begawan_cinta
Guru Semprot
- Daftar
- 27 Oct 2023
- Post
- 565
- Like diterima
- 9.696
•••••
1. Kecil Dan Pendek
BEBERAPA hari ini, aku bingung, sedih dan tertekan. Masalahnya adalah ketika kami kemping beberapa hari yang lalu, kami mandi di sungai dan beberapa temanku membanding-bandingkan penis mereka siapa yang paling panjang dan paling besar dalam keadaan sedang menciut dan waktu sedang tegang.
Ternyata penisku paling kecil dan paling pendek dibandingkan penis Badrun, Ijul, Pendi, Nanok dan Khaled. Khaled yang keturunan Arab – India, penisnya paling besar dan paling panjang.
Aku malu sekali ditertawakan teman-temanku. Aku harus ngomong dengan Mama, kataku dalam hati, karena Mama yang melahirkan aku, pasti Mama yang paling tahu kenapa penisku kecil dan pendek.
“Miko, beberapa hari ini Mama melihat kamu cemberut melulu. Kenapa sih?” tanya Mama sebelum aku ngomong dengannya.
“Masalah besar, Ma!”
“Masalah besar? Masalah apa?” tanya Mama heran.
“Beberapa hari yang lalu, waktu kami kemping itu, kami mandi di sungai, beberapa temanku mengajak membanding-bandingkan alat kelamin.... kontol, Ma... “ kataku terus terang.
“Walaahhh.... kayak nggak ada kerjaan aja kalian ini...”
“Justru itu, Ma... kontol aku jadi bahan ketawaan teman-temanku, soalnya kontolku paling kecil dan paling pendek!”
“Buat apa kontol.... ee...ee... Mama ikut latah... besar dan panjang kalau nanti kamu punya istri nggak bisa menghasilkan keturunan, sayang? Apa kamu anggap semua wanita suka kontol yang besar dan panjang? Sakit tau nggak, masuk ke memek!” jawab Mama.
“Tapi aku kan malu Ma, diketawain sama teman-temanku? Aku dibilang mereka, bencong!”
“Buktikan sama teman-temanmu, bahwa kamu bukan banci!” kata Mama sewot.
“Maka itu Ma, kalau boleh... tolong lihat kontol aku ini supaya nanti aku nggak merasa rendah diri sama cewek-cewek,” kataku.
“Kalau kamu nggak malu sama Mama, ya sudah... mana, Mama lihat!” jawab Mama.
Mama mengajak aku duduk di sofa, sambil nonton televisi, lalu aku mengeluarkan penisku dari dalam celana pendekku untuk Mama lihat. “Alllaaaahhh... segitu sih nggak kecil dan pendek, sayang! Kalau tegang, bisa 14 atau 15 senti tuh!” kata Mama. “Coba kamu bikin tegang, Mama mau lihat!” suruh Mama.
“Malu ah Ma, Mama aja! Hitung-hitung bisa ngrasain dipegang sama cewek...” jawabku.
“Uuuhhh.... dasar!!” Mama mendorong jidatku dengan telunjuknya. “Ngomong aja pengen dipegang! Kunci pintu dulu sana!”
Aku bangun dari tempat dudukku pergi mengunci pintu rumah, lalu kembali ke tempat duduk Mama. “Lepaskan celana kamu, baring sini!” suruh Mama.
Aku melepaskan celana pendekku, kemudian membaringkan tubuhku di sofa dan kepalaku kutaruh di paha Mama.
Mama menjulurkan tangan kirinya mulai membelai penisku yang masih lembek sambil tangan kanannya memegang remote control untuk mengganti-ganti chanel televisi.
Karena malu, aku tidak berani mengajak Mama ngomong. Aku hanya memejamkan mata saja menikmati elusan tangan Mama pada kontolku. Setelah beberapa saat dielus dan diremas Mama, penisku pun mengacung tegang.
“Tuh, coba lihat berapa panjang. Ngukur pakai penggaris!” kata Mama mengomentari penisku.
“Teman-teman aku sih yang bilang pendek! Kalau Mama bilang cukup segitu ya sudah, aku percaya sama Mama.” jawabku.
“Bangun, pakai kembali celanamu!” perintah Mama kemudian.
“Ahh... Mama, pegang lagi dong... enak!” kataku.
“Tuh lihat sudah jam berapa? Adikmu sebentar lagi pulang les. Kapan-kapan lagi aja, Mama nggak pergi kemana-mana ini...” kata Mama.
“Sebentar aja, Ma!”
Mama tidak bisa menolak permintaanku. Tangan Mama menggenggam batang kontolku, lalu dikocok pelan-pelan. Kocokan Mama yang ringan pada kontolku seperti dibelai dan dielus membuat aku keenakan.
“Ee.. ee.. Mama... enak sekaliii... “ rintihku dengan napas terengah-engah. “Kocok terus, sampai maninya keluarr... Ma...”
Mama berganti posisi. Mama bangun dari tempat duduknya dan meletakkan bantal sofa di bawah kepalaku supaya aku bisa berbaring dengan nyaman.
Mama mengocok penisku lagi dengan irama yang lebih cepat sambil berdiri membungkuk di samping sofa tempat aku berbaring.
“Ooo... Mama, enak sekali kocokannya. Terima kasih, Mama....” desahku.
“Spermamu pasti keluarnya banyak nih, Mik! Burungmu tegang sekali. Ayo, keluarkan, Mama pengen lihat...” ujar Mama. Suaranya menunjukkan ia sepertinya terasang dengan penisku.
Batang penisku di arahkan Mama ke perutku. Genggaman dan kocokannya semakin cepat. “Uuughhhh..... ooooogghhh....” erangku ketika air maniku menyembur di perutku.
Crroottt.... crroottt.... crrooottt... crroottt...
Mama terus mengocok penisku. “Teruss... keluarkan lagii... lagii... uugghhh.... “ desah Mama, sampai air maniku berhenti menyembur, Mama baru menghentikan kocoknya.
Mama tersenyum memandangku. Entah apa air senyuman Mama. Mulut Mama kemudian mengecup kepala penisku yang masih tersisa air maninya. (*)(*)
1. Kecil Dan Pendek
BEBERAPA hari ini, aku bingung, sedih dan tertekan. Masalahnya adalah ketika kami kemping beberapa hari yang lalu, kami mandi di sungai dan beberapa temanku membanding-bandingkan penis mereka siapa yang paling panjang dan paling besar dalam keadaan sedang menciut dan waktu sedang tegang.
Ternyata penisku paling kecil dan paling pendek dibandingkan penis Badrun, Ijul, Pendi, Nanok dan Khaled. Khaled yang keturunan Arab – India, penisnya paling besar dan paling panjang.
Aku malu sekali ditertawakan teman-temanku. Aku harus ngomong dengan Mama, kataku dalam hati, karena Mama yang melahirkan aku, pasti Mama yang paling tahu kenapa penisku kecil dan pendek.
“Miko, beberapa hari ini Mama melihat kamu cemberut melulu. Kenapa sih?” tanya Mama sebelum aku ngomong dengannya.
“Masalah besar, Ma!”
“Masalah besar? Masalah apa?” tanya Mama heran.
“Beberapa hari yang lalu, waktu kami kemping itu, kami mandi di sungai, beberapa temanku mengajak membanding-bandingkan alat kelamin.... kontol, Ma... “ kataku terus terang.
“Walaahhh.... kayak nggak ada kerjaan aja kalian ini...”
“Justru itu, Ma... kontol aku jadi bahan ketawaan teman-temanku, soalnya kontolku paling kecil dan paling pendek!”
“Buat apa kontol.... ee...ee... Mama ikut latah... besar dan panjang kalau nanti kamu punya istri nggak bisa menghasilkan keturunan, sayang? Apa kamu anggap semua wanita suka kontol yang besar dan panjang? Sakit tau nggak, masuk ke memek!” jawab Mama.
“Tapi aku kan malu Ma, diketawain sama teman-temanku? Aku dibilang mereka, bencong!”
“Buktikan sama teman-temanmu, bahwa kamu bukan banci!” kata Mama sewot.
“Maka itu Ma, kalau boleh... tolong lihat kontol aku ini supaya nanti aku nggak merasa rendah diri sama cewek-cewek,” kataku.
“Kalau kamu nggak malu sama Mama, ya sudah... mana, Mama lihat!” jawab Mama.
Mama mengajak aku duduk di sofa, sambil nonton televisi, lalu aku mengeluarkan penisku dari dalam celana pendekku untuk Mama lihat. “Alllaaaahhh... segitu sih nggak kecil dan pendek, sayang! Kalau tegang, bisa 14 atau 15 senti tuh!” kata Mama. “Coba kamu bikin tegang, Mama mau lihat!” suruh Mama.
“Malu ah Ma, Mama aja! Hitung-hitung bisa ngrasain dipegang sama cewek...” jawabku.
“Uuuhhh.... dasar!!” Mama mendorong jidatku dengan telunjuknya. “Ngomong aja pengen dipegang! Kunci pintu dulu sana!”
Aku bangun dari tempat dudukku pergi mengunci pintu rumah, lalu kembali ke tempat duduk Mama. “Lepaskan celana kamu, baring sini!” suruh Mama.
Aku melepaskan celana pendekku, kemudian membaringkan tubuhku di sofa dan kepalaku kutaruh di paha Mama.
Mama menjulurkan tangan kirinya mulai membelai penisku yang masih lembek sambil tangan kanannya memegang remote control untuk mengganti-ganti chanel televisi.
Karena malu, aku tidak berani mengajak Mama ngomong. Aku hanya memejamkan mata saja menikmati elusan tangan Mama pada kontolku. Setelah beberapa saat dielus dan diremas Mama, penisku pun mengacung tegang.
“Tuh, coba lihat berapa panjang. Ngukur pakai penggaris!” kata Mama mengomentari penisku.
“Teman-teman aku sih yang bilang pendek! Kalau Mama bilang cukup segitu ya sudah, aku percaya sama Mama.” jawabku.
“Bangun, pakai kembali celanamu!” perintah Mama kemudian.
“Ahh... Mama, pegang lagi dong... enak!” kataku.
“Tuh lihat sudah jam berapa? Adikmu sebentar lagi pulang les. Kapan-kapan lagi aja, Mama nggak pergi kemana-mana ini...” kata Mama.
“Sebentar aja, Ma!”
Mama tidak bisa menolak permintaanku. Tangan Mama menggenggam batang kontolku, lalu dikocok pelan-pelan. Kocokan Mama yang ringan pada kontolku seperti dibelai dan dielus membuat aku keenakan.
“Ee.. ee.. Mama... enak sekaliii... “ rintihku dengan napas terengah-engah. “Kocok terus, sampai maninya keluarr... Ma...”
Mama berganti posisi. Mama bangun dari tempat duduknya dan meletakkan bantal sofa di bawah kepalaku supaya aku bisa berbaring dengan nyaman.
Mama mengocok penisku lagi dengan irama yang lebih cepat sambil berdiri membungkuk di samping sofa tempat aku berbaring.
“Ooo... Mama, enak sekali kocokannya. Terima kasih, Mama....” desahku.
“Spermamu pasti keluarnya banyak nih, Mik! Burungmu tegang sekali. Ayo, keluarkan, Mama pengen lihat...” ujar Mama. Suaranya menunjukkan ia sepertinya terasang dengan penisku.
Batang penisku di arahkan Mama ke perutku. Genggaman dan kocokannya semakin cepat. “Uuughhhh..... ooooogghhh....” erangku ketika air maniku menyembur di perutku.
Crroottt.... crroottt.... crrooottt... crroottt...
Mama terus mengocok penisku. “Teruss... keluarkan lagii... lagii... uugghhh.... “ desah Mama, sampai air maniku berhenti menyembur, Mama baru menghentikan kocoknya.
Mama tersenyum memandangku. Entah apa air senyuman Mama. Mulut Mama kemudian mengecup kepala penisku yang masih tersisa air maninya. (*)(*)
Terakhir diubah: