Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Kesepian dan birahi tertahan

User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Hanya ingin semua ini tuntas. Karena sudah di ubun ubun birahiku setelah sekian lama tak tersentuh wanita.
Aku coba iseng untuk variasi ciumanku dari ciuman anak SD ke French Kiss.
Iya, ciuman dengan lidah menari di dalam mulut. Walau agak sedikit memaksa memasukan lidahku, akhirnya tembus juga. Dia terlihat menikmati sekali ciuman ini, pegangan tangannya semakin erat seakan tak mau berakhir. Kami hanya melenguh tertahan.
Ku lepaskan ciumanku untuk mengambil nafas, buas sekali ciumannya bak singa betina yang lapar.


"Bentar, aku ambil nafas dulu"


Alfira hanya tersenyum dan sedikit terkekeh. Merasa tertantang, langsung aku tarik dia, hingga duduk di pangkuanku.
Agak kaget, tapi segera aku lakukan lagi. Tanganku yang awalnya memeluk punggung beralih mengelus perutnya.
Perut mulus yang nampak di malam itu,akhirnya tersentuh juga.
Aku hentikan ciumanku dan menatapnya, dia langsung menganggukkan kepala seakan mengizinkan diriku bertindak lebih jauh. Tanganku masuk meraba payudaranya sembari aku ciumi lehernya.
Alfira mendesis, seperti ratu ular di film horror nyi blorong. Wajahnya mendongak menerima rangsanganku.
Kubuka kancing depan seragamnya dan kusingkap BH. Dan muncul dadanya yang indah, tanpa babibu langsung aku remas dada kirinya dan dada kanannya aku jilat. Mulai dari aerolanya hingga aku sendal-sendal putingnya menggunakan lidah.
Perlahan aku hisap dadanya.


"Auuhh sshh Hansssss"



Erangnya berbisik menahan. Karena tak mau terdengar apalagi ini di aula sekolah. Bahaya kalau sampe tau skandal ini.
Tanganku memeluk pinggangnya lagi, aku tarik agak maju agar makin enak aku mengenyot dadanya. Aku berhenti sejenak.


"Ra, kok kelur susunya? kamu busui ya?"


Alfira hanya mengangguk dengan mengigit bibir bawah.
Ekspresi binal busui binor kesepian.


"Wah enak banget ini, aku nyicip boleh?"


Semakin aku hisap, badannya semakin merapat.
Dengan mata terpejam dan desisan kecilnya. Mungkin pertama kali dia merasakan seperti ini semenjak menikah.
Apalagi suaminya yang jarang pulang.
Sewaktu aku menyecap, aku berfikir sejenak, ternyata ini rasanya nyusu. Membuatku ketagihan, apalagi nyusu ke Alfira, si binor kesepian.
Roknya sudah tersingkap hingga paha, entah tak tau, Alfira menggoyangkan pantatnya hingga rudalku yang melembung dari celanaku bergesekan dengan pantat seksinya.


Tak lama kemudian, dia menarik dadanya dari cecapanku.
Berjongkok, rudalku di belai-belai. Sesekali di cubit, dan di pukul halus. Dengan keadaan aku masih duduk di kursi.


"Oouuhhhh...." erangku tertahan, karena takut terdengar.


Meskipun hari sudah sore dan sekolah sepi, terkadang murid-murid ada yang kembali sekedar menumpuk tugas. Kalau ketahuan kan malah berabe nanti.


"Tak bukain ya Hans? aku udah pengen banget" rayunya dengan tatapan manja.


Aku menimpalinya dengan senyuman saja. Resletingku terbuka, di singkapnya celan dalamku. Rudal yang tertahan, akhirnya siap juga. Batangku semakin mengeras ketika di pegang tangan lembutnya.
Yang bikin aku kaget, dia langsung menyerobot biji rudalku.


Mendongak kepalaku menikmati hisapannya. Sesekali aku lirik Alfira, begitu telaten.
Setiap kocokan, lidahnya yang bermain menjilati batang dan kepala rudalku. Seakan membuatku melayang di kenikmatan ini.
Hapenya berdering, kulumannya berhenti. Menjangkau ponselnya dengan gemetar.
Tak tau, dia gemetar karena apa. Mungkin saja reaksi antara pengen, takut, juga situasi di aula sekolah. Ngeri-ngeri sedap istilahnya.


"Ya Bu...."



Dia memberi isyarat bahwa ini ibunya. Tiba-tiba muncul fikiran nakalku untuk menjejalkan rudalku selagi dia telfon. Seperti di film bokep, tapi Alfira mencegahku dengan menggenggap rudalku dengan sedikit meremas.

"Brakkk...."
Pintu aula terbuka tiba-tiba. Ternyata salah satu anak eskul kembali untuk mengambil buku.
Aku hanya memejamkan mataku tak berani melihat. Untung saja posisinya pas jadi tidak kelihatan rudalku dan dadanya. Hal itu membuatku khawatir, yang ada di fikiranku hanya bagaimana kalau skandal ini tersebar seantero sekolah.
Aku gak di percaya lagi jadi guru eskul teater dan Alfira pasti juga tercoreng namanya.
"Sssiapa tadi? aaku gak liat soalnya" tanyaku dengan sedikit gagap.
"Tadi si Siska, ambil buku"
"Terus gimana nanti kalau dia buka mulut?"
"Nggak kok, nanti bikin alasan aja. Lagi meranin scene teater"
"Oh iya benar, ada scene juga sih si Layla menunduk nangis ketika Qais sakit"
Seketika suasana hening untuk beberapa saat. Alfira membenahi bajunya agar tampak rapi dan aku juga menaikkan celanaku. Meskipun nanggung dan rudalku agak lemas lagi karena kejadian tadi, nafsuku masih meluap-luap. Dia memberi isyarat agar lebih baik pulang saja. Suasana sekolah sudah sangat sepi sekali. Hanya ada motorku dan motor pak satpam di depan.
"Masih nanggung ini ra" keluhku di perjalanan.
Tangan Alfira dari memegang pinggangku malah meraba rudalku yang mulai tegak kembali. Di usapnya pelan-pelan dan dia tertawa.
"Eh ini beneran lo, tau sendiri kan?"
"Iya terus maunya gimana" godanya
"Gimana kalau kita main di hotel aja?" usulku
"Jangan, aku takut soalnya daerah sini udah pada tau sama aku"
"La terus dimana?"
"Gimana kalau di rumahku aja? tadi ibuku telfon besok siang balik. Kan ibuku sama anak-anakku lagi acara keluarga"
"La terus nanti tetanggamu gimana?"
"Ya agak malem sedikit aja biar pada masuk rumah. Di rumah habis isya sudah sepi lingkungannya. Gampang deh di rencanain nanti"
"Beneran ya? aku masih pengen nyusu"

"Dasar..." sambil menampol kepalaku.



POV ALFIRA


Kudekap erat kepala Hans yang tenggelam di dadaku. Dia tengah asik menghisap payudaraku dengan rakus


Ra, kok kelur susunya? kamu busui ya?" Tanya Hansen sedikit heran.
Aku hanya mengangguk pelan.


Dan Hansen semakin kuat menghisap payudaraku, sambil meremas yang sebelahnya. Lidahnya terasa menyendal-nyendal putingku, nikmat sekali.


Aku semakin merapatkan tubuh kami. Kini tubuhku sepenuhnya berada di pangkuannya.
Rok panjangku telah tersingkap sampai ke paha. Kurasakan sesuatu di antara paha Hans mengeras.
Oohh Hansen menyukai ini semua. Kugesek-gesekkan pantatku di atas kejantanannya yang mengeras sementara Hansen masih asik menyusu di payudara. Kurasakan kejantanan Hansen menggeliat ketika kugesek-gesek. Kucoba membelainya dari luar celana.


"Oohhh...," dia mengerang tertahan akibat perbuatanku


Akhirnya dahagaku akan kehangatan maskulin terobati juga.
Kulumat habis kepala kejantanan Hans sembari mengurut batangnya yang gemuk. Hansen yang mendesis-desis keenakan membuatku makin bersemangat ingin memasukkan seluruh batang keras itu ke dalam mulutku.


Kumainkan lidahku di sekujur batang kejantanan Hans. Meskipun sudah berusaha memasukkan seluruhnya ke dalam mulutnya, namun masih ada yang tersisa di bagian pangkal yang tidak masuk ke dalam mulut. Kubelai dua bola Hansen dan dia makin mengerang keras.


Tulilit tulilit


Ponselku yang tergeletak di samping kami tiba-tiba berdering nyaring.


Uti calling....


Ternyata ibuku yang menelepon. Sedikit bergetar tanganku menjangkau ponsel.


"Ya, Bu..." jawabku dengan suara gemetar.


Sementara aku mendengarkan ibuku berbicara di telepon kulirik Hansen yang tengah mengusap wajahnya dengan tangan.
Tangannya iseng tapi segera aku hentikan dengan meremas kemaluannya. Ekspresinya lucu ketika kuremas batangnya, antara sange dan ngilu.


"Braaakk....!" Pintu aula tiba-tiba terbuka.


Aku yang baru saja mengakhiri pembicaraan telepon sampai terlonjak kaget.
Ternyata salah seorang anggota ekskul teater yang membuka pintu dan menerobos masuk.
Untung saja posisiku dan Hans membelakangi pintu, sehingga anak itu tidak melihat celana Hansen dan bajuku yang terbuka.


"Eh, masih ada Bu Alfira dan Pak Hansen. Maaf Bu, mau ambil buku, ketinggalan,"


Aku hanya menoleh sekilas dan mengangguk.
Sementara Hansen justru memejamkan matanya tanpa menoleh sedikit pun.


Tak lama anak itu pun pamit berlalu dari aula.
Kupandangi wajah Hansen yang sedikit pias. Pandanganku beralih ke juniornya yang tadi berdiri tegang, kini terkulai lemah meringkuk. Kami pun tergelak bersama menyadari hal itu.


Dia sedikit agak khawatir tentang hal ini, tapi aku coba untuk menenangkannya dengan membuat alibi memerankan salah satu scene.


Segera aku benahi bajuku karena melihat suasana yang tidak mendukung, tapi birahiku masih saja meluap. Juga suasana semakin petang, mau tak mau kami harus pulang.



"Masih nanggung ini ra" celetuk Hans di perjalanan.


Dengan keisenganku, segera aku raba kemaluannya.
Astaga, sudah berdiri lagi kemaluannya.
Karena sama sama nafsu, kami berencana untuk menuntaskan birahi bersama.
Pada awalnya, Hansen ingin melakukan saat itu juga dengan check in di hotel.
Tapi, itu terlalu beresiko. Karena lingkungan sini sudah pada tau tentang aku.
Celaka kalau kepergok, bisa jadi bahan omongan para lambe turah.


Aku berfikir sejenak.


"Gimana kalau di rumahku aja? tadi ibuku telfon besok siang balik. Kan ibuku sama anak-anakku lagi acara keluarga"


"La terus nanti tetanggamu gimana?" tanya Hansen


"Ya agak malem sedikit aja biar pada masuk rumah. Di rumah habis isya sudah sepi lingkungannya. Gampang deh di rencanain nanti"


"Beneran ya? aku masih pengen nyusu"



"Dasar..." ku tampol kepala Hansen.



Segera aku masuk kamar mandi, membersihkan diriku.
Masih tak percaya dengan semua ini, tubuhku di jamah oleh lelaki selain suamiku.
Pastinya aku tak sabar menunggu nanti.
Hansen yang akan mengobok obok kemaluanku dengan rudalnya.








__________

Mohon maaf suhu baru apdet
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd