Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI - TAMAT LELAWAH (racebannon)

mantab cerita baru, misteri lagi, ijin pasang patok hu, sambil nyimak hehe
 
cerita baru dan urban legend nih bakalan ada hubungan time line dgn cerita yg seblm nya ga ?
 
lelawa10.jpg


LELAWAH – PART 2
------------------------------

infini10.jpg

Bali.

Pulau eksotis berjuta misteri. Kelima orang itu sudah ada di hotel, setelah melewati perjalanan yang cukup panjang dari tadi pagi. Mereka sudah menyempatkan diri berkeliling di sekitar Ubud, ke beberapa spot wisata, dan makan siang. Asrul sedang ada di balkon, menatap ke arah pepohonan dan sawah, menenggak bir, dan merokok banyak-banyak.

Dari mereka berlima, yang merokok hanya Asrul saja. Sisanya tidak. Dan mau tak mau, karena Asrul tampaknya lemah tanpa rokok, Katy akhirnya memperbolehkan Asrul merokok di apartemennya. Ya, Katy memang tidak punya pendirian.

Razi yang tampak kurang kerjaan, menghampiri Asrul, dan dia mencoba mengajak sepupunya itu mengobrol.

“Enak ya Ubud”
“Enak, gue suka cuacanya” jawab Asrul.
“Bali tuh kenapa ya, bikin males ngapa-ngapain”
“Bali. Banyak Libur. Emang tempat wisata, lo mau apa” senyum Asrul dingin.

“Saking malesnya di Bali, sampe bablas aja lupa solat”
“Sekarang tahun 2018 dan lo masih solat…” nada bicara Asrul seperti sedang meledek.
“Duh Srul, lagi-lagi omongan lo tuh suka sompral” kesal Razi.

“Lo ngapain sih sebenernya? Lo minum bir nih... Bahkan lo juga gak anti pacaran, terus elo masih solat? Kalo lo muslim, lo harusnya gak pacaran dan ga nyentuh bir” tawa Asrul dengan nada tegas.

“Seenggaknya gue…”
“Eh, lo kalo mau punya agama, jangan bangga sama apa yang ditulis di KTP doang dong, jalanin” sambung Asrul.

“Elo sendiri, segitunya apal ayat qur’an banyak banget, hadis di luar kepala, tapi boro-boro solat… Bulan puasa aja makan siang-siang” dengus Razi.

“Agama gue ditulisnya Islam di KTP kan cuma gara-gara itu agama orang tua gue kan. Dicap jadi muslim gue sama mereka, sebelom gue lahir…. seenaknya banget” tawa Asrul. “Dan gue emang suka belajar agama. Jadi apa yang ada di sini” Asrul menunjuk ke kepalanya. “Beda sama yang ada di sini” Asrul kemudian menunjuk ke arah dadanya. Razi cuma mengangguk.

Dia paling malas kalau berdebat masalah agama dan kepercayaan dengan Asrul. Di mata Asrul, semua agama sama. Cuma karang-karangan manusia saja. Bahkan Tuhan pun, menurut Asrul, kemungkinan tidak ada. Padahal, Asrul bisa dibilang banyak hapal ayat Al-Qur’an di luar kepala, bahkan Hadis. Belum lagi sejarah Islam, itu ngelotok di kepalanya. Dan memang Asrul hapal banyak teks agama. Terutama yang diakui oleh pemerintah di Indonesia.

Selain agama, dia juga tertarik pada sejarah dunia, filsafat, politik, dan humaniora.

Asrul tahu banyak soal selak beluk agama, tanpa mau menganutnya. Asrul paham soal politik di Indonesia, tanpa mau ikut pemilu. Asrul memang seperti itu. Dia selalu ada di tengah, tidak pernah mau memilih dan tidak pernah mau percaya. Hidupnya dia dedikasikan untuk memenuhi dahaganya akan ilmu. Tak heran dia selalu menolak perempuan apapun yang mendekatinya. Pacaran gak penting, katanya. Nanti waktu gue buat browsing atau baca buku hilang.

Dasar Asrul.

“Guys?” Sandi ikut-ikutan ke balkon.
“Yes?” jawab Razi malas. Akhirnya ada yang menyelamatkan dia dari Asrul. Karena kalau saja Sandi tidak muncul, Razi sudah merasakan akan ada kuliah filsafat dadakan yang akan keluar dari mulut kakak sepupunya itu.

“Setengah jam lagi kita jalan ya?”
“Oke” jawab Asrul sambil mengisap rokoknya dalam-dalam.

“Bakal rame ya?”
“Rame banget” jawab Sandi sambil tersenyum, merujuk ke acara musik nanti malam, walau yang ada di kepala Sandi, cuma syuting besok.

Syuting besok lumayan unik untuk channel yutub mereka, karena tanpa syuting eksplorasi malam. Semuanya dilakukan siang-siang.

Beda dengan Razi, dia ingin menonton acara musik cepat-cepat, agar dia bisa menikmati kebersamaannya dengan Shenny. Ke Bali bersama Shenny, adalah salah satu impian Razi. Belum bisa pergi berdua pun tidak apa-apa, yang penting sekarang dia akan berkegiatan di bali selama beberapa hari dengan Shenny.

Dan dia berharap, perjalanan ke Bali kali ini, akan mendekatkan dia dengan Shenny.

------------------------------
------------------------------
------------------------------

nyepi-10.jpg

Sudah hampir tengah malam. Mereka berlima sedang kelelahan di dalam mobil. Mobil sewaan mereka berjalan dengan pelan, menyusuri jalanan sepi Bali.

Sandi ada di balik kemudi dan Katy ada di kursi depan. Di kursi belakang, Asrul, Razi, dan Shenny sedang mengukur lelah. Suara gitar berdenting, mengiringi suara parau yang menggelegar dari speaker handphone Shenny.

Sayup-sayup, lirik lagu tersebut menyayat hati.

Kering, kerontang, malam ini….
Saat kau pergi, terbang menjauh,
Menunggu, ku menunggumu…
Menunggu saat mati, lenyap dan hilang….


“Masih kurang Shen yang tadi?” tanya Sandi dengan nada lemah.
“Masih kurang yang tadi apaan?”
“Masih kurang Hantamannya? Sampe harus kamu setel lagi gitu di hape” senyum Sandi sambil terus memperhatikan jalan.

“Kurang lah” Shenny tertawa kecil, sambil mendengarkan lagu yang suram itu. Lagu dimana hanya ada dentingan suara gitar Arya dan rintihan Stefan, membelah malam yang sepi itu.

Kau, ratu malam
Menghilang bersama kelam, menghindari mentari


Kau, suara malam
Menyisir udara…. Menghitamkan langit… Membunuhku, dengan sepi….


“Sandi…” tegur Asrul, yang dari tadi tampaknya sudah gatal sekali ingin merokok.
“Yes?”
“Lo lewat mana sih ini?”
“Kenapa emang”

“Kenapa lewat depan rumah-rumah warga gini?”
“Jalan pintas”
“Jalan pintas? Tapi kok gak nyampe-nyampe”

“Harusnya bentar lagi sih nyampe” jawab Sandi retoris.
“Yakin?”
“Yakin”

“Babe, ini kok jalannya makin sempit sih?” bingung Katy.
“Emang gini kok”
“Udah, buka gugel map aja….” Razi membuka handphonenya. Walau batrenya sudah sekarat, dia tetap membuka aplikasi peta, untuk memastikan apakah jalan yang diambil oleh Sandi sudah tepat.

“Dari tadi kek” sungut Katy di kursi depan. Razi cuma senyum, sambil menggerutu dalam hati, karena harusnya yang membuka aplikasi peta di handphone bukan dia, tapi Sandi, yang bertindak sebagai supir.

“Hmm….” Razi tampak memperhatikan handphonenya, sementara Shenny mengintip di sebelahnya. Asrul hanya cuek saja, menahan keinginannya merokok. “Ini sih udah bener… Di depan ntar jalan kecilnya pecah, jadi ke kanan dan ke kiri…. Yang ke kanan ntar ketemu jalan besar, lurus dikit, udah sampe Ubud”

“Tuh bener kan, udah dibilangin kalo gue yakin” bisik Sandi ke Asrul. Yang dituju diam, sambil memperhatikan beberapa rumah kecil tradisional bali bercampur dengan ruko kecil, minimarket dan Pura-Pura kecil.

“Babe”
“Apa?”
“Itu apa?”
“Hmm?”

Sial. Ternyata jalan yang ke kanan ditutup oleh portal. Dan di balik portal itu, ada deretan panjang tembok seng, pertanda bahwa area itu sedang ada pembangunan. Ada dua orang satpam yang menjaga di depan portal itu.

“Misi Pak?” Sandi membuka jendela mobil sewaan itu, setelah ia mendekatkan mobil tersebut ke arah portal.
“Ya Dek?” jawab sang satpam yang logat jawanya kental.
“Ini kok…”
“Iya, selama pembangunan, area ini memang ditutup…. Cuma boleh mobil proyek aja yang boleh masuk” dengan ramah, Pak Satpam menjelaskan situasinya sekarang.

“Waduh?”
“Hehehe, maaf ya Mas, biasa lewat sini ya buat jalan pintas ke Ubud?”
“Iya nih…”

“Gini, Mas-nya mundur lagi, terus balik ke pertigaan tadi, ambil yang kiri aja, disitu jalannya udah agak besar, di situ agak jauh memang muternya kalo mau ke Ubud, tapi paling cuman nambah 10 – 15 menit lebih lama”

“Ooh…” Sandi menggaruk-garuk kepalanya, sementara keempat orang lain di dalam mobil itu bermuka masam, tetap diam, menunggu Sandi melanjutkan tugasnya sebagai supir.

“Nanti ketemu lapangan kecil, di sana ada warung yang punyanya orang jawa, masih buka dia jam segini, soalnya buruh ama tukang proyek suka makan di sana… Sampe sana kalo bingung harus lewat mana bisa nanya yang punya warung” sambung Pak Satpam. Dia tampaknya paham, kalau Sandi terlihat kebingungan.

“Udah yuk babe” tegur Katy.
“Oh.. Ahahaha… Oke deh pak, makasih ya…” senyum Sandi dengan awkward, sadar kalau jalan pintas andalannya sudah tidak mungkin lagi dilewati sampai proyeknya beres.

“Siap Mas, ati-ati”

Sambil mundur dan berganti arah, dia menebak-nebak soal proyek tersebut.

Logo hotel yang terpampang di seng sepertinya adalah hotel kelas atas. Bali memang tidak berhenti dieksploitasi oleh hotel-hotel baru disetiap pelosoknya. Sepertinya hotel itu akan luas sekali, dan akses utamanya adalah dari jalan besar di sebrang sana. Area ini pasti bagian belakang Hotelnya.

Mereka kembali berjalan, mencari jalan untuk segera pulang ke Ubud. Tengah malam belum lewat, tapi mereka sudah lelah, ngantuk, dan bahkan lapar.

“Katanya ada warung, makan situ bentar gimana?” Sandi memberi ide kepada mereka semua.
“Ide bagus. Gue udah ga tahan mau ngerokok” jawab Asrul.
“Babe… Di hotel aja makannya, room service, gimana?” rajuk Katy.
“Kelamaan, lagian kan makan di warung begitu murah kan… Palingan modelan warteg gitu ya gak? Itung-itung kayak di Jakarta” tawa Sandi.

Katy hanya menggembungkan pipinya tanda dia tidak setuju pada ide Sandi, tapi tidak kuasa untuk menolaknya. Dia tidak punya alasan atau argumen yang lebih baik daripada jawaban Sandi tadi.

Setelah obrolan singkat tadi, mereka semua diam lagi. Razi memperhatikan jalannya mobil di aplikasi peta. Sepertinya mereka memang ada di jalan yang benar, walaupun jaraknya lebih jauh daripada jalan yang tadi. Mereka meluncur perlahan, di jalan yang benar-benar lebih lega daripada jalan yang tadi.

Dan benar, di depan sana, ada sebuah lapangan kecil, yang di pinggirnya ada pohon yang tampak besar dan tua. Di sana ada sebuah bangunan semi permanen, pasti itu warung makan yang dimaksud. Suasana di sana sepi, dengan cahaya yang redup. Sambil tersenyum, Sandi memberhentikan mobil sewaan itu di pinggir jalan. Walau jadi agak sempit, tapi setidaknya mobil masih bisa lewat.

Dengan sedikit harapan bisa mengisi perut Sandi yang kosong, dia segera turun dari mobil. Dengan enggan, Katy mengikuti langkah pacarnya ke arah warung tersebut. Setelah basa-basi menyapa sang pemilik warung, yang merupakan ibu-ibu gendut, Sandi memilih makanan. Katy tampaknya persistent. Dia tidak mau makan, dia hanya menemani Sandi saja.

Asrul membakar rokoknya dengan tenang dan dia berjalan pelan, ke arah warung tersebut. Shenny dan Razi mengikuti punggung Asrul.

“Ih, apa itu, kok lucu?” Shenny dengan langkah cerianya mendadak berjalan ke arah pohon besar itu, dan dia menatap ke salah satu dahannya yang paling rendah.

“Ada apaan?” Razi menatap ke arah dahan itu dan tidak bisa menemukan apapun yang pantas disebut lucu.
“Ini”

“Wah, baru sekarang gue liat mahluk ini dari deket” senyum Razi, melihat muka antusias Shenny. Seekor kelelawar yang agak besar, sebesar tikus sedang bertengger terbalik di bawah dahan tersebut. Warnanya agak menyaru di kegelapan malam, apalagi warna bulunya kecoklatan, seperti warna kulit pohon tua itu.

90534d10.jpg

“Lucu juga kelelawar di liat dari deket” senyum Shenny.
“Itu bukan kelelawar” mendadak suara Asrul mengalihkan perhatian Razi dari Shenny. Asrul ternyata tidak jadi masuk ke warung. Dia tampaknya heran kenapa Shenny dan Razi terhenti di pohon besar itu.

“Apa dong? Kuda?” canda Razi, mendengar omongan Asrul tadi.
“Itu Kalong”
“Bedanya apa emang Bang? Bukannya sama-sama aja? tanya Shenny bingung.

“Beda. Kalong gedean dikit kalo dibanding sama kelelawar… Kelelawar makan serangga, kalo kalong makan buah… Ah, walau sebenernya Kalong itu sebutan buat kelelawar gede sih….. Dan yang sama itu cuman waktu edar mereka, malem-malem, sama kemampuan mereka untuk navigasi di dalam gelap” sambung Asrul.

“Pake suara itu ya?”
“Iya begitulah”

Razi mengangguk-anggukkan kepalanya, sambil melihat Kalong itu.

“Ini agak aneh dia sendirian, biasanya Kalong kan berkerumun” lanjut Asrul, bercerita soal hewan itu.
“Mungkin dia introvert” canda Shenny dengan lucunya.

Menggemaskan, pikir Razi. Bukan, bukan kalong atau kelelawar besar itu. Tapi Shenny. Asrul tampak membuang rokok yang dari tadi dia hisap itu, dan dia bergegas menyusul Sandi dan Katy yang ada di dalam warung. Razi terpaku, menatap Shenny yang tampaknya masih gemas kepada sang Kalong.

“Lo laper gak?” tanya Shenny ke Razi, sambil mengambil handphone dari saku celana pendeknya.
“Sebenernya enggak”
“Sama… Kita di sini aja deh”

“Boleh” jawab Razi dengan sok cool. Sebenarnya, jantungnya mau loncat keluar, karena dia sekarang sedang berdua-duaan dengan Shenny.

“Lucu ya?” senyum Shenny sambil mengambil foto si Kalong dengan handphonenya.
“Lumayan”

Ternyata dari dekat, Kalong tidak semenyeramkan itu. Tampangnya mirip tikus, dengan bulu coklat gelap, dan jari-jari panjang yang dihiasi oleh selaput atau sayap itu. Entah kenapa, mata kalong itu tampak mengiba ke arah Razi dan Shenny, bagaikan kucing hilang yang minta disayang oleh manusia.

“Matanya mengkilap banget, lucu, gelap gitu”
“Iya” lucuan elo kok Shen, pikir Razi dalam kepalanya.

Beberapa kali Shenny mengambil foto binatang itu dari berbagai macam sudut. Dia tampaknya antusias, karena dia baru sekali ini melihat kalong dari dekat. Ternyata menarik juga binatang ini. Sementara Razi, sedang melihat-lihat ke arah dahan-dahan yang lain, tapi dia tidak menemukan binatang yang sama. Ini agak aneh, mengingat dari penjelasan Asrul, binatang ini adalah binatang yang suka berkerumun. Sedangkan kalong ini tampak sendiri, terdiam, hanya bernapas sambil memperhatikan sekeliling, dengan gerakan yang tak wajar untuk ukuran seekor kalong.

Razi masih mencari kalong-kalong lain yang mungkin ada.

“KALIAN NGAPAIN!!!” mendadak keheningan mereka, dipecahkan oleh suara teriakan seorang ibu-ibu.
“Eh?” Razi dan Shenny kaget, menatap ke arah Ibu pemilik warung yang mukanya tampak marah.
“KALIAN NGAPAIN???”

“Ini, kita cuman…” Shenny menunjuk ke arah Kalong yang diam itu.

“PERGI!!!”

“Bu?” Razi tampak bingung, dan dia berusaha mencerna, kenapa ibu tersebut mendadak terlihat histeris. Asrul, Katy, dan Sandi keluar dari dalam warung, tampak kaget, melihat kelakuan tak wajar sang Ibu Warung.

“PERGI!!! NGAPAIN KALIAN!!” Ibu tersebut menunjuk ke arah Shenny, yang sedang terpaku, sambil memegang handphonenya.

“Ini Bu.. saya…”

“PERGI!!!!!!” si Ibu matanya melotot, dengan urat-urat leher yang mendadak kelihatan jelas. Shenny yang sedang menunjuk ke arah Kalong tampak tidak bisa bergerak, dia kaget.

“Guys!” Asrul memanggil Razi dan Shenny, sambil menunjuk ke arah mobil sewaan mereka. Sandi tampaknya sudah membuka kunci mobil dari jauh, sambil berjalan dengan gugup ke arah mobil itu. Katy mengekor di belakangnya, mereka berdua tampak kaget.

“PERGGIIIII!!!!!!!!!” beberapa orang tampak keluar dari rumah, mendengar suara histeris ibu tersebut.

“Bu, maaf, kita pergi…”

“PERGI!!!!”

Ibu itu tampak gemetaran, beberapa orang mulai menghampiri si Ibu, sambil menatap Shenny dan Razi dengan tatapan yang aneh dan menghakimi.

“Shen”

“Bu, kita..” Shenny kaget, karena Razi langsung menarik lengannya, menuntun paksa dirinya ke arah mobil. Shenny masih terpaku, menatap si Ibu dengan tatapan heran. Sedangkan si Ibu tampak mulai kejang, jatuh ke tanah, sambil berteriak-teriak meracau.

Warga mulai menolong Ibu itu, sambil tetap menatap ke arah Shenny yang ditarik Razi. Mereka, tidak bergerak mengejar atau berusaha menahan kelima orang itu. Mereka cuma menatap dengan tatapan yang aneh.

Dengan cepat, mereka berdua masuk ke dalam mobil. Sandi, yang sudah menyalakan mesin mobil, lantas memacu mobil itu, meninggalkan warung dan kerumunan warga. Tidak ada yang menahan mereka. Tidak ada yang bertanya, dan tidak ada yang bicara.

Dalam kondisi ketakutan, Shenny melihat ke arah Ibu itu. Dia terlihat masih berguling-guling di tanah, berteriak-teriak tak jelas, seperti sedang mengutuk, mengusir, dan meratap.
https://ssl.***********/ui/v1/icons/mail/images/cleardot.gif

Keringat dingin keluar di tengkuk Shenny. Tubuhnya merinding.

Apa itu tadi?

Dan di dalam keheningan malam Bali, mereka berlima mempertanyakan pertanyaan yang sama di dalam kepala mereka.

Apa itu tadi?

------------------------------

BERSAMBUNG
 
CAST:

Razi (26) - Seorang Freelance Photographer, Bersama temannya, Sandi, dia membuat channel youtube yang membahas tentang misteri-misteri di Indonesia

Sandi (26) - Motion Graphic Artist, co-founder sebuah channel youtube bersama Razi.

Shenny (23) - Interior Designer, adiknya Sandi. Love Interest Razi.

Katherine / Katy (26) - Pacarnya Sandi

Asrul (30) - Sepupu Razi. Seorang yang skeptis dan cerdas, tetapi terlalu sinis dalam bersosialisasi.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd