Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

----------------------------------------------------------------

Cerita 5 – Rumput Tetangga Memang Selalu Hijau

Vera

Manusia
memang ditakdirkan untuk tidak pernah puas terhadap apa yang dicapainya.
Mulai dari pendidikan.. kekayaan.. jabatan sampai dengan keluarga.

Hal ini bisa berdampak pisitif dalam memotivasi diri untuk berprestasi..
Namun juga dapat menjadi faktor yang bisa menyebabkan manusia menjadi depresi..
Apalagi jika membandingkan dirinya dengan orang lain yang lebih sukses.. baik itu keluarga.. teman maupun.. tetangga anda sendiri.

Namaku Aldi.. usia 30 tahun dan saat ini tinggal di sebuah perumahan sederhana –bukan real estate..– di kawasan Bekasi Barat.
Rumah di kompleks perumahanku tentu saja tipe-tipe kecil yang sebagian besar bertipe 36 dan 45.

Namun dengan penghasilanku yang lumayan aku bisa membuat rumahku yang mungil menjadi terlihat indah dan asri.
Boleh dibilang rumahku merupakan rumah terindah di kompleks itu.

Aku menempati rumah ini sejak lima tahun yang lalu.. dulunya sendiri saja..
Namun sejak satu tahun lalu aku menikah dan kini tinggal berdua dengan Lia.. isteriku.

Lia adalah seorang wanita yang cantik dan penuh perhatian.. sekilas tidak ada yang kurang darinya.
Apalagi dia juga bekerja sebagai Manajer Marketing di sebuah perusahaan farmasi.. jadi keluarga kami secara keuangan tidak punya masalah.

Kehidupan perkawinanku yang selama ini kuanggap bahagia itu ternyata semu belaka.
Sialnya.. hal itu disebabkan seperti kata pepatah di atas: ‘Rumput tetangga selalu lebih hijau’.

Aku mempunyai tetangga baru.. sepasang suami isteri dengan satu anak yang masih bayi.
Suaminya seorang pelaut.. –anak buah kapal..– dan isterinya ibu rumah tangga.

Pada awalnya aku tidak terlalu peduli dengan kehadiran tetangga baru itu..
walaupun ketika mereka datang memperkenalkan diri ke rumah aku sedikit terpukau dengan sang isteri yang punya body seksi dan montok.

Pada saat itu aku merasa keterpukauanku hanyalah hal biasa saja. Namun waktu berkata lain.
Ternyata setelah berinteraksi dengan Vera.. begitu nama tetanggaku yang montok itu..
aku mulai merasa ada daya tarik yang muncul dari wanita itu.

Ada beberapa kelebihan yang dimiliki Vera namun tidak dimiliki Lia.. isteriku.
Pertama tentu saja body-nya yang montok.. dengan dada yang menjulang dan pantat yang besar namun padat.

Walaupun Lia juga seksi.. namun ukuran buah dadanya cuma 34 B. Kalau Vera kutaksir mungkin antara 36 B atau 36 C.
Apalagi pantatnya yang bahenol itu tak kalah merangsang dibanding “pantat Inul..” membuat pria penasaran untuk meremasnya.

Kedua.. wajah Vera yang sensual. Kalau urusan cantik.. pasti aku pilih Lia..
Namun ketika aku melihat wajah Vera.. maka aku membayangkan bintang film BF.

Mungkin pengaruh dari bibirnya yang agak tebal dan matanya yang nakal.
Setiap kulihat bibir itu berbicara.. ingin rasanya aku merasakan ciuman dan kulumannya yang membara.

Ketiga adalah selera berbusananya.. terutama selera pakaian dalamnya.
Pertamakali aku melihat jemuran pakaian di belakang rumah mereka.. aku langsung tertarik pada pakaian dalam Vera yang dijemur.

Model dan warnanya beraneka macam.. mulai dari celana dalam warna hitam.. biru.. merah.. hijau sampai yang transparan.
Modelnya mulai dari yang biasa-biasa saja sampai model G-string.
Motifnya dari yang polos sampai yang bermotif bunga.. polkadot.. gambar lucu sampai ada yang bergambar bibir.

Wah.. Lia tidak suka seperti itu.. menurutnya kampungan dan seperti pelacur jalanan.
Padahal sebagai lelaki kadang kita ingin sekali bermain seks dengan perempuan jalanan.

Tiga hal itulah yang membuat aku selalu menyempatkan untuk curi-curi pandang pada Vera..
dan tak lupa melihat jemuran pakaiannya untuk melihat koleksi pakaian dalamnya yang"jalang" itu.

Suatu hari.. sepulang dari kantor.. aku mampir ke Supermarket dekat kompleks..
sekedar membeli makanan instan karena isteriku akan pergi selama dua hari ke Bandung.
Tak disangka di supermarket itu aku bertemu Vera dengan menggendong bayinya.

Entah kenapa jantungku jadi berdegup keras.. apalagi ketika kulihat pakaian Vera yang body-fit.. baik kaos maupun roknya.
Seluruh lekuk kemontokan tubuhnya seakan memanggil birahiku untuk naik.

"Hai.. Mbak.. belanja juga..?” Sapaku.
"Eh.. Mas Aldi.. biasa belanja susu..” jawabnya dengan senyum menghiasi wajah sensualnya.

"Memang sudah enggak ASI ya..?” tanyaku.
"Wah.. Susunya cuma keluar empat bulan saja.. sekarang sudah tidak lagi..”

"Hmm.. Mungkin habis sama Bapaknya kali ya.. Ha-ha-ha..” candaku.
Vera juga tertawa kecil.. "Tapi enggak juga.. sudah dua bulan bapaknya enggak pulang..”

"Berat enggak sih Mbak.. punya suami pelaut.. sebab saya yang ditinggal isteri cuma dua hari saja rasanya sudah jenuh..”
"Wah.. Mas baru dua hari ditinggal sudah begitu.. apalagi saya. Bayangkan saya cuma ketemu suami dua minggu dalam waktu tiga bulan..”

Aku merasa gembira dengan topik pembicaraan ini.. namun sayang pembicaraan terhenti karena bayi Vera menangis.
Ia kemudian sibuk menenangkan bayinya. "Apalagi setelah punya bayi.. tambah repot Mas..” katanya.

"Kalau begitu biar saya bantu bawa belanjaannya..” aku mengambil keranjang belanja Vera.
"Terimakasih.. sudah selesai kok.. saya mau bayar terus pulang..”
"Ohh.. Ayo kita sama-sama..” kataku.

Aku segera mengambil inisiatif berjalan lebih dulu ke kasir dan dengan sangat antusias membayar semua belanjaan Vera.
"Ha.. Sudah bayar..? Berapa..? Nanti saya ganti..” kata Vera kaget.

"Ah.. Sedikit kok.. enggak apa sekali-kali saya bayarin susu bayinya.. siapa tau dapat susu ibunya.. ha-ha-ha..”
Aku mulai bercanda yang sedikit menjurus.
"Iihh.. Mas Aldi..!" jerit Vera malu-malu. Namun aku melihat tatapan mata liarnya.. yang seakan menyambut canda nakalku.

Kami berjalan menuju mobilku.. setelah menaruh belanjaan ke dalam bagasi aku mengajaknya makan dulu.
Dengan malu-malu Vera mengiyakan ajakanku. Kami kemudian makan di sebuah restauran makanan laut di dekat kompleks.

Aku sangat gembira karena semakin lama kami semakin akrab..
Dan Vera juga mulai berbaik hati memberikan kesempatan padaku untuk ‘ngelaba..’

Mulai dari posisi duduknya yang sedikit mengangkang.. sehingga aku dengan mudah melihat kemulusan paha montoknya..
Dan tatkala usahaku untuk melihat lebih jauh ke dalam ia seakan memberiku kesempatan.

Ketika aku menunduk untuk mengambil garpu yang dengan sengaja aku jatuhkan.. Vera semakin membuka lebar kedua pahanya.
Jantungku berdegup sangat kencang melihat pemandangan indah di dalam rok Vera.

Di antara dua paha montok yang putih dan mulus itu aku melihat celana dalam Vera yang berwarna orange dan.. Brengsek.. transparan..!
Dengan cahaya di bawah meja tentu saja aku tak dapat dengan jelas melihat isi celana dalam orange itu..
Tapi itu cukup membuatku gemetar dibakar birahi.

Saking gemetarnya aku sampai terbentur meja ketika hendak bangkit.
"Hi-hi-hi.. Hati-hati Mas..” celoteh Vera dengan nada menggoda.

Aku memandang wajah Vera yang tersenyum nakal padaku..
Kuberanikan diri memegang tangannya dan ternyata Vera menyambutnya.

"Hmm.. Maaf.. saya cuma mau bilang kalau Mbak Vera.. Seksi sekali..”
Dengan malu-malu akhirnya perkataan itu keluar juga dari mulutku.
"Terimakasih.. Mas Aldi juga.. Hmm.. Gagah.. lucu dan terutama.. Mas Aldi pria yang paling baik yang pernah saya kenal..”

"O ya..?” Aku tersanjung juga dengan rayuannya.. "Gara-gara saya traktir Mbak..?”
"Bukan cuma itu.. saya sering memperhatikan Mas di rumah dan dari cerita Mbak Lia..
Mas Aldi sangat perhatian dan rajin membantu pekerjaan di rumah.. Wah.. Jarang lho Mas..
Ada pria dengan status sosial seperti Mas.. yang sudah mapan dan berpendidikan namun masih mau mengepel rumah..”

"Ha-ha-ha..” aku tertawa gembira..
"Rupanya bukan cuma saya yang memperhatikan kamu.. tapi juga sebaliknya..”

"Jadi Mas Aldi juga sering memperhatikan saya..?”
"Betul.. saya paling senang melihat kamu membersihkan halaman rumah di pagi hari dan saat menjemur pakaian..”

"Eh.. Kenapa kok senang..?”
"Sebab saya mengagumi keindahan Mbak Vera.. juga selera pakaian dalam Mbak..” aku berterus terang.

Pembicaraan ini semakin mempererat kami berdua.. seakan tak ada jarak lagi di antara kami.
Akhirnya kami pulang sekitar jam 8 malam.

Dalam perjalanan pulang.. bayi Mbak Vera tertidur..
Sehingga ketika sampai di rumah aku membantunya membawa barang belanjaan ke dalam rumahnya.

Mbak Vera masuk ke kamar untuk membaringkan bayinya.. sementara aku menaruh barang belanjaan di dapur.
Setelah itu aku duduk di ruang tamu menunggu Vera muncul.

Sekitar lima menit.. Vera muncul dari dalam kamar.. ia ternyata sudah berganti pakaian.
Kini wanita itu mengenakan gaun tidur yang sangat seksi.. warnanya putih transparan.

Seluruh lekuk tubuhnya yang montok hingga pakaian dalamnya terlihat jelas olehku.
Sinar lampu ruangan cukup menerangi pandanganku untuk menjelajahi keindahan tubuh Vera di balik gaun malamnya yang transparan itu.

Buah dadanya terlihat bagaikan buah melon yang memenuhi bra seksi yang berwarna orange transparan.
Di balik bra itu kulihat samar-samar puting susunya yang juga besar dan coklat kemerahan.

Perutnya memang agak sedikit berlemak dan turun.. namun sama sekali tak mengurangi nilai keindahan tubuhnya.
Apalagi jika memandang bagian bawahnya yang montok.

Tak seperti di bawah meja sewaktu di restoran tadi.. kini aku dapat melihat dengan jelas celana dalam orange transparan milik Vera.
Sungguh indah dan merangsang.. terutama warna hitam di bagian tengahnya..
Membayangkannya saja aku sudah berkali-kali meneguk ludah.

"Hmm.. Tidak keberatan kan kalu saya memakai baju tidur..?” Tanya Vera memancing.
Sudah sangat jelas kalau wanita ini ingin mengajakku selingkuh dan melewati malam bersamanya.

Kini keputusan seluruhnya berada di tanganku..
Apakah aku akan berani mengkhianati Lia dan menikmati malam bersama tetanggaku yang bahenol ini.

Vera duduk di sampingku.. tercium semerbak aroma parfum dari tubuhnya membuat hatiku semakin bergetar.
Keadaan kini ternyata jauh di luar dugaanku.

Kemarin-kemarin aku masih merasa bermimpi jika bisa membelai dan meremas-remas tubuh Vera..
namun kini wanita itu justru yang menantangku.

"Mas Aldi mau mandi dulu..? Nanti saya siapkan air hangat..” tanya Vera sambil menggenggam tanganku erat.
Dari sorotan matanya sangat terlihat bahwa wanita ini benar-benar membutuhkan seorang laki-laki untuk memuaskan kebutuhan biologisnya.

"Hmm.. Sebelum terlalu jauh.. kita harus membuat komitmen dulu Mbak..” kataku agak serius.
"Apa itu Mas..?”

"Pertama.. terus terang aku mengagumi Mbak Vera.. baik fisik maupun pribadi.. jadi sebagai laki-laki aku sangat tertarik pada Mbak..” kataku.
"Terimakasih.. saya juga begitu pada Mas Aldi..” Vera merebahkan kepalanya di pundakku.

"Kedua.. kita sama-sama sudah menikah.. jadi kita harus punya tanggungjawab untuk mempertahankan keutuhan rumah tangga kita..
apa yang mungkin kita lakukan bersama-sama janganlah menjadi pemecah rumah tangga kita..”

"Setuju.. saya sangat setuju Mas.. saya hanya ingin punya teman saat saya kesepian..
Kalau Mas Aldi mau kapanpun Mas bisa datang ke sini.. selagi tidak ada suami saya.
Tapi saya sekalipun tidak akan meminta apapun dari Mas Aldi dan sebaliknya saya juga ingin Mas Aldi demikian pula..
sehingga hubungan kita akan aman dan saling menguntungkan..”

"Hmm.. Kalau begitu tak ada masalah.. saya mau telpon ke rumah.. supaya pembantu saya tidak kebingungan..”
"Kalau begitu.. Mas Aldi pulang saja dulu.. taruh mobil di garasi.. kan lucu kalau Mas Aldi bilang ada acara.. sehingga tidak bisa pulang..
sementara mobilnya ada di depan rumah saya..”

"Oh.. Iya.. hampir saya lupa..” Aku segera keluar dan pulang dulu ke rumah.. menaruh mobil di garasi dan mandi.
Setelah itu aku mau bilang pada pembantuku kalau aku akan menginap di rumah temanku.
Namun tidak jadi karena pembantuku ternyata sudah tidur.

Aku segera datang kembali ke rumah Vera. Wanita itu sudah menungguku di ruang tamu dengan secangkir teh hangat di atas meja.
Pahanya yang montok terpampang indah di atas sofa.

"Wah.. Ternyata mandi di rumah ya..? Padahal saya sudah siapkan air hangat..”
"Terimakasih.. Mbak Vera baik sekali..”

Wanita itu berjalan menutup pintu rumah.. dari belakang aku memandang kemontokan pantatnya yang besar dan padat.
Kebesaran pantat itu tak mampu dibendung oleh celana dalam orange itu.. sehingga memperlihatkan belahannya yang merangsang.

Seperti tak sadar aku menghampiri Vera..
Lalu dengan nakal kedua tanganku mencengkeram pantatnya dan meremasnya.

"Uhh..” Vera agak kaget dan menggelinjang.
"Maaf..” kataku.

"Tidak apa-apa Mas.. justru.. Enak..” kata Vera seraya tersenyum nakal memandangku.
Senyum itu membuat bibir sensualnya seakan mengundangku untuk melumatnya.

Crup..! aku segera menciumnya.. Vera membalasnya dengan liar.
Aku tak tau sudah berapa lama bibir itu tak merasakan ciuman laki-laki.. yang jelas ciuman Vera sangat panas dan liar.

Berkali-kali wanita itu nyaris menggigit bibirku.. lidahnya yang basah meliuk-liuk dalam rongga mulutku.
Aku semakin bernafsu.. tanganku menjalar di sekujur tubuhnya..

Berhenti di kemontokan pantatnya dan kemudian meremas-remas penuh birahi.
"Ohh.. Ergh..” lenguh Vera di sela-sela ciuman panasnya.

Dengan beberapa gerakan Vera meloloskan gaun tidurnya hingga terjatuh di lantai.
Kini wanita itu hanya mengenakan Bra dan celana dalam yang berwarna orange dan transparan itu.

Aku terpaku sejenak mengagumi keindahan pemandangan tubuh Vera.
"Wowww.. Kamu.. Benar-benar seksi Mbak..” pujiku .. "Buah dada Mbak besar sekali..”

"Hi-hi-hi.. Punya Lia kecil ya..? Paling 34 A.. iya kan..? Nah coba tebak ukuran saya..?”
Tanyanya seraya memegang kedua buah melon di dadanya itu.

"36 B..” jawabku. "Salah.."
"36 C..” "Masih salah.. sudah lihat aja nih..”

Vera lantas membuka pengait Bra-nya.. sehingga kedua buah montok itu serasa hampir mau jatuh.
Ia membuka lalu melempar bra orange itu kepadaku. "Gila.. 36 D..!” Kataku membaca ukuran yang tertera di bra itu.

"Boleh saya pegang Mbak..?” Tanyaku basa-basi.
"Jangan cuma dipegang dong Mas.. remas.. Dan kulum nih.. Putingnya..” kata Vera dengan gaya nakal bagaikan pereks jalanan.

Wanita itu menjatuhkan tubuh indahnya di atas sofa.. aku memburunya dan segera menikmati kemontokan buah melonnya.
Kuremas-remas dua buah dada montok itu.. kemudian kuciumi..
Dan terakhir.. kukulum puting susunya yang sebesar ibu jari dengan sekali-kali memainkannya di antara gigi-gigiku.

Vera menggelinjang-gelinjang keenakan.. napasnya semakin terdengar resah..
Berkali-kali ia mengeluarkan kata-kata jorok yang justru membuatku semakin bernafsu.

"Ngentot.. enak banget Mas..!” Jeritnya.. "Ayo Mas.. Saya sudah kepingin penetrasi nih..!”
Aku yang juga sudah sangat bernafsu segera menjawab keinginan Vera.

Dengan bantuan Vera aku menelanjangi diriku.. sehingga tak tersisa satupun busana di tubuhku.
Vera sangat gembira melihat ukuran penisku yang lumayan panjang dan besar itu. "Ohh.. Besar juga ya..!?” Jeritnya senang.

Ia benar-benar bertingkah bagaikan perek murahan.. namun justru itu yang kusuka.
Wanita itu segera membuka celana dalam orange sebagai kain terakhir di tubuhnya.

Kulihat daerah bukit kemaluannya yang ditumbuhi rambut-rambut liar.. dengan segaris bibir membelah di tengah-tengahnya.
Bibir yang merah dan basah.. sangat basah. Ingin rasanya aku menikmati keindahan bibir kenikmatan Vera..

Namun ketika aku ingin melaksanakannya ia menampikku.
"Sudah.. nanti saja.. masih ada babak selanjutnya.. sekarang ayo kita selesaikan babak pertama..”

Vera lantas duduk mengangkang di atas sofa.
Kedua kakinya dibuka lebar-lebar mempersilakan kepadaku untuk melakukan penetrasi kenikmatan sesungguhnya.

Aku pun segera menyiapkan senjataku.. mengarahkan ujung penisku tepat di depan liang vagina Vera dan.. Clebbh..
Perlahan tapi pasti menekannya masuk. Slebbh.. sleepp..

Sedikit-demi sedikit penisku tenggelam dalam kehangatan liang Vera yang basah dan nikmat.
Ketika hampir seluruh batang penisku yang berukuran 20 cm itu memasuki vagina.. aku mencabutnya kembali.

Kemudian kembali memasukkannya perlahan. Slebb..
"Enghh.. Gila kamu Mas.. kalau begini sebentar saja saya puas..!” jerit Vera keenakan.
"Tak apa Mbak.. silakan orgasme.. kan masih ada babak selanjutnya..” tantangku.

Kini kutambah rangsangan dengan meremas dan memilin puting susunya yang besar.
"Ohh.. Ohh.. Benar-benar enak Mas..” Vera memejamkan matanya.

Pada penetrasi kelima.. Vera menjerit.. "Sudah Mas.. jangan tarik lagi.. saya mau.. Mau.. Oh..!"
Dinding vagina Vera melejat-lejat seakan memijit batang penisku dalam kenikmatan birahi yang sedang direguknya.

"Oh.. Saya sudah sekali Mas..” katanya sambil menarik nafas. "Mas mau puas dulu atau mau lanjut babak kedua..?” tanya Vera.
"Terserah Mbak..” kataku. aku sih pasrah saja.

"Sini.. saya emut saja dulu..”
"Hmm.. Boleh juga.. Lia belum pernah oral dengan saya..”

Ploph..! Aku mencabut penisku dari dalam vagina Vera yang basah dan menyodorkannya ke Vera.
Wanita itu langsung menjilati ujung penisku dengan lidahnya seakan membersihkannya dari cairan vaginanya sendiri..

Kemudian dengan sangat bernafsu ia memasukkan penisku ke dalam mulutnya.
Bibir seksi Vera terlihat menyedot-nyedot penisku seakan menyedot spermaku untuk keluar.

Ia kemudian mengocok penisku dalam mulutnya hingga birahiku mencapai puncaknya.
"Oh.. Saya mau keluar nih.. gimana..?” Aku bingung apakah aku harus mengeluarkan spermaku ke dalam mulutnya atau mencabutnya.

Namun Vera hanya mengangguk dan terus mengocoknya pertanda ia tak keberatan jika aku memuntahkan spermaku ke dalam mulutnya.
Akhirnya aku mencapai orgasme dan memuntahkan semua spermaku ke dalam mulut Vera.
Wanita itu tanpa segan-segan menelan seluruh spermaku. Sungguh lihai wanita ini memuaskan birahi laki-laki..!

Kami duduk sebentar dan minum air dingin.. kemudian Vera mengangkangkan kakinya kembali.
"Nah.. Sekarang babak kedua Mas.. kalau mau jilat dulu silakan.. tapi utamakan yang ini ya..”
Vera menunjuk ke arah klitorisnya yang agak besar. "Oke Mbak.. saya juga sudah biasa kok..” seruku.

Sejurus kemudian aku sudah berada di hadapan bibir kemaluan Vera yang baru saja aku nikmati.
Sebelum kujilat terlebih dahulu kubelai bibir itu dari ujung bawah hingga klitoris.

Kusingkap rambut-rambut kemaluannya yang menjalari bibir itu.
"Sudah gondrong nih Mbak..!” Sseruku.
"Oh iya.. habis mau dicukur percuma juga.. enggak ada yang lihat dan jilat..” jawabnya nakal..

"Besok pagi saya cukur deh.. tapi janji malamnya Mas Aldi datang lagi ya..”
"Oke.. Pokoknya setiap ada kesempatan saya siap menemani Mbak Vera..”

Aku kemudian asyik menjilati dan menciumi labium mayora dan minora Vera.
Cairan vagina Vera sudah mulai mengalir kembali pertanda ia sudah terangsang kembali.

Desahan Vera juga memperkuat tanda bahwa Vera menikmati permainan oralku.
Dengan nakal aku memasukkan jari telunjuk dan tengahku ke dalam vaginanya dan kemudian mengobok-obok liang becek itu.

"Yes.. Asyik banget.. Say sudah siap babak kedua Mas..” seru Vera.
Aku sendiri sudah terangsang sejak melihat keindahan selangkangan Vera.. jadi penisku sudah siap menunaikan tugas keduanya.

Vera menungging di atas sofa. "Sekarang doggy-style ya Mas..” Aku sih iya saja.. maklum.. Sama enaknya..
Sejurus kemudian kami sudah terlibat permainan babak kedua yang tak kalah seru dan panas dengan babak pertama..
Hanya kali ini aku memuntahkan sperma di dalam vaginanya.

Malam masih begitu panjang. Kami masih menikmati dua permainan lagi sebelum kelelahan dan mengantuk.
Vera begitu bahagia dan aku sendiri merasa puas dan lega. Mimpiku untuk menikmati tubuh montok tetanggaku terlaksana sudah.

Bahkan kini setiap waktu jika Lia dinas ke luar kota maka Vera secara resmi menggantikan posisi Lia sebagai isteriku. Asyik juga.
Namun sebagai imbalannya aku mencarikan dan menggaji pembantu rumah tangga di rumah Vera.

Betapa bahagianya Vera dengan bantuanku itu..
Ia semakin sayang padaku dan berjanji akan melayaniku jauh lebih memuaskan dibanding pelayanan kepada suaminya.

Dari kejadian tersebut aku semakin menyadari kebenaran pepatah: ‘Rumput tetangga memang selalu terlihat lebih hijau..’
Atau bisa diganti dengan: ‘Vagina isteri tetangga selalu terasa lebih nikmat..’ Ahaa.. (. ) ( .)
-----------------------------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
kurangnya cuma satu sih : kalo masih punya jejak credit to writer, trit ini akan sempurna karena disusun berdasarkan genre :beer:

:ampun: Iya.. bener banget Suhu..
Itu semata memang kesalahan Nubi.. ngga sempat 'nge-save' author/writer aslinya.
Secara Nubi ngesave dulu dari bermacam2 situs..
yang jarang sekali mencantumkan nama/nickname penulis aslinya..
 
-------------------------------------------------------------------

Cerita 6 – Rumput Tetangga Lebih Hijau

Mba Tuti


Pada saat itu aku masih tinggal bersama istri dan anakku di rumah kontrakkan di daerah Bekasi..
Kehidupan kami cukup mapan untuk ukuranku yang hanya seorang pegawai Outsourcing pada sebuah perusahaan BUMN.

Kehidupan seksku pun normal dan wajar.. seperti layaknya orang yang sudah berumah tangga..
Dengan rutinitas hubungan dengan istriku seminggu dua sampai tigakali saja.

Hingga pada suatu ketika kontrakan di sebelahku di tempati oleh seorang yang masih temanku..
bersama istri dan anaknya yang masih Balita seumuran dengan anakku.
Aku yang sudah sejak masih bujangan sudah mata keranjang.. kontan saja tertarik oleh penampilan dan chasing istri temanku itu.

Astuti.. dan biasa dipanggil Mba Tuti adalah wanita keturunan Jawa..
Berwajah ayu dengan tubuhnya yang mungil namun cukup menarik dengan keseksian yang dia miliki.

Begitupun dengan Astuti yang sama-sama bekerja di suatu pabrik..
Ia sering menitipkan kunci rumahnya juga terkadang anaknya kepada kami.. di saat hendak bepergian keluar rumah.

Dan semenjak ada mereka keakraban di antara keluarga kami mulai terasa..
Dan aku sendiri mulai dengan khayalan khayalanku yang datang menghiasi pikiranku..

Karena begitu terpesona oleh keayuan Astuti.. sering akupun curi-curi pandang kepadanya..
yang terkadang hanya mengenakan daster tipis saat di rumah.

Suatu ketika disaat aku sedang libur di rumah Mba Tuti datang dengan menitipkan kunci rumahnya..
yang katanya mau pergi ke rumah orangtuanya bersama anak dan suaminya.

Saat itu aku yang sedang sendiri di rumah.. karena anak dan istriku sedang ada keperluan di kampung untuk beberapa hari..
Jadi aku yang menerima anak kunci yang dititipkan Mba Tuti kepadaku.

“Mas Purwo titip kunci ya Mas.. mau ke rumah orangtua..” katanya.
“Ooh iya Mba..” jawabku dengan tersenyum.

Setelah kepergian Mba Tuti bersama anak dan suaminya..
kontan timbul niatku untuk masuk ke rumahnya dengan kunci yang baru saja dititipkan kepadaku.

Dengan celingukan mulai kubuka pintu rumahnya dengan perasaan berdebar..
Setelah berada di dalam aku lalu bergegas menuju ke kamarnya dan kubuka lemari pakaian yang tidak terkunci itu.

Terlihatlah olehku sederet pakaian pria dan wanita yang tergantung rapi..
Lalu kuambil pakaian wanita yang berbahan sangat lembut.. kemudian kuciumi dan kukeluarkan kontolku..
lantas kukocok-kocok dengan pakaian wanita itu.

Aku yang sedang berkhayal menggumuli tubuh Mba Tuti yang seksi itu..
lalu mengambil beha dan CDnya dan kuperlakukan sama seperti tadi kujadikan sarana pengocok batang kontolku.

Khayalanku terus berlanjut dan dengan mengambil lagi sepotong pakaian wanita..
kututupi bantal guling dengan pakaian wanita itu dan dengan mengkhayalkan sedang menggumuli tubuh Mba Tuti..

Kutindihi bantal guling itu dengan kontolku yang sengaja kubungkus dengan celana dalam wanita yang aku yakin milik Mba Tuti.
Dengan penuh nafsu kugumuli terus bantal guling yang tertutup oleh pakaian Mba Tuti..

Hingga terasa air maniku sudah di ujung dan kulepaskan lalu kusemprotkan ke celana dalam Mba Tuti..
”Aahhh Tuti..!” Crot .. crot.. crot..

Akupun sibuk mencoba membersihkan bercak spermaku di celana dalam itu..
Agar tidak meninggalkan noda yang nanti membuat Mba Tuti curiga.

Hal ini kulakukan karena begitu terobsesi oleh keayuan dan kemolekan tubuh Mba Tuti..
dan menjadikan aku seperti saat ini yang telah kulakukan di kamarnya.

Keesokkan harinya,, Mba Tuti tidak berangkat kerja seperti biasanya..
Dia hanya seorang diri di rumah kontrakannya dengan anaknya yang masih menginap di rumah neneknya di Tambun.

Begitu pun aku.. setelah melihat Mba Tuti ada di rumah.. sengaja tidak masuk kantor dengan alasan ada keperluan.
Dan pagi itu kulihat Mba Tuti sedang menjemur pakaiannya setelah mandi.. kelihatan dari rambutnya yang masih basah.

Dengan berpura-pura baru melihatnya akupun menghampirinya.. “Loh Mba Tuti ngga masuk kerja..?” Kataku.
“Iya mas lagi ngga enak badan nih.. Mas purwo juga ngga masuk kerja..?” Tanyanya kemudian.

“Kalo saya tadi izin Mba.. mau ada urusan keluarga.. sebetulnya sih ngga ada.. Cuma kepengen libur aja..” kataku.
“Jangan keseringan begitu Mas.. nanti jadi kebiasaan loh..!” katanya dengan mengingatkan.

Obrolan kami terus berlanjut.. hingga Mba Tuti selesai dengan jemurannya..
Lalu dengan penuh keramahan dia pun menawarkan untuk sekedar minum kopi di rumahnya..

“Ayo masuk Mas Purwo biar kubuatkan kopi..!?”
“Ngga apa-apa nih Mba.. nanti jadi merepotkan..!?” Jawabku basa basi.
“Udah.. kalem aja Mas.. ayo silakan masuk..!” katanya lagi.

Aku lantas masuk ke rumahnya dan Mba Tuti langsung ke dapur membuatkan aku secangkir kopi..
Wuihh.. saat menaruh kopi di meja.. sempat terlihat buah dadanya menggantung saat dia membungkuk.

Begitu melihat hal itu spontan batang kontolku ngaceng..
Mulailah pikiran-pikiran kotor kembali menyeruak ke dalam kepalaku.

“Mba Tuti memang apa sih yang dirasa Mba..? Mungkin bisa saya bantu pijitin biar rada mendingan..”
kataku sambil menawarkan jasa.
“Ini loh mas.. badanku kok rasanya seperti meriang..” katanya mengeluh.

“Coba Mba duduk sini biar aku pijitin Mba..” kataku lagi berharap.
“Emangnya Mas Purwo bisa ngobatin dengan pijit..?” Tanyanya penasaran.
“Kalo kata yang pernah saya pjitin sih.. lumayan enakan..” timpalku lagi.

Lalu dengan alasan takut keliatan orang.. akupun mengajaknya untuk kupijat di kamarnya..
“Maaf Mba.. ngga enak kalo keliatan orang.. Gimana kalo di kamar Mba aja..?”
“Ya udah Mas kita di kamarku aja..” katanya menerima saranku.

Di dalam kamarnya sambil duduk di tepi ranjang.. aku mulai memijat pundak Mba Tuti..
Kuminta untuk menggulung rambutnya yang menutupi lehernya.

Saat itu Mba Tuti memakai daster tipis bercorak kembang-kembang..
Sambil terus memijat tanpa setau Mba Tuti aku kian merapatkan dudukku ke tubuhnya yang duduk di hadapanku..

Ughh.. Keharuman tubuhnya semakin membuat kontolku ngaceng.
Pijatanku kini turun ke punggung.. pinggangnya.. terus naik lagi ke samping di bawah ketiaknya..

Mba Tuti hanya diam.. menikmati pijatanku sambil memejamkan matanya.
Dan sengaja kuberikan pijatan-pijatan pada titik-titik sensitif tubuh Mba Tuti.. yang akan membangkitkan rangsangann.

Hasilnya mulai terlihat.. dengan mulai terdengarnya desahan dan rintihan halus dari mulut Mba Tuti.
Hal ini membuatku semakin memfokuskan pijatanku ke daerah sensitif tubuh Mba Tuti..

Tak lama kuberanikan dengan tambah merapatkan badanku ke tubuhnya..
sementara aku mulai dengan memijit dari pinggang terus ke depan perutnya.. lalu naik lagi secara perlahan ke bawah buah dadanya.

Sengaja pula aku dekatkan wajahku ke leher Mba Tuti agar embusan nafasku menerpa dan menggelitik kulit leher jenjangnya yang mulus..
hingga kini desahan Mba Tuti semakin terdengar olehku.

Tak berselang lama.. sekarang tanganku bukan lagi memijit.. tapi telah meraba mengusap dan mengelus-elus tubuhnya.
Dan selanjutnya dengan perasaan berdebar.. mulai kusentuh dan kuraba bagian paha dan selangkangan Mba Tuti..

Mba Tuti semakin menampakkan kenikmatan atas perlakuanku di sekitar daerah sensitifnya.
Lalu dengan seolah tidak sengaja kesentuh kulit leher Mba Tuti dengan ujung hidungku dan terus kusentuh lagi dengan bibirku..
Terkadang juga dengan kumisku yang jarang hingga akhirnya tubuh Mba Tuti rebah ke badanku.

Aku beranikan untuk menyusuri leher jenjang Mba Tuti dengan hidung dan bibirku..
Mba Tuti tidak menampakkan dirinya akan marah kepadaku.. tapi sebaliknya dia semakin menengadahkan kepalanya..

Hal itu membuat permukaan lehernya semakin terbuka..
Seakan minta aku untuk melakukan lebih dari apa yang tadi kuperlakukan sudah aku lakukan tadi.

Maka dengan kuberanikan diri.. kini mulai kuciumi dan kuselingi dengan jilatan-jilatan kecil di leher jenjangnya..
Dan sekarang semakin jelaslah desahan kenikmatan yang dirasakan oleh Mba Tuti “Ssshhhh.. hhhmsssffffhh..”

Dan dengan tanganku kini kuraba bagian dadanya dan kuremas dengan perlahan..
Lalu dengan hati-hati mulai kubuka satu per satu kancing daster Mba Tuti yang ada di bagian dadanya.

Dasternya yang yang sudah tidak terkancing lalu kutarik dari samping kanan dan kirinya secara bersamaan ke bawah..
Kini mulai terlihat jelas pundaknya yang mulus.. segera kuhujani dengan jilatan-jilatanku menyusuri leher hingga pundak Mba Tuti.

Dengan segera pula mulai kugeser tali kutang di pundak Mba Tuti dengan perlahan.. hingga jatuh di samping tangan kanan dan kirinya..
Kukeluarkan daging buah dadanya dari mangkok BHnya.. lalu kuremasi dengan perlahan..

Sesekali kupilin putting susunya hingga desahan Mba Tuti semakin terdengar. “Ssshhhaaahhhh.. eeeehhhhmmffffsss..”
Melihat hal ini aku semakin berani dengan tindakanku selanjutnya..

Kurebahkan tubuh Mba Tuti di pangkuanku.. lalu kulumat bibirnya.. dengan dibalas pagutan bibir Mba Tuti.
Dengan tangan kananku yang menyanggah kepala Mba Tuti mulai.. terus kami perpagutan dalam lumatan..
dengan lidah kami yang saling membelit di dalam mulutnya.

Lalu dengan tangan kiriku mulai merambahi daerah sekitar vagina Mba Tuti yang masih memakai celana dalam..
Dengan penuh penghayatan kukorek di tengah belahan bibir vaginanya yang sudah lembab dengan cairan kewanitaannya..
yang meresap hingga ke celana dalamnya yang berbahan katun berwarna putih.

Pelan.. perlahan aku membaringkan tubuh Mba Tuti ke tengah ranjang.
Aku menindih Mba Tuti sambil meneruskan pelukan.

Ciumanku.. aku arahkan ke lehernya.. kemudian terus hingga ke buah dadanya.
Aku isap dan gigit putingnya.. bergantian.. kiri dan kanan.

Mba Tuti menggeliat keenakan.
Aku isap semaunya.. dengan diiringi oleh rintihan Mba Tuti.

Dengan perlahan kuturunkan celan dalamnya.. kini nampaklah vagina Mba Tuti.
Kemudian.. aku berhenti. Kkulihat kemaluannya agak merah dihiasi dengan bulu-bulu halus yang tersusun rapi.
Kelihatan kelentitnya yang merah bergerak-gerak pelan.

Aku terus mencium.. kini bagian pusarnya aku jilat. aku turun lagi.. hingga ke pangkal vaginanya.
Vaginanya kelihatan basah dan berair aku jadi tambah nafsu.. terus aku ulurkan jari aku ke kemaluannya.

Kuusap dengan lembut bibir kemaluannya.. Mba Tuti mengerang keenakan sambil menggerak-gerakkan pantatnya.
Aku mainkan kemaluannya.. kelentitnya aku gigit pelahan dan terangkat pantatnya menahan kenikmatan itu.

Kelentitnya yang aku mainkan dengan lidahku berulangkali.. Tiba-tiba tubuh Mba Tuti mengejang lidah dan bibirku terasa basah.
"Ahhhhhh .. hhhhhhhhhh ..” Rupa-rupanya Mba Tuti sudah klimaks.

Aku berhenti menjilat dan usapkan bibirku dengan sprei ranjangnya. Kumainkan jariku di vaginanya.
Aku masukkan sedikit.. dia mengerang. “Nghhh.. hhhh..”
Kutusuk dan tarik lagi.. dia mengerang makin kuat.. suara yang semakin menaikkan nafsuku.

Dengan sedikit tergesa kuturunkan celanaku dan segera kuarahkan kepala kontolku ke liang memek Mba Tuti..
Slebb.. slebb.. slebb.. Dengan sedikit gesek-gesekan di belahan bibir vaginanya.. Clebhh..!

Lalu dengan sekali sodokan kuhujamkan batang kontolku ke liang memek Mba Tuti.. diiringi erangan panjangnya.
“Aaarrrgggghhh.. OOOhhhh.. sakit.. Maaassshhh..!?”

Dengan tidak mempedulikan rintihan dan erangan Mba Tuti.. aku terus menggenjot liang memeknya..
Dengan penuh nafsu dan kasar.. dalam ritme sodokan yang tidak beraturan.. kuhajar liang nikmat itu.

“Aaahhh memek Mba uenaaak.. tenan..” kataku di sela sodokan-sodokanku.
Lalu kurenggut dengan kasar sisa baju daster Mba Tuti yang masih tersisa di tubuhnya..

Lantas kugenjot terus hingga tubuh Mba Tuti terguncang-guncang hebat di atas ranjang.
“Maaasss sakit Maaas.. aku ngga kuaaat.. Maaassshhh..hhhh.. ” rintihan Mba Tuti memelas.

Akhirnya dengan semakin mempercepat genjotanku di liang memeknya..
Sampai juag pada klimaksku.. Penisku kutekan keras ke memek Mba Tuti.. kusemburkan lahar panas spermaku di dalam rahimnya.

“Aaaahhhh.. Mba Tutiiii.. memek Mba puleenn.. ooohhh..” Crot .. crot.. crot..!!
Maniku muncrat beberapakali di dasar liang memeknya.

Lemas tubuhku hingga terjatuh di atas tubuh Mba Tuti dengan peluh yang luar biasa banyak..
Kembali kulumat bibir Mba Tuti dan di sela isak tangisnya kukatakan permintaan maafku..

“Maafkan saya Mba.. saya sudah lama menginginkan tubuh Mba..” kataku.
Mba Tuti tidak menjawab.. hanya isak tangisnya yang masih berkepanjangan terdengar olehku.

Aku mengambil rokokku dan beristirahat di tepi ranjang..
Perlahan kulirik Mba Tuti bangun dan terus ke kamar mandi.. setelah itu terdengar air yang tercurah disiramkan ke tubuhnya.

Aku hampiri Mba Tuti yang sedang mangeringkan rambutnya dengan handuk..
Dengan tubuhnya yang hanya terbelit kain kemben batik.

Melihat hal itu aku kembali dengan kedutan-kedutan di kontolku.. aku terangsang lagi..
Sengan segera kupeluk tubuh Mba Tuti dari belakang..

Kembali kuhujani dengan ciuman dan jilatan jilatan di sekitar leher jenjangnya.
“Sudah Maas.. saya ngga mauuu.. aaahhh..!” erangannya.

“Jangaaaannn Maaasss.. oohhhgggffss..” Mba Tuti meronta dan menolak apa yang kuinginkan..
Dengan tangannya yang mulai menjambak dan memukuli kepalaku.

Aku yang sudah begitu bernafsu dengan mudah kuangkat dan kubopong tubuh Mba Tuti..
Kemudian kuhempaskan ke atas ranjang.. segera kutindih tubuhnya.

Lalu dengan kasar kusingkap kain kemben bagian bawahnya dan kubuka kedua paha Mba Tuti dengan dengkulku..
Segera kuarahkan kepala kontolku ke liang memeknya.. kutekan dengan dorongan penuh.. Slebbh.. Bleess.. “Aaaahhhhh..!!”

Tanpa memberikan napas dengan kasar kugenjot liang memek Mba Tuti..
hingga akhirnya Mba Tuti hanya diam pasrah setelah kutubleskan batang kontolku seluruhnya.

Sodokan kontol dan genjotanku semakin kencang.. keras.. hingga ranjang pun berderit-derit..
Seirama ayunan tubuhku di atas tubuh Mba Tuti.. Tak lama berselang.. “Aaahhh..” Crett.. crett.. crett..
Untuk keduakalinya akhirnya kembali kusirami rumput tetanggaku itu dengan air maniku..

Dengan perasaan puas lalu kupunguti pakaianku yang berserakan di lantai. Kuhampiri Mba Tuti yang terisak di atas ranjangnya..
Kain kembennya sudah compang-camping kurenggut dan kubuka secara paksa.. hingga meninggalkan banyak sobekan di sana-sini..

Dengan mesra kulumat bibirnya dan kembali kubisikkan..
“Maafkan saya Mba.. sejak kepindahan Mba ke sini.. saya sudah jatuh hati sama Mba.. Sekali lagi maafkan saya ya Mba..”

Aku keluar dari rumah Mba Tuti.. dengan tidak lupa menyeruput sisa kopi yang tadi dibuatkan Mba Tuti untukku. Ahhh nikmat.. (. ) ( .) ..
--------------------
-------------------------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
---------------------------------------------------------------

Cerita 7 – Nikmatnya Rumput Tetangga

Tante Amy

Sebut saja namaku Pram..
aku adalah suami dari seorang istri yang menurutku sungguh sangat sempurna.
Namun begitu sebagaimana layaknya sebuah pepatah.. rumput tetangga sangatlah segar.. itu yang berlaku dalam kehidupanku.

Walaupun pelayanan yang kuterima dari istriku sungguh tidak kurang suatu apapun..
masih juga terlintas dalam anganku fantasi yang menggairahkan setiapkali Tante Amy lewat di depan rumah.

Tante Amy adalah seorang pengusaha Garmen yang cukup ternama di kota Solo.
Kalau tidak salah tafsir.. usia Tante Amy sekitar 38 tahun..

Suaminya adalah pemilik sebuah penginapan di Pantai Senggigi Pulau Lombok.
Barangkali karena lokasi usaha pasutri ini yang berjauhan..
mungkin itulah penyebab mereka sampai sekarang ini belum dikaruniani momongan.

Tapi sudahlah.. itu bukan urusanku.. karena aku hanya berkepentingan dengan pemilik betis kaki yang berbulu halus..
milik Tante Amy yang selalu melintas dalam setiap fantasi seksku.

Kalau menurut penilaianku betis kaki Tante Amy bak biji mentimun.. sementara gumpalan buah dada..
pantat maupun leher Tante Amy sangatlah sejuk kurasakan seiring dengan air liurku yang tertelan dalam kerongkonganku.

Sore.. sehabis kubersihkan Tiger 2000-ku.. terlihat Tante Amy keluar dari mobil.
Saat itulah sejengkal paha putih di atas lutut tertangkap oleh mataku tidak urung kelaki-lakianku berdenyut juga.

Lamunanku buyar oleh panggilan istriku dari teras samping. Sesuai rencana.. aku akan mengantar istriku..
untuk berbelanja ke pasar untuk membeli oleh-oleh yang akan dibawa pulang ke Kalimantan..
–perlu kujelaskan di sini.. istriku berasal dari Kalimantan Selatan..–

Malam terakhir sebelum keberangkatan istriku beserta putra putriku ke Kalimantan sungguh suatu malam yang menggairahkan buatku.
Bagaimana tidak.. setelah sekian minggu tidak pernah kulihat istriku minum ramu-ramuan anti hamil..
malam ini dia kulihat sibuk di dapur mengaduk dua buah gelas jamu.. satu untuknya satu untukku.

Anak-anak asyik main video game di ruang keluarga di temani Ryan adikku.
Kode rahasia dari kelopak mata istriku mengajakku masuk ke kamar tidur.

Setelah mengunci pintu kamar.. aku duduk di kursi sambil mengupas apel.. sementara istriku yang mengenakan gaun tembus pandang..
sedang meletakkan dua buah gelas berisi rahasia kedahsyatan permainan ranjangku di meja di dekatku.

Tonjolan payudara yang amat terawat bagus itu menyembul tepat di depan mataku.
Pembaca yang budiman.. cita rasa hubungan seksku adalah menarinya Citra istriku mengawali kisah ranjang.
Setelah kuminum jamu.. aku mendekati Citra sambil memandangi dari ujung kaki sampai ujung rambut panjang sebahunya perlahan kutelusuri.

15 menit sudah berlalu.. Citra mulai melepas satu per satu pakaiannya..
hingga akhirnya tinggal beha dan celana dalamnya yang menutupi point penting persembahan untukku.

Kudekap Citra sambil kucium mata indahnya.. desahan napas terasa hangat terembus di helaian bulu dadaku.
Lidahku yang terjulur memasuki mulut Citra dan perlahan bergerak memutari langit-langit rongga mulut istriku.

Balasan yang kurasakan sangatlah hangat menggetarkan bibirku. Tangan Citra yang melingkari tubuhku bergerak melucuti bajuku.
Sementara jilatan lidahku mampir mendarati leher yang putih bergelombang bak roti bolu itu.

Jilatanku pindah ke belakang leher dan daun telinganya.
Pelukanku memutar ke belakang diikuti belaian tanganku memutari gumpalan payudara yang semakin mengeras.

Tidak urung telapak tanganku semakin gemetaran..
kuremas halus payudara Citra dengan tangan kananku sementara tangan kiriku meraba dan mengusap sekujur pusaran.

Citra mendesah-desah sambil memegang klitorisnya.
“Ouch.. uhh. Mas antar aku ke puncak sanggama buat sanguku pisah tiga minggu denganmu..!”
Permohonan Citra memang selalu begitu setiap bersetubuh.

“Janganlah terlalu banyak bicara Citraku.. lebih baik kita nikmati malam ini dengan desah napasmu..
karena desah napas dan erangan kepuasanmu akan membuatku mampu mengantarmu ke puncak berulang-ulang.
Kau tau kan penyakitku.. semakin kau mengerang kenikmatan semakin dahsyat pacuan kuda kontolku..” jawabku.

“Aacchh.. huuhh.. hest..” Desah napas Citra keluar sambil kedua tangannya memeluk wajahku..
dan perlahan menuntunnya menelusuri titik-titik kenikmatan yang kata orang titik kenikmatan perempuan ada beratus-ratus tempatnya.

Memang sampai saat ini aku tidak pernah menghitung entah ada berapa sebenarnya titik itu..
Yang jelas menurutku tubuh perempuan itu seperti permen.. semuannya enak dirasa untuk dijilati..
Buktinya.. setiap mili tubuh istriku kujilati selalu nikmat dirasakan Citraku.

Perjalanan lidahku lurus di atas vagina yang kemudian menjilat helaian bulu halus menuju Vagina.
Harum semerbak aroma vagina wanita asal Kalsel hasil dari Timung..
–Timung adalah perawatan/pengasapan ramu-ramuan untuk tubuh wanita-wanita asal Suku Kalimantan..–
membuatku menarik napas dalam-dalam.

Kulumanku mendarat di bibir vagina sambil sesekali menarik lembut..
membuat Citra menanggapi dengan erangan halus dan tekanan tangannya menekan kepalaku..
untuk semakin menelusuri ke dalaman jilatan lidah mancari biji kedelai yang tersembunyi.

Gigitan halus gigiku menarik lembut klitoris merah delima. Tanpa kusadari Citra mengulurkan balon jari kepadaku..
jari tengah tanganku yang terbungkus dengan balon karet pelan kumasukkan ke dalam lubang vagina Citra..
lalu menari di dalam menelusuri dinding lubang senggamanya.

“Hsstt.. uuhh.. aduduhh..” desah napas Citra membuat kedua kakinya gemetaran..
“Ayo Mas.. Sekarang..!” pintanya tidak sabar lagi.

Batang kemaluanku yang sejak tadi mengejang ditariknya menuju ring tinju persetubuhanku.
Penisku memang tidak seberapa besar.. namun panjangnya yang 18.3 cm ini sejak perjaka dulu kupasangi anting-anting..
dan hal itu yang membuatku mampu main berulang-ulang.

Di atas ranjang Citra membuat posisi silang.. posisi yang sangat dia senangi.
Tanpa membuat roman tambahan.. Slebbh.. kumasukkan batang kemaluanku ke lubang vagina yang sudah siap tempur itu.

“Uuch.. aacchh.. terus genjot Mas..” desahnya.
Tanpa mencabut penisku dari lubang.. Citra membuat posisi balik..

“Ii.. ii yaaa begitu Mas teeruus..” Sekali lagi kelenturan hasil fitnest Citra membantu membalik posisi menungging..
tanpa kucabut batang kemaluanku yang masih menancap di liangnya.

Dengan gerakan katrol.. kuhujani celah pantat Citra dengan kencang.
Hingga akhirnya.. “Uuu.. uch aa.. ach e.. ee.. enakk..!”
Teriakan kecil Citra membuatku semakin kencang menusuk vaginanya dengan semakin dahsyat.

“Tunggu aku Cit.. kita sama-sama.. oya.. oy.. yack.. uuhh..” desahku.
Kupeluk dari belakang tubuh yang terbalut dengan peluh.. terasa nikmat sekali.

Akhirnya malam ini Citra kewalahan setelah mengalami orgasme sampai limakali..
Hingga aku telat bangun pagi untuk jogging sambil melihat tubuh indah Tante Amy lari pagi di Minggu yang cerah ini.
-----oOo-----

Hari ini masuk hitungan ke tiga hari aku ditinggalkan oleh istriku pulang mudik.. fantasi Tante Amy selalu hadir dalam kesepianku.
Hingga tanpa kusadari pembantu Tante Amy mengetuk pintu depan rumahku.

“Pak Pram saya ke mari disuruh Ndoro Putri minta bantuan Pak Pram untuk memperbaiki komputer Ndoro Putri..” kata pembantu Tante Amy.
Ya.. inilah namanya ‘kuthuk marani sundhuk’.. –datang seperti apa yang diinginkan..–
“O ya.. sebentar nanti saya susul..” kusuruh Bik Ijah pulang duluan.

“Kulo nuwun..” Kuketuk pintu depan rumah Tante Amy tanpa kudengar jawaban..
hanya klethak.. klethok bunyi langkah kaki menuju pintu yang ternyata Tante Amy sendiri yang datang.
“Silakan masuk Dik Pram.. Tante mau minta tolong komputer Tante kena Virus. Silakan langsung saja ke ruang kerja Tante..”

Tanpa berkata-kata lagi aku masuk menuju ruang kerja Tante Amy yang menurutku seperti kamar Hotel 7..
–Obat Sakit Kepalaku yang sedang puyeng ngelihat lenggak-lenggok jalan Tante Amy di depanku..–
Sejujurnya kukatakan aku sudah tidak karuan membayangkan hal-hal yang menggairahkan.

Sambil aku menunggu Scan Virus berjalan.. kutelusuri pelosok ruangan kerja Tante Amy..
–sengaja kuhilangkan label Tante di depan nama Amy untuk menghibur dan membuat fantasi di benakku..
tentang kharisma seksualitas pemilik ruangan ini..–

Khayalanku buyar dengan kedatangan si pemilik ruang kerja ini. Pendek kata..
sambil kerja aku ditemani ngobrol oleh Tante Amy ke sana-ke sini sampai akhirnya Tante Amy menyinggung rasa kesepiannya..
tanpa kehadiran anak di rumah yang megah ini.

“Dik Pram nggak tahu betapa hampa hidup ini walau terguyur dan tertimbun harta begini tanpa kebersamaan suami dan hadirnya anak.
Selain Om Jhony itu nggak bisa ngasih keturunan yang dapat memberikan kehangatan keluarga.
Keadaan ini membuatku butuh teman untuk menghapus kekeringanku..” cerita Tante Amy membuat kelakianku langsung bangun.

“Perkawinanku di ambang kehancuran.. karena kerasnya mertuaku menuntut kehadiran cucu-cucu..
untuk mewarisi peninggalan Papanya Om Jhon. Sebenarnya jujur kukatakan Om Jhony nggak mau pisah denganku.. apapun yang terjadi.
Malah pernah di luar kewajarannya sebagai seorang Suami dan kepala Rumah Tangga..
Om Jhony pernah memintaku untuk membuat Bayi tabung..” Tante Amy bercerita panjang lebar.

Cerita Tante Amy tidak seratus persen kuperhatikan..
Karena aku lebih tertarik melihat betis biji timun Tante Ami dan pahanya tersingkap karena terangkat saat duduk di sofa.
Ternyata tanpa kusadari sebenarnya Tante Amy memancing hasratku secara tidak langsung.

Walau sedikit ragu.. aku semakin mengarahkan pembicaraan ke arah seks.
Tanpa sadar aku pindah duduk di dekat Tante Amy dan tanpa permisi kupegang dan kuremas tangannya.

Ternyata perlakuanku itu tidak mendapatkan penolakan sama sekali.
Hingga akhirnya dalam posisi berdiri kudorong Tante Amy ke tembok dan kucium bibir merekah delima itu.

Dengan hasrat yang menggebu-gebu aku agak kasar dalam permainan..
sehingga terbawa emosi menyerang sekujur tubuh Tante Amy yang tentunya takut ketahuan pembantu.

Permainanku berhenti sejenak karena Tante Amy bergegas menutup pintu.
Dan mungkin karena Tante Amy telah sekian lama kering tidak pernah disemprot air mani suaminya.. dia terkesan terburu-buru.

Dengan cepat dia melepas pakaiannya satu per satu hingga menyisakan beha dan celana dalamnya.
Kini aku tahu betapa indahnya rumput tetangga dan betapa dahsyatnya gairahku.

Kudorong Tante Amy rebah di atas meja kerja dengan tangan kananku meremas payudaranya yang kenyal karena belum pernah melahirkan.
Terasa nikmat sekali payudaranya kuremas-remas.. sementara tangan kiriku melepaskan celana dalam biru lautnya.
Aduh itu bulu-bulu halusnya membuatku merinding.

Tidak kuingat aku siapa Amy itu siapa.. Nilam dan Ziddan –anakku..
– yang sedang jauh di sana.. semuanya kulupakan.. karena aku sudah terselimuti nafsu setan duniawi.

Aku semakin menggila melumat dan menjilat.. meraba serta meremas pantat Tante Amy yang sekal plus mulus terawat ini.
Tante Amy menggelinjang kenikmatan merasakan pelayananku.

Vagina Tante Amy ternyata masih teramat kuat mencengkeram penisku yang membuatnya terbelalak kagum..
plus ngeri melihat anting-anting yang kupasang di bawah ujung kepala kemaluanku.

Tante Amy tidak sabar menanti nikmatnya ditusuk pistol kejantananku.
Lagi-lagi Tante Amy kelewat terburu-buru menyerangku.. yang akhirnya aku merasa sedang diperkosanya.
Anting-anting yang maha dahsyat tergantung setia selalu bertahun-tahun kupakai terasa sakit oleh isapan dan kuluman serta gigitan giginya.

Lidah Tante Amy berputar memutari batang kemaluanku. aku menggelinjang tidak karuan.
Pikir punya pikir.. inilah hasil dari pikiran kotorku selama ini.. Ya.. sudah.. kunikmati saja walau sakit.

Mendadak Tante Amy ganas menyerangku.. didorongnya aku ke sofa..
dengan posisi duduk bersandar aku menerima tindihan tubuh indah Tante Amy yang posisinya membelakangiku.

Kemudian dipegangnya pistol gombyokku dan diarahkan ke vaginanya.
Lalu dengan ngos-ngosan Tante Amy naik-turun menekanku.. ini berlangsung kurang lebih 15 menit.

Kini posisi Tante Amy menghadapku. Lagi-lagi dipegang penisku dan dimasukkan ke liang vaginanya.
Nah.. ini baru membuatku merasa enak..
karena aku dapat dengan leluasa mengulum putingnya dan mengusap-usap bulu halus betis biji timunnya.

Goyang sana goyang sini.. sekarang dengan kekuatanku kuangkat tubuh Tante Amy dengan posisi berdiri.
Kunaik-turunkan dan kurebahkan di sofa tubuhnya. Kutaruh kaki indah ini di bahuku.. kuhujani Tante Amy dengan gesekan-gesekan tajam.

Dalam hal ini dia mulai merasa tidak tahan sama sekali.. kakinya yang melingkar di bahuku semakin kencang menjepitku.
Dia mengerang kenikmatan mencapai klimaks orgasme.
Aku merasa heran.. aku merasa belum mau keluar. Sudah berbagai posisi kulakukan.. belum juga keluar.

Tante Amy semakin merintih kewalahan.. aku tidak mau melepaskan hujanan-hujananku.
Anting-anting saktiku membantu membuatku dapat main sampai empatkali Tante Amy mengalami orgasmenya.

Hingga pada suatu ketika aku merasa mendekati pelabuhan.. kubiarkan batang kemaluanku tertanam..
dan tertimbun bulu-bulu kemaluannya yang tidak seharum punya Citra.. istriku.
Tanpa sadar aku terikat kenikmatan sedang main dengan istri orang.

Cratt.. cratt.. cratt.. Lahar nikmatku muntah di dalam vagina.. bersamaan dengan orgasme Tante Amy untuk yang kelimakalinya.
Aku lemas dengan masih membiarkan penisku yang terbenam dan tertimbun bulu vaginanya.
Aku terkulai merasa hangat di atas tubuh Tante Amy yang basah oleh keringat.

Lama-lama aku sadar.. aku bangun tapi kok Tante Amy tidak bergerak. Ach.. mungkin dia tertidur kenikmatan.
Kutepis anganku dari pikiran yang tidak-tidak. Aduh mak.. Tante Amy ternyata pingsan.

Tapi melihat seonggok tubuh montok berbulu halus.. gairahku tumbuh lagi.
Perlahan kujilat dari ujung kaki sampai pangkal paha dengan membalik posisi pistolku menindih wajahnya.
Kukulum vagina Tante Amy sampai tiba-tiba aku kelelahan dan tertidur.

Akhir cerita.. perbuatanku ini berlangsung terus tanpa setahu suami Tante Amy dan Istriku.
Sampai suatu hari kutahu Tante Amy sedang hamil tua.. yang tidak lain karena mengandung benihku..
Tapi herannya.. hubungan Tante Amy dengan suaminya tambah mesra.

Kutau juga belakangan hari.. mertua maupun orangtua Tante Amy sering hadir di rumah yang letaknya di depan rumahku. (. ) ( .)
-----------------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd