Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Life Of Dani : The Alpha Male Rises (Ongoing Ch. 3)

ultragreget

Suka Semprot
Daftar
23 May 2015
Post
11
Like diterima
203
Bimabet
INDEX

Ch.1 Titik Awal : Page 1
Ch.2 Langkah Pertama : Page 4
Ch.3 Datang & Pergi : Page 6




Salam hormat saya haturkan untuk para Suhu dan rekan-rekan semproters semua, saya selaku newbie yang cukup lama memantau, mohon ijin untuk mencoba turut berbagi karya.
Semua karakter dalam cerita ini fiktif, namun beberapa adegan didasarkan pada kisah nyata, saya akan mengupayakan agar cerita ini selalu update hingga tamat nanti, dan mungkin akan ada beberapa bonus cerita dalam setiap chapter yang berisi cerita spin off dari karakter pendukung.

Semoga cerita ini bisa menghibur anda semua








Ultragreget Present
LIFE OF DANI
THE ALPHA MILE RISES


MEMI7TS_t.jpg

Aku memandang kehidupan tidak hanya sebagai suatu garis waktu yang tersusun dari sebab dan akibat. Aku lebih memandang kehidupan sebagai sebuah panggung raksasa dimana kita sibuk dengan masing-masing peran kita. Dan tentu ada penonton yang bertepuk tangan dan sutradara yang merancang gerak dan cerita.

Konon tiap cerita besar, juga kisah-kisah penaklukan yang epik dimulai dengan suatu langkah kecil, ibarat sebuah buih kecil yang menciptakan gelombang besar.

Begitu pula jalan hidup yang aku rasakan, aku memandang diriku sendiri sebagai “Si Bangsat yang Beruntung”. Karena segala kisah yang melibatkan kesenangan, ketegangan, dan kekonyolan ini dimulai dari satu hal kecil yang tidak diduga.

Dan kemudian memori itu mengalir kembali.


Chapter 1
Titik Awal




Kota C
Juni 1998

“Dani jangan nakal ya, baik-baik sama kak Dito” ucap Mama kepadaku yg masih berusia 10 tahun.

“Jaga Adikmu Dito, besok malam Mama Papa pulang, kami sudah nitip ke Bu Dirman untuk makan kalian” Kata Papa tegas pada Dito kakakku yang berusia 15 tahun.

Aku dan Dito kakaku sedang menikmati masa libur sekolah di Rumah, ketika suatu pagi Papa dan Mama diminta untuk secepatnya berkumpul ke kampung halaman Papa. Mama dan Papa tidak mengizinkan kami ikut, bahkan pagi itu mereka berangkat dengan sangat terburu-buru.

“Maaf kalau kami tidak bisa mengajak kalian, ini adalah urusan orang dewasa, tapi Papa janji, setelah ini selesai nanti kita berlibur ke tempat yang bagus” begitu iming Papa kepada kami berdua.

Kami berdua berdiri di beranda menyaksikan mobil Papa keluar dari halaman rumah lalu menjauh hingga tidak terlihat lagi.

“Dani, sini deh, kakak mau ngomong” Ajak Kak Dito

Aku menghampirinya dengan antusias

“Kakak memang seharusnya menjaga kamu sampai Mama dan Papa pulang, tapi besok kakak punya janji dengan teman-teman yang tidak bisa ditunda, kamu mau ya di rumah sendirian dulu, kakak gak bisa ajak kamu, soalnya ini acaranya anak-anak besar, OK ? ” Kata Kak dito menjelaskan.

Ekspresiku berubah seketika, wajahku menekuk, seketika aku meneriaki Kak Dito

“Orang dewasa dan anak besar sama saja, selalu punya acara sendiri trus ninggalin anak kecil kayak aku” kataku dengan mata yang mulai berair

Kak Dito mulai iba melihatku

“Hey, dengar dulu. Kakak cuma pergi jam 8 sampai jam 3, nanti kakak taruh TV, VCD Player dan Sega di kamar kamu, selama menunggu kakak, kamu bisa main game dan nonton film sambil ngemil, nanti kakak belikan semua cemilan yang kamu mau, kamu boleh ajak temanku, yang penting jangan bikin rusuh” rayu kakakku

Ekspresi wajahku tiba-tiba berubah mendengar semua itu, sungguh pikiran anak kecil yang mudah teralihkan.

Malam itu Kak Dito menepati janjinya, TV, VCD player dan Sega terinstall di kamarku, malam itu kami bermain game bersama hingga larut malam.

Pukul 6.30 Kak Dito membangunkanku lalu mengajaku sarapan, Nasi goreng spesial masakan Bu Dirman yang dipercaya oleh Mama dan Papa untuk mengurus makan kami selama kami pergi. Sambil sarapan, Kak dito mulai menjelaskan rencananya

“Jadi setelah kakak berangkat jam 8 nanti, kamu langsung kunci pintu, masuk kamar, main game, nonton film, tidur apapun itu, nanti jam 12 Bu Dirman kemari mengantar makan siang, terima saja, kalau dia tanya kakak dimana, jawab, sedang keluar beli alat untuk tugas, dan sebentar lagi pulang, setelah itu kamu makan lah dulu, lalu lanjut tidur siang atau main lagi, jam 3 kakak sudah sampai di rumah”

Aku cuma manggut-manggut sambil mengunyah nasi gorengnya Bu Dirman.

“Dan, kalo kamu nurut, sebentar lagi kita bakal punya Playstation” kata Kak Dito tiba-tiba

Aku pun histeris mendengarnya, Kak dito pernah cerita bahwa ada console game yang gambarnya 3 dimensi, harganya mahal, tapi Papa pasti akan membelikannya kalo kami punya prestasi. Untuk hal itu Kak Dito Ahlinya, sega genesis yang kami miliki saat ini adalah hadiah dari papa karena Kak dito mendapat peringkat 1 ketika lulus SD, maka tinggal menunggu kak Dito mendapat peringkat satu ketika kelulusan SMP.

Jam 8 tepat kakakku pergi, aku segera melaksanakan semua perintahnya, kukunci pintu lalu bergegas menuju ke kamar menyalakan TV dan Sega, sekitar satu setengah jam bermain game sendiri ternyata sudah cukup membosankan, hal itu mungkin karena aku terbiasa bermain game dengan Kak Dito. Aku mirik ke arah jam, Baru setengah sepuluh lebih sedikit, masih sangat lama hingga kak dito pulang, iseng-iseng aku buka koleksi vcd flm milik kak dito yang di tingalkannya, tidak ada judul yang menurutku menarik.

Karena bosan aku memutuskan keluar kamar, aku berlari di sepanjang lorong rumahku yang cukup besar itu, aku memiliki imajinasi yang cukup akif untuk anak seusiaku, jadi aku membayangkan diriku sebagai karaker game Sonic yang berlari cepat mengumpulkan koin, lalu kemudian aku berpura-pura sebagai Prince of Persia yang menyusuri lorong-lorong kastil untuk menyelamatkan sang putri.

Dhuaggg…. “Pintu ini terkunci” kataku sambil menubruk pintu kamar kakakku yang memang terkunci.

Dhuaggg … “yang ini juga terkun….” aku terkejut ketika pintu kamar Papa Mama terbuka pelan ketika kutabrak

Mama Papa pasti sangat terburu-buru sampai lupa mengunci pintu kamarnya, Papa dan Mama adalah orang yang sangat menaruh perhatian pada privasi, karena itu aku dan Kak Dito memiliki kamar sendiri sejak dini, kami pun tidak diperkenankan sembarangan memasuki kamar Papa Mama, biasanya pun ketika tidak dirumah kamar mereka selalu terkunci.

Aku sempat menutup kembali pintu itu, tapi akhirnya aku buka kembali dan aku berlari ke dalam. Aku merasa menjadi orang paling anarkis dengan memasuki kamar Papa Mama tanpa ijin. Aku lihat sekeliling, kamar orang dewasa memang sangat membosankan, tidak ada hal yang menarik menurutku.

Jiwa anarkis ku makin menggila, kuputuskan untuk membuka lemari Mama Papa dan melihat apa isinya, selain pakaian, di lacinya terdapat bermacam dokumen dan juga banyak beraneka barang tidak menarik yang akupun tidak tahu apa fungsinya, selesai melhat bagian dalam lemari, mataku tiba-tiba tertarik pada bagian atas lemari, seperti ada banyak barang pula disana.

Aku mengambil kursi lalu meletakkannya di depan lemari Papa Mama, aku naik keatas kursi itu hingga bisa meilhat barang-barang pada bagian atas lemari, kusapukan pandanganku se semua sudut, pandangan ku terhenti pada setumpuk barang, itu adalah tumpukan kepingan VCD, aku ambil satu dan kulihat. Seketika jantungku berdegub kencang, kulihat pada sampul VCD itu foto seorang wanita pirang yang telajang bulat, mataku terpaku pada payudara dan selangkangannya, ketika kubalik untuk melihat sampul belakang, pikiranku makin Tak karuan, melihat banyak gambar orang telanjang, beberapa saling berhimpitan. Aku melempar kepingan VCD itu kembali ketempatnya, kemudian turun, tetapi niatku berubah ketika melihat TV dan VCD player di kama Mama Papa.

Aku kembali mengambil kepingan VCD itu, lalu mulai menyalakan TV dan VCD player di kamar Mama Papa. Aku putar salah satu, ini adalah Film porno pertama yang aku lihat, aku mengalami sensasi aneh namun menyenangkan, jantung berdetak, darah berdesir, dan burungku kurasakan mulai mengeras, terakhir kali aku merasakannya adalah ketika Pono teman sekelasku berverita soal musuh wanita di film Rangers favorit kami yang mengenakan celana mini hingga pahanya yang mulus kelihatan.

“Burung lu keras ya ? itu namanya ngaceng Dan” seloroh Pono waktu itu

Di keping pertama yang kuputar, diawali dengan adegan dua orang bule yang awalnya mengobrol kemudian mereka saling berciuman, lalu satu persatu baju mereka dilepas hingga tlanjang bulat, aku melihat penis sang aktor sangat besar, kemudian sak aktris berlutut lalu mengulum penis besar sang aktor, tak berapa lama kemudian, sang aktor bergantian menjilati kelamin sang aktris, beberapa waktu kemudian, sang aktor tampak memasukkan penis nya ke dalam lubang kelamin sang aktris, dipompa keluar masuk, beberapa kali berganti gaya, sampai akhirnya sang aktor mencabut penisnya lalu menyemburkan cairan ke badan sang aktris. Sungguh adegan demi adegan yang membuat aku merinding namun senang.

Aku memutar hingga 3 keping VCD ketika tiba-tiba bel pintu depan berbunyi. Aku mendadak panik, lalu mengembalikan semua benda ke tempatnya, kemudian menutup lagi pintu kamar Mama Papa.

“Dito… Dito…” suara wanita tua memanggil nama kakakku sambil tetap membunyikan bel

Aku melihat jam, sudah pukul 12, itu pasti Bu Dirman, batinku

Aku membuka pintu lalu melakukan semua instruksi Kak Dito, bahkan aku menolak ketika Bu Dirman menawari untuk menemani aku makan siang. Setelah Bu Dirman pulang, aku meletakkan begitu saja makan siang di meja makan lalu kembali menuju kamar Mama Papa.

Aku memutar kepingan demi kepingan VCD porno hingga waktu menunjukan jam 2, satu jam lagi Kak Dito pulang. Aku membereskan semua barang, dan memastikan kamar Mama Papa kembali seperti sebelum aku memasukinya, kemudian aku kembali ke kamarku sendiri untuk bermain game lagi, itupun aku tidak konsen karena terbayang adegan demi adegan yang aku tonton tadi.

Pukul tiga lebih sedikit Kak Dito pulang, aku mengajaknya makan siang bersama, dia memarahiku karena kenapa harus menunggunya pulang untuk makan siang.aku berpura tidak pernah masuk ke kamar Mama Papa, bahkan pada kenyataannya setelah itu aku tidak lagi mendapat kesempatan masuk ke sana sendirian. Mungkin Papa dan Mama jadi lebih teliti tidak meninggalkan kamarnya tanpa terkunci lagi.

Aku tidak bisa melupakan saat itu, dimana untuk pertama kalinya semburan hormon meluap, membawaku pada fase menuju kedewasaan biologis.

Pada libur kenaikan ke kelas 6 Aku dikhitan, hal itu makin menyempurnakan proses akhil baliq ku, apalagi, kurasakan setelah di khitan ukuran burungku makin membesar, bahkan pada saat acara khitan, aku sempat mendengar beberapa ibu-ibu menggunjingkan burungku.

“Pantes gede ya Jeng, turunan Belanda..” bisik ibu-ibu yang sempat kucuri dengar waktu itu

Ayahku memang punya darah belanda, konon kakek buyutku adalah orang belanda asli yang menetap disini. Ayahku masih memiliki wajah yang agak blasteran, namun sayangnya hal itu tidak diturunkan padaku.

“Yang diturunkan ke elu ya ukuran kontol yang gedhe itu Dan” begitu canada Pono ketika kami nongkrong berdua, sedangkan aku masih memakai sarung menunggu keringya luka khitan.

Pono ini satu-satunya teman baikku, aku sendiri tidak terlalu pintar bergaul, selain dengan Pono mungkin hanya ada beberapa orang yang bisa kuanggap teman. Lucunya melalui Pono pula aku mendapat pengetahuan soal seksual, Pono cerita bagaimana dia pernah memergoki paman dan bibinya sedang berhubungan badan.

“Jadi mereka berdua telanjang dan saling berpelukan gitu, trus si om, masukin kontolnya ke memeknya tante, dimaju mundurin gitu” begitu antusiasnya Pono bercerita kala itu.

“Dan, gua ceritain gini kontol lu ngaceng ya” ledek Pono

“Lu berkembang ya, dulu cerita paha musuhnya rangers bilangnya burung, sekarang nyeritain Om sama tante lu ngentot bilangnya kontol” ledek ku balik

“Lah lu juga enteng bener ngomong ngentot” tukas Pono tidak terima

Kemudian kami berdua sama-sama tertawa.

--@@--

Kota C
Februari 2004

“Dan.. dapet nih Dan” teriak Pono padaku

Sore itu, dengan 50 ribu aku meminta pono untuk membeli VCD porno, ia kembali dengan 6 keping VCD yang dengan bangga ia serahkan padaku

“Lu beli di si Agus ya ?” tanyaku

“Iyalah dimana lagi ?” jawab Pono

“Kan udah dibilangin, di Agus isi sama covernya beda” kataku sambil memukul kepala Pono dengan tumpukan VCD

“Yah kalo gak di Agus belinya, mapuluhrebu cuma dapet 2 apa 3 biji Dan” begitu pembelaan Pono.

“yaudah , ini gua bawa, lusa gua oper ke elu, sini motor gua, jadi telat jemput pacar gua nih” omelku kemudian pergi meninggalkan Pono.


--​


Kini aku sudah SMP kelas 3, sebentar lagi ujian nasional dan kemudian aku akan masuk SMA, aku masih berteman akrab dengan Pono, meskipun kini jumlah temanku sudah bertambah banyak daripada dulu sewaktu masih SD, tapi hanya dengan Pono aku bisa berbagi hal-hal mesum dari mulai VCD porno, cerita-cerita cabul, sampai menggunjingkan teman-teman perempuan di sekolah. Dari mulai si Heni yang tinggi dan putih, Ita yang sebetulnya cantik tapi bau badan, sampai Marla, bahan obrolan terfavorit kami karena meskipun wajahnya biasa saja, Marla punya buah dada yang sangat besar. Aku dan Pono senang melihatnya saat pelajaran Penjaskes, karena ketika berlari, payudaranya akan bergoyang naik turun.

Meskipun cabul, ada satu gadis di sekolah yang sangat aku muliakan, namanya Erin, dia adalah pacarku sejak kelas dua, kami sepantaran hanya beda kelas, Erin adalah gadis yang cantik dengan hidung mancung dan mata indah, kulitnya juga putih dan bodynya sangat bagus, namun aku belum pernah macam-macam denganya, paling jauh yang kami lakukan hanya pegangan tangan dan berpelukan. aku belum berani melakukan tindakan yang terlalu jauh, itu semua karena edukasi dari Papa Mamaku.

Kakakku Dito, kini kuliah di luar kota, praktis, hanya aku anak yang ada di rumah, semenjak itu Mama Papa fokus perhatian kepadaku. Uniknya setelah masuk SMP Papa dan Mama mulai memberikan sex education, pesan-pesan dari Mama dan Papa lah yang membuat aku bisa menjaga dan mengendalikan diri.

“Kamu sudah SMP, sudah dapat pelajaran biologi juga kan ?, Mama yakin kamu juga sudah dapat banyak info entah dari temanmu atau darimana soal pengetahuan seksual, Mama dan Papa cuma mau kamu bisa kontrol diri dan tidak melakukan tindakan bodoh sebelum kamu dewasa, ingat masa depan kamu masih panjang” nasehat Mama waktu itu.

“Ya yang namanya remaja lelaki, pasti melewati fase itu Dan, kamu juga pasti penasaran dan coba-coba, selain ingat pesan Mama tadi, Papa juga ingatkan dan, penasaran boleh, tapi jangan keseringan ya” ledek Papa di akhir nasehatnya sambil tangannya melakukan gestur mengocok.

Wajahku bersemu merah mendengar ledekan Papa, tapi kemudian Mama dan Papa tertawa bersama, akupun akhirnya ikut tertawa.

“Dani kecil kita sudah besar Mah” ujar Papa


---



Motorku melaju dari tempatku ngongkong bersama pono kembali ke depan sekolah, di depan gerbang, Erin sudah menantiku, aku berjanji menjemputnya setelah dia selesai ekstrakulikuler kemudian mengajaknya ke rumah untuk makan bersama Mamaku.

“Lama banget sih, kirain lupa ?” kata Erin dengan sedikit cemberut

“Maaf sayang, tadi motornya dipinjem Pono lama banget” rajukku kepada Erin

“Kamu tuh kebiasaan” Erin mendaratkan pantatnya di jok motorku sambil tetap cemberut.

Kemudian kupacu sepeda motorku menuju ke rumahku, aku dan Erin lebih sering pacaran di rumahku daripada di luar, selain lebih aman karena ada Mama, lagi pula jauh lebih hemat karena makanan minuman dan snack pun disediakan oleh Mama, bahkan setelah naik ke kelas 3, Mama mengijinkan Aku dan Erin pacaran di kamarku, yang kami lakukan biasanya hanya mengobrol, nonton film, atau main game bareng, kemudian menjelang sore aku antar Erin pulang, sebelum pulang biasanya Erin memberikan pelukan hangatnya, bagi Erin itu mungkin sekedar pelukan, namun bagi aku yang cabul ini, terbesit banyak hal ketika tubuh Erin berada di dekapanku, tentu saja si joni kecil di selakanganku mengeras, namun aku berusaha tutupi di depan Erin, biasanya setelah aku antar Erin pulang aku menuntaskan hasratku dengan menonton VCD porno dan biasanya diakhiri dengan masturbasi, tapi itupun tidak sering kulakukan karena aku selau ingat pesan Papa agar tidak terlalu sering dan kecanduan.

Siang itu, aku bersama dan menikmati makan siang bersama Mama, Papa biasanya pulang petang, sedangkan kak Dito kuliah di luar kota, maka yang ada dirumah saat ini hanya Mama, meskipun keluarga kami tergolong berkecukupan, kami tidak memiliki asisten rumah tangga, Mama mengerjakan semua pekerjaan rumah sendiri.

“Kalian jangan keasyikan pacaran terus ya ? ingat sebentar lagi ujian nasional” ucap Mama padaku dan Erin

Selepas makan, aku mengajak Erin ke kamarku seperti biasa. Mama memanggilku untuk membawa masuk cemilan sambil memberikan nasehatnya yang aku selalu ingat

“Iya Mama, pacaran jangan kelewatan, masa depan masih panjang” sahutku sebelum Mama bicara, lalu berlari sambil membawa cemilan.

“Aku mau lanjutin main game dulu ya yang” kataku kepada Erin, sambil menyalakan TV dan Playstation.

Iya aku juga mau lanjut baca buku yang kemarin” kata Erin seraya menjatuhkan tubuhnya di atas kasurku.

Kemudian mengobrol tentang banyak hal sambil melakukan aktifitas masing-masing

“Sayang, aku pinjem pulpen sama kertas dong” pinta Erin

“Iya itu ambil aja di tas” sahutku sambil mataku tetap berkonsentrasi pada game

Erin melangkah menghampiri tasku, kemudian membukanya ketika setumpuk barang jatuh dan seketika Erin berteriak

“Aaaa…. Itu apa ?” teriak Erin

Dengan sigap aku berlari ke arahnya dan melihat barang yang jatuh itu, wajahku memerah seketika, sialan aku lupa VCD porno yang dibeli Pono tadi masih di tas ku.

“Eh yang itu.. Nganu…” aku tergagap sambil memunguti tumpukan VCD porno itu

“Sini aku lihat satu” seru Erin sambil merebut salah satu keping

Aku makin salah tingkah

“Kamu ngapain punya kayak gini ?”

“Yang, itu cuma ….”
aku tidak bisa meneruskan kata-kataku

“Kamu tuh dengerin kata mama kamu gak sih, jangan sampai kita kebablasan, kamu malah punya kayak gini.. ” wajah Erin tampak merah karena marah

Aku yang sudah tidak tahu harus menjawab apa akhirnya punya inisiatif untuk memeluk Erin

“Sayang dengerin aku, justru ini aku lakukan supaya kita nggak kebablasan” aku coba merapatkan lagi pelukanku, Erin masih terdiam

“Itu semua pelampiasanku, supaya aku nggak pervert ke kamu”

Aku merasa Erin sudah mulai tenang, aku lepaskan perlahan pelukanku, aku pegang wajahnya dan menatap dalam-dalam.

“Rin, Papa sama Mamaku sudah tahu soal ini, Papa cuma pesan jangan kecanduan”

Erin melemparkan Vcd porno yang ia pegang ke kasurku, lalu duduk begitu saja, aku memungutinya, lalu menaruhnya dekat TV, kemudian mematikan Playstationku.

“Aku mau nonton satu” Seru Erin tiba-tiba.

Mataku terbelalak terkejut, tidak habis pikir apa yang ada di kepala Erin, tadi dia marah, tapi tiba-tiba begini.

“Sayang, ini tapi…” kataku tergagap

“Gak mau tahu, salah kamu, aku malah penasaran pengen tahu” potong Erin

Masih dengan ekspresi bingung, aku menyalakan VCD player, kemudian mengambil acak salah satu VCD porno, kemudian aku putar

“Eh… duduk sini dong kalo mau nonton” ajakku kepada dengan nada serba salah

Kami berdua duduk diatas karpet di depan TV, ketika film porno itu mulai, adegan dibuka dengan dua orang pasangan yang saling berciuman mesra, kemudian satu persatu pakaian mereka ditanggalkan hingga bugil. sang aktris tampak berlutut kemudian memasukkan kontol sang aktor ke dalam mulutnya, lalu mengulumnya maju mundur, sang aktor tampak keenakan dan melenguh, sak aktris pun tak mau kalah, dengan kontol tersumpal ke mulutnya sang aktris tetap mendesah-desah manja.

Aku memperhatikan wajah Erin dengan gugup, matanya masih terpaku di layar, ketika sejenak dia berp[aling tak sengaja mata kami bertemu, sungguh perasaan yang sangat canggung.

“Gimana bagus ?” kataku ngelantur, aku agak menyesali pertanyaan spontan barusan

“Eh , itu, emang bisa segede itu ?” nampaknya Erin mulai juga ngelantur

“Iya, aku sih belum segitu, tapi optimis bisa sih, blasteran belanda gitu loh ..” niatku bercanda malah membuat posisi duduk Erin bergeser menjauhiku

“Eh nganu Rin…. ini mau ditonton sampe selesai apa udahan aja ?” tanyaku memecah kekakuan
“Udah deh matiin aja” kata erin sambil masih tetap berada di tempat duduknya

Aku mencoba mematikan film porno itu saat tak sengaja menyadari tatapan mata Erin tertuju ke bawah perutku. Kontolku ngaceng karena pengaruh film porno tadi.

“Itunya kamu kok tambah gedhe ?” tanya Erin dengan nada sedikit tinggi

“Ya kan abis nonton bokep, biasanya juga abis kamu pulang aku gini terus…” aku menghentikan kata-kataku karena sadar sudah keceplosan

“Terus apa hah ?” nada bicara Erin tambah tinggi

“Ya ngoc…cok” kataku sedikit ciut

“Sini aku mau lihat burung kamu” bentak Erin sambil mengulurkan tangannya ke arah tonjolan di selangkanganku

“Rin tapi ?”

“Udah sini cepetan”


Aku maju ke arahnya lalu menurunkan celana sekaligus celana dalamku, penisku yang sebelumnya terkekang tiba-tiba bebas mengacung keras, dengan sedikit ragi Erin mulai memegangnya perlahan

“Rin emangnya kamu udah pernah ?”

“Belum “ jawab erin cuek sambil fokus memandangi dan mengelus penisku

“Rin”, aku memegang dagunya agar menatap wajahku

Kami berdua saling menatap dengan tatapan yang aneh, aku rasa matanya sedikit menjadi sayu, dalam segala kekakuan itu, aku memberanikan diri menarik wajahnya lalu mencium bibirnya. Erin tidak melawan, maka dengan sedikit dorongan aku merebahkan tubuhnya diatas karpet, kemudian aku menindihnya dengan tangannya tetap memegang erat penisku.

Aku perlahan meraba paha erin, kemudian sedikit demi sedikit menaikkan roknya, sementara bibir kami mulai saling berpagut, reflek tangan Erin mulai mengocok perlahan, sementara aku mulai meraba pelan vaginanya dari luar celana dalam.

“Aaaaah…..” Erin mengeluarkan suara sedikit tercekat, pipinya berubah merah.

Ketika aku mencoba menyibakkan celana dalam erin dan kusentuk permukaan vaginanya, Erin tersentak, seketika dilepaskan genggamannya pada penisku, kemudian dia dorong badanku menjauh

“Dani, kita gak boleh gini” katanya tergagap sambil membenarkan roknya.

Aku hanya bisa memandangnya heran dengan penis masih teracung

“Aku mau pulang, mama kamu benar, kita harus fokus ujian, mungkin kita baiknya break dulu” katanya sambil memberesi tas kemudian keluar dari kamarku.

Aku sempat terbengong sejenak, kemudian tersadar

“Rin..” aku berteriak memanggil namanya sambil memakai kembali celanaku

Rin, ayok aku anter” kataku sambil mengejarnya

“Enggak, aku mau jalan aja” kata Erin datar

“Rin maafin aku ya” aku tak tahu harus berkata apa lagi

Erin sempat berhenti sebentar, menatapku tajam, lalu berucap

“Enggak, aku juga minta maaf udah memulai ini, kita nanti ketemu lgi setelah ujian ya, aku harap kamu belajar biar dapet nilai bagus, jangan kebanyakan main sama Pono”

Aku hanya terdiam, lalu melihat Erin berjalan menjauhi rumahku, aku perhatikan dia dari jauh di perempatan kulihat dia memesan becak.

“Kok gak dianterin ? berantem ya ?” tiba-tiba saja Mama sudah ada dibelakangku

“Break dulu Ma, fokus ujian” kataku sambil kembali masuk ke rumah.

----
Masa kurang lebih dua bulan betul-betul aku manfaatkan untuk belajar menjelang ujian, semua usaha kerasku akhirnya membuahkan hasil, , saat pengumuman aku mendapat peringkat 2, tentu hasil yang sangat memuaskan, Erin sendiri mendapat peringkat enam, kami berdua melompat kegirangan setelah melihat nilai kami yang sangat memuaskan.

“Rin, kamu udah gak marah sama aku kan ?” tanyaku penuh selidik

“Ih siapa yang marah ? aku cuma mau kita nggak kebablasan” ledek Erin kepadaku

“Eh kemana nih ? aku mau ngerayain pencapaian nilai kita” tanyaku kepada Erin

“Ke rumah kamu aja gimana, aku kangen masakan mamah kamu”

Tanpa berlama-lama lagi aku bawa erin menuju rumahku, sampai disana kami makan bersama , ditengah makan siang, tiba-tiba Papa pulang

“Lho , Papa pulang cepet ?” tanyaku

“Iya, apa ada perlu ke rumah Kakekmu, ini mau jemput mama” jawab Papa

“Enggak lama kok, nanti malem juga pulang, kamu jangan takut sendirian, kan ditemenin Erin” goda Mama

Aku dan Erin melepas kepergian Mama Papa, setelah itu kami kembali ke dalam rumah

“Mau ngapain Rin ?, baca buku, main game, apa nonton film ?” tanyaku

“Film apa hayo ?” goda Erin

Begitu pintu kututup, aku langsung memeluk erin dan memagut bibirnya, dia meladeni ciumanku bahkan memegang bagian belakang kepalaku, ditengah tengah panasnya ciuman kami Erin menghentikan tiba berhenti

“Dani, kita nggak boleh kebablasan ya” katanya dengan terengah-engah

“Ok, apapun yang kamu mau” jawabku pasrah

Kami lalu menuju ke kamarku, melepas baju seragam hingga hanya tersisa baju dalam saja, kemudian kami bergumul di atas kasurku, saling memeluk dan memagut. Penisku mulai mengeras, aku gesek-gesekan saja dengan Erin

“Aaah…. Dani.. enggak….” serunya dengan nafas tersengal sengal

“Maaf Rin, aku terbawa suasana” jawabku

Kami kemudian kembali bergumul hingga tertidur berpelukan, pukul 5 sore kami bangun, aku mengantarkan Erin pulang, sebelum ku starter motor Erin berkata dengan serius

“Dani, aku mau ikut ayah pindah ke Kota B” katanya dengan datar

Aku terkejut, kemudian mematikan motorku.

“Kapan rin ?” tanyaku
“3 hari lagi, kemungkinan aku lanjut SMA disana” jawab Erin

Aku termenung, jarak Kota B sangat jauh, itu artinya kami tidak akan bertemu kembali, aku bingung harus memberi respon apa pada berita ini.

“Yuk aku anterin pulang” kataku sambil menyalakan kembali motorku

Kami berdua melaju menuju rumah Erin, sampai disana ada ayahnya menyambut kami

“Kamu udah pamitan sama Dani ?” tanya Ayah Erin

“Sudah Yah” jawab Erin

“Ya mau bagaimana lagi, om harus bertugas dan pindah ke sana,makasih ya nak Dani, sudah bantu jagain Erin” kata Ayah Erin padaku

“Iya Om”jawabku

Aku kemudian berpamitan, dalam posisi itu Erin baru terlihat sedih, ketika tidak kuat menahan luapan emosinya, Erin berlari begitu saja masuk ke rumah.


------​

Malam itu badan ku terasa tidak begitu enak, keringat dingin keluar membasahi tubuhku, Mama dan Papa belum pulang, jadi aku putuskan untuk mengunci pintu kemudian menjatuhkan badanku ke atas kasur, aku merasa begitu lelah kemudian aku terlelap.

Dalam tidur aku seperti setengah bermimpi, terduduk di tengah ruangan remang, , sepertinya ruang tengah rumahku, ada Mama, Papa dan Kak Dito, dan ada beberapa orang lagi yang entah siapa, aku terlalu bingung untuk mengingat, ada-suara-suara, tapi aku tidak bisa mendengar dengan jelas, lalu seisi ruangan seperti berdengung, lalu aku sadar, itu bukan dengungan, itu adalah suara orang-orang yang ada di ruangan itu, mereka mendengungkan suara yang sama entah apa itu, lalu kurasakan ruangan bergetar, seolah sesosok besar datang menghampiri, aku merasakan sosok besar itu ada dibelakangku, namun aku tidak bisa menggerakkan badan, tiba-tiba sosok besar itu seperti merangkulku dan menarikku ke belakang begitu kuat hingga aku jatuh terjengkang.

Aku kini berbaring menghadap langit-langit, kuperhatikan sekitar ,Mama, Papa, Kak Dito dan orang-orang itu masih ada disana, tiba-tiba kurasakan penisku menegang sangat keras, entah bagaimana, ternyata aku sudah tidak bercelana lagi, bahkan aku telanjang bulat, , kulihat semua orang di ruangan ini berdiri. Aku merasa sangat malu, aku memanggil-manggil Mama, Papa, dan Kak Dito, namun mulutku seperti terkunci, kemudian aku melihat mama seperti berbicara dengan Papa, kemudian mama pergi dari ruangan itu, disusul dengan Kak Dito, Papa masih di situ memperhatikanku , kemudian Papa seperti memanggil seseorang, seorang wanita tampak menghampiriku, tiba-tiba saja dia menanggalkan semua pakaiannya dalam keremangan aku bisa melihat buah dadanya yang bulat, namun aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas, penisku jadi makin tegang hingga sedikit kurasa nyeri, wanita itu tiba-tiba saja berjongkok diatasku dan memasukkan penisku kedalam vaginanya, aku merasakan sensasi luar biasa ketika penisku terjepit di dalam liang vaginanya, kemudian wanita itu mulai bergerak naik turun, aku merasa sekujur tubuhku seperti dialiri perasaan menyenangkan, rasa yang begitu nikmat berpusat di selangkanganku menyebar ke seluruh tubuh, entah bagaimana tahu-tahu tanganku bergerak memegang payudara wanita itu, lalu aku memaju mundurkan pinggulku, wanita itu tampak mulai mendesah, aku percepat gerakanku, wanita itu mendesah makin keras, lalu dengan tiba-tiba aku balikan posisi tubuh kami sehingga aku kini berada di atas menindihnya, dalam posisi ini aku bisa melihat seluruh lekuk tubuhnya , namun entah kenapa aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas.





Aku mulai menggenjot memaju mundurkan panggulku, wanita itu kembali mendesah keras, aku sudah tidak mempedulikan lagi orang- orang di sekitarku, genjotanku makin keras, ketika tiba-tiba wanita itu menggelinjang dan vaginanya kurasa mencengkeram penisku begitu erat, wanita itu mengalami orgasme, namun tak berapa lama aku kembali menggenjotnya dengan kecepatan tinggi, wanita itu itu mendesah namun seperti tidak ada suara lagi yang keluar, aku rasakan aku juga hampir mencapai klimaks, aku makin mempercepat genjotanku kemudian aku merasa sesuatu energi yang begitu besar memancar dari penisku, seluruh ruangan menjadi sangat terang kemudian aku merasa seperti terbang, tahu-tahu aku sudah berdiri dengan pakaian rapi di sebuah tempat yang lapang dan berwarna putih, di depanku tahu-tahu ada dua orang yang berdiri menghadapiku.

“Sudah ya ? apa kita perlu ketemu lagi ?” kata salah satu pria itu

Aku nampak kebingungan, ketika pria yang satunya menepuk pundakku

“Besok lagi buat tanda ya, biar gak gini terus , kapan selesainya kalo gini ?” katanya sambil berlalu pergi

“Sampai ketemu lagi” kata salah satu dari mereka kemudian keduanya pergi menghilang.

Aku merasa kehilangan keseimbangan ku terjatuh dan seketika aku mendengar sebuah suara memanggil namaku

“Dani… dani… ”

Kemudian mataku terbuka, hari sudah pagi dan aku berada di atas kasurku,

“Dani.. dani…. Bangun, sarapan” kudengar suara Mama memanggilku dari luar kamar

Aku bangkit dari kasurku ketika kurasakan bagian dalam celanaku agak lengket,

“Sialan, itu tadi mimpi basah yang paling gila” kataku dalam hati

Aku kemudian bergegas ke kamar mandi untuk mengganti celana ketika tiba-tiba kurasakan ada perubahan dalam diriku

“Anjing ini kenapa kontol gua jadi gede banget gini” teriaku dalam hati.

Ketika membuka celana kulihat penisku berubah menjadi begitu besar dan panjang dengan kepala yang mengkilap kemerahan. Aku begitu takjub, senang bangga, kemudian bingung.

“Anjir gedhe banget gini gimana nutupinnya” tanyaku dalam hati

Setelah berhasil mengkandangkan penisku dalam celana dengan tenang, aku menuju ruang makan, ternyata sudah ada Kak Dito di sana

“Lho Kak Dito kapan pulang ?” teriakku gembira

“Tadi malem, Kebetulan Kakak lagi libur dan main bareng temen di deket rumah kakek, eh ada Mama Papa, yaudah ngikut pulang aja sekalian” jelas Kak Dito

“Wah sarapan kali ini komplit nih personilnya” kata Papa ketika baru datang ke meja makan

Kami sekeluarga sarapan bersama pagi itu, namun kulihat Mama seperti sedang tidak sehat

“Mama sakit ?”tanyaku

“Iya Dan, lagi kurang sehat aja” jawab mama

Lalu kami berempat sarapan bersama, sambil sesekali mengobrol membahas sekolahku dan kuliah Kak Dito, setelah sarapan selesai papa memberikan sebuah pengumuman penting.

“Jadi Papa dapat panggilan dari kementerian untuk membantu sebuah perusahaan pemerintah yang hampir bangkrut, dengan sangat terpaksa kita semua harus pindah ke sana” terang papa

“Ke kota B bukan pa ?” tanyaku antusias

“Lah jauh amat ? , nggak.. kita akan pindah ke Kota K” jawab papa

“Emangnya ada apa di kota B Dan ?, kayaknya ngebet amat” selidik Kak Dito

“Engh.. nganu, Erin ikut Ayahnya pindah ke sana” jawabku malu-malu
“Owh kepikiran pacarnya” kata Kak Dito yang membuat pipi ku makin merah

“Nanti kamu lanjut SMA di Kota K aja ya Dan?” kata papaku

“Papa kok mau mau aja sih dapet panggilan kementerian ? ngurus bisnis sendiri aja udah sibuk banget padahal” protes Kak Dito

“Ini adalah bentuk pengabdian Papa untuk negara lho Dit, papa gak bisa nolak” jelas papa

“Ok, tapi gak usah politik-politikan ya ?. males punya orangtua Politisi, banyakan ngibul” cibir kak Dito

Di tengah perbincangan kami itu, Mama tiba-tiba ambruk tidak sadarkan diri, kami semua panik lalu membawa mama ke UGD rumah sakit, sampai disana mama mendapat perawatan intensif, namun nyawa beliau tidak tertolong, setelah 2 jam di ICU Mama dinyatakan meninggal karena gagal jantung.

Banyak orang datang melayat ke rumah, rencananya Mama akan dimakamkan di Kota S, kampung halaman Papa, kakek punya tanah yang sangat luas, beberapa diantaranya dibuat menjadi fasilitas umum termasuk taman pemakaman, disana ada area khusus untuk keluarga yang sudah disiapkan.

Aku tidak berhenti menangis sejak di UGD, Kak Dito juga nampak tidak kuat menahan air mata, hanya Papa yang berusaha tetap tegar untuk kami berdua sementara para pelayat makin banyak berdatangan ke rumah.

Beberapa teman sekolahku datang, termasuk Pono dan Erin. Erin mengelus pundaku memintaku agar sabar dan ikhlas.

Kemudian kami sekeluarga berangkat ke Kota S untuk memakamkan mama di tanah milik keluarga papa, saat proses pemakaman ada seorang wanita yang menarik perhatianku, rambutnya pirang dan badannya tinggi dan langsing, wanita itu tampak selalu ada disamping Papa selama proses pemakaman, aku tidak mengenalnya tapi aku merasa sangat familier.

“Kak Dito, perempuan itu siapa ya ?” tanyaku sambil mencolek Kak DIto

“Yang prirang itu ? itu namanya Tante Felin, sepupunya Papa” jawab Kak Dito

“Kayak pernah liat dimana gitu” kataku sambil berbisik

“Iya, mantep kan ?” kata kak Dito

“Hah, Maksudnya ?” kataku tidak paham

“Itu maksudnya cantik kan ?, dulu terakhir ketemu pas kamu masih kecil” kata kak Dito lagi.

Selepas pemakaman kami menuju rumah kakek, di sanapun masih banyak orang yang melayat, aku berusaha ikhlas dan berhenti bersedih ketika wanita itu datang menghampiriku dan Kak Dito


“Boys, kalian yang tegar ya, jangan sedih terus” kata Tante felin sambil mengelus pipi kami

“Terutama kamu Dani, kamu harus kuat” kata Tante Felin tiba-tiba sambil kedua tangannya memegang pipiku dan mengarah wajahku tepat ke wajahnya.

Saat wajahku berhadapan dengan wajah Tante Felin, aku seperti mengingat sesuatu. Tiba-tiba saja bulu kuduk ku berdiri. Aku mengingatnya, Tante Felin adalah sosok wanita dalam mimpi basah anehku kemarin malam. Aku melepaskan wajahku dari pegangannya, aku nampak bingung, disaat yang sama kurasakan penisku tiba-tiba mengeras

“Sialan, ini benar-benar waktu yang tidak tepat” batinku

“Dani, kamu kenapa ?” tanya Tante Felin

“Maaf saya masih sedih, saya butuh waktu sendiri” kataku sambil meninggalkan ruangan itu.

Pikiranku berkecamuk, berusaha mencerna apa yang terjadi di tengah kedukaan ku akan kepergian mama.

Kini aku malah berfirasat, semua keanehan ini sepertinya hanya awal dari sebuah kisah panjang. Aku bahkan merasa harus siap menghadapi entah keanehan apa lagi yang akan muncul.

“Ceritaku masih panjang kawan” kataku entah kepada siapa.

Bersambung ke chapter 2 >>
 
Terakhir diubah:
Bonus cerita Chapter 1

Kisah Pono mengintip Tantenya

“Jadi mereka berdua telanjang dan saling berpelukan gitu, trus si om, masukin kontolnya ke memeknya tante, dimaju mundurin gitu” begitu antusiasnya Pono bercerita.


Kota C 1999

Hari Minggu ini Pono termenung di rumah, teman-temannya tidak bisa diajak bermain karena sebagian besar berlibur, hanya Pono yang liburan ini hanya diam dirumah menonton televisi. Sedang asik-asiknya melamun, terdengar deru sepeda motor berhenti di depan rumahnya.

“Maak… ada tamu” teriak Pono pada Emaknya

Emak pono tergopoh-gopoh keluar, lalu menyambut kedua tamu laki-laki dan perempuan itu.

“Lah, udah sampe sini aja kamu Wati” ujar emak Pono pada kedua tamunya

Ternyata itu adalah Tante Wati, adik Emak Pono, dia datang bersama dengan seorang pria yang Pono tidak kenal, setahu Pono wajah suami tantenya tidak seperti itu.

Emak Pono lalu mempersilahkan kedua tamunya masuk, mereka berdua duduk di ruang tamu sementara Emak Pono ke dapur membuat minum, Pono ikut duduk dengan mereka, tidak berapa lama Tante Wati menyusul Emak Pono ke dapur

“Aku bantu-bantu mbak Yati dulu mas. Kamu ngobrol dulu sama Pono” ujar Tante Wati kepada pria yang dia ajak

Satu menit berlalu dengan sunyi, sampai pria itu memecah keheningan dengan mencoba akrab dengan Pono

“Namanya siapa dek ? kelas berapa ?” Tanya pria itu

“Pono om, kelas 5, om siapa ? tentara ya om ?” kata Pono sambil memperhatikan celana loreng pria itu

“Hehe, iya Om tentara, nama Om, Aji” jawab pria itu

“Pono kalau udah gede mau jadi tentara juga gak ?” tanya Om Aji

“Tergantung Om, tentara duitnya banyak gak ?” tanya Pono balik

“Hahaha, banyak dong” kata Om Aji sambil terbahak

Karena merasa bosan, Pono pamit kebelakang, ketika sampai di ruang tengah tidak sengaja mendengar percakapan emaknya dengan Tante Wati. kemudian dia mengintip sambil menguping.

“Gila lu Wati, sama suami lu belum resmi cerai udah jalan sama cowok lain aja” kata Emak Pono

“Ya kan wati juga punya kebutuhan mbak” jawab Tante Wati

“Gua aja ditinggal mati laki gua sampe sekarang biasa aja, makanya ibadah lu, jangan ngelayap terus” cerocos emak Pono

“Mbak boleh ya ? bentar aja” kata Tante Wati memelas

“kagak , dirumah ada Pono, aneh-aneh aja lu” bentak Emak Pono

“Gini deh, ini Wati kasih duit, mbak yati belanja dulu gih sama Pono” bujuk Tante sambil mengeluarkan beberapa lembaran dua puluh ribuan

“Elu tuh gitu wati, paling paham kelemahan gua” kata emak Pono sambil mengambil lembaran uang dua puluhribuan itu

“Ya kan adeknya” jawab tante wati sambil tersenyum

Emak pono kemudian memakai kerudung dan mengambil tas belanjanya

“Pon… Pono.. ayok ikut emak ke pasar” teriak Emak Pono

Lu pake kamarPono aja ya, jangan kamar gua, selesai bersihin lagi” kata emak pono kepada Tante Wati

Kemudian Pono digandeng emaknya jalan kaki menuju ke pasar, terlihat pintu rumahnya ditutup.

“Mak, Pono mau ke rumah Dani aja ya ? mo main game” kata Pono

“Lah katanya dia pergi liburan ?” tanya emak pono

“Enggak mak, itu jendela rumahnya kebuka” jawab pono

Pono berbohong, sebenarnya rumah keluarga Dani tertutup rapat, Pono penasaran apa yang akan dilakukan Tante wati dan Om Aji

“Yaudah, tapi entar pulangnya tunggu emak ya ?” kata emak Pono

Pono berlari kembali ke rumahnya, pintu depannya terkunci, diintipnya jendela, terlihat Tante Wati dan Om Aji masih lalulalang. Pono memutari rumahnya, lalu memanjat pohon di samping rumah, untuk mengintip melalui celah ventilasi

“Kita main disini aja ya ?, kamar ponakanmu sempit” kata Om Aji

“Yuk, cepetan kita cuma punya waktu satu jam” kata tante wati sambil meraba selangkangan Om Aji

Mereka berduapun berciuman dengan ganas sambil melepaskan pakaian mereka satu persatu, tante wati nampak berlutut di depan Om Aji sambil memelorotkan celananya, mencuatlah penis Om Aji yang besar dan panjang,Tante Wati nampak takjub.

“Kontolnya gedhe banget sih mas ? muat gak ya dimasukin ke memek ku”ujar Tante Wati

Tante Wati pun mulai mengocok-ngocok pelan penis Om aji, Om aji nampak memejamkan matanya keenakan, kemudian Tante Wati memasukkan penis Om Aji ke dalam mulutnya. Om Aji nampak makin keenakan, dipegangi kepala Tante Wati saat kepalanya maju mundur menggelomoh penis besar Om Aji.

tak berapa lama Om aji merebahkan Tante wati di lantai, kemudian menggosok-gosok vagina Tante Wati.

“Udah basah banget Mas, langsung masukin aja” kata Tante Wati

Om Aji langsung memasukkan penisnya yang panjang ke dalam vagina Tante Wati yang sudah merekah basah.

“Ahhh…. Anjing, gedhe banget.. Pelan-pelan mas” teriak Tante Wati

Om Aji mendiamkan sementara penisnya di dalam vagina Tante Wati

“sempit banget yang, kamu kapan terakhir dientot sih ?” lenguh Om Aji

“Udah setengah tahun, ahhhh… kontol suami aku kecil, enggak gedhe kayak kamu” jawab Tante Wati

Ya udah, aku genjotin sampe lower ya” kata Om Aji

Kemudian Om Aji memaju mundurkan penisnya perlahan dan sedikit demi sedikit menambah kecepatan genjotannya, tante Wati mulai berteriak keenakan

“Aaahhh…. Gilaaa… enaak banget kontolnya…” tariak tante wati

Mereka berdua memacu birahi selama lima belas menit sampe kemudian Tante Wati mengejang kencang

“Aku keluar mas ahhhhhh” teriak Tante Wati

Om Aji kemudian membalikkan posisi Tante Wati jadi menungging, kemudian tanpa berlama-lama Om Aji kembali memasukan penisnya ke dalam vagina tante wati lalu menggenjotnya kembali dengan brutal sambil sesekali menampar pantat tante wati

“Ahhh… ngilu mas.. Tapi enaaak…” teriak Tante Wati

Lima belas menit bersetubuh dengan posisi nungging membuat Tante Wati kembali mengejang, kedua kakinya bergetar hebat

“Aduh mas … aku keluar lagi” desah Tante Wati

Kamudian tampak Om Aji memposisikan diri tertentang, lalu Tante Wati menaikinya dengan posisi membelakangi sehingga rekahan vagina Tante wati terlihat jelas oleh Pono melalui lubang ventilasi


“Aaah , gila, kuat banget kamu mas… aahhh” Tante wati kembali mendesah ketika penis Om Aji kembali memasuki vaginanya.

Setelah sepuluh menit tampak genjotan Om Aji makin kencang, kemudian dia mengeluarkan penisnya dari dalam vagina tante wait lalu memuncratkan air mani yang begitu banyak hingga membasahi perut, dada hingga sebagian mengenai wajah Tante Wati.

“Udah mas, bentar lagi mbak yati pulang” kata Tante Wati

Mereka berdua kemudian bergegas membersihkan diri. Pono yang tersadar sebentar lagi emaknya pulang dari pasar kemudian turun dari tempat pengintaiannya kemudian berlari ke arah rumah Dani, disana dia menunggu emaknya kembali dari pasar

“Udah lu mainnya pon ?” tanya Emak Pono ketika mendapati Pono sudah menunggu di depan pagar rumah Dani

“Udah mak, pulang yuk, laper” jawab Pono

Sampai di rumah, Tante Wati nampak duduk di ruang tamu dengan Om Aji, Pono melihat rambut Tante Wati sedikit berantakan. Dari pasar Emak Pono membawa banyak makanan, Emak Pono juga membeli es campur kesukaan Pono.

“Kami pamit dulu ya mbak” kata tante wati kepada emak

“Om.. tante… sering -sering kesini ya ?, soalnya kalo kalian kesini emak beli makanan banyak” kata pono

“Hehe iya iya” kata Tante Wati dengan sedikit tawa karena dipelototi Emak Pono.
 
Terakhir diubah:
Cuma bisa membayangkan berapa lobang kenikmatan yang nantinya akan dicoblos oleh si pejantan di akhir cerita

Hahahahahahaha
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd