikan apa kata Tante Irma, aku turut menggerayangi tubuhnya sambil kuciumi leher mulusnya. Tante Irma kini pasrah berada dalam dekapan dua lelaki, tangannya sibuk mengocok penisku dan penis Om Jarwo, aku mulai menghisapi puting payudaranya sementara tangan Om Jarwo mulai bergerak memainkan klitoris Tante Irma

“Enak banget ya ternyata digerayangi dua lelaki” kata Tante Irma manja

Tante irma kemudian bangkit dari duduk nya, ia berlutut dihadapanku lalu mulai menghisap penisku, aku merasakan kenikmatan menjalari seluruh tubuhku ketika kurasasakan hisapan mulut Tante Irma yang begitu kuat menjepit penisku

Om Jarwo memposisikan dirinya di belakang Tante Irma kemudian langsung memasukkan penisnya kedalam vagina Tante lalu mnggenjotnya dengan kencang.

“Hmmpfff….. Hmpffff……..” Tarnte Irma mencoba mendesah namun mulutnya tersumpal penuh oleh penisku.





Aku melihat pemandangan yang begitu panas dari sudut pandangku, bongkahan pantat Tante Irma yang bergoyang-goyang karena dihantam oleh Om Jarwo dalamk posisi doggy style, kemudian wajah cantik Tante Irma yang berada tepat di depanku sambil menghisap penisku.aku merasa kenikmatan yang sangat intens melanda tubuhku, aku berkonsentrasi agar tidak cepat ejakulasi.

Lima belas kemudian Tante Irma Minta ganti posisi, kini dia menaikiku dalam posisi membelakangiku, diarahkannya ujung penisku memasuki liang vaginanya, dengan satu tekanan, ambleslah seluruh penisku ke dalam vaginanya. Aku sempat menciumi punggungnya yang mulus itu, kemudian Tante Irma mencondongkan tubuhnya kedepan untuk mengoral penis Om Jarwo. Aku mulai gerakan naik turun sambil memegang bongkahan pantat Tante Irma sementara mulutnya dipenuhi oleh penis Om jarwo.

Lima menit kemudian Tante irma melepaskan mulutnya dari penis Om jarwo, badannya ia condongkan ke belakang menimpa badanku, kepalaku diposisikan berada di samping payudara nya, reflek aku hisap payudaranya dari samping, sementara tangan kiriku meremas payudara yang satunya. Saat Tante irma bergerak naik turun, tangan kananku reflek menggosok klitorisnya.

“Aaaahhhh… sayaaaang… enak banget..” Tante Irma mulai berteriak keenakan

Om Jarwo kemudian naik ke sofa untuk menyumpal mulut Tante Irma dengan penisnya. Lima menit kemudian Badan tante Irma mengejang, aku merasa ada cairan menerpa penisku dari dalam vaginanya, Tante Irma mendapat orgasme.

Kami bertiga beristirahat sebentar, membiarkan Tante Irma menikmati sisa -sisa orgasmenya.

“Yang , DP yuk ?” Kata Om Jarwo pada Tante Irma

Yuk mas, sana pake kondom” Jawab Tante Irma

Tante Irma kemudian memintaku untuk terlentang diatas karpet, lalu ia naiki tubuhku dalam posisi berhadapan, vaginanya yang masih basah mempermudah penisku masuk ke dalam lubang vaginanya, kemudian ia mulai bergerak naik turun memompa penisku.

“Aaahhh… Dani sayang, kok kontol kamu enak banget ya” desah Tante Irma

Di tengah pergumulanku dengan Tante Irma, Om Jarwo kembali dengan kondom telah terpasang di penis nya, kemudian ia memposisikan tubuuhnya di belakakng tante irma, lalu memasukkan penisnya ke dalam lubang anus Tante Irma.


Dari bawah aku melihat Tante Irma mengeluarkan ekspresi wajah yang menggambarkan kenikmatan yang tiada tara. Kemudian aku dan Om jarwo mulai menggenjot kedua lubang Tante Irma. aku merasa jepitan vagina Tante Irma lebih sempit ketika anusnya dimasuki penis Om Jarwo, ditambah lagi visual yang aku lihat dari bawah, kedua payudara Tante Irma yang menggantung bergoyang-goyang dan aroma tubuh Tante Irma yg kuhirup menimbulkan sensai kenikmatan yang luar biasa. Aku hampir merasa tidak sanggup lagi menahan ejakulasi.

“Om.. Tante, kayaknya aku mau keluar deh” kataku

“Keluarin dulu aja Dan” Kata Om jarwo sambil mencabut penisnya dari anus Tante Irma

Aku dan Tante Irma kemudian merubah posisi kami menjadi missionary, Aku lanjutkan menggenjot vaginanya dengan cepat berusaha menggapai orgasmeku

“Aaaah… Aaaah…. Aaaahh sayang …keluarin di dalem aja sayang” seru Tante Irma

Kemudian dalam satu hantaman keras, aku muncratkan spermaku menghujani rahim Tante Irma. Aku diamkan dulu penisku dalam vagina Tante Irma, kemudian aku ambruk di samping tubuh nya, kulihat Om Jarwo sudah melepaskan kodomnya , ia kemudian menindih Tante Irma yang masih dalam posisi telentang, dijejalkan penisnya kedalam vagina Tante Irma yang masih belepotan spermaku.

Aku membiarkan Tante Irma dan OM Jarwo melenjutkan persetubuhan mereka, sementara aku memunguti pakaianku dan kembali ke kamar.

Ketika menaiki tangga aku teringat,

“Kali ini mimpi sialan itu tidak datang lagi”


Bersambung Ke Chapter 3 >>
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd