Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Keluarga Oki

Aku Ory Vitrio, atau akrab dipanggil Rio. Aku menikahi seorang muslimah cantik bernama Oki Setiana Dewi pada tahun 2014. Kini aku sedang menantikan kelahiran buah hati keduaku bersamanya.

Kehidupan rumah tanggaku begitu harmonis. Begitu pun dalam urusan ranjang. Istriku begitu mengerti dengan nafsuku yang tinggi. Apalagi melihat istriku yang begitu anggun dengan jilbab lebarnya, bukannya menjaga nafsuku tetapi malah semakin memancingnya. Memikirkan istriku saja penisku langsung tegang. Bagiku dia memanglah punya daya tarik tersendiri.

Di tengah masa hamil tuanya, istriku tetap aktif dalam mengisi acara keagamaan. Walau wilayahnya menciut hanya Jakarta dan sekitarnya. Kali ini dia mengisi di Bandung di salah satu SMA. Awalnya aku sempat melarang karena bebarengan dengan bisnisku yang mengharuskanku stay di Jakarta. Tapi dengan ngototnya dia meyakinkanku. Akhirnya aku mengijinkannya dan menyempatkan mengantarkannya ke Bandung siang itu. Aku kemudian langsung balik lagi ke Jakarta untuk urusan bisnisku. Aku akhirnya meeting dengan klienku dengan cukup tenang setelah memastikan ada fasilitas hotel untuk istriku yang tidak jauh dari lokasi SMA tersebut.

Menjelang petang kegiatanku sudah selesai. Padahal jadwal awalnya sampai malam, tetapi karena sesuatu hal pihak rekan bisnisku mengcancel acara untuk malam harinya. Aku sendiri cukup sumringah, karena tak perlu berlarut dengan pekerjaanku dan aku bisa menyusul istriku ke Bandung. Aku sampai rumah pukul enam petang dan langsung bersih diri dan siap-siap ke Bandung. Aku sengaja tidak memberi tahu istriku karena aku ingin membuat surprise untuknya. Selepas waktu isya’ aku menggeber mobilku menuju Bandung. Malam ini tol cipularang ramai lancar, sekitar setengah sepuluh malam aku sudah sampai Bandung. Karena sudah di atas jam sembilan malam, kuputuskan langsung menuju hotel yang disediakan untuk menginap istriku.

Aku sesampainya di hotel tujuanku lalu menuju resepsionis dan bertanya kamar yang sudah dipesan oleh pihak panitia acara. Kebetulan kamar yang dipesan sudah atas nama istriku dan karena tahu kalau aku adalah suami Oki Setiana Dewi aku meminta kunci cadangan dengan dalih ingin memberi surprise padanya. Kunci sudah di tangan. Aku memuju kamar yang ditunjukkan. Di otakku sudah membayangkan betapa kagetnya istriku mengetahui aku datang. Tapi pikiran itu malah membuatku berbafsu untuk segera memadu kasih dengannya. Nafsuku memuncak di ubun-ubun.

Aku sudah di depan kamarnya. Aku membuka pintu dengan perlahan. Kudapati keadaan kamar remang-remang. Lampu utama mati tinggal lampu tidur. Kudapati sesosok dengan berselimut tebal tergolek di ranjang masih lengkap dengan jilbab hitamnya. Pikirku dia kecapekan dan langsung istirahat. Udara di Bandung saat ini juga begitu dingin. Hal itu malah semakin memancing nafsuku keluar dan menegangkan penisku.

Aku langsung menelanjangi diriku sendiri. Dengan penis yang tegak mengacung aku mendekatinya. Aku mengarahkan penisku ke kepalanya yang terbalut jilbab. Wajahnya ditutupi oleh tangannya. Aku segera menyingkirkan tangan yang menutupi wajahnya dan menyodorkan penisku ke pipinya.

“Plak!”, penisku menampar pipinya.

“Auw . . .”, dia terbangun kaget dan aku pun juga kaget bukan main. Ternyata sesosok perempuan di depanku bukanlah istriku.



Perempuan muda di depanku terpaku kaget dan tak henti-hentinya memandangi dadaku yang penuh bulu. Dia seakan terhipnotis dan penisku masih menempel di pipinya.

Saat dia mulai tersadar dari lamunannya, dia hendak berteriak, spontan aku jejalkan penisku ke mulutnya. Begitu hangat rasanya di dalam mulut mungilnya. Perempuan muda berjilbab itu hampir tersedak karena penis besarku memenuhi rongga mulutnya. Dia hendak melepaskannya dan beranjak dari ranjang tapi langsung aku tahan kepala berjilbabnya.

“Aurrrrgggh, holooooong, aammmmmmmuuun!”, rontanya sambil memcoba mengatakan sesuatu. Rontaan itu membuat kekagetanku menjadi nafsu membara. Wajahku yang sempat pucat pasi berubah merah dengan senyuman bangsat. Entah setan apa yang menguasaiku, dipikiranku sekarang hanya ada betapa nikmatnya perempuan muda ini.

Aku lalu menyikap selimut yang menutupi tubuhnya. Dia semakin kuat meronta. Sejenak kupandangi tubuh mungilnya yang terbalut gamis panjang seperti yang biasa istriku kenakan. Aku semakin kesetanan. Aku lalu mencabut penisku dan kemudian menindihnya. Aku rentangkan kedua tangannya dan aku tutup mulutnya yang hendak berteriak dengan ciuman ganasku. Tubuh mungilnya tak berdaya kutindih. Rontaannya juga tak berarti apa-apa untukku. Tangisannya pecah seketika. Dia terus meronta hingga beberapa saat sebelum akhirnya melemah tanda putus asa. Mengetahui hal itu aku melepas cengkraman tanganku dan ciumanku. Aku duduk di atas tubuh mungil perempuan muda berjilbab panjang dan lengkap dengan gamisnya. Aku taksir dia masih belasan tahun, mungkin 16 atau 17 tahunlah. Dia sudah tak mencoba berteriak, dia hanya menangis sejadi-jadinya. Aku pandangi wajahnya. Begitu manis, khas perempuan belasan tahun dengan tahi lalat di dagunya.

Aku mulai memikirkan cara menyetubuhinya tanpa paksaan dan tidak akan berbuntut panjang. Aku mengusap air matanya di mata sayu itu. Aku mendekatkan wajahku ke pipinya dan kukecup pipi itu.

“Tenanglah! Tak usah melawan, kamu akan baik-baik saja. Aku tak akan menyakitimu!”, bisikku padanya.

Aku angkat lagi wajahku. Aku pegangi dagunya dan dia mulai memandangiku. Sayu tatapan matanya dan masih sesenggukan. Begitu manis wajahnya. Setelah beberapa saat tangisnya pecah lagi.

“Ampun Om, ampun! Jangan sakiti saya! Ampun! Tolong ampuni saya!”, rengeknya dengan suara serak orang menangis.

Aku tak menjawabnya. Aku melumat bibir mungilnya. Dia diam saja tak membalas juga tak ada tolakan. Aku rasa lampu hijau sudah menyala. Aku menarik tangannya ke atas kepala dan menjejalkan lidahku ke rongga mulutnya. Aku goyang-goyangkan pinggulku menggesekkan penisku ke tubuhnya. Matanya nanar menatap mataku, bingung dan campur aduk tak tahu harus bagaimana. Aku memanfaatkan momen itu dengan semakin intens melumat bibir dan membelit lidahnya. Begitu kaku tubuhnya, aku duga ini pengalaman pertamanya. Aku mulai menyibakkan jilbab hitam panjangnya ke atas dan membuka beberapa kancing gamisnya. Aku heran dia hanya diam saja. Aku malah bingung sendiri. Aku yang sudah membuka kancing gamisnya kagum dengan kulit putih mulusnya. Kemudian aku tarik ke atas branya dan aku kembali terkagum-kagum dengan mulusnya kulit perempuan muda ini dipadu dengan puting mungil merah muda. Aku sangat bernafsu dan langsung menyambar putingnya yang begitu menggoda dengan bibirku. Aku sedot dan mempermainkan puting merah mudanya. Nafsuku semakin meninggi dengan pemandangan di hadapanku. Aku sangat suka payudara kecil dengan puting yang sangat cantik.

“Cukup Om! Sudah! Geliiiiiii . . . “, pekiknya sambil menggelinjang kegelian. Aku malah semakin bernafsu menjilati payudara kecilnya. Aku sedot kuat-kuat putingnya dan ku lihat wajahnya memerah. Dia mendangak ke atas menikmati permainan lidahku di putingnya.

“Aghhhhhh, Om, ahh ah ahhh Om, cukup Om, geli Om, ampun ah ahah aaahhhhhh”, racaunya terus-menerus.

Puas bermain payudaranya aku kecup mungil seksinya lalu berguling ke samping. Aku lihat dia terengah-engah dan berkeringat. Aku pandangi dia begitu seksi. Tangan nakalku kemudian masuk dari bawah gamisnya dan mengelus-elus paha mulusnya. Dia menggigit bibir bawahnya dan meremas kencang sprei ranjang itu. Dia seperti menahan sesuatu. Aku lanjutkan rabaanku ke pangkal pahanya. Aku masukkan jariku ke celana dalamnya. Aku mendapati rambut kemaluan yang cukup rimbun di bawah sana. Aku pun merasakan lendir di sana. Aku pastikan dia sudah terangsang. Aku memainkan jariku ke lubang kemaluannya.

“Ah, jangan Om! Geli . . . ahahah aahhhhhhhh”, jariku mulai masuk ke lubang surganya. Hangat rasanya. Begitu sempit.

“Pasti nikmat memekmu manis, hangat”, bisikku lirih di telinganya kemudian mengecup pipinya yang merah merona.

“Ampun Om, saya . . . belum . . .” ucapnya terpotong karena aku menarik celana dalamnya turun sampai ke lututnya.

“Belum apa sayang? Ha ha ha ha . . .”, seringaiku.

Aku lalu mengangkat kedua kakinya dan mendekatkan wajahku ke pangkal pahanya. Aku jilati paha putihnya sampai membekas merah-merah. Dia gerak-gerak terus menahan geli yang menjalar di tubuhnya. Aku semakin intens menjilati pahanya dan menuju pangkal pahanya yang berwarna merah muda dengan toping rambut keriting yang cukup lebat. Aku jilati kemaluannya yang begitu indah. Lendirnya terasa segar di lidahku. Cengkraman tangannya di seprei semakin menjadi. Pinggulnya bergoyangbmengikuti permainan lidahku. Dia hanya bisa mendesah-desah dengan sedikit ditahanya.

“Eeeemmmm, ah ah aaaahh, Om, ahh ahh, ge . . . liiiiiii, emmmm, ah!”, desahannya membuatku semakin bernafsu. Semakin lama desahannya semakin menjadi dan lendirnya semakin membajir bercampur air liurku. Aku mencoba menyibak kemaluannya dengan lidahku, tetapi begitu rapat dan tegang.

Aku bergegas menarik celana dalamnya lolos dari kakinya. Kemudian ku kangkangkan kedua kakinya. Aku lihat gumdukan daging merah muda segar merekah di balik rimbunnya rambut kemaluan. Aku kemudian meludahi tanganku dan mengurut-urut penisku yang sudah sangat tegang sempurna. Aku kemudian menggesek-gesekkan penisku ke kemaluannya.

“O . . om, ja . . ngan o. . oom!”, suaranya lirih setengah mendesah dengan tubuh bergetar seperti menggigil.

Aku lalu mencoba melakukan penetrasi. Tapi sangat sulit. Kemaluannya begitu tegang dan sempit. Aku terus memaksa masuk penisku. Dan akhirnya kepala penisku berhasil menyeruak masuk.

“Auuuw, sakiiiiit!” jeritnya. Aku pun juga merasa sedikit sakit karena jepitan rapat kemaluannya di kepala penisku. Aku sempat berhenti sejenak mengambil nafas dan kemudian . . .

“Bleeeesss, aaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhh”, aku melenguh kencang setelah menyodokkan dengan sekuat tenaga pinggulku. Penisku amblas di dalam kemaluannya. Aku merasakan hangat di penisku dengan jepitan sangat kuat. Aku merasakan nikmat tak terkira. Aku juga merasakan becek di bawah sana. Aku diamkan sejenak dan mulai menggoyangkan pingggulku dengan cukup cepat. Penisku keluar masuk dengan tekanan dinding kemaluan yang begitu rapat.

“Uh ugh, eeemmmm, ah agghh” desahannya sambil kedua tangannya menutup mulutnya agar tak mengeluarkan desahan. Tapi tetap tak sanggup menahannya.

Aku semakin bersemangat memompa tubuh mungilnya dengan gamis tersingkap ke pinggang dan payudara terpampang menggoda serta jilbab hitam yang mulai kusut dan bsah keringat.

“Plak, plak, plak . . .” aku mempercepat goyangan pinggulku. Ku dorong sampai amblas hilang penisku dan berbenturan dengan pantatnya menimbulkan bunyi yang cukup keras.

“Ah ah ah ah, enak sayang, memekmu nikmat sekali, aku suka, aaaaaaaaaaaaaggggggghhhhhhhh, sempit sekali memekmu!” racauku menggila sambil mempercepat sodokkanku. Aku merasakan sudah di ujung penis cairan cintaku.

“Sayang, aku mau . . . AAAAAGGGGGGGHHHHHH, crot crot croooot” banyak sekali penisku menyemburkan sperma. Untungnya aku sempat mencabut penisku, sehingga spermaku muncrat dan berceceran di luar kemaluannya. Penisku tak henti-hentinya berkedut dan tubuhku serasa rontok tulang-tulangnya menikmati oragasmeku kali ini. Akhirnya aku ambruk ke samping perempuan muda yang telah aku nodai ini. Aku merasa begitu lelah dan sangat sangat puas karena jepitan kemaluannya seperti mengurut-urut penisku. Aku tak kuasa menahan lelahku sampai aku terlelap.

Aku begitu pulas tertidur sampai-sampai tak merasakan bermimpi. Aku bangun dan mendapati tak ada orang di sampingku. Aku masih dalam keadaan telanjang dan berselimut. Aku mengucek mataku. Aku lihat sesosok perempuan tadi malam duduk di kursi meja rias sudah rapi dan berganti baju dengan jilbab putihnya. Aku kemudian berlari ke kamar dan buang air kemudian cuci muka. Aku kemudian keluar dengan lilitan handuk di pinggangku. Aku duduk di pinggiran ranjang memandangi perempuan itu. Dia menyambut tatapan mataku.

“Sini kamu! Duduk sini!” panggilku sambil menyuruhnya duduk di sampingku. Dia sempat ragu, tapi kemudian beranjak menuju sampingku.

“Namamu siapa?” tanyaku sambil memeluk pinggangnya.

“Mi . i . i . . . tha, Parami . tha Om” jawabnya tergagap karena entah takut tegang atau bagaimana sambil sempat menyingkirkan tanganku di pinggangnya. Tapi aku memaksa memeluknya kembali.
“Kenapa kamu ada di sini? Di mana istriku?”

“Anu . . . saya punya tugas dari sekolah. Teh Oki Om?”

“Iya”

“Beliau menginap di sekolah saya Om, saya bertugas menemani beliau di sini tapi beliau tak kunjung datang dan saya putuskan tidur duluan. Kata teman saya yang jadi panitia di sana, Beliau tak jadi menginap di hotel sini.”

“Ow” singkat jawabku menanggapi penjelasannya sambil memandangi wajah manisnya yang merah merona.

“Kelas berapa kamu?” tanyaku lagi setelah sempat terdiam sejenak.

“Kelas sebelas Om” jawabnya sambil mulai berani melihat wajahku.

Aku kemudian beranjak berdiri dan memakai pakaianku yang sudah tergantung rapi. Aku tahu dia yang merapikannya karena semalam aku hanya membuangnya entah kemana. Aku juga melihat noda bercak merah pada sprei ranjang. Aku yang sudah setengah rapi lalu menghampirinya yang masih teduduk di tepi ranjang.

“Maafin Om ya, sudah menodaimu”

Dia hanya tertunduk dan mengepalkan tangannya di atas pahanya.

“Om akan berikan apa pun yang kamu minta”

Dia tetap terdiam.

“Om minta maaf, Om khilaf” kataku berusaha mengajaknya berbicara lagi.

“Om” dia mulai membuka pembicaraan lagi.

“Boleh saya minta tolong?”

Aku mengangguk dengan tersenyum.

“Om, jangan kasih tahu siapa-siapa soal tadi malam dan saya mau . . .” ucapnya terpotong kemudian dia sesenggukan menangis tak kuat melanjutkan kata-katanya.

Aku lalu mendekatinya dan memeluk kepalanya yang terbalut jilbab berusaha menenangkannya. Tangisannya berlanjut sambil membalas pelukanku. Dia kemudian berusaha mengatur nafasnya dan mulai bicara lagi. Dia menjelaskan bahwa dia dari keluarga kurang berkecukupan. Ibunya seorang diri berusaha menafkahi biaya sekolahnya dengan menjadi buruh boneka di lingkungan tempat tinggalnya. Tapi hasilnya juga pas-pasan. Makanya dia minta bantuan sejumlah uang karena tadi aku sudah menawarkan apa saja yang dia mau.

Aku terharu dengan ceritanya. Aku tersenyum dengan kepolosannya menceritakan keadaannya. Aku kemudian sempat berbincang sebentar dengannya. Dan ketika jam menunjukkan jam 7 pagi, kami bergegas check-out dari hotel itu. Dan aku mengantarkan dia ke sekolahannya setelah sebelumnya mampir ke ATM dan memberikannya sejumlah uang.

Aku juga sempat menghubungi istriku. Aku bilang aku akan menjemputnya. Dan akhirnya aku bilang tadi aku ketemu siswa sekolah itu dan mengajaknya barengan ke sekolah. Istriku percaya saja dengan ceritaku. Aku dan istriku melanjutkan perjalananku pulang ke Jakarta dengan otakku yang masih tak habis pikir dengan kepolosan perempuan muda tadi.
Waduh... kok ada underagenya hu?
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
lanjooot lanjoot lanjoot... cakep nih kalo si oki jadi binal
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd