Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Liburan Semesterku

Untuk Bagian 18, Anggu dibawa ke mana nih?

  • Perkampungan suku kanibal.

    Votes: 14 20,9%
  • Perkampungan suku non kanibal.

    Votes: 23 34,3%
  • Camp sederhana tempat penculik tinggal.

    Votes: 30 44,8%

  • Total voters
    67
  • Poll closed .
Bimabet
Oh ini saya udh baca. Ngarep cerita ini jd cerita eksib normal biar variatif wkwk
Okay. Karena sudah kurilis, jadi yang ini jadi cerita biasa. Hihihi

Up up up up
Masih ditulis.

Ditunggu huuuu
Silahkan

Super bngt hu
Terimakasih ya.

Nunggu update
Silahkan

sepertinya menarik nih ,apakah yang akan terjadi kepada anggu
Ngarep Anggunya diapain hayoo? :p
 
Okay. Karena sudah kurilis, jadi yang ini jadi cerita biasa. Hihihi


Masih ditulis.


Silahkan


Terimakasih ya.


Silahkan


Ngarep Anggunya diapain hayoo? :p
ngarep anggunya di exe tapi secara bertahap dibuat susah buat ditaklukin,tapi kalo sudah sekali kena coblos jadi binal
 
Bagian 3


Langkah kaki Toni berjalan santai mendekati Ria. Raut wajah Toni dipenuhi oleh nafsu. Tentu saja, itu karena tubuh Ria yang lagi menungging. Kemaluannya ia buka dengan jemari tangan kiri, yaitu jari telunjuk dan jari tengah. Kulihat jarak Toni sudah berada di tengah di antara Arya dan Ria. Semakin lama semakin dekat ke arah Ria. Tidak sampai semenit, Toni sudah berada di samping pinggul sebelah kanan Ria.

"Kamu pasti ingin segera grepe memek aku kan?" Ujar Ria menoleh ke belakang di sisi kanan bahunya.

"Kok tahu?" Ujar Toni duduk berjongkok di samping pinggul kanan Ria dengan tatapan mata melihat wajah lawan bicaranya.

"Karena wajahmu mesum banget hihihi" ujar Ria.

"Hahahaha. Masak sih?" Balas Toni.

"Pasti kamu sudah pernah ngentot ya?" Ujar Ria sambil menggesekkan jemari tangan kiri ke kemaluannya sendiri.

"Sudah" singkat Toni.

"Pasti sama Vera ya?" Ujar Ria.

"Iya. Sama siapa lagi emang? Dia cewek yang telah membuat keperjakaanku hilang. Selama ini aku hanya ngentot sama dia saja" Ujar Toni.

"Aku kira sama banyak cewek" ujar Ria.

"Nggak. Emangnya aku tipe penyuka jajan ya?" Ujar Toni.

"Entahlah" ujar Ria.

"Eh, kalau kamu gimana Ria?" Ujar Toni.

"Sama seperti kamu. Aku cuma ngentot sama mantanku" ujar Ria.

"Oh, sama Rahman ya? Aku turut berduka cita Ria atas musibah yang menimpa Rahman" Ujar Toni. Tatapan mata Toni beralih ke kemaluan Ria yang terpampang di samping kirinya.

"Makasih. Eh, gimana memek aku? Dari tadi lirikan matamu selalu ke memek aku. Bagus mana sama Vera pacarmu itu?" Ujar Ria.

"Hmmm… bagus kamu. Boleh dong aku nyicipin ngentot" ujar Toni.

"Enak aja. Tadi lidi kamu hanya menyentuh areola aku. Gak boleh ngentot. Kecuali tadi kamu bisa ujung lidi mengenai klistoris aku, aku bisa ngasih apapun ke kamu. Nih kamu pegang aja memek aku" ujar Ria kemudian melepaskan tangan kirinya yang ada di kemaluannya sendiri.

"Yakin nih?" Ujar Toni

"Iya yakin" Ujar Ria tegas.

Sambil duduk, tangan kiri Toni menjamah kemaluan Ria. Jari telunjuk tangan kirinya menggesek-gesek naik turun labia minora Ria. Jari tersebut seperti busur cello yang digesekkan pada dawai baja. Perbedaannya, misal dawai cello itu labia minora Ria dan busur itu jari telunjuk Toni, pada busur cello cara memainkannya dengan menggesek horizontal terhadap garis vertikal dawai, sedangkan labia minora Ria yang vertikal, jari telunjuk tangan kiri Toni ikut menggesek vertikal, bukan horizontal.

"Ria, kamu posisikan dada kamu yang menumpu ke pasir dong" ujar Toni.

"Seperti ini?" Ujar Ria kemudian mengikuti petunjuk Toni. Ria seperti tidur telungkup di pasir, buah dadanya terapit ditengah diantara cangkang tulang rusuk dan pasir. Dari samping kiri dan kanan, terlihat gundukan buah dadanya menggembung akibat tergencet tubuh Ria sendiri. Wajahnya ia miringkan menoleh ke samping kanan. Posisi pantatnya tetap menungging, sehingga kemaluannya sangat terlihat jelas.

"Kurang. Seperti ini Ria" ujar Toni mengarahkan punggung Ria untuk sedikit ke bawah. Tangan Toni menekan-nekan punggung Ria. Jika dilihat dari samping, bentuk dari pantat ke bahu Ria berbentuk curve ke pasir. Sedangkan tadi tubuhnya dari pantat ke bahu lurus.

"Nah seperti itu" lanjut Toni.

"Anggu… sini sini fotoin dong" ujar Toni memanggilku.

Aku pun berjalan menghampirinya. Tidak jauh, jaraknya sekitar 5,8 meter dariku. Saat berjalan ke arahnya, rasa di badanku mulai tidak nyaman. Terasa lengket dan gerah. Sepertinya air laut di badan serta rambutku sudah mulai mengering dan telah menyisakan butiran garam. Tak lama kemudian aku berdiri di samping kanan Ria dan di belakang punggung Toni yang lagi duduk.

“Ngapain berdiri disitu, geser dikit Anggu. Kamu ambil fotonya dari sebelah sana” Perintah Toni.

“Oke oke.. Disini ya?” ujarku setelah melangkah 3 langkah.

“Munduran dikit. Aku ingin fotonya tidak hanya fokus ke aku dan Ria, tapi pemandangan di sekitar sini juga ikut tertangkap” Ujar Toni.

“Iya iya” Ujarku mengikuti arahannya. Aku melangkah mundur 4 langkah.

Pose Toni duduk menggunakan kaki kanan dengan cara lutut kanan ke bawah menumpu pada pasir, sedangkan kaki kiri hanya telapaknya saja. Jadi seperti duduk separuh jongkok. Ia duduk di pinggul kanan Ria, telapak tangan kirinya dirapatkan menutupi kemaluannya Ria tanpa menutup lubang anusnya. Padahal kurang dari 2 centi aja sudah nutupin lubang anusnya. Entah, mungkin dia ingin seperti itu.

“Ngapain bengong? Ayo fotoin” Ujar Toni.

“Hihihihi” Aku tertawa kecil.

Aku mengarahkan kamera ke mereka berdua. Wajah Ria tidak kelihatan kamera, karena tertutupi oleh tubuhnya sendiri juga badan Toni. Dengan menekan tombol shutter, foto mereka terabadikan. Di foto, Toni menoleh ke kiri, ke arah kamera dan tampak tersenyum. Telapak tangan kiri menutupi kemaluan Ria dan tangan kanan meremas pantat sebelah kanan Ria. Ria telanjang bulat, sedangkan Toni hanya mengenakan selembar kain dari kulit hewan yang disarungkan menutupi pinggul sampai lutut. Sama seperti yang dikenakan Arya, hanya saja motif dan warnanya yang berbeda.

“Lagi” ujar Toni ingin difoto kembali.

Sekarang dia menutupi kemaluan Ria dengan 3 jari, yaitu jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis tangan kiri. Ibu jari dan jari kelingking ia lipat. Dia tersenyum ke arah kamera. Akupun mengambil gambarnya.

“Lagi” Ujar Toni.

Dia menutupi kemaluan Ria dengan dua jari, yaitu jari telunjuk dan jari tengah. Tidak seperti sebelumnya, ia menekan dua jarinya ke kemaluan Ria sehingga labia minoranya tertekan dan menyebabkan labia mayoranya menggembung di sisi samping jari telunjuk dan jari tengah. Akupun mengambil gambarnya.

Jari tengah tangan kiri Toni ia tekuk dan menyisakan jari telunjuk. Jadi, kemaluan Ria ditutup oleh jari tangan telunjuk kiri Toni. Sama seperti tadi, Ia menekan hingga labia mayoranya sedikit menggembung di sisi kiri dan kanan jari telunjuknya. Akan tetapi ada yang berbeda dari yang sebelumnya, sebagian labia minora Ria seperti mengintip keluar di samping kiri dan kanan jari telunjuk dibawah kukunya. Seperti malu-malu gimana gitu. Tentu Ria bisa merasakan klistorisnya yang bersentuhan dengan pangkal jari telunjuk Toni serasa ditekan. Wajah Toni menjulurkan lidah dengan wajah seram. Tidak lupa aku ngetap shutter pada layar ponsel. Foto mereka berdua terabadikan.

"Toniiiiiii!!!!" Teriak Ria.

"Dikit aja masak gak boleh" ujar Toni.

"Gak boleh" ujar Ria.

"Sekuku jari telunjuk aja" ujar Toni.

"Gak boleh. Jarimu gak boleh masuk ke memek aku. Titik!!" Ujar Ria. Toni masih tersenyum. Ia kemudian menoleh ke arahku.

"Anggu. Sini fotoin close up ya bagian ini" ujar Toni menunjuk kemaluan Ria.

"Oh oke" ujarku.

Tangan Toni menekan jari telunjuk tangan kiri menutupi kemaluan Ria. Aku fokuskan ke jari telunjuknya. Aku foto portrait sehingga layar ponselku penuh dengan jari telunjuk, sisi labia mayora, dan sebagian labia minoranya. Bagian sisi atas, aku mengambil sebatas perineum Ria. Anusnya tidak ikut aku tampilkan. Setelah pas, aku ngetap mengambil gambar.

Beberapa saat kemudian, Toni menyuruhku untuk sedikit munduran. Jari telunjuk kirinya yang hinggap di kemaluan Ria ia lepaskan. Lalu menyodorkan jari tengah tangan kanannya ke arah kamera.

"Kamu foto, tapi fokusnya ke jari tengahku ini dan jariku ini menutupi memeknya" ujar Toni.

"Oke" ujarku singkat.

Aku kemudian memfokuskan ke jari tengah Toni yang jarak jari tersebut dari kemaluan Ria sekitar 2 jengkal. Pipi kanan Toni ia tempelkan ke pantat kanan Ria yang lagi nungging. Seolah-olah pantat Ria dijadikan bantal. Hihihi

Toni menjulurkan lidah, lalu aku memotretnya. Kemudian Toni memintaku untuk mengambil gambar yang sama seperti sebelumnya, tapi dengan posisi yang berbeda. Toni merangkak menghadap ke arahku. Pipi kanannya ia tempelkan di paha atas di bawah pantat kanan sisi samping Ria. Tangan kanan ia memasukkan memutar dari perut Ria sampai keluar di antara sepasang paha Ria yang merangkak dan sedikit mengangkang. Toni mengacungkan jari tengah tangannya. Sama seperti sebelumnya, ada jarak antara jari tengah Toni dengan kemaluan Ria, hanya saja jaraknya lebih dekat, kira-kira sejengkal. Wajah Toni di samping paha kanan Ria tampak tersenyum. Aku pun mengambil gambar. Toni kemudian menyuruhku untuk berhenti mengambil gambar. Dia lagi berfikir untuk mencari ide.

Selagi dia berfikir, aku membuka galeri mengamati hasil foto-foto yang barusan kuambil. Mulai dari pertama aku mengambil foto Ria bersama Arya sampai yang paling baru, yaitu foto Ria bersama Toni. Aku menggeser satu persatu foto-foto tersebut. Foto saat Arya menerkam sepasang buah dada Ria, aku perbesar pada bagian wajah mereka berdua. Kulihat ekspresi polos Arya dan ekspresi wajah sumringah Ria. Aku turunkan ke bawah ke jemari tangan Arya yang meremas buah dada sebelah kiri Ria. Terlihat beberapa jarinya buram. Apakah karena dia gugup dan jarinya bergetar sampai kamera ponselku tidak bisa menangkap dengan baik? Padahal sudah aku seting dengan baik. Ya sudahlah sudah terlanjur, aku tidak ingin menghapusnya. Sejelek apapun, aku berusaha tidak akan menghapusnya. Buah dada sebelah kiri Ria yang terukir tato bunga mawar berada di ibu jari tangan kiri Arya, tangkai berdurinya tertutupi telapak tangannya. Hanya sebagian tangkai, yaitu bagian bawah yang nampak di sela jari kelingking dan jari manis tangan kiri Arya. Puting Ria jelas sekali tegang. Apakah karena remasan tangan kiri Arya yang kuat sampai darah dalam buah dada tersebut menekan putingnya ya. Entahlah. Kilauan dari pantulan cahaya mentari terpantul dari cincin tindik pada puting kiri Ria hingga menyebabkan sebuah efek lensa yang khas. Walaupun demikian, efeknya tidak menutupi puting kiri Ria yang sangat jelas terlihat itu. Efeknya berupa bias yang ada di sudut kiri bawah kamera seperti sebuah orb transparan.

“Aaaaaaawwwww….. Iihh Tonii… jangan kasar-kasar dong. Nanti kalau memek aku robek gimana?”

Terdengar suara Ria menjerit. Tatapan mataku beralih dari ponsel ke Ria dan Toni.

“Hehehehe maaf..maaf. Katanya aku boleh ngapain aja” Ujar Toni.

Posisi Ria masih sama seperti tadi. Ria merangkak dengan buah dada menumpu pada pasir seperti telungkup dan pantatnya nungging dengan sepasang paha yang dibuka lebar. Dari tempatku berdiri, aku bisa melihat bagian pangkal buah dada di bagian ulu hati Ria yang menggembung karena tergencet tubuhnya sendiri. Posisi Toni tetap duduk di samping kanan Ria, akan tetapi kulihat ibu jari kiri dan kanan Toni berada di kemaluan Ria dari sisi atas. Arah hadap ibu jari Toni sejajar dengan paha Ria, yaitu sama-sama ke arah bawah. Toni membuka lebar kemaluan Ria dengan ibu jari yang ditekan pada labia mayora Ria. Saking lebarnya, diameter lorong peranakan Ria terlihat lebih membuka dan aku dapat melihat bagian sisi lapisan dinding vagina. Walaupun matahari berada di ujung arah hadapanku dan membelakangi kemaluan Ria, akan tetapi cahaya dari lingkungan sekitar menerangi bagian dalam rongga kewanitaan Ria. Cahayanya seperti ambient occlusion pada sebuah desain 3D. Terlihat lipatan-lipatan khas membentuk relief alami pada dinding vagina Ria. Warnanya merah muda dan sedikit basah. Akan tetapi, ujung dari lorong vaginanya tidak terlihat. Mungkin karena itu, Ria berteriak kencang. Lalu apa sih yang diinginkan Toni membuka kemaluan Ria tersebut? Apakah dia ingin melihat servik Ria?. Wajah Toni miring mengamati kemaluan Ria. Tapi, Ria kok tetap nungging? Dia hanya protes tanpa merubah posisinya.

“Iya..iya kamu boleh ngapain aja. Tapi..” Ujar Ria.

“Tapi apa? Kaget ya?” ujar Toni

“Ya iyalah. Tiba-tiba kamu gituin memek aku. Duh duh.. Aw… jangan dilebarin lagi dong Toni. Entar bisa robek memek aku. Aaww awww” Ujar Ria.

“Eh Anggu.. Sini fotoin” Ujar Toni.

Aku mengangkat ponsel dan mengarahkan ke Toni.

“Sini lebih dekat lagi” Ujar Toni melepaskan tangan kanannya dan menunjuk ke tempat yang ia maksud.

“Aaaaaahhhh.. Ssshhh Toniiiiii!!” teriak Ria setelah Toni menunjuk arah dengan jari telunjuk tangan kanan, ia kembali membuka lebar kemaluan Ria dengan kasar.

Kemaluan Ria terbuka membentuk lubang ellipse dengan diameter horizontal lebih panjang daripada vertikal. Di lubang ellipse itu terbentuk dari carunculae myrtiformes yang berbentuk lapisan-lapisan tipis di antara uretra dan perineum. Lipatan-lipatan dinding jaringan vagina Ria juga terlihat jelas. Lipatan-lipatan tersebut bergerak-gerak seiring dengan tekanan dari perut dan diafragma dari tarikan nafas Ria. Lubang uretra Ria yang kecil juga terlihat. Letakknya berada dibawah vagina dan klistoris yang berukuran kecil seperti biji jeruk nipis.

“diam bentar dong Ria. Katanya aku berhak melakukan apa saja ke kamu” Ujar Toni.

“Iya.. iya Deh.. tapi…” ujar Ria.

“Tapi apa?” tanya Toni.

“Kalau sampai robek awas….” ancam Ria.

“Iya iya, aku bayarin biaya pengobatan dan operasi memek kamu. Hehehehe” ujar Toni.

“Eh Anggu.. Yuk fotoin” lanjut Toni.

“Okay” Singkatku.

Aku kemudian mengarahkan lensa kamera ponselku ke kemaluan Ria secara landscape. Toni menempelkan dagunya ke pantat sebelah kanan Ria. Ia tersenyum, lalu aku mengambil 2 foto. Foto pertama aku masukkan wajah Toni dan kemaluan Ria, lalu foto kedua aku hanya mengambil kemaluan Ria dari jarak dekat. Saking dekatnya, bagian ujung atas layar ponselku berbatasan dengan perineum, sedangkan bagian bawahnya sebatas klistoris Ria. Karena portrait, jemari tangan Toni yang menyentuh labia mayora dan melebarkannya tidak tertangkap layar ponselku. Kemaluan Ria benar-benar merekah. Di galeri ponsel, aku mengecek semua hasil jepretanku. Ternyata hasilnya bagus. Ya walaupun tadi ada objek yang buram.

"Anggu, sini aku ingin lihat hasil foto barusan" Ujar Toni dengan sepasang tangan masih membuka kemaluan Ria.

"Nih" Ujarku menunjukkan 2 foto di galeri ponselku.

"Hehehe.. merah merona dan merekah" ujar Toni.

"Sini Anggu. Aku juga ingin lihat" ujar Ria.

"Kamu belakangan. Biar kami lihat dulu. Toh kamu sering liat memek kamu sendiri" ujar Toni melihat ke wajah Ria yang masih pada posisi yang sama. Pipi kirinya menumpu pada pasir.

"Ih.. kok kamu tau sih? Emang sih aku pernah foto memek aku sendiri, tapi hanya untuk perbandingan aja" ujar Ria.

"Perbandingan sama memek cewek lain di internet ya?" Ujar Toni.

"Dasar mesum. Bukan lah. Buat perbandingan memekku dari awal sampai terkini sejak menggunakan perawatan pembersih dan pencerahan kulit khusus area intim" ujarnya.

"Ooohh gitu. Pantes aja memekmu bagus. Pacarku si Vera setelah jembutnya di cukur, warna kulitnya sedikit gelap" ujar Toni sambil memperhatikan memek Ria dan jari jemarinya membuka kemaluan Ria. Ibu jari tangan Toni mengelus kulit labia mayora yang biasanya sebagai tempat tumbuh rambut pubis.

"Kulit memekmu juga halus…" lanjut Toni.

"Hihihi makasih" ujar Ria.

Aku lihat Toni menoleh melihat ke Arya yang ada di belakangku.

"Arya.. wooooiiii!!! Sini sini" ujar Toni melepaskan tangan kiri dari labia mayora Ria sebelah kanan dan mengayun memanggil-manggil Arya.

Aku menoleh Arya sedang berlari menghampiri kami bertiga.

"Ahh…. Toniiiii!!!! Kaget tauuu!!" Jerit Ria.

Oleh Toni, klistoris Ria di cubit, ditarik kemudian dilepas dengan kasar.

"Gemesin deh klistorismu Ria. Gak kamu tindik aja?" Ujar Toni.

"Hmmm nggak. Kata temanku sih sakit banget saat jarum menembus klistoris. Puting aja rasanya sakit, apalagi klistoris" ujar Ria.

"Ya wajar kalau sakit. Kecil kecil gini katanya ada 8000 titik saraf" ujar Toni.

"Aku penasaran sih rasanya gimana. Tapi saat ini aku belum ada rencana untuk menindiknya hihihi” Ujar Ria.

“Tindik aja Ria. Kalau perlu tindik pakai cara yang dilakukan suku di desa ini dengan cara tradisional” ujar Toni.

“Emang ada ya nindik klistoris di desa ini?” tanya Ria.

“Tidak ada. Mereka nindiknya di telinga dan hidung saja. Ayo dong nindik klistorismu hehehehe” Ujar Toni.

“Isshh ogah!!! Enak aja nyuruh-nyuruh” ujar Ria.

“Lho, katanya aku boleh ngapain aja asal gak ngentot” ujar Toni.

“Ya nggak sampai segitunya. Kalau eksib sih boleh-boleh aja, tapi jangan sampai nyuruh aku nindik klistoris. Dasar kamu itu” Ujar Ria.

“Naaaah… ini Arya sudah datang” ujar Toni

“Eh ada apa?” ujar Arya terengah-engah disisi kananku dan dibelakang Toni. Maklum, dia tadi habis berlari.

“Nih liat memeknya Ria. Kamu tadi bilang pernah liat memek di internet, nih sekarang liat memek Ria. Asli nih bukan di layar aja. Kamu bisa menyentuhnya” Ujar Toni membuka kembali kemaluan Ria hingga menganga cukup lebar.

“Wahhh iya. Memeknya bagus. Seperti memek bule” ujar Arya.

“Hahahaha ketahuan kamu sering liatin bokep luar. Kenapa gak nonton yang lokal made in Indonesia aja?” tanya Toni.

“Kalau yang Indonesia kebanyakan fotonya amatiran terus ngambilnya asal-asalan dengan pencahayaan seadanya” Ujar Arya.

“Memangnya kamu liat di mana?” tanya Toni.

“Di forum semprot” ujar Arya.

“Itu sih kamunya aja yang belum bisa menemukan trit” ujar Toni.

“Apa iya?” Tanya Arya penasaran.

“Ada kok trit yang memajang foto memek lokal tapi kualitas internasional” Ujar Toni

“Jangan-jangan memek cewek blasteran” ujar Arya.

“Nggak kok. Asli lokal” Ujar Toni tegas.

“Bisikin dong tritnya” Ujar Arya dengan mendekatkan wajahnya ke Toni.

“Anjay.. Ngapain kamu dekat dekat. Aku masih normal bro. Dikira aku homo ya… nanti aja kukasih tahu. Sekarang kamu liat aja nih memek Ria. Liat tuh kontolmu sampai tegang gitu. Mesum mulu sih” ujar Toni.

“Hehehe” Arya cengengesan sambil garuk-garuk kepala bagian belakangnya. Seperti ketombean aja dia garuk-garuk gak jelas gitu.

Benar apa yang diucapkan Toni. Aku bisa melihat tonjolan di selangkangan Arya yang tertutupi kain tradisional. Tapi aku lihat Toni juga begitu. Bahkan sejak Ria nungging dan memanggil-manggil dia, selangkangannya juga menonjol. Tapi aku tidak tahu sih wujudnya seperti apa. Hanya punya Arya yang kulihat. Itupun tidak sengaja karena dikasih tahu sama Ria sewaktu makan bersama di rumah ketua suku, dijamu dengan kepala suku. Arya sih duduknya tadi gitu, tidak pakai celana dalam pula. Huh… tapi, itu pengalaman pertamaku melihat kelamin pria dewasa.

“Ngomong apaan sih kalian sampai ngomongin forum terus memek lokal” ujar Ria.

“Ini omongan pria. Kamu jangan ikut-ikutan Ria” Ujar Toni.

“Tapi, menurut Arya, gimana memek aku?” tanya Ria.

“Ba.. Bagus.. Bagus” ujar Arya sedikit gagap

“Pegang aja memek aku Arya” ujar Ria.

“Bo.. boleh ya” ujar Arya.

“Boleh kok. Masukin jari kamu juga boleh” ujar Ria.

“Ooohhh ini toh yang kamu maksud dengan grepe-grepe plus plus” Ujar toni memotong pembicaraan.

“Ya iyalah. Tadi lidi kamu cuma mengenai areolaku, ya kamu cuma grepe-grepe aja” Ujar Ria.

“Sudahlah Toni. Terima aja” Ujarku menengahi.

“Iya deh” ujar Toni.

“Coba aja kamu grepe-grepe ke Anggu. Dia masih perawan lho. Hihihihi” ujar Ria asal nyeplos.

“Huss.. enak aja. Jaga mulut kamu Ria. Tubuhku hanya untuk pria yang kelak meminangku” ujarku. Dasar si Ria ini. Huuh >,<

“Iya aku paham. Arya, silahkan kamu grepe-grepe dan masukin jari kamu ke memek aku” ujar Ria. Toni terdiam. Ia sadar, bahwa ucapan Ria memang benar. Sebagai saksi, aku tentu memberi nasehat dengan apa yang kulihat dan apa yang kudengar.

“I.. iya deh makasih atas kesempatannya ya Ria” ujar Arya sopan.

“Sama-sama. Ton, lepasin tanganmu. Gantian Arya ingin pegang tuh” ujar Ria ke Toni. Sedari tadi Toni masih membuka lebar kemaluan Ria. Betah banget dia ya. Hihihi

“Gimana menurutmu Arya? Boleh kan aku ikut megang memek Ria?” Ujar Toni.

“Kalau Toni dibiarkan tetap megang tidak apa-apa kan Ria?” ujar Arya.

“Ya terserah kamu” ujar Ria ketus.

“Gimana Arya?” ujar Toni

"Gak apa-apa deh. Kamu pegang aja" ujar Arya.

"Sip deh. Kamu kalau mau pegang, pegang aja" ujar Toni.

Arya mendekatkan wajahnya ke kemaluan Ria yang dibuka lebar oleh Toni. Layaknya anak kecil, Arya mengamati setiap milimeter kemaluan wanita yang terpampang di hadapannya. Pergerakan matanya bergerak-gerak. Aku pun mengambil gambar dari momen ini. Aku memotret mereka bertiga. Aku memundurkan langkah untuk mengambil tangkapan yang lebih luas. Toni layaknya seorang guru yang mengajarkan tentang anatomi alat reproduksi perempuan. Sedangkan Ria, tubuhnya yang nungging dijadikan sebagai objek untuk pembelajaran.

"Bentuk klistorismu imut-imut Ria. Warnanya menggemaskan" ujar Arya.

"Hihihihi… makasih… aaaahhh Aryaaa" lenguh Ria.

Jari tangan Toni memainkan klistoris Ria. Ria salah mengira. Dikira yang memaikan klistorisnya adalah Arya. Salah satu tangan Arya memegang labia mayora Ria disebelah kiri, sedangkan labia mayora sebelah kanan di pegang oleh tangan kanan Toni. Mereka berdua kompak melebarkan kemaluan Ria. Desahan dari permainan jari Toni menyebabkan Ria mendesah. Pantatnya bergerak pelan.

"Anggu.. aah… sini aku ingin lihat foto barusan.. ssshhh hmmmm aahh" ujar Ria.

"Eh iya" ujarku.

"Eiittt tunggu tunggu.. Ria belakangan.. kasih lihat ke Arya dulu fotonya.. baru ke empunya memek. Hehehe" Ujar Toni.

"Toniii…. Bukannya Arya sudah liat memek aku.. di depan matanya pula. Masak sih dia ingin lihat foto memek aku juga… shhh…." ujar Ria.

"Bro, kamu mau lihat nggak?" Tanya Toni.

"Mau.. mau mau.." ujar Arya.

"Sini Anggu, kasih lihat ke kami berdua" ujar Toni.

"Nih" ujarku menyerahkan ponselku. Toni menerima ponselku. Ia meletakkan ponselku di atas sepasang pantat Ria. Tepatnya di atas anus Ria. Ia meletakkan sambil di pegangi. Kalau nggak, bisa jatuh.

Toni dan Arya melihat bersama-sama foto kemaluan Ria. Di atasnya adalah foto kemaluan Ria dan dibawahnya kemaluan Ria yang asli. Mereka memandangi foto di ponsel dengan kemaluan Ria bak seorang ilmuwan dan peneliti. Foto kemaluan Ria dari jarak dekat dan menganga lebar. Kemaluan Ria yang sebenarnya juga dibuka lebar oleh mereka berdua.

"Fotonya bagus" ujar Arya.

"Ya baguslah, memeknya aja bagus, tentu saja hasilnya juga bagus" ujar Toni.

"Tapi ada yang jelek dibagusin" ujar Arya.

"Itu namanya aspal, asli tapi palsu" ujar Toni

"Hahaha iya betul juga" ujar Arya.

"Anggu, nanti aku kirimi foto ini ya?" Ujar Toni menunjukkan foto close up kemaluan Ria yang menganga lebar.

"Ijin dulu sama Ria" ujarku.

"Gak usah. Ke kamu aja" ujar Toni memelas.

"Husss… ijinnya ke aku ya. Sini sini aku pingin lihat juga" ujar Ria.

"Nih liat aja memekmu" ujar Toni ketus kemudian melemparkan ponselku ke samping kanan Ria.

Iihhh sebel deh!! Kenapa ponselku yang di lempar-lempar? Enak banget ponsel mahalku dilempar seperti itu. Walaupun sudah diberkati oleh fitur tempered glass terkini, tapi aku tetap khawatir. Aku sendiri aja gak pernah melemparkan ponselku seperti itu. Ya walaupun aku dari keluarga berkecukupan, tentu aku harus hemat. Jangan sampai ponselku rusak lalu menjadi barang rongsokan, lalu aku membeli ponsel baru.

"Hihihi bagus juga ya memek aku, bahkan aku bisa melihat sebagian dari dinding memek aku ya. Pantas aja rasanya sakit. Memek aku dibentangkan lebar seperti itu sih." ujar Ria.

"Tapi kamu suka kan? Kalau nggak, kamu pasti berontak lalu balik badan telentang atau berdiri. Faktanya aku buka lebar memekmu, kamu malah memundurkan pantat seolah-olah menyerahkan memekmu untuk kuperlakukan lebih jauh" ujar Toni.

"Iya iya aku suka. Puas??" Ujar Ria.

"Belum. Kecuali kamu bolehin aku ngentotin kamu" ujar Toni.

"Isshhh enak aja. Kalau mau ngentot, ke Anggu aja sana" ujar Ria.

"Dasar. Enak aja!!! Nggak boleh.. nggak boleh" ujarku. Ria malah tertawa kecil.

"Bro, kamu belum pernah ngentot kan? Mau nggak kamu ngentot memeknya Ria?" Ujar Toni.

"Hmmm… gimana ya…" ujar Arya yang lagi mengamati memek Ria.

"Kenapa? Jangan-jangan Ria punya penyakit kelamin menular ya? Hehehe" ujar Toni.

"Enak aja. Nggak mungkin. Tiap bulan aku sering periksa ke teman" ujarku.

"Teman?" Ujar Toni.

"Iya. Dia seorang dokter yang nindik puting kiriku ini" ujar Ria.

"Ooh.. kirain teman mesum hehehe" ujar Toni.

"Ya kamu itu teman mesum" ujar Ria.

"Arya juga dong hehehe" ujar Toni.

"Ya juga hihihi. Eh… kamu masukin aja jari kamu ke memek aku Arya" ujar Ria.

"Hmm…" Arya tampak bingung.

"Masukin aja. Tadi lidi kamu mengenai puting kananku, jadi kamu berhak mendapatkan grepe plus plus. Kalau Toni nggak bisa" ujar Ria.

"Enak kamu bro, aku aja iri kepingin kayak kamu. Tukeran gimana? Hehehe" ujar Toni.

"Jangan mau Arya. Itu hak kamu. Enak banget tukeran. Eh, Anggu.. ini HPmu" ujar Ria memanggilku. Aku pun menghampiri Ria. Aku menunduk meraih ponselku dari tangan kanan Ria.

"Hihihi.. bagus jepretanmu Anggu. Memek aku terlihat cakep" ujar Ria.

"Memang punyamu lebih bagus dari punyaku" ujarku lirih.

"Itu sih kamunya aja gak mau merawat. Cukur dulu terus di bersihkan" Ujar Ria.

"Hmm… gak deh. Mencukur rambut pubis menurutku tidak ada faedahnya" ujarku Lirih.

"Ngomong cukur apa sih Ria?" Ujar Toni.

"Apaan sih ikut campur" ujarku.

"Iya… mau tau aja urusan ce… ahhhhh" ujar Ria kemudian mendesah.

"Jari Arya ya yang masuk ke memek aku? Ahhh..." Tanya Ria. Akupun beranjak ke belakang, ke tempat Toni dan Arya lagi menikmati kemaluan Ria.

Dalam 3 langkah, aku telah berada di belakang tubuh Ria menyaksikan apa yang mereka lakukan ke kemaluan Ria. Seperti dugaanku, bukan Arya yang memasukkan jarinya ke kemaluan Ria, melainkan Toni! Selagi kemaluan Ria dibentangkan dengan lubang vagina yang menganga membentuk ellipse, jari telunjuk kiri Toni dimasukkan hingga seluruh ruas jari telunjuknya terbenam seluruhnya. Toni menoleh ke arahku dan memberikan kode dengan mimik wajahnya agar aku tidak mengatakan yang sebenarnya ke Ria. Begitu pula Arya. Jari telunjuk tangan kanan Arya ditegakkan di depan mulut. Dia tahu, seharusnya yang boleh memasukkan jari ke kemaluan Ria hanyalah Arya. Toni sudah melanggar kesepakatan!! Duh.. gimana ini.. apakah aku harus mengatakan ke Ria yang sebenarnya ya?

"Kok diem.. jangan jangan Jari Toni" ujar Ria menoleh. Tapi dia tidak dapat melihat apa yang dilakukan mereka berdua ke kemaluannya.

"I.. itu jariku kok Ria" ujar Arya.

Arya berbohong. Tapi untuk apa? Kalau sampai ketahuan aku tidak tahu apa yang bakal terjadi.

"Oh Arya ya. Selamat ya. Jarimu sudah tidak perjaka lagi. Hihihi" ujar Ria.

"Selamat ya bro.. hehehe" sambut Toni.

"Kamu berani juga ya Arya.. aahh… rasanya ujung jarimu kamu mentokin ya.. terasa banget di dalam memek aku… aahh" ujar Ria.

Dasar si Toni ini. Dia pura-pura agar Ria tidak curiga.Tapi.. tapi aku ingin mendokumentasikannya. Ponsel di tangan kananku, aku angkat dan menekan tombol kembali untuk ke menu kamera. Aku arahkan kamera ponselku ke kemaluan Ria. Kemudian ngetap tombol rekam yang berwarna merah.

"Ssshh…. Gi.. gimana memek aku Arya?" Tanya Ria.

"Ba.. bagus.." jawab Arya.

"Ahh.. bu bukan itu.. aah… tapi rasanya jari kamu ada di memek aku… sshhhh" ujar Ria.

Toni berbicara lirih ke Arya. Ia membimbing Arya untuk menceritakan apa yang dikatakan Toni.

"Kok diam? Aahh" ujar Ria.

"Enak.. enak banget. Jepitan memekmu seperti meremas-remas jariku. Rasanya hangat" ujar Arya.

"Aaahh…. Kamu suka ya sshhhh ahhh" ujar Ria.

"Su.. suka" ujar Arya. Kemudian wajah Toni mendekat ke telinga Arya. Ia berbicara lirih membisiki Arya.

"Boleh aku diamin jariku di memek kamu?" Ujar Arya.

"Boleh kok. Masukin aja lagi jari-jari kamu ke memek aku. Tapi jangan banyak banyak ya, takut gak muat.. hihihi… aaahhhhh ssshh nah gitu…. Oohhhh" ujar Ria beberapa saat kemudian jari tengah tangan kiri Toni masuk menyusul jari telunjuk yang sudah bersemayam di kemaluan Ria.

"Aaaahh… sssshhhhhhh.. gi gitu Arya.. oh Arya… te terus….. iya ..terus disitu.. gesek jarimu disitu… sshhss... aaaahh" desah Ria saat dua jari tangan kiri Toni keluar masuk dengan tempo pelan.

Jari Toni stabil mengobok-obok kemaluan Ria. Tangan kanan Toni masih memegang labia mayora sebelah kiri Ria, sedangkan di sebelah kanan di pegang oleh tangan kiri Arya. Mereka ingin tetap membuka lebar kemaluan Ria.

"Aauuhhhhh… oohhh oohhh" Pantat Ria sampai ikut bergoyang pelan naik turun.

"Mhhh… terus… terus… kocok terus memek aku… aaaahhh iya.. iya disitu…. Lebih dalam…. Lebih kencang… aaahhh" desah Ria.

"Aahhh… klistoris aku… iya ...oohh iya iya.. terus… jangan berhenti" Ria mendesah hebat saat jari tangan kanan Arya memainkan klistoris Ria. Ia memilin dengan telunjuk dan ibu jari. Selama memilin, 2 jari tangan Toni semakin cepat keluar masuk di kemaluan Ria. Aku menggeser ke kanan mengambil wajah Ria yang menoleh ke kanan dengan pipi kirinya menempel di pasir. Sepasang matanya terpejam menikmati rangsangan dari Arya dan Toni. Aku kemudian berjalan hingga berada 2 meter dari pinggan kanan Ria. Aku mengambil seluruh tubuhnya dengan background pemandangan laut. Serta dua insan lawan jenis yang sedang duduk di samping sepasang paha Ria. Tubuhnya berkeringat. Terik mentari yang berwarna jingga menyinari mereka bertiga. Bayangan erotis di sisi kiri melukiskan keindahan dari tubuh mereka. Penunjuk waktu di sebelah kiri atas layar ponsel masih menunjukkan pukul 14:37. Kemudian aku bergeser sampai 1 meter di atas kepala Ria. Aku mengambil video dari sudut ini. Aku dekatkan dari kepala sampai ke atas. Dari rambutnya yang lepek bercampur pasir, punggungnya yang cekung seperti seluncuran di taman kanak-kanak, lalu di atasnya sepasang pantat. Dibaliknya ada 2 sosok pria yang saling tersenyum dengan mata fokus pada kemaluan Ria. Aku bergeser ke arah pinggang kiri Ria. Kira kira jaraknya 2 meter. Kepala Ria disebelah kiri, sedangkan pantatnya ada di sebelah kanan. Backgroundnya juga tak kalah bagus, yaitu berupa pepohonan dan tebing batu yang tinggi. Sedikit kekiri, terdapat air terjun yang muncul dari goa di tengah tebing. Beberapa ekor kera terlihat melompat dari akar-akaran yang menggantung dari puncak tebing.


"Aaaaah………. Aku mau keluar……. Mmhhhhhhh" ujar Ria.

Crrrttttt…… crrtttt….

"Hahahahahahaahaha" tawa Toni.

Aku mendekat mengarahkan kamera ke mereka berdua.

"Aaduuuuhhh….." ujar Arya.

Wajah Arya basah dengan sepasang mata terpejam. Tapi, kenapa?

"Selamat bro, kamu kena semprot squirtnya Ria. Hahahaha" ujar Toni.

"Squ...squirt?" Ujar Arya.

"Iya.. kamu pasti pernah nonton bokep cewek squirt. Nah itu, Ria barusan squirt sampai mengenai wajahmu. Hahaha" ujar Toni.

"Hhhhh…. Hhhh.. ke kena kamu ya Arya.. hhh… hhhh ma.. maaf ya" ujar Ria yang masing nungging.

"Nggak nggak apa apa kok" ujar Arya.

"Ya jelas nggak apa-apa. Kamu sih naruh muka di depan memek Ria. Kena deh. Hahahaha" ujar Toni.

"Aaaaahh….." desah Ria saat 2 jari yang masuk ke kemaluan Ria dicabut dengan kasar. Jari telunjuk dan jari tengah kiri Toni basah diselimuti oleh cairan bening dan kental. Disusul tangan kanan Toni yang memegang labia mayora dan tangan kiri Arya yang memegang labia mayora satunya mereka lepas hingga kemaluan Ria mengatup dan menyisakan beberapa milimeter lubang dengan lelehan cairan membasahi labia minoranya.

"Waaaah…. Jarimu jadi Basah Arya" ujar Toni dengan memandangi dua jari tangan kirinya sendiri.

"Hhh.. hhhh… sini sini Arya… aku bersihkan sama mulutku.. hhh… hhh" ujar Ria.

Toni kaget, terus dia membisiki Arya.

"Nggak.. nggaak perlu… biar aku yang bersihin pakai mulutku" ujar Arya.

"Hhh… hhh.. oh gitu… ma makasih yaa Arya sudah bikin aku orgasme.. hhhhh" ujar Ria.

"I.. iya.. sama-sama" ujar Arya.

"Hhh.. hhh gimana rasa cairan memek aku Arya?" Tanya Ria.

Kemudian Toni mendekatkan tangan kirinya ke mulut Arya. Arya kemudian merasa jijik melihat jari Toni dengan lendir bening tersebut. Ia menutup rapat mulutnya, tapi dengan Toni memaksa menekan jarinya sampai masuk ke mulut Arya. Mau tidak mau Arya mencicipi jari tangan kiri Toni tersebut. Beberapa detik kemudian tangan Arya memegang tangan kiri Toni untuk menariknya dan melepaskan jari di dalam mulutnya.

"Gu gurih…" ujar Arya.

Toni tersenyum dengan ibu jari diacungkan di depan wajah Arya. Sambil terengah-engah mengatur nafas, tubuh Ria jatuh ke samping kiri hingga tubuhnya tidur miring. Kemudian ia tidur telentang. Terlihat perutnya kembang kempis menghirup udara. Dari perut atas sampai pipi kiri Ria banyak sekali pasir yang menempel. Terutama pada sepasang buah dadanya.

"Sini.. hhh.. sini Arya" ujar Ria. Arya pun mendekat berada di samping kanan Ria.

"Mana jarimu yang tadi sudah mengobok-ngobok bikin aku orgasme?" Ujar Ria.

"I.. ini" ujar Arya menjulurkan dua jari tangan kirinya.

"Hihihi.. makasih ya jari Arya… muaaachh" ujar Ria mengecup jari telunjuk tangan kanan Arya. Padahal jari itu yang memainkan klistoris Ria. Hihihi, Akan tetapi tatapan sorot mata Arya tertuju ke buah dada kanan Ria. Ria pun menyadari tatapan mata Arya.

"Hhhh.. kamu masih belum puas sama toket aku?" Ujar Ria kemudian dijawab anggukan Arya.

"Hhh Pegang aja.. hhhhh.. hhh.. ini milik kamu… " ujar Ria membimbing telapak tangan kanan Arya ke buah dada kanan Ria.

Buah dada kanan Ria itu yang amat disukai Arya. Mungkin karena tidak bertato dan tidak bertindik. Puting buah dada kananlah yang bisa membuat Arya bisa melakukan hal sejauh ini. Setelah meletakkan telapak tangan kanan Arya yang menelungkup ke buah dada kanan Ria, tangan Ria melepaskan genggaman dari tangan Arya. Ia ingin membiarkan tangan Ria melakukan apa yang Arya mau ke tubuh Ria yang tidur telentang tersebut.

"Berdiri dong" pinta Toni tiba-tiba.

"Hhh… aku masih lemas ton.. gila.. lemas banget… hhhh" ujar Ria.

"Sini sini aku bantu bangunkan kamu" ujar Toni.

"Bro, lepasin bentar ya" ujar Toni.

Arya nurut, ia melepaskan tangannya yang meremas-remas buah dada kanan Ria. Aku masih merekam mereka bertiga. Toni berdiri dengan mengangkangi kepala Ria. Telapak kaki kiri Toni berada di atas bahu kiri Ria dan telapak kaki kanan Toni berada di atas bahu kanan Ria.

"Hhhh…. Ton.. kontolmu besar juga ya.. hhhh" ujar Ria.

Tentu dengan mengangkangi Ria, dia bisa melihat di balik balutan kain yang disarungkan di pinggul Toni.

"Nikmatin aja. Mungkin punyaku gak kalah besar sama almarhum mantanmu hehehe" ujar Toni.

Toni kemudian membungkuk. Sepasang tangannya meraih sepasang buah dada Ria sampai ibu jari dan telunjuk tangan Toni meraih pangkal puting serta areola Ria.

"Aaaaaaaaaaarrgghhh… sa.. sakittt" teriak Ria.

Aku dan Arya terkejut. Toni mencubit sepasang pangkal puting Ria kemudian diangkat dengan cepat hingga sepasang buah dada Ria mengerucut vertikal ke atas. Bahkan saking kencang dan kuatnya Toni menarik sepasang pangkal puting Ria, sampai-sampai bagian tubuh atas Ria terangkat belasan centimeter dari pasir.

"Sa.. sakiiittttt toni… stop ...stop.. nanti puting aku copot… aaaaaaawwwww" ujar Ria kemudian sepasang tangannya meraih pergelangan tangan Toni dan menerkamnya kuat-kuat. Tangan Ria berpegangan pada pergelangan tangan Toni. Wajah Ria meringis kesakitan.

"Nggak akan copot kok.. percayalah…" ujar Toni.

"Ngggak ...nggaak. stop… aaaaawwww" ujar Ria tetap memegang pergelangan tangan Toni. Ria berharap melepaskan sepasang putingnya yang diangkat Toni secara kasar.

"Kamu bilang aku dan Arya boleh melakukan apapun. Enak si Arya bisa ngobok ngobok memek kamu, sedangkan aku dapat apa? Mungkin ini yang kumau darimu Ria" ujar Toni.

"Aaaaahhh… iya… iya.." ujar Ria.

"Nah gitu. Kamu coba lemas dan rileks. Kemudian lepasin pegangan tanganmu di tanganku. Biarkan toketmu mengangkat badanmu" ujar Toni.

Ria akhirnya nurut. Ia kemudian rileks, melepaskan sepasang tangan di pergelangan tangan Toni hingga jatuh ke pasir.

"Nah gitu. Kepalanya rileks juga. Yang lemas" ujar Toni.

Ria juga nurut. Ia melemaskan kepalanya. Kalau di lihat dari samping kiri. Wajah Ria mendongak menghadap ke arah kiri. Aku kemudian mengarahkan kamera. Arya berdiri terlalu dekat, jadi aku mengambil dari arah kanan dari bawah sepasang kaki Ria. Dari sini terlihat tubuh Ria dengan buah dada meruncing. Kira-kira tinggi buah dada Ria dari tulang dada ke jari Toni yang mencubit pangkal puting Ria sekitar satu jengkal lebih sedikit. Bahkan, kini tubuh atas Ria terangkat lebih tinggi. Kira-kira sejengkal dari pasir. Rambutnya yang lepek menggantung dengan beberapa bagian rambut berserakan di permukaan pasir. Beberapa detik kemudian, Toni menurunkan pelan-pelan hingga tubuh atas Ria menyentuh pasir dan kembali tidur telentang.

"Gimana rasanya?" Ujar Toni.

"Hhhh.. Sa.. sakit.. tapi enak… pengalaman pertama diginikan… hhh" ujar Ria.

"Sebelumnya, sejauh mana kamu dikasarin?" Ujar Toni.

"Sama Rahman dulu, toketku cuma ditampar-tampar aja. Tapi pelan kok.. hhh" ujar Ria.

"Oh gitu. Sekarang coba yang lebih seru gimana. Sama seperti barusan, cuma sedikit ekstrim" ujar Toni.

"Boleh.. tapi jangan sampai putingku lepas ya" ujar Ria.

"Nggak akan kok. Kulit manusia itu selain elastis, juga kuat. Sepasang toketmu kalau diikat pangkalnya, dia bisa mengangkat beban tubuhmu kok. Apalagi badanmu ideal. Kalau gemuk, mungkin gak akan kuat." ujar Toni.

"Beneran?" Ujar Ria.

"Beneran. Mau coba toketmu diikat terus digantung?" Ujar Toni.

"Nggak deh" Ujar Ria kemudian menjulurkan lidah.

"Yuk bro. Kamu berdiri disitu. Aku disini" ujar Toni menunjuk arah yang dimaksud.

Arya kemudian berdiri di pinggang kanan Ria, sedangkan Toni berdiri di pinggang kiri.

"Pegang areola kanan Ria dengan tangan kirimu. Lakukan seperti mencubit. Harus kuat, jangan ragu. Kalau ragu bisa longgar dan membahayakan puting Ria" ujar Toni.

Arya melakukannya. Arya menunduk meraih areola kanan Ria dengan tangan kanan. Begitu juga dengan Toni. Tangan kiri Toni meraih areola kiri Ria. Secara bersamaan, mereka berdua mengangkat sepasang areola Ria hingga buah dadanya kembali mengerucut vertikal ke atas, hingga tubuh atas Ria terangkat belasan centimeter dari pasir. Sepasang tangan Ria lemas menggantung. Hanya pergelangan sampai punggung tangan yang menyentuh pasir. Tidak hanya itu, dari pantat sampai ujung kaki menyentuh pasir. Hanya punggung dari atas pinggul ke kepala yang tidak menyentuh pasir.

Tak disangka, mereka berdua berjalan ke arah hadap Ria, atau ke arah jam 12 dari tempatku berdiri di ujung kaki Ria.

"Aaaaaahh… sa.. sakit… stop ..stoop" teriak Ria.

Sontak mereka melepaskan areola Ria hingga tubuh atas dan kepala Ria jatuh ke pasir. Lumayan sih, jatuh sejengkal dari atas pasir.

"Aaaahh… sa.. sakit.." ujar Ria mengelus buah dada kanan Ria.

"Yang kanan ya yang sakit?" tanya Toni.

"I.. iya.." ujar Ria.

"Bro.. megangnya harus kuat. Kamu tadi ragu. Cubit aja sekuat tenaga kamu" ujar Toni.

"Ta.. tapi aku takut" ujar Arya.

"Gak apa-apa kok. Untung aja kamu tadi toket yang kanan, coba yang kiri, pasti bisa berdarah. Enak toket kanan Ria tidak bertindik. Nih, kalau tidak hati-hati, jebol nih puting Ria" ujar Toni.

"Ma maaf" ujar Arya.

"Coba sekali lagi ya Ria" ujar Toni.

"I.. iya. Arya sayang, cubit aja puting aku yang kuat. Gak apa-apa kok.. nanti kamu boleh ngenyot toket aku.. kamu mau kan nenen ke toket aku?" Ujar Ria.

"Ma.. maau mau" ujar Arya.

"Nah.. sekarang lakukan dengan baik ya sayang. Nanti kamu boleh nenen" ujar Ria.

"Aku mau juga dong" ujar Toni.

"Gak boleh. Kurang puas nyiksa toket aku?" Ujar Ria.

"Kurang lah" ujar Toni.

"Ya udah, kamu siksa aja, tapi awas.." ujar Ria mengancam.

"Iya iya. Aku bayarin deh biaya rumah sakitnya. Bila perlu habis ini aku kasih kamu permata dari desa ini" ujar Ria.

"Baiklah. Silahkan lakukan sesukamu" ujar Ria.

"Sip. Tapi aku mau kamu lemas dan diam ya. Jangan bersuara. Nanti aku dan Arya seperti menarik cewek pingsan yang terdampar terus aku angkat putingmu dan kutarik sejauh 2 meter" ujar Toni.

"Boleh. Lakukan aja" ujar Ria.

Oleh Toni, aku kemudian disuruh stop merekam. Lalu merekam ulang dengan video baru. Aku nurut. Toni mengarahkan aku berdiri di arah jam 4 sejauh 3 meter. Akupun beranjak ke tempat yang dimaksud Toni. Dengan segala Arahannya, aku mengiyakannya.

Pertama-tama aku merekam pemandangan laut, ke arah jam 12. Aku arahkan ke kanan pelan pelan sampai ke sosok tubuh Ria yang tidur telentang di arah jam 2. Kemudian Toni dan Arya dari arah jam 3 berlari menghampiri tubuh Ria. Toni memeriksa nadi Ria. Lalu menempelkan telinganya di dada Ria. Arya dan Toni kemudian berdiri di samping lengan Ria. Tangannya menarik areola hingga buah dada Ria mengerucut dan tubuh atas Ria terangkat dari pasir. Kepalanya yang lemas mendongak dengan wajah menatap ke arah jam 3. Mereka kemudian berjalan menyeret tubuh Ria dengan cara sepasang areola dicubit dengan keras. Dari pantat Ria hingga ujung kakinya yang menumpu pasir terseret meninggalkan bekas bergaris. Aku berjalan mengikutinya. Tidak hanya dari belakang, aku juga merekam dari samping. Sepasang mata Ria terpejam seolah-olah dia beneran pingsan.

Karena cukup cepat, tak disangka mereka sudah menyeret tubuh Ria sejauh 6 meter, bukan 2 meter. Pelan-pelan ia turunkan cubitan pada areola Ria hingga Ria tidur telentang.

"Cut.. cut" ujar Toni seolah-olah dia seorang sutradara dan aku juru kamera. Ada-ada aja.

Kemudian Ria membuka mata. Ia melirik ke bawah, ke tangan kiri Toni.

"Eh Toni, itu tangan kirimu ada sisa-sisa cairan kental. Jangan jangan yang tadi ngobok ngobok memek aku itu kamu ya?" Ujar Ria tiba-tiba.

"Bu. Bukaan kok" ujar Toni mengelak.

"Arya… beneran tadi yang nyolok memek aku pakai jari itu kamu? Ayoo jujur!!" ujar Ria ke Arya yang duduk berada di samping kiri Ria.

Arya Diam. Sepertinya dia ragu untuk menjawabnya. Karena tidak ada jawaban, Ria menatapku. Aku tahu dia sedang mencari kebenaran dariku.

"Anggu.. sebagai wasit, juri dan saksi, tolong bicara yang jujur. Sebenarnya yang tadi masukin jari ke memek aku siapa?" Ujar Ria.

Duh!!! Gimana nih? Salahku sih tadi tidak mencegah Toni. Arya juga sih mau-maunya berbohong. >,<

"Kalau dalam hitungan 3 kamu tidak jawab, dengan senang hati aku akan menelanjangi kamu disini!!! Aku bugilin dengan paksa hihihi" Ujar Ria.

"Satu.. " ujar Ria yang tidur telentang mulai memiringkan badannya.

Duh.. gimana. Aku melihat tatapan mata Toni menatap tajam ke arahku.

"Dua…" ujar Ria mulai berdiri

Gawaaatt…. Aku gak mau bugil dihadapan dua cowok yang bukan muhrim.. gimana ini. Sedangkan Arya menunduk lesu.

"Tiga…" Ria berjalan ke arahku.




Bersambung…..
 
ngarep anggunya di exe tapi secara bertahap dibuat susah buat ditaklukin,tapi kalo sudah sekali kena coblos jadi binal
Anggu: "ngarep ya aku jadi binal. Iiiihh dasar mesum!!! Itu kan mau kamu :p "
 
Bagian 3


Langkah kaki Toni berjalan santai mendekati Ria. Raut wajah Toni dipenuhi oleh nafsu. Tentu saja, itu karena tubuh Ria yang lagi menungging. Kemaluannya ia buka dengan jemari tangan kiri, yaitu jari telunjuk dan jari tengah. Kulihat jarak Toni sudah berada di tengah di antara Arya dan Ria. Semakin lama semakin dekat ke arah Ria. Tidak sampai semenit, Toni sudah berada di samping pinggul sebelah kanan Ria.

"Kamu pasti ingin segera grepe memek aku kan?" Ujar Ria menoleh ke belakang di sisi kanan bahunya.

"Kok tahu?" Ujar Toni duduk berjongkok di samping pinggul kanan Ria dengan tatapan mata melihat wajah lawan bicaranya.

"Karena wajahmu mesum banget hihihi" ujar Ria.

"Hahahaha. Masak sih?" Balas Toni.

"Pasti kamu sudah pernah ngentot ya?" Ujar Ria sambil menggesekkan jemari tangan kiri ke kemaluannya sendiri.

"Sudah" singkat Toni.

"Pasti sama Vera ya?" Ujar Ria.

"Iya. Sama siapa lagi emang? Dia cewek yang telah membuat keperjakaanku hilang. Selama ini aku hanya ngentot sama dia saja" Ujar Toni.

"Aku kira sama banyak cewek" ujar Ria.

"Nggak. Emangnya aku tipe penyuka jajan ya?" Ujar Toni.

"Entahlah" ujar Ria.

"Eh, kalau kamu gimana Ria?" Ujar Toni.

"Sama seperti kamu. Aku cuma ngentot sama mantanku" ujar Ria.

"Oh, sama Rahman ya? Aku turut berduka cita Ria atas musibah yang menimpa Rahman" Ujar Toni. Tatapan mata Toni beralih ke kemaluan Ria yang terpampang di samping kirinya.

"Makasih. Eh, gimana memek aku? Dari tadi lirikan matamu selalu ke memek aku. Bagus mana sama Vera pacarmu itu?" Ujar Ria.

"Hmmm… bagus kamu. Boleh dong aku nyicipin ngentot" ujar Toni.

"Enak aja. Tadi lidi kamu hanya menyentuh areola aku. Gak boleh ngentot. Kecuali tadi kamu bisa ujung lidi mengenai klistoris aku, aku bisa ngasih apapun ke kamu. Nih kamu pegang aja memek aku" ujar Ria kemudian melepaskan tangan kirinya yang ada di kemaluannya sendiri.

"Yakin nih?" Ujar Toni

"Iya yakin" Ujar Ria tegas.

Sambil duduk, tangan kiri Toni menjamah kemaluan Ria. Jari telunjuk tangan kirinya menggesek-gesek naik turun labia minora Ria. Jari tersebut seperti busur cello yang digesekkan pada dawai baja. Perbedaannya, misal dawai cello itu labia minora Ria dan busur itu jari telunjuk Toni, pada busur cello cara memainkannya dengan menggesek horizontal terhadap garis vertikal dawai, sedangkan labia minora Ria yang vertikal, jari telunjuk tangan kiri Toni ikut menggesek vertikal, bukan horizontal.

"Ria, kamu posisikan dada kamu yang menumpu ke pasir dong" ujar Toni.

"Seperti ini?" Ujar Ria kemudian mengikuti petunjuk Toni. Ria seperti tidur telungkup di pasir, buah dadanya terapit ditengah diantara cangkang tulang rusuk dan pasir. Dari samping kiri dan kanan, terlihat gundukan buah dadanya menggembung akibat tergencet tubuh Ria sendiri. Wajahnya ia miringkan menoleh ke samping kanan. Posisi pantatnya tetap menungging, sehingga kemaluannya sangat terlihat jelas.

"Kurang. Seperti ini Ria" ujar Toni mengarahkan punggung Ria untuk sedikit ke bawah. Tangan Toni menekan-nekan punggung Ria. Jika dilihat dari samping, bentuk dari pantat ke bahu Ria berbentuk curve ke pasir. Sedangkan tadi tubuhnya dari pantat ke bahu lurus.

"Nah seperti itu" lanjut Toni.

"Anggu… sini sini fotoin dong" ujar Toni memanggilku.

Aku pun berjalan menghampirinya. Tidak jauh, jaraknya sekitar 5,8 meter dariku. Saat berjalan ke arahnya, rasa di badanku mulai tidak nyaman. Terasa lengket dan gerah. Sepertinya air laut di badan serta rambutku sudah mulai mengering dan telah menyisakan butiran garam. Tak lama kemudian aku berdiri di samping kanan Ria dan di belakang punggung Toni yang lagi duduk.

“Ngapain berdiri disitu, geser dikit Anggu. Kamu ambil fotonya dari sebelah sana” Perintah Toni.

“Oke oke.. Disini ya?” ujarku setelah melangkah 3 langkah.

“Munduran dikit. Aku ingin fotonya tidak hanya fokus ke aku dan Ria, tapi pemandangan di sekitar sini juga ikut tertangkap” Ujar Toni.

“Iya iya” Ujarku mengikuti arahannya. Aku melangkah mundur 4 langkah.

Pose Toni duduk menggunakan kaki kanan dengan cara lutut kanan ke bawah menumpu pada pasir, sedangkan kaki kiri hanya telapaknya saja. Jadi seperti duduk separuh jongkok. Ia duduk di pinggul kanan Ria, telapak tangan kirinya dirapatkan menutupi kemaluannya Ria tanpa menutup lubang anusnya. Padahal kurang dari 2 centi aja sudah nutupin lubang anusnya. Entah, mungkin dia ingin seperti itu.

“Ngapain bengong? Ayo fotoin” Ujar Toni.

“Hihihihi” Aku tertawa kecil.

Aku mengarahkan kamera ke mereka berdua. Wajah Ria tidak kelihatan kamera, karena tertutupi oleh tubuhnya sendiri juga badan Toni. Dengan menekan tombol shutter, foto mereka terabadikan. Di foto, Toni menoleh ke kiri, ke arah kamera dan tampak tersenyum. Telapak tangan kiri menutupi kemaluan Ria dan tangan kanan meremas pantat sebelah kanan Ria. Ria telanjang bulat, sedangkan Toni hanya mengenakan selembar kain dari kulit hewan yang disarungkan menutupi pinggul sampai lutut. Sama seperti yang dikenakan Arya, hanya saja motif dan warnanya yang berbeda.

“Lagi” ujar Toni ingin difoto kembali.

Sekarang dia menutupi kemaluan Ria dengan 3 jari, yaitu jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis tangan kiri. Ibu jari dan jari kelingking ia lipat. Dia tersenyum ke arah kamera. Akupun mengambil gambarnya.

“Lagi” Ujar Toni.

Dia menutupi kemaluan Ria dengan dua jari, yaitu jari telunjuk dan jari tengah. Tidak seperti sebelumnya, ia menekan dua jarinya ke kemaluan Ria sehingga labia minoranya tertekan dan menyebabkan labia mayoranya menggembung di sisi samping jari telunjuk dan jari tengah. Akupun mengambil gambarnya.

Jari tengah tangan kiri Toni ia tekuk dan menyisakan jari telunjuk. Jadi, kemaluan Ria ditutup oleh jari tangan telunjuk kiri Toni. Sama seperti tadi, Ia menekan hingga labia mayoranya sedikit menggembung di sisi kiri dan kanan jari telunjuknya. Akan tetapi ada yang berbeda dari yang sebelumnya, sebagian labia minora Ria seperti mengintip keluar di samping kiri dan kanan jari telunjuk dibawah kukunya. Seperti malu-malu gimana gitu. Tentu Ria bisa merasakan klistorisnya yang bersentuhan dengan pangkal jari telunjuk Toni serasa ditekan. Wajah Toni menjulurkan lidah dengan wajah seram. Tidak lupa aku ngetap shutter pada layar ponsel. Foto mereka berdua terabadikan.

"Toniiiiiii!!!!" Teriak Ria.

"Dikit aja masak gak boleh" ujar Toni.

"Gak boleh" ujar Ria.

"Sekuku jari telunjuk aja" ujar Toni.

"Gak boleh. Jarimu gak boleh masuk ke memek aku. Titik!!" Ujar Ria. Toni masih tersenyum. Ia kemudian menoleh ke arahku.

"Anggu. Sini fotoin close up ya bagian ini" ujar Toni menunjuk kemaluan Ria.

"Oh oke" ujarku.

Tangan Toni menekan jari telunjuk tangan kiri menutupi kemaluan Ria. Aku fokuskan ke jari telunjuknya. Aku foto portrait sehingga layar ponselku penuh dengan jari telunjuk, sisi labia mayora, dan sebagian labia minoranya. Bagian sisi atas, aku mengambil sebatas perineum Ria. Anusnya tidak ikut aku tampilkan. Setelah pas, aku ngetap mengambil gambar.

Beberapa saat kemudian, Toni menyuruhku untuk sedikit munduran. Jari telunjuk kirinya yang hinggap di kemaluan Ria ia lepaskan. Lalu menyodorkan jari tengah tangan kanannya ke arah kamera.

"Kamu foto, tapi fokusnya ke jari tengahku ini dan jariku ini menutupi memeknya" ujar Toni.

"Oke" ujarku singkat.

Aku kemudian memfokuskan ke jari tengah Toni yang jarak jari tersebut dari kemaluan Ria sekitar 2 jengkal. Pipi kanan Toni ia tempelkan ke pantat kanan Ria yang lagi nungging. Seolah-olah pantat Ria dijadikan bantal. Hihihi

Toni menjulurkan lidah, lalu aku memotretnya. Kemudian Toni memintaku untuk mengambil gambar yang sama seperti sebelumnya, tapi dengan posisi yang berbeda. Toni merangkak menghadap ke arahku. Pipi kanannya ia tempelkan di paha atas di bawah pantat kanan sisi samping Ria. Tangan kanan ia memasukkan memutar dari perut Ria sampai keluar di antara sepasang paha Ria yang merangkak dan sedikit mengangkang. Toni mengacungkan jari tengah tangannya. Sama seperti sebelumnya, ada jarak antara jari tengah Toni dengan kemaluan Ria, hanya saja jaraknya lebih dekat, kira-kira sejengkal. Wajah Toni di samping paha kanan Ria tampak tersenyum. Aku pun mengambil gambar. Toni kemudian menyuruhku untuk berhenti mengambil gambar. Dia lagi berfikir untuk mencari ide.

Selagi dia berfikir, aku membuka galeri mengamati hasil foto-foto yang barusan kuambil. Mulai dari pertama aku mengambil foto Ria bersama Arya sampai yang paling baru, yaitu foto Ria bersama Toni. Aku menggeser satu persatu foto-foto tersebut. Foto saat Arya menerkam sepasang buah dada Ria, aku perbesar pada bagian wajah mereka berdua. Kulihat ekspresi polos Arya dan ekspresi wajah sumringah Ria. Aku turunkan ke bawah ke jemari tangan Arya yang meremas buah dada sebelah kiri Ria. Terlihat beberapa jarinya buram. Apakah karena dia gugup dan jarinya bergetar sampai kamera ponselku tidak bisa menangkap dengan baik? Padahal sudah aku seting dengan baik. Ya sudahlah sudah terlanjur, aku tidak ingin menghapusnya. Sejelek apapun, aku berusaha tidak akan menghapusnya. Buah dada sebelah kiri Ria yang terukir tato bunga mawar berada di ibu jari tangan kiri Arya, tangkai berdurinya tertutupi telapak tangannya. Hanya sebagian tangkai, yaitu bagian bawah yang nampak di sela jari kelingking dan jari manis tangan kiri Arya. Puting Ria jelas sekali tegang. Apakah karena remasan tangan kiri Arya yang kuat sampai darah dalam buah dada tersebut menekan putingnya ya. Entahlah. Kilauan dari pantulan cahaya mentari terpantul dari cincin tindik pada puting kiri Ria hingga menyebabkan sebuah efek lensa yang khas. Walaupun demikian, efeknya tidak menutupi puting kiri Ria yang sangat jelas terlihat itu. Efeknya berupa bias yang ada di sudut kiri bawah kamera seperti sebuah orb transparan.

“Aaaaaaawwwww….. Iihh Tonii… jangan kasar-kasar dong. Nanti kalau memek aku robek gimana?”

Terdengar suara Ria menjerit. Tatapan mataku beralih dari ponsel ke Ria dan Toni.

“Hehehehe maaf..maaf. Katanya aku boleh ngapain aja” Ujar Toni.

Posisi Ria masih sama seperti tadi. Ria merangkak dengan buah dada menumpu pada pasir seperti telungkup dan pantatnya nungging dengan sepasang paha yang dibuka lebar. Dari tempatku berdiri, aku bisa melihat bagian pangkal buah dada di bagian ulu hati Ria yang menggembung karena tergencet tubuhnya sendiri. Posisi Toni tetap duduk di samping kanan Ria, akan tetapi kulihat ibu jari kiri dan kanan Toni berada di kemaluan Ria dari sisi atas. Arah hadap ibu jari Toni sejajar dengan paha Ria, yaitu sama-sama ke arah bawah. Toni membuka lebar kemaluan Ria dengan ibu jari yang ditekan pada labia mayora Ria. Saking lebarnya, diameter lorong peranakan Ria terlihat lebih membuka dan aku dapat melihat bagian sisi lapisan dinding vagina. Walaupun matahari berada di ujung arah hadapanku dan membelakangi kemaluan Ria, akan tetapi cahaya dari lingkungan sekitar menerangi bagian dalam rongga kewanitaan Ria. Cahayanya seperti ambient occlusion pada sebuah desain 3D. Terlihat lipatan-lipatan khas membentuk relief alami pada dinding vagina Ria. Warnanya merah muda dan sedikit basah. Akan tetapi, ujung dari lorong vaginanya tidak terlihat. Mungkin karena itu, Ria berteriak kencang. Lalu apa sih yang diinginkan Toni membuka kemaluan Ria tersebut? Apakah dia ingin melihat servik Ria?. Wajah Toni miring mengamati kemaluan Ria. Tapi, Ria kok tetap nungging? Dia hanya protes tanpa merubah posisinya.

“Iya..iya kamu boleh ngapain aja. Tapi..” Ujar Ria.

“Tapi apa? Kaget ya?” ujar Toni

“Ya iyalah. Tiba-tiba kamu gituin memek aku. Duh duh.. Aw… jangan dilebarin lagi dong Toni. Entar bisa robek memek aku. Aaww awww” Ujar Ria.

“Eh Anggu.. Sini fotoin” Ujar Toni.

Aku mengangkat ponsel dan mengarahkan ke Toni.

“Sini lebih dekat lagi” Ujar Toni melepaskan tangan kanannya dan menunjuk ke tempat yang ia maksud.

“Aaaaaahhhh.. Ssshhh Toniiiiii!!” teriak Ria setelah Toni menunjuk arah dengan jari telunjuk tangan kanan, ia kembali membuka lebar kemaluan Ria dengan kasar.

Kemaluan Ria terbuka membentuk lubang ellipse dengan diameter horizontal lebih panjang daripada vertikal. Di lubang ellipse itu terbentuk dari carunculae myrtiformes yang berbentuk lapisan-lapisan tipis di antara uretra dan perineum. Lipatan-lipatan dinding jaringan vagina Ria juga terlihat jelas. Lipatan-lipatan tersebut bergerak-gerak seiring dengan tekanan dari perut dan diafragma dari tarikan nafas Ria. Lubang uretra Ria yang kecil juga terlihat. Letakknya berada dibawah vagina dan klistoris yang berukuran kecil seperti biji jeruk nipis.

“diam bentar dong Ria. Katanya aku berhak melakukan apa saja ke kamu” Ujar Toni.

“Iya.. iya Deh.. tapi…” ujar Ria.

“Tapi apa?” tanya Toni.

“Kalau sampai robek awas….” ancam Ria.

“Iya iya, aku bayarin biaya pengobatan dan operasi memek kamu. Hehehehe” ujar Toni.

“Eh Anggu.. Yuk fotoin” lanjut Toni.

“Okay” Singkatku.

Aku kemudian mengarahkan lensa kamera ponselku ke kemaluan Ria secara landscape. Toni menempelkan dagunya ke pantat sebelah kanan Ria. Ia tersenyum, lalu aku mengambil 2 foto. Foto pertama aku masukkan wajah Toni dan kemaluan Ria, lalu foto kedua aku hanya mengambil kemaluan Ria dari jarak dekat. Saking dekatnya, bagian ujung atas layar ponselku berbatasan dengan perineum, sedangkan bagian bawahnya sebatas klistoris Ria. Karena portrait, jemari tangan Toni yang menyentuh labia mayora dan melebarkannya tidak tertangkap layar ponselku. Kemaluan Ria benar-benar merekah. Di galeri ponsel, aku mengecek semua hasil jepretanku. Ternyata hasilnya bagus. Ya walaupun tadi ada objek yang buram.

"Anggu, sini aku ingin lihat hasil foto barusan" Ujar Toni dengan sepasang tangan masih membuka kemaluan Ria.

"Nih" Ujarku menunjukkan 2 foto di galeri ponselku.

"Hehehe.. merah merona dan merekah" ujar Toni.

"Sini Anggu. Aku juga ingin lihat" ujar Ria.

"Kamu belakangan. Biar kami lihat dulu. Toh kamu sering liat memek kamu sendiri" ujar Toni melihat ke wajah Ria yang masih pada posisi yang sama. Pipi kirinya menumpu pada pasir.

"Ih.. kok kamu tau sih? Emang sih aku pernah foto memek aku sendiri, tapi hanya untuk perbandingan aja" ujar Ria.

"Perbandingan sama memek cewek lain di internet ya?" Ujar Toni.

"Dasar mesum. Bukan lah. Buat perbandingan memekku dari awal sampai terkini sejak menggunakan perawatan pembersih dan pencerahan kulit khusus area intim" ujarnya.

"Ooohh gitu. Pantes aja memekmu bagus. Pacarku si Vera setelah jembutnya di cukur, warna kulitnya sedikit gelap" ujar Toni sambil memperhatikan memek Ria dan jari jemarinya membuka kemaluan Ria. Ibu jari tangan Toni mengelus kulit labia mayora yang biasanya sebagai tempat tumbuh rambut pubis.

"Kulit memekmu juga halus…" lanjut Toni.

"Hihihi makasih" ujar Ria.

Aku lihat Toni menoleh melihat ke Arya yang ada di belakangku.

"Arya.. wooooiiii!!! Sini sini" ujar Toni melepaskan tangan kiri dari labia mayora Ria sebelah kanan dan mengayun memanggil-manggil Arya.

Aku menoleh Arya sedang berlari menghampiri kami bertiga.

"Ahh…. Toniiiii!!!! Kaget tauuu!!" Jerit Ria.

Oleh Toni, klistoris Ria di cubit, ditarik kemudian dilepas dengan kasar.

"Gemesin deh klistorismu Ria. Gak kamu tindik aja?" Ujar Toni.

"Hmmm nggak. Kata temanku sih sakit banget saat jarum menembus klistoris. Puting aja rasanya sakit, apalagi klistoris" ujar Ria.

"Ya wajar kalau sakit. Kecil kecil gini katanya ada 8000 titik saraf" ujar Toni.

"Aku penasaran sih rasanya gimana. Tapi saat ini aku belum ada rencana untuk menindiknya hihihi” Ujar Ria.

“Tindik aja Ria. Kalau perlu tindik pakai cara yang dilakukan suku di desa ini dengan cara tradisional” ujar Toni.

“Emang ada ya nindik klistoris di desa ini?” tanya Ria.

“Tidak ada. Mereka nindiknya di telinga dan hidung saja. Ayo dong nindik klistorismu hehehehe” Ujar Toni.

“Isshh ogah!!! Enak aja nyuruh-nyuruh” ujar Ria.

“Lho, katanya aku boleh ngapain aja asal gak ngentot” ujar Toni.

“Ya nggak sampai segitunya. Kalau eksib sih boleh-boleh aja, tapi jangan sampai nyuruh aku nindik klistoris. Dasar kamu itu” Ujar Ria.

“Naaaah… ini Arya sudah datang” ujar Toni

“Eh ada apa?” ujar Arya terengah-engah disisi kananku dan dibelakang Toni. Maklum, dia tadi habis berlari.

“Nih liat memeknya Ria. Kamu tadi bilang pernah liat memek di internet, nih sekarang liat memek Ria. Asli nih bukan di layar aja. Kamu bisa menyentuhnya” Ujar Toni membuka kembali kemaluan Ria hingga menganga cukup lebar.

“Wahhh iya. Memeknya bagus. Seperti memek bule” ujar Arya.

“Hahahaha ketahuan kamu sering liatin bokep luar. Kenapa gak nonton yang lokal made in Indonesia aja?” tanya Toni.

“Kalau yang Indonesia kebanyakan fotonya amatiran terus ngambilnya asal-asalan dengan pencahayaan seadanya” Ujar Arya.

“Memangnya kamu liat di mana?” tanya Toni.

“Di forum semprot” ujar Arya.

“Itu sih kamunya aja yang belum bisa menemukan trit” ujar Toni.

“Apa iya?” Tanya Arya penasaran.

“Ada kok trit yang memajang foto memek lokal tapi kualitas internasional” Ujar Toni

“Jangan-jangan memek cewek blasteran” ujar Arya.

“Nggak kok. Asli lokal” Ujar Toni tegas.

“Bisikin dong tritnya” Ujar Arya dengan mendekatkan wajahnya ke Toni.

“Anjay.. Ngapain kamu dekat dekat. Aku masih normal bro. Dikira aku homo ya… nanti aja kukasih tahu. Sekarang kamu liat aja nih memek Ria. Liat tuh kontolmu sampai tegang gitu. Mesum mulu sih” ujar Toni.

“Hehehe” Arya cengengesan sambil garuk-garuk kepala bagian belakangnya. Seperti ketombean aja dia garuk-garuk gak jelas gitu.

Benar apa yang diucapkan Toni. Aku bisa melihat tonjolan di selangkangan Arya yang tertutupi kain tradisional. Tapi aku lihat Toni juga begitu. Bahkan sejak Ria nungging dan memanggil-manggil dia, selangkangannya juga menonjol. Tapi aku tidak tahu sih wujudnya seperti apa. Hanya punya Arya yang kulihat. Itupun tidak sengaja karena dikasih tahu sama Ria sewaktu makan bersama di rumah ketua suku, dijamu dengan kepala suku. Arya sih duduknya tadi gitu, tidak pakai celana dalam pula. Huh… tapi, itu pengalaman pertamaku melihat kelamin pria dewasa.

“Ngomong apaan sih kalian sampai ngomongin forum terus memek lokal” ujar Ria.

“Ini omongan pria. Kamu jangan ikut-ikutan Ria” Ujar Toni.

“Tapi, menurut Arya, gimana memek aku?” tanya Ria.

“Ba.. Bagus.. Bagus” ujar Arya sedikit gagap

“Pegang aja memek aku Arya” ujar Ria.

“Bo.. boleh ya” ujar Arya.

“Boleh kok. Masukin jari kamu juga boleh” ujar Ria.

“Ooohhh ini toh yang kamu maksud dengan grepe-grepe plus plus” Ujar toni memotong pembicaraan.

“Ya iyalah. Tadi lidi kamu cuma mengenai areolaku, ya kamu cuma grepe-grepe aja” Ujar Ria.

“Sudahlah Toni. Terima aja” Ujarku menengahi.

“Iya deh” ujar Toni.

“Coba aja kamu grepe-grepe ke Anggu. Dia masih perawan lho. Hihihihi” ujar Ria asal nyeplos.

“Huss.. enak aja. Jaga mulut kamu Ria. Tubuhku hanya untuk pria yang kelak meminangku” ujarku. Dasar si Ria ini. Huuh >,<

“Iya aku paham. Arya, silahkan kamu grepe-grepe dan masukin jari kamu ke memek aku” ujar Ria. Toni terdiam. Ia sadar, bahwa ucapan Ria memang benar. Sebagai saksi, aku tentu memberi nasehat dengan apa yang kulihat dan apa yang kudengar.

“I.. iya deh makasih atas kesempatannya ya Ria” ujar Arya sopan.

“Sama-sama. Ton, lepasin tanganmu. Gantian Arya ingin pegang tuh” ujar Ria ke Toni. Sedari tadi Toni masih membuka lebar kemaluan Ria. Betah banget dia ya. Hihihi

“Gimana menurutmu Arya? Boleh kan aku ikut megang memek Ria?” Ujar Toni.

“Kalau Toni dibiarkan tetap megang tidak apa-apa kan Ria?” ujar Arya.

“Ya terserah kamu” ujar Ria ketus.

“Gimana Arya?” ujar Toni

"Gak apa-apa deh. Kamu pegang aja" ujar Arya.

"Sip deh. Kamu kalau mau pegang, pegang aja" ujar Toni.

Arya mendekatkan wajahnya ke kemaluan Ria yang dibuka lebar oleh Toni. Layaknya anak kecil, Arya mengamati setiap milimeter kemaluan wanita yang terpampang di hadapannya. Pergerakan matanya bergerak-gerak. Aku pun mengambil gambar dari momen ini. Aku memotret mereka bertiga. Aku memundurkan langkah untuk mengambil tangkapan yang lebih luas. Toni layaknya seorang guru yang mengajarkan tentang anatomi alat reproduksi perempuan. Sedangkan Ria, tubuhnya yang nungging dijadikan sebagai objek untuk pembelajaran.

"Bentuk klistorismu imut-imut Ria. Warnanya menggemaskan" ujar Arya.

"Hihihihi… makasih… aaaahhh Aryaaa" lenguh Ria.

Jari tangan Toni memainkan klistoris Ria. Ria salah mengira. Dikira yang memaikan klistorisnya adalah Arya. Salah satu tangan Arya memegang labia mayora Ria disebelah kiri, sedangkan labia mayora sebelah kanan di pegang oleh tangan kanan Toni. Mereka berdua kompak melebarkan kemaluan Ria. Desahan dari permainan jari Toni menyebabkan Ria mendesah. Pantatnya bergerak pelan.

"Anggu.. aah… sini aku ingin lihat foto barusan.. ssshhh hmmmm aahh" ujar Ria.

"Eh iya" ujarku.

"Eiittt tunggu tunggu.. Ria belakangan.. kasih lihat ke Arya dulu fotonya.. baru ke empunya memek. Hehehe" Ujar Toni.

"Toniii…. Bukannya Arya sudah liat memek aku.. di depan matanya pula. Masak sih dia ingin lihat foto memek aku juga… shhh…." ujar Ria.

"Bro, kamu mau lihat nggak?" Tanya Toni.

"Mau.. mau mau.." ujar Arya.

"Sini Anggu, kasih lihat ke kami berdua" ujar Toni.

"Nih" ujarku menyerahkan ponselku. Toni menerima ponselku. Ia meletakkan ponselku di atas sepasang pantat Ria. Tepatnya di atas anus Ria. Ia meletakkan sambil di pegangi. Kalau nggak, bisa jatuh.

Toni dan Arya melihat bersama-sama foto kemaluan Ria. Di atasnya adalah foto kemaluan Ria dan dibawahnya kemaluan Ria yang asli. Mereka memandangi foto di ponsel dengan kemaluan Ria bak seorang ilmuwan dan peneliti. Foto kemaluan Ria dari jarak dekat dan menganga lebar. Kemaluan Ria yang sebenarnya juga dibuka lebar oleh mereka berdua.

"Fotonya bagus" ujar Arya.

"Ya baguslah, memeknya aja bagus, tentu saja hasilnya juga bagus" ujar Toni.

"Tapi ada yang jelek dibagusin" ujar Arya.

"Itu namanya aspal, asli tapi palsu" ujar Toni

"Hahaha iya betul juga" ujar Arya.

"Anggu, nanti aku kirimi foto ini ya?" Ujar Toni menunjukkan foto close up kemaluan Ria yang menganga lebar.

"Ijin dulu sama Ria" ujarku.

"Gak usah. Ke kamu aja" ujar Toni memelas.

"Husss… ijinnya ke aku ya. Sini sini aku pingin lihat juga" ujar Ria.

"Nih liat aja memekmu" ujar Toni ketus kemudian melemparkan ponselku ke samping kanan Ria.

Iihhh sebel deh!! Kenapa ponselku yang di lempar-lempar? Enak banget ponsel mahalku dilempar seperti itu. Walaupun sudah diberkati oleh fitur tempered glass terkini, tapi aku tetap khawatir. Aku sendiri aja gak pernah melemparkan ponselku seperti itu. Ya walaupun aku dari keluarga berkecukupan, tentu aku harus hemat. Jangan sampai ponselku rusak lalu menjadi barang rongsokan, lalu aku membeli ponsel baru.

"Hihihi bagus juga ya memek aku, bahkan aku bisa melihat sebagian dari dinding memek aku ya. Pantas aja rasanya sakit. Memek aku dibentangkan lebar seperti itu sih." ujar Ria.

"Tapi kamu suka kan? Kalau nggak, kamu pasti berontak lalu balik badan telentang atau berdiri. Faktanya aku buka lebar memekmu, kamu malah memundurkan pantat seolah-olah menyerahkan memekmu untuk kuperlakukan lebih jauh" ujar Toni.

"Iya iya aku suka. Puas??" Ujar Ria.

"Belum. Kecuali kamu bolehin aku ngentotin kamu" ujar Toni.

"Isshhh enak aja. Kalau mau ngentot, ke Anggu aja sana" ujar Ria.

"Dasar. Enak aja!!! Nggak boleh.. nggak boleh" ujarku. Ria malah tertawa kecil.

"Bro, kamu belum pernah ngentot kan? Mau nggak kamu ngentot memeknya Ria?" Ujar Toni.

"Hmmm… gimana ya…" ujar Arya yang lagi mengamati memek Ria.

"Kenapa? Jangan-jangan Ria punya penyakit kelamin menular ya? Hehehe" ujar Toni.

"Enak aja. Nggak mungkin. Tiap bulan aku sering periksa ke teman" ujarku.

"Teman?" Ujar Toni.

"Iya. Dia seorang dokter yang nindik puting kiriku ini" ujar Ria.

"Ooh.. kirain teman mesum hehehe" ujar Toni.

"Ya kamu itu teman mesum" ujar Ria.

"Arya juga dong hehehe" ujar Toni.

"Ya juga hihihi. Eh… kamu masukin aja jari kamu ke memek aku Arya" ujar Ria.

"Hmm…" Arya tampak bingung.

"Masukin aja. Tadi lidi kamu mengenai puting kananku, jadi kamu berhak mendapatkan grepe plus plus. Kalau Toni nggak bisa" ujar Ria.

"Enak kamu bro, aku aja iri kepingin kayak kamu. Tukeran gimana? Hehehe" ujar Toni.

"Jangan mau Arya. Itu hak kamu. Enak banget tukeran. Eh, Anggu.. ini HPmu" ujar Ria memanggilku. Aku pun menghampiri Ria. Aku menunduk meraih ponselku dari tangan kanan Ria.

"Hihihi.. bagus jepretanmu Anggu. Memek aku terlihat cakep" ujar Ria.

"Memang punyamu lebih bagus dari punyaku" ujarku lirih.

"Itu sih kamunya aja gak mau merawat. Cukur dulu terus di bersihkan" Ujar Ria.

"Hmm… gak deh. Mencukur rambut pubis menurutku tidak ada faedahnya" ujarku Lirih.

"Ngomong cukur apa sih Ria?" Ujar Toni.

"Apaan sih ikut campur" ujarku.

"Iya… mau tau aja urusan ce… ahhhhh" ujar Ria kemudian mendesah.

"Jari Arya ya yang masuk ke memek aku? Ahhh..." Tanya Ria. Akupun beranjak ke belakang, ke tempat Toni dan Arya lagi menikmati kemaluan Ria.

Dalam 3 langkah, aku telah berada di belakang tubuh Ria menyaksikan apa yang mereka lakukan ke kemaluan Ria. Seperti dugaanku, bukan Arya yang memasukkan jarinya ke kemaluan Ria, melainkan Toni! Selagi kemaluan Ria dibentangkan dengan lubang vagina yang menganga membentuk ellipse, jari telunjuk kiri Toni dimasukkan hingga seluruh ruas jari telunjuknya terbenam seluruhnya. Toni menoleh ke arahku dan memberikan kode dengan mimik wajahnya agar aku tidak mengatakan yang sebenarnya ke Ria. Begitu pula Arya. Jari telunjuk tangan kanan Arya ditegakkan di depan mulut. Dia tahu, seharusnya yang boleh memasukkan jari ke kemaluan Ria hanyalah Arya. Toni sudah melanggar kesepakatan!! Duh.. gimana ini.. apakah aku harus mengatakan ke Ria yang sebenarnya ya?

"Kok diem.. jangan jangan Jari Toni" ujar Ria menoleh. Tapi dia tidak dapat melihat apa yang dilakukan mereka berdua ke kemaluannya.

"I.. itu jariku kok Ria" ujar Arya.

Arya berbohong. Tapi untuk apa? Kalau sampai ketahuan aku tidak tahu apa yang bakal terjadi.

"Oh Arya ya. Selamat ya. Jarimu sudah tidak perjaka lagi. Hihihi" ujar Ria.

"Selamat ya bro.. hehehe" sambut Toni.

"Kamu berani juga ya Arya.. aahh… rasanya ujung jarimu kamu mentokin ya.. terasa banget di dalam memek aku… aahh" ujar Ria.

Dasar si Toni ini. Dia pura-pura agar Ria tidak curiga.Tapi.. tapi aku ingin mendokumentasikannya. Ponsel di tangan kananku, aku angkat dan menekan tombol kembali untuk ke menu kamera. Aku arahkan kamera ponselku ke kemaluan Ria. Kemudian ngetap tombol rekam yang berwarna merah.

"Ssshh…. Gi.. gimana memek aku Arya?" Tanya Ria.

"Ba.. bagus.." jawab Arya.

"Ahh.. bu bukan itu.. aah… tapi rasanya jari kamu ada di memek aku… sshhhh" ujar Ria.

Toni berbicara lirih ke Arya. Ia membimbing Arya untuk menceritakan apa yang dikatakan Toni.

"Kok diam? Aahh" ujar Ria.

"Enak.. enak banget. Jepitan memekmu seperti meremas-remas jariku. Rasanya hangat" ujar Arya.

"Aaahh…. Kamu suka ya sshhhh ahhh" ujar Ria.

"Su.. suka" ujar Arya. Kemudian wajah Toni mendekat ke telinga Arya. Ia berbicara lirih membisiki Arya.

"Boleh aku diamin jariku di memek kamu?" Ujar Arya.

"Boleh kok. Masukin aja lagi jari-jari kamu ke memek aku. Tapi jangan banyak banyak ya, takut gak muat.. hihihi… aaahhhhh ssshh nah gitu…. Oohhhh" ujar Ria beberapa saat kemudian jari tengah tangan kiri Toni masuk menyusul jari telunjuk yang sudah bersemayam di kemaluan Ria.

"Aaaahh… sssshhhhhhh.. gi gitu Arya.. oh Arya… te terus….. iya ..terus disitu.. gesek jarimu disitu… sshhss... aaaahh" desah Ria saat dua jari tangan kiri Toni keluar masuk dengan tempo pelan.

Jari Toni stabil mengobok-obok kemaluan Ria. Tangan kanan Toni masih memegang labia mayora sebelah kiri Ria, sedangkan di sebelah kanan di pegang oleh tangan kiri Arya. Mereka ingin tetap membuka lebar kemaluan Ria.

"Aauuhhhhh… oohhh oohhh" Pantat Ria sampai ikut bergoyang pelan naik turun.

"Mhhh… terus… terus… kocok terus memek aku… aaaahhh iya.. iya disitu…. Lebih dalam…. Lebih kencang… aaahhh" desah Ria.

"Aahhh… klistoris aku… iya ...oohh iya iya.. terus… jangan berhenti" Ria mendesah hebat saat jari tangan kanan Arya memainkan klistoris Ria. Ia memilin dengan telunjuk dan ibu jari. Selama memilin, 2 jari tangan Toni semakin cepat keluar masuk di kemaluan Ria. Aku menggeser ke kanan mengambil wajah Ria yang menoleh ke kanan dengan pipi kirinya menempel di pasir. Sepasang matanya terpejam menikmati rangsangan dari Arya dan Toni. Aku kemudian berjalan hingga berada 2 meter dari pinggan kanan Ria. Aku mengambil seluruh tubuhnya dengan background pemandangan laut. Serta dua insan lawan jenis yang sedang duduk di samping sepasang paha Ria. Tubuhnya berkeringat. Terik mentari yang berwarna jingga menyinari mereka bertiga. Bayangan erotis di sisi kiri melukiskan keindahan dari tubuh mereka. Penunjuk waktu di sebelah kiri atas layar ponsel masih menunjukkan pukul 14:37. Kemudian aku bergeser sampai 1 meter di atas kepala Ria. Aku mengambil video dari sudut ini. Aku dekatkan dari kepala sampai ke atas. Dari rambutnya yang lepek bercampur pasir, punggungnya yang cekung seperti seluncuran di taman kanak-kanak, lalu di atasnya sepasang pantat. Dibaliknya ada 2 sosok pria yang saling tersenyum dengan mata fokus pada kemaluan Ria. Aku bergeser ke arah pinggang kiri Ria. Kira kira jaraknya 2 meter. Kepala Ria disebelah kiri, sedangkan pantatnya ada di sebelah kanan. Backgroundnya juga tak kalah bagus, yaitu berupa pepohonan dan tebing batu yang tinggi. Sedikit kekiri, terdapat air terjun yang muncul dari goa di tengah tebing. Beberapa ekor kera terlihat melompat dari akar-akaran yang menggantung dari puncak tebing.


"Aaaaah………. Aku mau keluar……. Mmhhhhhhh" ujar Ria.

Crrrttttt…… crrtttt….

"Hahahahahahaahaha" tawa Toni.

Aku mendekat mengarahkan kamera ke mereka berdua.

"Aaduuuuhhh….." ujar Arya.

Wajah Arya basah dengan sepasang mata terpejam. Tapi, kenapa?

"Selamat bro, kamu kena semprot squirtnya Ria. Hahahaha" ujar Toni.

"Squ...squirt?" Ujar Arya.

"Iya.. kamu pasti pernah nonton bokep cewek squirt. Nah itu, Ria barusan squirt sampai mengenai wajahmu. Hahaha" ujar Toni.

"Hhhhh…. Hhhh.. ke kena kamu ya Arya.. hhh… hhhh ma.. maaf ya" ujar Ria yang masing nungging.

"Nggak nggak apa apa kok" ujar Arya.

"Ya jelas nggak apa-apa. Kamu sih naruh muka di depan memek Ria. Kena deh. Hahahaha" ujar Toni.

"Aaaaahh….." desah Ria saat 2 jari yang masuk ke kemaluan Ria dicabut dengan kasar. Jari telunjuk dan jari tengah kiri Toni basah diselimuti oleh cairan bening dan kental. Disusul tangan kanan Toni yang memegang labia mayora dan tangan kiri Arya yang memegang labia mayora satunya mereka lepas hingga kemaluan Ria mengatup dan menyisakan beberapa milimeter lubang dengan lelehan cairan membasahi labia minoranya.

"Waaaah…. Jarimu jadi Basah Arya" ujar Toni dengan memandangi dua jari tangan kirinya sendiri.

"Hhh.. hhhh… sini sini Arya… aku bersihkan sama mulutku.. hhh… hhh" ujar Ria.

Toni kaget, terus dia membisiki Arya.

"Nggak.. nggaak perlu… biar aku yang bersihin pakai mulutku" ujar Arya.

"Hhh… hhh.. oh gitu… ma makasih yaa Arya sudah bikin aku orgasme.. hhhhh" ujar Ria.

"I.. iya.. sama-sama" ujar Arya.

"Hhh.. hhh gimana rasa cairan memek aku Arya?" Tanya Ria.

Kemudian Toni mendekatkan tangan kirinya ke mulut Arya. Arya kemudian merasa jijik melihat jari Toni dengan lendir bening tersebut. Ia menutup rapat mulutnya, tapi dengan Toni memaksa menekan jarinya sampai masuk ke mulut Arya. Mau tidak mau Arya mencicipi jari tangan kiri Toni tersebut. Beberapa detik kemudian tangan Arya memegang tangan kiri Toni untuk menariknya dan melepaskan jari di dalam mulutnya.

"Gu gurih…" ujar Arya.

Toni tersenyum dengan ibu jari diacungkan di depan wajah Arya. Sambil terengah-engah mengatur nafas, tubuh Ria jatuh ke samping kiri hingga tubuhnya tidur miring. Kemudian ia tidur telentang. Terlihat perutnya kembang kempis menghirup udara. Dari perut atas sampai pipi kiri Ria banyak sekali pasir yang menempel. Terutama pada sepasang buah dadanya.

"Sini.. hhh.. sini Arya" ujar Ria. Arya pun mendekat berada di samping kanan Ria.

"Mana jarimu yang tadi sudah mengobok-ngobok bikin aku orgasme?" Ujar Ria.

"I.. ini" ujar Arya menjulurkan dua jari tangan kirinya.

"Hihihi.. makasih ya jari Arya… muaaachh" ujar Ria mengecup jari telunjuk tangan kanan Arya. Padahal jari itu yang memainkan klistoris Ria. Hihihi, Akan tetapi tatapan sorot mata Arya tertuju ke buah dada kanan Ria. Ria pun menyadari tatapan mata Arya.

"Hhhh.. kamu masih belum puas sama toket aku?" Ujar Ria kemudian dijawab anggukan Arya.

"Hhh Pegang aja.. hhhhh.. hhh.. ini milik kamu… " ujar Ria membimbing telapak tangan kanan Arya ke buah dada kanan Ria.

Buah dada kanan Ria itu yang amat disukai Arya. Mungkin karena tidak bertato dan tidak bertindik. Puting buah dada kananlah yang bisa membuat Arya bisa melakukan hal sejauh ini. Setelah meletakkan telapak tangan kanan Arya yang menelungkup ke buah dada kanan Ria, tangan Ria melepaskan genggaman dari tangan Arya. Ia ingin membiarkan tangan Ria melakukan apa yang Arya mau ke tubuh Ria yang tidur telentang tersebut.

"Berdiri dong" pinta Toni tiba-tiba.

"Hhh… aku masih lemas ton.. gila.. lemas banget… hhhh" ujar Ria.

"Sini sini aku bantu bangunkan kamu" ujar Toni.

"Bro, lepasin bentar ya" ujar Toni.

Arya nurut, ia melepaskan tangannya yang meremas-remas buah dada kanan Ria. Aku masih merekam mereka bertiga. Toni berdiri dengan mengangkangi kepala Ria. Telapak kaki kiri Toni berada di atas bahu kiri Ria dan telapak kaki kanan Toni berada di atas bahu kanan Ria.

"Hhhh…. Ton.. kontolmu besar juga ya.. hhhh" ujar Ria.

Tentu dengan mengangkangi Ria, dia bisa melihat di balik balutan kain yang disarungkan di pinggul Toni.

"Nikmatin aja. Mungkin punyaku gak kalah besar sama almarhum mantanmu hehehe" ujar Toni.

Toni kemudian membungkuk. Sepasang tangannya meraih sepasang buah dada Ria sampai ibu jari dan telunjuk tangan Toni meraih pangkal puting serta areola Ria.

"Aaaaaaaaaaarrgghhh… sa.. sakittt" teriak Ria.

Aku dan Arya terkejut. Toni mencubit sepasang pangkal puting Ria kemudian diangkat dengan cepat hingga sepasang buah dada Ria mengerucut vertikal ke atas. Bahkan saking kencang dan kuatnya Toni menarik sepasang pangkal puting Ria, sampai-sampai bagian tubuh atas Ria terangkat belasan centimeter dari pasir.

"Sa.. sakiiittttt toni… stop ...stop.. nanti puting aku copot… aaaaaaawwwww" ujar Ria kemudian sepasang tangannya meraih pergelangan tangan Toni dan menerkamnya kuat-kuat. Tangan Ria berpegangan pada pergelangan tangan Toni. Wajah Ria meringis kesakitan.

"Nggak akan copot kok.. percayalah…" ujar Toni.

"Ngggak ...nggaak. stop… aaaaawwww" ujar Ria tetap memegang pergelangan tangan Toni. Ria berharap melepaskan sepasang putingnya yang diangkat Toni secara kasar.

"Kamu bilang aku dan Arya boleh melakukan apapun. Enak si Arya bisa ngobok ngobok memek kamu, sedangkan aku dapat apa? Mungkin ini yang kumau darimu Ria" ujar Toni.

"Aaaaahhh… iya… iya.." ujar Ria.

"Nah gitu. Kamu coba lemas dan rileks. Kemudian lepasin pegangan tanganmu di tanganku. Biarkan toketmu mengangkat badanmu" ujar Toni.

Ria akhirnya nurut. Ia kemudian rileks, melepaskan sepasang tangan di pergelangan tangan Toni hingga jatuh ke pasir.

"Nah gitu. Kepalanya rileks juga. Yang lemas" ujar Toni.

Ria juga nurut. Ia melemaskan kepalanya. Kalau di lihat dari samping kiri. Wajah Ria mendongak menghadap ke arah kiri. Aku kemudian mengarahkan kamera. Arya berdiri terlalu dekat, jadi aku mengambil dari arah kanan dari bawah sepasang kaki Ria. Dari sini terlihat tubuh Ria dengan buah dada meruncing. Kira-kira tinggi buah dada Ria dari tulang dada ke jari Toni yang mencubit pangkal puting Ria sekitar satu jengkal lebih sedikit. Bahkan, kini tubuh atas Ria terangkat lebih tinggi. Kira-kira sejengkal dari pasir. Rambutnya yang lepek menggantung dengan beberapa bagian rambut berserakan di permukaan pasir. Beberapa detik kemudian, Toni menurunkan pelan-pelan hingga tubuh atas Ria menyentuh pasir dan kembali tidur telentang.

"Gimana rasanya?" Ujar Toni.

"Hhhh.. Sa.. sakit.. tapi enak… pengalaman pertama diginikan… hhh" ujar Ria.

"Sebelumnya, sejauh mana kamu dikasarin?" Ujar Toni.

"Sama Rahman dulu, toketku cuma ditampar-tampar aja. Tapi pelan kok.. hhh" ujar Ria.

"Oh gitu. Sekarang coba yang lebih seru gimana. Sama seperti barusan, cuma sedikit ekstrim" ujar Toni.

"Boleh.. tapi jangan sampai putingku lepas ya" ujar Ria.

"Nggak akan kok. Kulit manusia itu selain elastis, juga kuat. Sepasang toketmu kalau diikat pangkalnya, dia bisa mengangkat beban tubuhmu kok. Apalagi badanmu ideal. Kalau gemuk, mungkin gak akan kuat." ujar Toni.

"Beneran?" Ujar Ria.

"Beneran. Mau coba toketmu diikat terus digantung?" Ujar Toni.

"Nggak deh" Ujar Ria kemudian menjulurkan lidah.

"Yuk bro. Kamu berdiri disitu. Aku disini" ujar Toni menunjuk arah yang dimaksud.

Arya kemudian berdiri di pinggang kanan Ria, sedangkan Toni berdiri di pinggang kiri.

"Pegang areola kanan Ria dengan tangan kirimu. Lakukan seperti mencubit. Harus kuat, jangan ragu. Kalau ragu bisa longgar dan membahayakan puting Ria" ujar Toni.

Arya melakukannya. Arya menunduk meraih areola kanan Ria dengan tangan kanan. Begitu juga dengan Toni. Tangan kiri Toni meraih areola kiri Ria. Secara bersamaan, mereka berdua mengangkat sepasang areola Ria hingga buah dadanya kembali mengerucut vertikal ke atas, hingga tubuh atas Ria terangkat belasan centimeter dari pasir. Sepasang tangan Ria lemas menggantung. Hanya pergelangan sampai punggung tangan yang menyentuh pasir. Tidak hanya itu, dari pantat sampai ujung kaki menyentuh pasir. Hanya punggung dari atas pinggul ke kepala yang tidak menyentuh pasir.

Tak disangka, mereka berdua berjalan ke arah hadap Ria, atau ke arah jam 12 dari tempatku berdiri di ujung kaki Ria.

"Aaaaaahh… sa.. sakit… stop ..stoop" teriak Ria.

Sontak mereka melepaskan areola Ria hingga tubuh atas dan kepala Ria jatuh ke pasir. Lumayan sih, jatuh sejengkal dari atas pasir.

"Aaaahh… sa.. sakit.." ujar Ria mengelus buah dada kanan Ria.

"Yang kanan ya yang sakit?" tanya Toni.

"I.. iya.." ujar Ria.

"Bro.. megangnya harus kuat. Kamu tadi ragu. Cubit aja sekuat tenaga kamu" ujar Toni.

"Ta.. tapi aku takut" ujar Arya.

"Gak apa-apa kok. Untung aja kamu tadi toket yang kanan, coba yang kiri, pasti bisa berdarah. Enak toket kanan Ria tidak bertindik. Nih, kalau tidak hati-hati, jebol nih puting Ria" ujar Toni.

"Ma maaf" ujar Arya.

"Coba sekali lagi ya Ria" ujar Toni.

"I.. iya. Arya sayang, cubit aja puting aku yang kuat. Gak apa-apa kok.. nanti kamu boleh ngenyot toket aku.. kamu mau kan nenen ke toket aku?" Ujar Ria.

"Ma.. maau mau" ujar Arya.

"Nah.. sekarang lakukan dengan baik ya sayang. Nanti kamu boleh nenen" ujar Ria.

"Aku mau juga dong" ujar Toni.

"Gak boleh. Kurang puas nyiksa toket aku?" Ujar Ria.

"Kurang lah" ujar Toni.

"Ya udah, kamu siksa aja, tapi awas.." ujar Ria mengancam.

"Iya iya. Aku bayarin deh biaya rumah sakitnya. Bila perlu habis ini aku kasih kamu permata dari desa ini" ujar Ria.

"Baiklah. Silahkan lakukan sesukamu" ujar Ria.

"Sip. Tapi aku mau kamu lemas dan diam ya. Jangan bersuara. Nanti aku dan Arya seperti menarik cewek pingsan yang terdampar terus aku angkat putingmu dan kutarik sejauh 2 meter" ujar Toni.

"Boleh. Lakukan aja" ujar Ria.

Oleh Toni, aku kemudian disuruh stop merekam. Lalu merekam ulang dengan video baru. Aku nurut. Toni mengarahkan aku berdiri di arah jam 4 sejauh 3 meter. Akupun beranjak ke tempat yang dimaksud Toni. Dengan segala Arahannya, aku mengiyakannya.

Pertama-tama aku merekam pemandangan laut, ke arah jam 12. Aku arahkan ke kanan pelan pelan sampai ke sosok tubuh Ria yang tidur telentang di arah jam 2. Kemudian Toni dan Arya dari arah jam 3 berlari menghampiri tubuh Ria. Toni memeriksa nadi Ria. Lalu menempelkan telinganya di dada Ria. Arya dan Toni kemudian berdiri di samping lengan Ria. Tangannya menarik areola hingga buah dada Ria mengerucut dan tubuh atas Ria terangkat dari pasir. Kepalanya yang lemas mendongak dengan wajah menatap ke arah jam 3. Mereka kemudian berjalan menyeret tubuh Ria dengan cara sepasang areola dicubit dengan keras. Dari pantat Ria hingga ujung kakinya yang menumpu pasir terseret meninggalkan bekas bergaris. Aku berjalan mengikutinya. Tidak hanya dari belakang, aku juga merekam dari samping. Sepasang mata Ria terpejam seolah-olah dia beneran pingsan.

Karena cukup cepat, tak disangka mereka sudah menyeret tubuh Ria sejauh 6 meter, bukan 2 meter. Pelan-pelan ia turunkan cubitan pada areola Ria hingga Ria tidur telentang.

"Cut.. cut" ujar Toni seolah-olah dia seorang sutradara dan aku juru kamera. Ada-ada aja.

Kemudian Ria membuka mata. Ia melirik ke bawah, ke tangan kiri Toni.

"Eh Toni, itu tangan kirimu ada sisa-sisa cairan kental. Jangan jangan yang tadi ngobok ngobok memek aku itu kamu ya?" Ujar Ria tiba-tiba.

"Bu. Bukaan kok" ujar Toni mengelak.

"Arya… beneran tadi yang nyolok memek aku pakai jari itu kamu? Ayoo jujur!!" ujar Ria ke Arya yang duduk berada di samping kiri Ria.

Arya Diam. Sepertinya dia ragu untuk menjawabnya. Karena tidak ada jawaban, Ria menatapku. Aku tahu dia sedang mencari kebenaran dariku.

"Anggu.. sebagai wasit, juri dan saksi, tolong bicara yang jujur. Sebenarnya yang tadi masukin jari ke memek aku siapa?" Ujar Ria.

Duh!!! Gimana nih? Salahku sih tadi tidak mencegah Toni. Arya juga sih mau-maunya berbohong. >,<

"Kalau dalam hitungan 3 kamu tidak jawab, dengan senang hati aku akan menelanjangi kamu disini!!! Aku bugilin dengan paksa hihihi" Ujar Ria.

"Satu.. " ujar Ria yang tidur telentang mulai memiringkan badannya.

Duh.. gimana. Aku melihat tatapan mata Toni menatap tajam ke arahku.

"Dua…" ujar Ria mulai berdiri

Gawaaatt…. Aku gak mau bugil dihadapan dua cowok yang bukan muhrim.. gimana ini. Sedangkan Arya menunduk lesu.

"Tiga…" Ria berjalan ke arahku.




Bersambung…..

Aahh..akankah anggunya jadi bugil 😅
 
Damn, sis...
Bikin penasaran....
 
Khas bgt tulisannya selalu ada penggambaran organ genital haha refreshing yg sgt oke smbl nunggu kelanjutan cerita Siska
 
Dibikin bugil aja anggu
Seneng banget Anggunya dibikin bugil. Dibikin santai aja. :p

Wuidih mantap
Makasih

Wah apa yang akan terjadi selanjutnya hihihi
Wah iya. Duh, bisa dibugilin sama Ria tuh. :p

iiihhhh riaa muluuuww..... anggunya kapannn dinakalinnn huu????
Kapan ya? Hmmm... belum tau. Hihihi

Khas bgt tulisannya selalu ada penggambaran organ genital haha refreshing yg sgt oke smbl nunggu kelanjutan cerita Siska
Memainkan imajinasi pembaca, terutama cerita Siska yang banyak kata tentang anatomi. Siska akan kutulis dalam 13 hari, dimulai esok. Tungguin aja yak.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd