denjo
Semprot Holic
- Daftar
- 13 Apr 2012
- Post
- 393
- Like diterima
- 1.003
Dalam Sebuah Pesta (1)
Namaku Mia. Siang itu Novy temanku, mengajakku untuk datang kesebuah pesta yang diadakan dirumah salah seorang kenalannya. Selain mengajakku, Novy mengajak empat orang temen cewek yang lain. Satu duduk di depan, di samping Novy. Dua lagi duduk di belakang denganku. Salah seorang di antaranya sudah aku kenal yaitu Nina, teman dekat Novy.
Aku duduk di belakang bersama Nina dan teman Novy yang satu lagi, yang barusan diperkenalkan kepadaku bernama Niken dan yang duduk di depan bernama Wulan.
Selama mobil meluncur deras, berbagai caloteh terlontar dari mulut kami. Walaupun kami baru berkenalan, kami sudah merasa sangat akrab satu dengan lainnya. Aku merasa sama sekali bukan orang baru. Bahkan Nina bersikap seolah-olah telah mengenalku bertahun-tahun.
Tampaknya Wulan yang paling centil. Dan memang, diantara cewek-cewek dalam mobil, Wulan paling kece. Lehernya jenjang. Bibirnya juga lebih sempurna dari yang lainnya. Aku sendiri bernapsu ingin mengecupnya, apalagi cowok.
Akhirnya mobil memasuki sebuah rumah besar dan mewah. Mobil terus bergerak ke samping rumah ke arah sebuah pavilyun. Ternyata di depan pavilyun sudah ada sebuah mobil terparkir. Begitu mobil berhenti dan Novy memijit klakson, lima orang cewek keluar dari dalam pavilyun tersebut. Novy memperkenalkan aku dengan cewek-cewek tersebut. Cewek yang bergaun putih, bernama Melly yang ternyata pemilik rumah tersebut.
Kami masih berada diluar pavilyun ketika tiba-tiba dua mobil lagi masuk. Lima orang cowok ke luar dari kedua mobil tersebut. Kesemuanya ganteng-ganteng, sehingga sulit mengatakan mana yang paling ganteng. Acara perkenalan kembali berulang. Rupanya diantara mereka ada pula yang belum berkenalan.
Acara perkenalan masih berlangsung dan tiba-tiba dua mobil lagi berhenti. Lima orang cowok dan seorang cowek keluar dari kedua mobil tersebut. Ganteng-ganteng dan cantik. Acara jadi semakin meriah. Kalau saja Melly tidak mempersilahkan kami masuk, tentu kami masih betah di luar.
Sepuluh cewek dan sepuluh cowok pun masuk ke pavilyun. Ternyata ruangan di dalam pavilyun itu cukup luas, mampu menampung dua puluh orang. Kelihatannya sudah diatur. Meja-meja dan sofa diatur di pinggir. Ada gelas-gelas minuman dan kue-kue. Kami duduk bersila di tengah.
"Santai saja Mi" bisik Novy yang duduk disebelahku.
Aku mengamati sekeliling. Tampak dari yang hadir ada yang sudah terbiasa, ada pula yang canggung seperti aku. Melly sebagai tuan rumah, membuka acara. Ia mengucapkan selamat datang. Terutama kepada para anggota Baru.
“Anggota?” aku bertanya dalam hati, “Anggota apa, sih. Apakah orang-orang ini merupakan anggota suatu organisasi?! Organisasi apa?!” pertanyaan demi pertanyaa muncul dalam benakku dan belum terjawab.
Melly telah menyudahi kata-kata pembukaan. Lalu diperdengarkan lagu-lagu pop. Minuman dan makanan pun dibagikan. Juga ada nasi di dalam dus. Kami makan sambil ngobrol kesana kesini. Wulan yang duduk di sebelahku, juga banyak bercerita. Sesekali kami saling tanya jawab dengan Novy yang duduk di sebelah kiriku. Namun sebegitu jauh, tidak pernah menyinggung-nyinggung soal keanggotaan.
Hampir satu jam, acara makan dan minum pun selesai. Dus-dus, piring dan gelas pun diberesi. Yang masih berisi di letakkan di atas meja di sisi ruangan, sedangkan yang kosong di bawa ke belakang. Acara meningkat ke babak kedua. Musik pop yang tadi berkumandang berganti dengan house music dan bersamaan dengan itu lampu yang semula terang benderang berganti dengan lampu-lampu redup. Suasana jadi temaram dengan sesekali diselilingi kilatan-kilatan lampu disko. Satu demi satu pasangan turun. Kuhitung ada lima cewek dan lima cowok turun berdisko. Yang lainnya, masih bersantai, ngobrol berkelompok.
"He, Mia kamu nggak turun? Kamu kan senang clubing" Novy menegurku.
"Turun? Dengan siapa?” tanyaku.
"Di sini kamu boleh turun dengan siapa saja” jawab Novy
Aku masih terheran-heran. Belum pernah aku menghadiri pesta seperti ini. Barangkali aku memang norak.
"Ayo minum, Mi!” Novy mencoba menawari aku munum. Ada banyak minuman dari soft drink yang tidak beralkohol sampai minuman yang beralkohol seperti bir, dll. Aku ambil sekaleng coca cola. Novy tersenyum seakan gak percaya dengan minuman yang aku ambil, lalu dia pergi meninggalkanku.
Musik terus mengalun. Pasangan demi pasangan turun berganti-ganti. Dalam temaramnya lampu, ditambah kilatan-kilatan lampu disko, memberikan suasana sangat romantis. Tiba-tiba seorang cowok menegurku. Aku berpaling.
"Nggak turun?" tanyanya. Ternyata seorang cowok ganteng. Usianya sekitar enam atau tujuh tahun di atas usiaku.
Aku menggeleng.
"Nggak biasa disko?" tanyanya lagi.
"Suka juga?" jawabku singkat.
"Kenapa tidak turun saja?" tanya cowok tersebut kemudian.
"Kamu sendiri?! Kenapa tidak turun?" aku balas bertanya.
"Aku suka disko. Tapi lebih suka slow dance” jawab cowok tersebut.
"Oo, jadi kamu menunggu musik lembut?” sambungku.
"Ya!” jawab cowok tersebut, “Kamu suka musik lembut juga?" sambungnya.
"Suka juga" jawabku.
“Bagaimana kalau nanti kamu turun denganku?” ajak cowok tersebut.
Tiba-tiba aku sadar bahwa aku sudah punya cowok, sehingga aku tidak menghiraukan ajakann cowok tersebut. Aku tidak boleh melayani cowok lain. Apa lagi berdansa. Aku sudah menjadi milik Dino.
Setelah sekian lama lagu house music berkumandang, tiba-tiba musik berhenti.
“Teman-teman! Sekarang kita beralih lagu slow!” terdengar suara Melly yang disusul dengan berkumandangnya subuah lagu lembut.
"Habiskan minumanmu" kata cowok disampingku.
Bagaikan terkena hipnotis aku menuruti perintah cowok yang ada disampingku tersebut. Kuteguk sisa minumanku. Lantas cowok itu mengambil kaleng kosong dari tanganku. Diletakkannya di atas meja. Lantas diraihnya lenganku. Kami pun mulai berdansa bersama pasangan-pasangan lain. Lengannya melingkari pinggangku, memeluk erat-erat. Dadanya yang bidang menekan dadaku yang montok, padat dan lembut. Wajah-wajah kami begitu dekatnya sehingga hembusan - hembusan napasnya terasa di pipiku. Dalam sekejap aku telah lupa bahwa aku sudah punya cowok.
"Siapa namamu?" Tanya cowok tersebut. Terasa hembusan napasnya yang hangat menerpa wajahku.
“Mia. Dan kamu?" aku balik bertanya.
"Riki” jawabnya, “Sudah berapa kali kamu menghadiri pasta ini?" sambungnya.
"Baru sekali ini. Itu pun diajak Novy" jawabku
"Baru sekali ini?" Riki mengulangi kata-kataku seperti tidak percaya. Dalam temaramnya lampu, dipandanginya wajahku.
"Ya! Dan kau?" tanyaku pingin tahu.
"Aku sih sudah tiga kali” jawab Riki.
Kemudian kami saling terdiam sambil terus berdansa. Ayunan langkah-langkah kami sangat serasi. Riki mendekatkan bibirnya ke mulutku. Aku tahu dia, ingin menciumku. Aku mencoba mengelak namun gak bisa karena tiba-tiba sebelah tangan Riki telah menahan belakang kepalaku sehingga aku tidak dapat mengelak lagi. Dan bibir Riki pun melumat bibirku.
"Mmm....!" aku sesak napas saat bibirnya melumat dan menyedot bibirku. Aku memejamkan mata. Tiba-tiba bayangan Dino muncul.
“Oo, seharusnya aku tak boleh menerima ciuman lelaki lain. Aku sudah punya Dino, Aku harus setia pada Dino!” kataku dalam hati.
"Seharusnya..." ucapanku terputus.
"Seharusnya kenapa, Mia?" Riki bertanya, "Kenapa?" tanyanya lagi.
"Aku sudah punya pacar!" jawabku. Dia tertawa.
"Ah gak masalah. Aku sendiri juga sudah punya isteri!” jawab Riki dengan entengnya.
“Hah?!!!” aku terkejut. Dadaku bergejolak.
"Gak perlu kaget” kata Riki.
Dengan satu tangan yang masih memegangi belakang kepalaku, sekali lagi Riki melumat lembut bibirku. Sekali lagi karena aku gak bisa mengelak, akupun menyerah. Harus kuakui kalau French Kiss Riki lebih enak terasa dibibirku dari pada Dino sehingga dengan cepat akupun mulai terangsang. Karena tubuh kami saling berpelukan maka aku dapat merasakan ada sesuatu yang mengeras di balik celana panjang Riki.
“Novy juga sudah punya pacar" kata Riki begitu bibirnya terlepas dari bibirku. Sementara itu kaki-kaki kami terus mengayun mengikuti irama musik.
"Tapi sekarang dia juga bersama cowok lain. Coba lihat tuh di sofa?" sambung Riki. Aku melirik ke arah sofa yang dimaksud Riki. Betul saja. Kulihat Novy di sana. Dia berpelukan erat bersama seorang cowok.
"Dan Melly, pemilik rumah mewah ini, dia sudah bersuami" jelas Riki kembali.
"Oya?" aku lagi-lagi kaget dengan penjelasan Riki, "Suaminya ada di sini?" tanyaku.
"Kalau suaminya ada di sini, tentu dia takkan berani menyelenggarakan pesta seperti ini di rumahnya" jawab Riki.
"Lalu di mana suaminya?" tanyaku pingin tahu keberadaan suami Melly.
"Ke Jepang. Suami Melly seorang pebisnis jadi sering keluar negeri ngurusin bisnisnya" Riki mencoba menjelaskan keberadaan suami Melly.
"Nah, sekarang coba kamu lihat kesebelah kanan" perintah Riki.
Aku berpaling ke arah yang dimaksudkan Riki. Kulihat Melly terlentang di lantai dekat gordin, di samping kaki meja. Keandaannya lebih gawat dari pada Novy. Gaun Melly sudah terangkat naik. Seorang cowok menindihnya. Sedangkan celana panjang Melly sudah tercampak disisinya.
"Astaga...!" aku terpekik.
“Kenapa Kamu kaget...?!” tanya Riki
"Mereka...?" badanku bergetar melihat Melly yang sedang dien tot oleh seorang cowok sehingga aku tak mampu melanjutkan jawabanku.
"Ya, mereka sedang ngen tot” tegas Riki, “Yang lainnya juga sudah mengapung ke surga merasakan nikmatnya ngen toti pasangan masing-masing" lanjut Riki.
Aku melihat sekeliling, benar saja. Beberapa pasanqan yang lain juga sudah pada bergelimpangan. Tidak jauh dari kami kulihat Niken hanya mengenakan BH. Baju dan lainnya sudah tercampak di lantai. Posisi Niken bersimpuh di atas selangkangan seseorang cowok yang terlentang. Niken menaik turunkan pantatnya seirama dengan bunyi musik slow yang sedang mengalun. Sungguh melihat pemandangan disekeliling ruangan tersebut membuat aku sangat terangsang.
Kulihat ada satu pasangan yang berdansa.
“Kok yang itu tidak ikut-ikutan seperti yang lainnya" kataku.
"Aku yakin mereka juga lagi melakukan aktifitas yang sama dengan yang lain” ujar Riki, “Mari kita dekati dan kamu perhatikan” lanjut Riki sambil mengajakku melangkah mendekati pasangan tersebut.
Astaga...! Dalam jarak dekat jelas kulihat, pasangan yang tampaknya meliuk-liuk seperti berdansa tersebut, ternyata rok si cowek sudah terangkat naik dan sudah tidak mengenakan CD. Sedangkan celana panjang cowoknya sudah melorot agak ke bawah dan kedua tangannya jelas kulihat sedang meremas-remas pantat si cewek. Cowok tersebut menekan pantatnya, sehingga posisi tubuh bagian bawah si cowok menjorok ke depan.
“Sudah kau lihat?" tanya Riki.
“Ya...” suaraku serak dan wajahku panas.
"Sedang apa mereka?" Riki melanjutkan pertanyaannya.
“Sedang ngen tot sambil berdiril” jawabku.
"Cuma kita yang belum, Mia" sambung Riki.
"Tapi .... ?" jawabku ragu karena bagaimanapun aku sudah punya Dino.
“Tidak ada tapi-tapian. Jangan pikirkan cowokmu akupun juga tidak memikirkan istriku. Ayo kita cari tempat yang aman. Aku sudah gak tahan melihat mereka. Aku jadi pingin ngen tot juga" potong Riki sambil menarik lenganku. Lagi-lagi seperi orang yang terkena hipnotis, akupun mengikuti ajakan Riki.
"Di sini saja, Mi" bisik Riki sambil menekan tubuhku ke tembok.
“Rik..." jawabku ragu.
"Ayo Mi. Kita tinggal punya waktu bebarapa menit lagi. Kita manfaatkan sebaik-baiknya" potong Riki.
Beberapa menit lagi? Aku tidak mengerti ucapan Riki barusan. Namun belum sempat aku berpikir lama, Riki kembali melumat bibirku dan tangannya sudah menaikkan rokku dan kemudian melolosi CDku. Akibat lumatan bibir Riki dan pemandangan yang barusan aku lihat, membuat jadi sangat terangsang dan perlahan napsu sekku naik. Sehingga saat itu aku sudah tak sempat lagi memikirkan Dino. Riki melepaskan celana panjangnya dan gak butuh waktu lama celana panjangnyapun lepas. Astaga…! Rupanya Riki tidak mengenakan CD. Dalam temaramnya lampu aku sempat memperhatikan kon tol Riki. Wow... kontolnya tidak terlalu panjang namun bagian kepalanya sangat gede. Mirip pukulan beduk.
Sebelah tangan Riki menuju ke selangkanganku. Tak lama kemudian kurasakan tangannya dengan lembut meraba daerah no nokku dan mengusap-usap jembut lebatku. Sedang tangan satunya meremasi kedua susuku secara bergantian sambil mulutnya menyumbat mulutku. Dengan rakus dilahapnya mulutku. Lidahnya berputar-putar dalam rongga mulutku dan terkadang bibirku disedotnya dengan kuat.
Aku termasuk cewek yang cepat terangsang dan aktif. Kali ini aku yang sudah terbakar napsu birahi tak ingin menghindar lagi. Aku pun membalas ciuman mulut Riki. Hmmmm...! Kugigit lidah Riki dengan lembut. Riki merintih. Dia membalas menggigit. Ganti aku yang merintih. Puas memainkan lidahku, ciuman Riki berpindah ke susuku. Bergantian pentil susuku yang besar tersebut dijilati dan dikenyot-kenyot oleh Riki sambil tangan Riki yang lain mulai mencolok colok lubang no nokku dan sesekali 1t1lku diusap-usap dengan jempolnya. Mendapat rangsangan pada susu dan no nokku membuat no nokku semakin basah dan birahiku bertambah naik.
"Oh... Rik... aku nggak kuat lagi en toti aku Han... oooh... Rik... en toti aku Rik, uuuuhhh..." aku menggeliat-geliat menikmatai setiap rabaan dan elusan tangan Rudy yang makin liar pada no nok dan 1t1lku. Ditambah lagi mulut Riki yang terus mnejilati dan mengkenyot pentil susu kiri dan kananku secara bergantian.
Seakan menjawab keinginanku agar dia segera mengen totiku, tangan Riki yang sedari tadi mengkobel-kobel no nokku berpindah kearah pahaku. Diangkatnya paha kiriku sehingga lubang no nokku menjadi terbuka kemudian didorongnya tubuhku agar merapat dan bersandar ke tembok. Rupanya dia ingin ngen toti aku sambil berdiri. Lenganku memeluk erat lahernya dan pada detik berikutnya kurasakan kepala kon tolnya mulai menyumbat celah no nokku yang sudah sangat basah. Lalu kedua tangan Riki menarik pantatku ke depan, sementara diapun juga mendorong pantatnya kedepan sehingga kon tolnya melesak masuk dalam liang no nokku.
"Aow... Rik...!" aku menjerit manakala kepala kon tolnya melesak, membelah celah no nokku dan menyeruak masuk liang no nokku. Tubuhku gemetar. Hampir saja aku jatuh jika Riki tidak menahan tubuhku.
"Riiiik... Tahan dulu Han!!!" aku minta Riki untuk menahan enjotannya dan diapun menahan enjotannya.
"Kanapa Mi?" tanya Riki.
“Pelan-pelan..." kataku lagi dengan suara tertahan-tahan.
"Aku terlalu keras, ya?” tanya Riki.
"Sssshhhh... hemm... Kon tolmu besar... no nokku penuh rasanya tersumpal kon tolmu” jawabku sambil mengerang menikmati kon tol gede Riki yang mengganjal di liang no nokku.
"Bukannya makin besar makin nikmat?" jawab Riki.
"Ya... tapi aku sudah lama gak merasakan kon tol segede ini” jawabku. Memang semenjak Dino memutuskan untuk meneruskan belajar ke luar negeri, sudah hampir 3 bulan aku tidak merasakan nikmatnya dien tot. Waktu ada Dino, hampir tiap hari aku dan Dino selalu ngen toti aku. Kon tolnya yang panjang dan gede selalu memenuhi lubang no nokku.
“Ah, masa?" kata Riki seakan gak percaya dengan jawabanku.
“Sungguh...! Sudah hampir 3 bulan no nokku tidak kemasukan kon tol. Makanya waktu kon tolmu ngejeblos ke no nokku barusan, aku kaget sekali...!" kataku.
“Emang pacarmu kemana?” tanya Riki sambil mulai menggenjot kon tolnya memompa no nokku.
"Pacarku lagi studi ke luar negeri. Oooohhhh... enaaaakkk Han... Ayo Han! Sodok kon tolmu yang kuat..!!!” desahku sambil menggoyang-goyangkan pinggulku, sehingga kon tol Riki semakin dalam masuk dalam no nokku. Setiap kon tol Riki masuk keliang no nokku, aku imbangi dengan mengempot-empotkan otot no nokku.
“Oooohhh... Miii... sssshhhh... no nokmu enak sekali. Sempit dan empotannya kuat banget... ssshhhh... oooohhh... nikmatnya, Miiiii..." erang Riki. Bibir kami saling berpagutan, sambil terus kugoyang-goyangkan pinggulku. Sementara tangan Riki tak henti-hentinya meremasi kedua susuku.
"Ooooh Riiiiiik... Enak sekali..." aku terus mengerang merasakan nikmatnya enjotan kon tol Riki didalam no nokku.
"Ssshhhh... ooohhh... Aku juga enak Miiiii... Ssssshhhh... no nokmu empotannya luar biasa..." Riki mendesah merasakan nikmatnya empotan no nokku.
"Sssshhhh... aaaahhhh... terus goyang Mia, ssshhhh... oooohhhh... no nokmu sempit dan hangat. Empotannya nikmaaaaatttt... enak sekali... Aaaahhhh...” Mendengar pujian dan erangan Riki membuat aku semakin bersemangat menggoyang pinggulku membuat Riki semakin mengerang merasakan nikmatnya no nokku.
“Kon tolmu juga enak Rik... Besar dan ujungnya terasa berdenyut-denyut seperti hidup. Bagian dalam no nokku jadi terasa gatal. Pingin digaruk kon tolmu. Ayo Rik, enjot yang kuat...” pintaku
Dengan penuh semangat Riki memompa kon tolnya keluar masuk liang no nokku. Plok... plokkk... plokkkk... bunyi beradunya kedua kelamin kami akibat no nokku yang semakin becek akibat lendir kenikmatan yang semakin banyak keluar. Riki semakin cepat mengeluar-masukkan kon tolnya dalam liang no nokku. Sementara aku juga semakin liar memutar-mutar pinggulku. Semakin cepat kuputar semakin nikmat kurasakan begitu juga dengan Riki.
Kemudian Riki mencabut kon tolnya dari no nokku. Dia memutar tubuhku agar menghadap ke tembok dan menarik pantatku sehingga posisiku agak nungging. Rupanya Riki ingin mengen toti aku lewat belakang. Tangan kiri Riki menggenggam kon tolnya sementara tangan kanannya mengelus-elus belahan no nokku yang merekah basah. Aku semakin tak kuasa menahan nikmat… ketika jemari Riki menggosok lembut 1tilku.
“Aoukh Riiiik... Buruan masukin lagi kon tolmu Rik... Aku pingin kon tolmu!” pintaku sambil tanganku mengocok lembut batang kon tol Riki dan mengarahkannya ke lubang no nokku. Sebentar kemudian kepala kon tol Riki mulai membelah celah bibir no nokku dan dengan hentakkan yang kuat dari Riki ditambah dengan dorongan pantatku kebelakang membuat semua batang kon tol Riki amblas ditelan no nokku.
Riki benar-benar pria yang berpengalaman dalam hal sex. Gerakannya cukup bervariasi. Terkadang kon tolnya maju mundur dengan lembut dalam no nokku. Terkadang kon tolnya dengan penuh tenaga menghujam liang no nokku. Sesekali Riki memelukku dengan erat. Tangan kanannya meremas susuku dan memilin-milin pentilnya sedangkan tangan kirinya menggosok-gosok 1tilku.
Aku mengimbanginya dengan memutar-mutar pinggulku dan menggerak-gerakan otot-otot dinding liang no nokku sehingga liang no nokku yang sempit mampu mengurut-urut batang kon tol Riki.
“Aoukh Miiii... enak sayang... kepala kon tolku seperti disedot-sedot dalam no nokmu... Aaaaahhhh...” Riki mendesah-desah. Aku tahu dia tengah merasakan nikmat yang luar biasa. Aku senang bisa memberikan kepuasan kepadanya.
Saat kami berdua sedang enak-enaknya menikmati persenggamaan, tiba-tiba lampu menyala. Suasana yang temaram berubah jadi terang benderang. Aku kaget. Namun untuk menyudahi permainan ini begitu saja tampaknya tanggung. Riki juga tidak ingin menyudahi. Bahkan ia meningkatkan permainannya.
“Ssssttt... aaahhhh... Riiiik... Jangan dicabut dulu. Aku sudah hampir keluar... ssshhh..." aku merintih rintih.
“Aku... juga... teruussh Miiiiiii... Sssshhhh... Oooohhhh kamu pintar sekali. Putar terus sayang... aaaahhhhh A.... ak... aku keluarrr Miaaa .... aaaahhh...!!!” jerit Riki sambil menghentakkan pantatnya kuat-kuat. Tanpa ampun lagi seluruh kon tol Riki yang besar itu pun amblas sedalam-dalamnya didalam liang no nokku.
Crot..... croott..... crooottt..... pejuh Riki menyemprot banyak sekali didalam no nokku. Hujaman kon tol dan semburan pejuh Riki didalam no nokku mendatangkan kenikmatan yang luar biasa.
"Aaaaaahhhh..... Riiiiik...!!!! Aku juga keluuuuaaaarrr...!!!" seketika aku menjerit saat mencapai orgasmeku.
Aku tak bisa menguasai diri lagi. Riki mendorong tubuhku merapat di tembok. Kini aku dalam posisi berdiri membelakangi Riki. Aku peluk leher Riki kuat-kuat. Di ujung kenikmatan yang tak terhingga tersebut tubuhku meregang kejang. Kugigit leher Riki dan Serr..... seerr..... seeerrr..... cairan maniku pun bergumpal-gumpal keluar, bercampur dengan pejuh Riki yang menyemprot di dalam liang no nokku. Begitu banyaknya cairan tersebut sampai menetes keluar dari no nokku.
Dengan kon tol yang masih menancap di no nokku, Riki memelukku dengan mesra. Sementara tubuhku menggelepar, kepalaku terkulai dengan mata terpejam.
"Mia!" bisik Riki lembut sambil masih memelukku, "Ayo! Kita harus kumpul lagi!" ajak Riki.
"Aku... lemas Rik...” kataku.
"Ayo Mia. Jangan sampai teman-teman mencari kita" jelas Riki sambil mencabut kon tolnya dari no nokku. Kami berdua lalu mengenakan pakaian kami masing-masing.
Ternyata teman-teman yang lain sudah pada menunggu di ruang tengah. Begitu aku dan Riki muncul mereka saling bertepuk tangan.
"Bukan main... Rupanya ada yang nambah nich ye?" celoteh Novy menggoda.
Aku tertunduk malu. Dengan tubuh yang masih lemas, aku ikut duduk bersimpuh bersama mereka.
Bersambung...
Index Cerita:
Dalam Sebuah Pesta (1)
Dalam Sebuah Pesta (2)
Akibat Pesta Itu...
Namaku Mia. Siang itu Novy temanku, mengajakku untuk datang kesebuah pesta yang diadakan dirumah salah seorang kenalannya. Selain mengajakku, Novy mengajak empat orang temen cewek yang lain. Satu duduk di depan, di samping Novy. Dua lagi duduk di belakang denganku. Salah seorang di antaranya sudah aku kenal yaitu Nina, teman dekat Novy.
Aku duduk di belakang bersama Nina dan teman Novy yang satu lagi, yang barusan diperkenalkan kepadaku bernama Niken dan yang duduk di depan bernama Wulan.
Selama mobil meluncur deras, berbagai caloteh terlontar dari mulut kami. Walaupun kami baru berkenalan, kami sudah merasa sangat akrab satu dengan lainnya. Aku merasa sama sekali bukan orang baru. Bahkan Nina bersikap seolah-olah telah mengenalku bertahun-tahun.
Tampaknya Wulan yang paling centil. Dan memang, diantara cewek-cewek dalam mobil, Wulan paling kece. Lehernya jenjang. Bibirnya juga lebih sempurna dari yang lainnya. Aku sendiri bernapsu ingin mengecupnya, apalagi cowok.
Akhirnya mobil memasuki sebuah rumah besar dan mewah. Mobil terus bergerak ke samping rumah ke arah sebuah pavilyun. Ternyata di depan pavilyun sudah ada sebuah mobil terparkir. Begitu mobil berhenti dan Novy memijit klakson, lima orang cewek keluar dari dalam pavilyun tersebut. Novy memperkenalkan aku dengan cewek-cewek tersebut. Cewek yang bergaun putih, bernama Melly yang ternyata pemilik rumah tersebut.
Kami masih berada diluar pavilyun ketika tiba-tiba dua mobil lagi masuk. Lima orang cowok ke luar dari kedua mobil tersebut. Kesemuanya ganteng-ganteng, sehingga sulit mengatakan mana yang paling ganteng. Acara perkenalan kembali berulang. Rupanya diantara mereka ada pula yang belum berkenalan.
Acara perkenalan masih berlangsung dan tiba-tiba dua mobil lagi berhenti. Lima orang cowok dan seorang cowek keluar dari kedua mobil tersebut. Ganteng-ganteng dan cantik. Acara jadi semakin meriah. Kalau saja Melly tidak mempersilahkan kami masuk, tentu kami masih betah di luar.
Sepuluh cewek dan sepuluh cowok pun masuk ke pavilyun. Ternyata ruangan di dalam pavilyun itu cukup luas, mampu menampung dua puluh orang. Kelihatannya sudah diatur. Meja-meja dan sofa diatur di pinggir. Ada gelas-gelas minuman dan kue-kue. Kami duduk bersila di tengah.
"Santai saja Mi" bisik Novy yang duduk disebelahku.
Aku mengamati sekeliling. Tampak dari yang hadir ada yang sudah terbiasa, ada pula yang canggung seperti aku. Melly sebagai tuan rumah, membuka acara. Ia mengucapkan selamat datang. Terutama kepada para anggota Baru.
“Anggota?” aku bertanya dalam hati, “Anggota apa, sih. Apakah orang-orang ini merupakan anggota suatu organisasi?! Organisasi apa?!” pertanyaan demi pertanyaa muncul dalam benakku dan belum terjawab.
Melly telah menyudahi kata-kata pembukaan. Lalu diperdengarkan lagu-lagu pop. Minuman dan makanan pun dibagikan. Juga ada nasi di dalam dus. Kami makan sambil ngobrol kesana kesini. Wulan yang duduk di sebelahku, juga banyak bercerita. Sesekali kami saling tanya jawab dengan Novy yang duduk di sebelah kiriku. Namun sebegitu jauh, tidak pernah menyinggung-nyinggung soal keanggotaan.
Hampir satu jam, acara makan dan minum pun selesai. Dus-dus, piring dan gelas pun diberesi. Yang masih berisi di letakkan di atas meja di sisi ruangan, sedangkan yang kosong di bawa ke belakang. Acara meningkat ke babak kedua. Musik pop yang tadi berkumandang berganti dengan house music dan bersamaan dengan itu lampu yang semula terang benderang berganti dengan lampu-lampu redup. Suasana jadi temaram dengan sesekali diselilingi kilatan-kilatan lampu disko. Satu demi satu pasangan turun. Kuhitung ada lima cewek dan lima cowok turun berdisko. Yang lainnya, masih bersantai, ngobrol berkelompok.
"He, Mia kamu nggak turun? Kamu kan senang clubing" Novy menegurku.
"Turun? Dengan siapa?” tanyaku.
"Di sini kamu boleh turun dengan siapa saja” jawab Novy
Aku masih terheran-heran. Belum pernah aku menghadiri pesta seperti ini. Barangkali aku memang norak.
"Ayo minum, Mi!” Novy mencoba menawari aku munum. Ada banyak minuman dari soft drink yang tidak beralkohol sampai minuman yang beralkohol seperti bir, dll. Aku ambil sekaleng coca cola. Novy tersenyum seakan gak percaya dengan minuman yang aku ambil, lalu dia pergi meninggalkanku.
Musik terus mengalun. Pasangan demi pasangan turun berganti-ganti. Dalam temaramnya lampu, ditambah kilatan-kilatan lampu disko, memberikan suasana sangat romantis. Tiba-tiba seorang cowok menegurku. Aku berpaling.
"Nggak turun?" tanyanya. Ternyata seorang cowok ganteng. Usianya sekitar enam atau tujuh tahun di atas usiaku.
Aku menggeleng.
"Nggak biasa disko?" tanyanya lagi.
"Suka juga?" jawabku singkat.
"Kenapa tidak turun saja?" tanya cowok tersebut kemudian.
"Kamu sendiri?! Kenapa tidak turun?" aku balas bertanya.
"Aku suka disko. Tapi lebih suka slow dance” jawab cowok tersebut.
"Oo, jadi kamu menunggu musik lembut?” sambungku.
"Ya!” jawab cowok tersebut, “Kamu suka musik lembut juga?" sambungnya.
"Suka juga" jawabku.
“Bagaimana kalau nanti kamu turun denganku?” ajak cowok tersebut.
Tiba-tiba aku sadar bahwa aku sudah punya cowok, sehingga aku tidak menghiraukan ajakann cowok tersebut. Aku tidak boleh melayani cowok lain. Apa lagi berdansa. Aku sudah menjadi milik Dino.
Setelah sekian lama lagu house music berkumandang, tiba-tiba musik berhenti.
“Teman-teman! Sekarang kita beralih lagu slow!” terdengar suara Melly yang disusul dengan berkumandangnya subuah lagu lembut.
"Habiskan minumanmu" kata cowok disampingku.
Bagaikan terkena hipnotis aku menuruti perintah cowok yang ada disampingku tersebut. Kuteguk sisa minumanku. Lantas cowok itu mengambil kaleng kosong dari tanganku. Diletakkannya di atas meja. Lantas diraihnya lenganku. Kami pun mulai berdansa bersama pasangan-pasangan lain. Lengannya melingkari pinggangku, memeluk erat-erat. Dadanya yang bidang menekan dadaku yang montok, padat dan lembut. Wajah-wajah kami begitu dekatnya sehingga hembusan - hembusan napasnya terasa di pipiku. Dalam sekejap aku telah lupa bahwa aku sudah punya cowok.
"Siapa namamu?" Tanya cowok tersebut. Terasa hembusan napasnya yang hangat menerpa wajahku.
“Mia. Dan kamu?" aku balik bertanya.
"Riki” jawabnya, “Sudah berapa kali kamu menghadiri pasta ini?" sambungnya.
"Baru sekali ini. Itu pun diajak Novy" jawabku
"Baru sekali ini?" Riki mengulangi kata-kataku seperti tidak percaya. Dalam temaramnya lampu, dipandanginya wajahku.
"Ya! Dan kau?" tanyaku pingin tahu.
"Aku sih sudah tiga kali” jawab Riki.
Kemudian kami saling terdiam sambil terus berdansa. Ayunan langkah-langkah kami sangat serasi. Riki mendekatkan bibirnya ke mulutku. Aku tahu dia, ingin menciumku. Aku mencoba mengelak namun gak bisa karena tiba-tiba sebelah tangan Riki telah menahan belakang kepalaku sehingga aku tidak dapat mengelak lagi. Dan bibir Riki pun melumat bibirku.
"Mmm....!" aku sesak napas saat bibirnya melumat dan menyedot bibirku. Aku memejamkan mata. Tiba-tiba bayangan Dino muncul.
“Oo, seharusnya aku tak boleh menerima ciuman lelaki lain. Aku sudah punya Dino, Aku harus setia pada Dino!” kataku dalam hati.
"Seharusnya..." ucapanku terputus.
"Seharusnya kenapa, Mia?" Riki bertanya, "Kenapa?" tanyanya lagi.
"Aku sudah punya pacar!" jawabku. Dia tertawa.
"Ah gak masalah. Aku sendiri juga sudah punya isteri!” jawab Riki dengan entengnya.
“Hah?!!!” aku terkejut. Dadaku bergejolak.
"Gak perlu kaget” kata Riki.
Dengan satu tangan yang masih memegangi belakang kepalaku, sekali lagi Riki melumat lembut bibirku. Sekali lagi karena aku gak bisa mengelak, akupun menyerah. Harus kuakui kalau French Kiss Riki lebih enak terasa dibibirku dari pada Dino sehingga dengan cepat akupun mulai terangsang. Karena tubuh kami saling berpelukan maka aku dapat merasakan ada sesuatu yang mengeras di balik celana panjang Riki.
“Novy juga sudah punya pacar" kata Riki begitu bibirnya terlepas dari bibirku. Sementara itu kaki-kaki kami terus mengayun mengikuti irama musik.
"Tapi sekarang dia juga bersama cowok lain. Coba lihat tuh di sofa?" sambung Riki. Aku melirik ke arah sofa yang dimaksud Riki. Betul saja. Kulihat Novy di sana. Dia berpelukan erat bersama seorang cowok.
"Dan Melly, pemilik rumah mewah ini, dia sudah bersuami" jelas Riki kembali.
"Oya?" aku lagi-lagi kaget dengan penjelasan Riki, "Suaminya ada di sini?" tanyaku.
"Kalau suaminya ada di sini, tentu dia takkan berani menyelenggarakan pesta seperti ini di rumahnya" jawab Riki.
"Lalu di mana suaminya?" tanyaku pingin tahu keberadaan suami Melly.
"Ke Jepang. Suami Melly seorang pebisnis jadi sering keluar negeri ngurusin bisnisnya" Riki mencoba menjelaskan keberadaan suami Melly.
"Nah, sekarang coba kamu lihat kesebelah kanan" perintah Riki.
Aku berpaling ke arah yang dimaksudkan Riki. Kulihat Melly terlentang di lantai dekat gordin, di samping kaki meja. Keandaannya lebih gawat dari pada Novy. Gaun Melly sudah terangkat naik. Seorang cowok menindihnya. Sedangkan celana panjang Melly sudah tercampak disisinya.
"Astaga...!" aku terpekik.
“Kenapa Kamu kaget...?!” tanya Riki
"Mereka...?" badanku bergetar melihat Melly yang sedang dien tot oleh seorang cowok sehingga aku tak mampu melanjutkan jawabanku.
"Ya, mereka sedang ngen tot” tegas Riki, “Yang lainnya juga sudah mengapung ke surga merasakan nikmatnya ngen toti pasangan masing-masing" lanjut Riki.
Aku melihat sekeliling, benar saja. Beberapa pasanqan yang lain juga sudah pada bergelimpangan. Tidak jauh dari kami kulihat Niken hanya mengenakan BH. Baju dan lainnya sudah tercampak di lantai. Posisi Niken bersimpuh di atas selangkangan seseorang cowok yang terlentang. Niken menaik turunkan pantatnya seirama dengan bunyi musik slow yang sedang mengalun. Sungguh melihat pemandangan disekeliling ruangan tersebut membuat aku sangat terangsang.
Kulihat ada satu pasangan yang berdansa.
“Kok yang itu tidak ikut-ikutan seperti yang lainnya" kataku.
"Aku yakin mereka juga lagi melakukan aktifitas yang sama dengan yang lain” ujar Riki, “Mari kita dekati dan kamu perhatikan” lanjut Riki sambil mengajakku melangkah mendekati pasangan tersebut.
Astaga...! Dalam jarak dekat jelas kulihat, pasangan yang tampaknya meliuk-liuk seperti berdansa tersebut, ternyata rok si cowek sudah terangkat naik dan sudah tidak mengenakan CD. Sedangkan celana panjang cowoknya sudah melorot agak ke bawah dan kedua tangannya jelas kulihat sedang meremas-remas pantat si cewek. Cowok tersebut menekan pantatnya, sehingga posisi tubuh bagian bawah si cowok menjorok ke depan.
“Sudah kau lihat?" tanya Riki.
“Ya...” suaraku serak dan wajahku panas.
"Sedang apa mereka?" Riki melanjutkan pertanyaannya.
“Sedang ngen tot sambil berdiril” jawabku.
"Cuma kita yang belum, Mia" sambung Riki.
"Tapi .... ?" jawabku ragu karena bagaimanapun aku sudah punya Dino.
“Tidak ada tapi-tapian. Jangan pikirkan cowokmu akupun juga tidak memikirkan istriku. Ayo kita cari tempat yang aman. Aku sudah gak tahan melihat mereka. Aku jadi pingin ngen tot juga" potong Riki sambil menarik lenganku. Lagi-lagi seperi orang yang terkena hipnotis, akupun mengikuti ajakan Riki.
"Di sini saja, Mi" bisik Riki sambil menekan tubuhku ke tembok.
“Rik..." jawabku ragu.
"Ayo Mi. Kita tinggal punya waktu bebarapa menit lagi. Kita manfaatkan sebaik-baiknya" potong Riki.
Beberapa menit lagi? Aku tidak mengerti ucapan Riki barusan. Namun belum sempat aku berpikir lama, Riki kembali melumat bibirku dan tangannya sudah menaikkan rokku dan kemudian melolosi CDku. Akibat lumatan bibir Riki dan pemandangan yang barusan aku lihat, membuat jadi sangat terangsang dan perlahan napsu sekku naik. Sehingga saat itu aku sudah tak sempat lagi memikirkan Dino. Riki melepaskan celana panjangnya dan gak butuh waktu lama celana panjangnyapun lepas. Astaga…! Rupanya Riki tidak mengenakan CD. Dalam temaramnya lampu aku sempat memperhatikan kon tol Riki. Wow... kontolnya tidak terlalu panjang namun bagian kepalanya sangat gede. Mirip pukulan beduk.
Sebelah tangan Riki menuju ke selangkanganku. Tak lama kemudian kurasakan tangannya dengan lembut meraba daerah no nokku dan mengusap-usap jembut lebatku. Sedang tangan satunya meremasi kedua susuku secara bergantian sambil mulutnya menyumbat mulutku. Dengan rakus dilahapnya mulutku. Lidahnya berputar-putar dalam rongga mulutku dan terkadang bibirku disedotnya dengan kuat.
Aku termasuk cewek yang cepat terangsang dan aktif. Kali ini aku yang sudah terbakar napsu birahi tak ingin menghindar lagi. Aku pun membalas ciuman mulut Riki. Hmmmm...! Kugigit lidah Riki dengan lembut. Riki merintih. Dia membalas menggigit. Ganti aku yang merintih. Puas memainkan lidahku, ciuman Riki berpindah ke susuku. Bergantian pentil susuku yang besar tersebut dijilati dan dikenyot-kenyot oleh Riki sambil tangan Riki yang lain mulai mencolok colok lubang no nokku dan sesekali 1t1lku diusap-usap dengan jempolnya. Mendapat rangsangan pada susu dan no nokku membuat no nokku semakin basah dan birahiku bertambah naik.
"Oh... Rik... aku nggak kuat lagi en toti aku Han... oooh... Rik... en toti aku Rik, uuuuhhh..." aku menggeliat-geliat menikmatai setiap rabaan dan elusan tangan Rudy yang makin liar pada no nok dan 1t1lku. Ditambah lagi mulut Riki yang terus mnejilati dan mengkenyot pentil susu kiri dan kananku secara bergantian.
Seakan menjawab keinginanku agar dia segera mengen totiku, tangan Riki yang sedari tadi mengkobel-kobel no nokku berpindah kearah pahaku. Diangkatnya paha kiriku sehingga lubang no nokku menjadi terbuka kemudian didorongnya tubuhku agar merapat dan bersandar ke tembok. Rupanya dia ingin ngen toti aku sambil berdiri. Lenganku memeluk erat lahernya dan pada detik berikutnya kurasakan kepala kon tolnya mulai menyumbat celah no nokku yang sudah sangat basah. Lalu kedua tangan Riki menarik pantatku ke depan, sementara diapun juga mendorong pantatnya kedepan sehingga kon tolnya melesak masuk dalam liang no nokku.
"Aow... Rik...!" aku menjerit manakala kepala kon tolnya melesak, membelah celah no nokku dan menyeruak masuk liang no nokku. Tubuhku gemetar. Hampir saja aku jatuh jika Riki tidak menahan tubuhku.
"Riiiik... Tahan dulu Han!!!" aku minta Riki untuk menahan enjotannya dan diapun menahan enjotannya.
"Kanapa Mi?" tanya Riki.
“Pelan-pelan..." kataku lagi dengan suara tertahan-tahan.
"Aku terlalu keras, ya?” tanya Riki.
"Sssshhhh... hemm... Kon tolmu besar... no nokku penuh rasanya tersumpal kon tolmu” jawabku sambil mengerang menikmati kon tol gede Riki yang mengganjal di liang no nokku.
"Bukannya makin besar makin nikmat?" jawab Riki.
"Ya... tapi aku sudah lama gak merasakan kon tol segede ini” jawabku. Memang semenjak Dino memutuskan untuk meneruskan belajar ke luar negeri, sudah hampir 3 bulan aku tidak merasakan nikmatnya dien tot. Waktu ada Dino, hampir tiap hari aku dan Dino selalu ngen toti aku. Kon tolnya yang panjang dan gede selalu memenuhi lubang no nokku.
“Ah, masa?" kata Riki seakan gak percaya dengan jawabanku.
“Sungguh...! Sudah hampir 3 bulan no nokku tidak kemasukan kon tol. Makanya waktu kon tolmu ngejeblos ke no nokku barusan, aku kaget sekali...!" kataku.
“Emang pacarmu kemana?” tanya Riki sambil mulai menggenjot kon tolnya memompa no nokku.
"Pacarku lagi studi ke luar negeri. Oooohhhh... enaaaakkk Han... Ayo Han! Sodok kon tolmu yang kuat..!!!” desahku sambil menggoyang-goyangkan pinggulku, sehingga kon tol Riki semakin dalam masuk dalam no nokku. Setiap kon tol Riki masuk keliang no nokku, aku imbangi dengan mengempot-empotkan otot no nokku.
“Oooohhh... Miii... sssshhhh... no nokmu enak sekali. Sempit dan empotannya kuat banget... ssshhhh... oooohhh... nikmatnya, Miiiii..." erang Riki. Bibir kami saling berpagutan, sambil terus kugoyang-goyangkan pinggulku. Sementara tangan Riki tak henti-hentinya meremasi kedua susuku.
"Ooooh Riiiiiik... Enak sekali..." aku terus mengerang merasakan nikmatnya enjotan kon tol Riki didalam no nokku.
"Ssshhhh... ooohhh... Aku juga enak Miiiii... Ssssshhhh... no nokmu empotannya luar biasa..." Riki mendesah merasakan nikmatnya empotan no nokku.
"Sssshhhh... aaaahhhh... terus goyang Mia, ssshhhh... oooohhhh... no nokmu sempit dan hangat. Empotannya nikmaaaaatttt... enak sekali... Aaaahhhh...” Mendengar pujian dan erangan Riki membuat aku semakin bersemangat menggoyang pinggulku membuat Riki semakin mengerang merasakan nikmatnya no nokku.
“Kon tolmu juga enak Rik... Besar dan ujungnya terasa berdenyut-denyut seperti hidup. Bagian dalam no nokku jadi terasa gatal. Pingin digaruk kon tolmu. Ayo Rik, enjot yang kuat...” pintaku
Dengan penuh semangat Riki memompa kon tolnya keluar masuk liang no nokku. Plok... plokkk... plokkkk... bunyi beradunya kedua kelamin kami akibat no nokku yang semakin becek akibat lendir kenikmatan yang semakin banyak keluar. Riki semakin cepat mengeluar-masukkan kon tolnya dalam liang no nokku. Sementara aku juga semakin liar memutar-mutar pinggulku. Semakin cepat kuputar semakin nikmat kurasakan begitu juga dengan Riki.
Kemudian Riki mencabut kon tolnya dari no nokku. Dia memutar tubuhku agar menghadap ke tembok dan menarik pantatku sehingga posisiku agak nungging. Rupanya Riki ingin mengen toti aku lewat belakang. Tangan kiri Riki menggenggam kon tolnya sementara tangan kanannya mengelus-elus belahan no nokku yang merekah basah. Aku semakin tak kuasa menahan nikmat… ketika jemari Riki menggosok lembut 1tilku.
“Aoukh Riiiik... Buruan masukin lagi kon tolmu Rik... Aku pingin kon tolmu!” pintaku sambil tanganku mengocok lembut batang kon tol Riki dan mengarahkannya ke lubang no nokku. Sebentar kemudian kepala kon tol Riki mulai membelah celah bibir no nokku dan dengan hentakkan yang kuat dari Riki ditambah dengan dorongan pantatku kebelakang membuat semua batang kon tol Riki amblas ditelan no nokku.
Riki benar-benar pria yang berpengalaman dalam hal sex. Gerakannya cukup bervariasi. Terkadang kon tolnya maju mundur dengan lembut dalam no nokku. Terkadang kon tolnya dengan penuh tenaga menghujam liang no nokku. Sesekali Riki memelukku dengan erat. Tangan kanannya meremas susuku dan memilin-milin pentilnya sedangkan tangan kirinya menggosok-gosok 1tilku.
Aku mengimbanginya dengan memutar-mutar pinggulku dan menggerak-gerakan otot-otot dinding liang no nokku sehingga liang no nokku yang sempit mampu mengurut-urut batang kon tol Riki.
“Aoukh Miiii... enak sayang... kepala kon tolku seperti disedot-sedot dalam no nokmu... Aaaaahhhh...” Riki mendesah-desah. Aku tahu dia tengah merasakan nikmat yang luar biasa. Aku senang bisa memberikan kepuasan kepadanya.
Saat kami berdua sedang enak-enaknya menikmati persenggamaan, tiba-tiba lampu menyala. Suasana yang temaram berubah jadi terang benderang. Aku kaget. Namun untuk menyudahi permainan ini begitu saja tampaknya tanggung. Riki juga tidak ingin menyudahi. Bahkan ia meningkatkan permainannya.
“Ssssttt... aaahhhh... Riiiik... Jangan dicabut dulu. Aku sudah hampir keluar... ssshhh..." aku merintih rintih.
“Aku... juga... teruussh Miiiiiii... Sssshhhh... Oooohhhh kamu pintar sekali. Putar terus sayang... aaaahhhhh A.... ak... aku keluarrr Miaaa .... aaaahhh...!!!” jerit Riki sambil menghentakkan pantatnya kuat-kuat. Tanpa ampun lagi seluruh kon tol Riki yang besar itu pun amblas sedalam-dalamnya didalam liang no nokku.
Crot..... croott..... crooottt..... pejuh Riki menyemprot banyak sekali didalam no nokku. Hujaman kon tol dan semburan pejuh Riki didalam no nokku mendatangkan kenikmatan yang luar biasa.
"Aaaaaahhhh..... Riiiiik...!!!! Aku juga keluuuuaaaarrr...!!!" seketika aku menjerit saat mencapai orgasmeku.
Aku tak bisa menguasai diri lagi. Riki mendorong tubuhku merapat di tembok. Kini aku dalam posisi berdiri membelakangi Riki. Aku peluk leher Riki kuat-kuat. Di ujung kenikmatan yang tak terhingga tersebut tubuhku meregang kejang. Kugigit leher Riki dan Serr..... seerr..... seeerrr..... cairan maniku pun bergumpal-gumpal keluar, bercampur dengan pejuh Riki yang menyemprot di dalam liang no nokku. Begitu banyaknya cairan tersebut sampai menetes keluar dari no nokku.
Dengan kon tol yang masih menancap di no nokku, Riki memelukku dengan mesra. Sementara tubuhku menggelepar, kepalaku terkulai dengan mata terpejam.
"Mia!" bisik Riki lembut sambil masih memelukku, "Ayo! Kita harus kumpul lagi!" ajak Riki.
"Aku... lemas Rik...” kataku.
"Ayo Mia. Jangan sampai teman-teman mencari kita" jelas Riki sambil mencabut kon tolnya dari no nokku. Kami berdua lalu mengenakan pakaian kami masing-masing.
Ternyata teman-teman yang lain sudah pada menunggu di ruang tengah. Begitu aku dan Riki muncul mereka saling bertepuk tangan.
"Bukan main... Rupanya ada yang nambah nich ye?" celoteh Novy menggoda.
Aku tertunduk malu. Dengan tubuh yang masih lemas, aku ikut duduk bersimpuh bersama mereka.
Bersambung...
Index Cerita:
Dalam Sebuah Pesta (1)
Dalam Sebuah Pesta (2)
Akibat Pesta Itu...
Terakhir diubah: