Kejutan di Malam Pengantin
"Dengan ini saya meresmikan David Wijaya dan Yulia Huang sebagai suami istri."
Kata-kata pastur terngiang-ngiang di telinga David. Ia menatap istrinya. Tinggi Yulia tidak lebih dari 155 cm sedangkan David 170 cm. Wajah cantiknya sedikit bulat dibingkai oleh rambut sedikit kemerahan. Kedua matanya yang besar menatap balik David. Kulitnya halus berkilau ditimpa cahaya lilin. Pandangan David beralih ke pundak istrinya yang putih mulus, beralih ke leher yang terlihat lebih jenjang dengan rambut yang disanggul, dan akhirnya ke belahan lembut payudara Yulia yang walaupun tidak terlalu besar namun mempunyai bentuk yang sempurna. Tidak banyak yang berubah dari penampilan Yulia sejak mereka bertemu di SMA. Yulia tak lain adalah adik kelas David dan mereka mulai berpacaran saat David masuk kuliah.
David mengecup bibir Yulia dengan lembut. Jantung Yulia berdebar-debar. Tentu saja sebelumnya mereka pernah berciuman yang lebih panas namun mereka tidak pernah melanjutkan ke hubungan badan. Malam ini akan berbeda. Malam ini semuanya sudah diperbolehkan secara hukum dan agama. David merasakan ada janji suci yang istrinya berikan lewat kecupan singkat itu.
Anggota keluarga di sekitar mereka dan para hadirin lainnya terlihat begitu buram di mata mereka. Begitu banyaknya orang, teman, sanak saudara, dan relasi membuat David dan Yulia merasa seakan berada di dalam bola kaca yang terisolir dari yang lainnya. Namun akhirnya semua itu berakhir. Setelah seluruh acara selesai, mereka langsung diantar ke bungalow yang sudah mereka pesan untuk berbulan madu.
Tempat berbulan madu yang mereka pesan cukup mahal karena berada tidak jauh dari kota namun mempunyai kesan terpencil dan eksklusif. Bungalow yang mereka pilih juga agak terpisah dengan bungalow-bungalow lainnya. Karena itulah mereka harus mengeluarkan kocek lebih untuk eksklusifitas ini.
David mengeluarkan kunci untuk masuk ke dalam bungalow. Setelah memutar anak kunci di tangannya, David membuka daun pintu itu.
"Gendong aku, Vid," kata Yulia. Yulia masih terdengar seperti anak kecil walau sebenarnya ia sudah berumur 22 tahun.
"Oh iya," jawab David sambil terkekeh. Ia membungkuk dan mengangkat tubuh Yulia dengan mudah. David mendorong daun pintu dengan menggunakan kaki kanannya. Yulia merebahkan kepalanya di leher suaminya saat mereka masuk ke dalam ruangan yang masih gelap itu.
Mereka berciuman sebelum David menurunkan Yulia. Ia berbalik untuk mencari saklar lampu. Lalu tiba-tiba Yulia berteriak saat seseorang menarik tubuhnya. Yulia menjerit lagi. David dapat mendengar istrinya melirih dan bernafas berat.
"Jangan bergerak!" ancam suara yang tebal dan berat. "Atau gue sembelih bini elu!"
"D-d-David?" lirih Yulia.
"Diam!" seru pria itu lagi.
Ternyata ada satu orang lagi di ruangan itu. Pria itu bergerak cepat ke belakang David. Pria yang menangkap David bertubuh besar dan sangat kuat. David berusaha untuk membebaskan tangannya. Kemudian ia merasakan gelang metal dipakaikan ke pergelangan tangannya. Borgol! David terus meronta-ronta sampai ia mendengar teriakan Yulia.
"Jangan bergerak atau gue potong dia!"
David menjadi ragu. Tangannya ditarik ke belakang dan akhirnya borgol itu terpasang di kedua pergelangan tangannya. Dirinya kini sudah tak berdaya.
Setelah itu ruangan tersebut diterangi oleh lampu yang menyala. Laki-laki bertubuh besar dan berkulit hitam melingkarkan tangannya di leher Yulia. Tangan mungil Yulia yang putih terlihat kontras di atas tangan hitam yang berotot itu. Tangannya yang lain memegang belati panjang yang ditempelkan di leher Yulia.
Yulia terkejut melihat David yang sudah terborgol. Pria berkulit hitam itu melepaskan tubuh Yulia dan bergerak menuju pintu bungalow. Saat ia mengunci pintu itu, Yulia melangkah mundur. Lalu pria itu berbalik ke Yulia. Tubuhnya gemetar dan matanya melebar.
"Duduk di ranjang!" perintahnya. Pria yang lainnya mendorong David untuk duduk di kursi. Dengan menggunakan seutas tali panjang, ia mengikat tubuh David ke kursi itu erat-erat.
Yulia duduk di atas ranjang. Dengan tubuh yang masih gemetar, ia terisak dan menyilangkan kedua lengannya di depan dada, memeluk tubuhnya sendiri.
David menggeliat-geliat di kursi. Ia tidak suka akan pandangan liar dua pria hitam ini atas istrinya.
"Woy! Beniiiing!" kata pria yang tadi memborgol David mengomentari istrinya. Ia memiliki codet di pipinya.
"Setuju banget!" jawab pria lainnya. Ia jauh lebih tinggi dari si Codet dan terlihat lebih gemuk. Mereka berdua terlihat sudah berumur, mungkin sekitar empat puluhan. Si Jangkung berdiri di samping Yulia. Ia menatap ke bawah ke arah dadanya. Ia dapat melihat bukit buah dada Yulia yang padat tersembul dari gaun pengantinnya yang berwarna putih.
"Baru nikah?" tanyanya.
"IYA!" jawab Yulia ketus. Namun ia menjadi ketakutan begitu si Jangkung duduk di sampingnya. Kasur tempat mereka duduk melembah karena berat tubuh si Jangkung. Yulia beringsut menjauh darinya. Namun si Jangkung meraih tubuhnya.
"Jangan!" teriaknya. Yulia meronta-ronta sambil memukul-mukul tangan si Jangkung. Ia menangkap salah satu tangan Yulia. Dengan tangan yang lainnya Yulia berusaha untuk meninju si Jangkung. Setelah kedua tangannya tertangkap oleh si Jangkung, Yulia bergulat untuk melepaskan tangannya. Lalu ia mendengar teriakan David. Si Codet memukulnya di perut. David membungkuk dan merintih kesakitan.
"Jangaan!" teriak Yulia. "David! Aku mohon jangan lukai dia! Tolong!"
"Jangan macam-macam, ok?" kata si Jangkung sambil mencengkram kedua tangan Yulia. Namun Yulia terus bergulat untuk melepaskan diri. Ia harus menolong David.
"Gebuk lagi lakinya, yang keras!" si Jangkung memberi perintah.
"Jangaan! Aduuh..." Yulia berlinang air mata. Ia menatap si Jangkung.
"Aku mohon jangan lukai dia!" isak Yulia. "Aku akan turuti kemauan kalian."
"Tidak, jangan, Yulia," lirih David. David merintih dengan keras saat si Codet menampar wajahnya dengan sekuat tenaga.
"Diam, bangsat!" katanya. Terdengar suara lakban dibuka oleh si Codet. David berusaha mengelak namun tidak dapat mencegah si Codet membungkam mulutnya dengan lakban itu.
Di seberang David di atas ranjang, si Jangkung melepaskan kedua tangan Yulia. Sambil terisak, Yulia merangkul tubuhnya sendiri dengan menyilangkannya lagi di dadanya.
"Kasih gue borgolnya!" si Jangkung berkata kepada si Codet. Mata Yulia membesar melihat borgol yang siap membelenggu.
Si Jangkung memasang borgol itu di tangan kiri Yulia saat ia bertanya, "Bulan madu?" Suaranya terdengar lebih lembut.
Sambil terisak Yulia mengangguk. "T-tolong jangan sakiti aku...," lirihnya lagi. Si Jangkung memutar lengan Yulia ke belakang dan memasang borgol di tangan kanannya. Secara refleks Yulia berusaha memberontak.
"Heh, kelihatannya kita dapat pengantin segar nih!" ledek si Jangkung.
Si Codet membungkuk sehingga wajahnya bersebelahan dengan wajah David.
"Kita bakal menggarap bini elu, cuy!" kata si Codet.
"MMMMFFF! MMMMF!" David berusaha untuk berteriak. Ia meronta-ronta sekuat tenaga berusaha untuk lepas dari belenggu.
Yulia menjerit. Pria-pria ini akan memperkosa dia! Kabar buruk! Dengan masih terborgol, ia melompat berdiri. Ia tidak tahu harus kabur kemana. Ia berlari ke pintu dengan mata yang membesar dan nafas yang memburu. Pria-pria berkulit gelap ini hendak memperkosa dia! Si Jangkung berdiri dari ranjang. Ia berjalan menghampiri Yulia. Tangannya yang besar menggapai Yulia.
"Tidaaak! Jangan! Toloong!" tangis Yulia. Ia berkelit ke sana ke mari di ruangan itu sambil berteriak-teriak. Teriakannya menutupi teriakan David yang terbungkam. Tiba-tiba terdengar suara pukulan. David membungkuk mengerang kesakitan. Si Codet menghajar perut David lagi.
"David!" seru Yulia. Si Codet menjambak rambut David dan menariknya ke atas. Yulia dapat melihat wajah David yang berkerut kesakitan. Si Codet mengepalkan tangan kanannya siap mendaratkan bogem mentah di muka David.
"Tidak! Jangaaan!" teriak Yulia. Ia bergerak menghampiri David. Si Jangkung mengikuti Yulia dari belakang. Ia mencengkram borgol di belakang tubuh Yulia dan menghentakkan borgol itu ke atas sehingga Yulia menungging.
"Aaaw!" teriak Yulia. "Aw! Sakit!"
Terdengar suara pukulan lagi yang diikuti dengan suara erangan oleh David.
"Tidaak! Stop! Dia bisa mati dipukuli kalian!" seru Yulia.
"Nah kalo gitu, elu bakal nurut sama kita, kan?" pinta si Jangkung.
"Iya, iya, asal jangan sakiti dia," jawab Yulia. Si Jangkung melepaskan cengkramannya dari borgol Yulia. Yulia berdiri sambil gemetar dengan nafas yang terengah-engah. Ia menatap suaminya. Ia tau pasti bahwa suaminya kesakitan.
"Tolong," isaknya, "Aku akan menurut, tolong jangan lukai dia!"
"Nah gitu, dong!" jawab si Jangkung.
Yulia merasakan tangan si Jangkung dari belakang. Tangan-tangan itu mengelus pundaknya dan elusan itu membuatnya merinding.
"Kalau elu nurut, kita nggak bakalan gebukin David lagi."
"Iya," tangis Yulia, "Aku akan menurut."
Si Jangkung menempelkan tubuh Yulia ke tubuhnya. Yulia merasakan tonjolan keras dan hangat di selangkangan si Jangkung yang menekan pergelangan tangannya yang masih terborgol itu. Yulia semakin takut mendapati tangan si Jangkung bergerak perlahan dari pundaknya. Jari-jari si Jangkung memangkok di atas payudaranya.
"Aahh!" lirih Yulia. Dengan putus asa ia mencoba membebaskan tangannya dari borgol. Tubuhnya menjadi kaku dan mulai menggeliat-geliat mengelak dari si Jangkung. Lalu ia melihat si Codet, yang berdiri di sebelah David, memandangi dirinya. Si Codet sedang menunggu kesempatan untuk menghajar David lagi. Menyadari hal itu, Yulia berhenti mengelak dan membiarkan si Jangkung menarik tubuhnya menempel lebih erat lagi.
Melihat tangan si Jangkung membujur di dada istrinya, David hanya dapat mengeluarkan suara erangan memprotes.
Tak lagi merasakan perlawanan dari Yulia, si Jangkung menelungkupkan telapak tangannya di atas kedua bulatan dada Yulia. Dengan perlahan dan sangat lembut, jari-jari si Jangkung bergeser di atas fabrik gaun pengantin yang menutupi dada Yulia. Si Jangkung dapat merasakan padding tipis pengganti BH yang terpasang menutupi payudara indah itu. Di bawah padding tipis itu, ia dapat merasakan padatnya payudara muda yang dimiliki perempuan di hadapannya. Jari-jarinya meremas dan mengelus secara lembut di bagian yang ia tebak terletak puting susu Yulia. Yulia menggigil dan mendesah. Detik berikutnya, tubuh Yulia menghadiahkan si Jangkung dua tonjolan kecil yang dapat si Jangkung rasakan dari balik gaun pengantin tersebut.
David menggeliat-geliat di kursi tak berdaya. Ia dapat melihat telapak tangan si Jangkung menari-nari di atas bagian dada gaun yang tipis itu. Ia memperhatikan kain gaun pengantin Yulia menonjol di bagian puting akibat permainan dan belaian jari-jari si Jangkung. Yulia yang malang hanya dapat tersengal. Yulia dapat merasakan tubuhnya bereaksi atas perlakuan si Jangkung. Ia memberikan apa yang selama ini ia simpan untuk David suaminya kepada pria lain!
Si Jangkung bergumam penuh kenikmatan. Ia dapat merasakan getar tubuh Yulia. Si Jangkung tahu bahwa tubuh Yulia memberikan respon yang ia harapkan. Tentu saja ia suka atas respon tubuh Yulia! Walau diraba melalui padding dan gaun pengantin itu, si Jangkung dapat merasakan kedua puting Yulia yang sudah mengeras.
Tangan si Jangkung meninggalkan bukit dada istri muda itu dan menelusuri ke pinggang dan terus bagian bawah tubuhnya. Masih berdiri di belakangnya, si Jangkung meraih resleting di punggung Yulia.
Mata Yulia membesar. Si Jangkung merasakan Yulia gemetar saat ia membuka resleting gaun pengantinnya. Ia menurunkan resleting tersebut sampai ke pangkalnya. Si Jangkung menarik gaun tersebut jatuh ke lantai. Seperti gaun-gaun pengantin pada umumnya, gaun ini mempunyai bagian bawah yang besar menggembung. Yulia tidak memakai BH karena di bagian dada gaun tersebut sudah terpasang padding pengganti BH. Sambil menutupi dadanya, Yulia berdiri kaku dengan hanya ditutupi celana dalam berwarna putih bersih.
"Ayo geser!" perintah si Jangkung sambil berjongkok, bersiap untuk menarik gaun tersebut dari bawah kaki Yulia. Yulia beringsut dari tempat ia berdiri. Sementara Yulia bergerak ke samping, si Jangkung melepaskan sepatu putihnya juga. Setelah melempar gaun dan sepatu Yulia, si Jangkung berdiri, masih di belakang Yulia. Secara teknis Yulia berdiri telanjang di hadapan pria-pria biadab ini.
Yulia melihat si Codet bergerak meninggalkan David. Si Codet menatap Yulia dalam-dalam dengan senyum licik. Lalu ia membuka resleting celananya!
"Ayo berlutut!" serunya. Ia mengeluarkan batang penisnya yang sudah menegang keluar dari celananya.
"Oh Tuhan!" sanggah Yulia, "Tidaaak!"
Si Jangkung yang masih berdiri di belakang Yulia menekan pundaknya.
"Jangaaan! Aah!" isak Yulia.
"Kayanya elu harus gebuk lakinya lagi," usul si Jangkung kepada si Codet.
Si Codet menyetujui ide itu. Penisnya berayun saat ia membalikkan tubuhnya untuk menghampiri David. David hanya dapat mengerang dan beringsut tanpa daya.
"Jangan, aku mohon!" pinta Yulia. Yulia menekukkan lututnya dan membiarkan si Jangkung menekan tubuhnya untuk berlutut. Si Codet kembali ke hadapan Yulia dan memandang wajahnya dari atas. Dengan air mata berlinang di wajahnya yang halus, bibir yang gemetar, Yulia terlihat seperti gadis kecil. Si Codet meraih penisnya yang sudah keras dan menyodorkannya ke wajah Yulia. Yulia membuang mukanya ke samping namun dapat merasakan kepala penis itu mengoles-oles pipinya.
Si Jangkung berlutut di belakang Yulia. Tangan si Jangkung mencengkram kepalanya dan memaksa memutar kepalanya agar menghadap ke depan, ke penis yang sedang menunggu di hadapannya.
Si Jangkung mencondongkan badannya ke depan dan berbisik dengan lembut di telinga Yulia, "Kalau elu hisap dia sampai tuntas, mungkin dia ngebatalin niat untuk perkosa elu."
Yulia merasakan jari-jarinya yang kuat menjepit pipinya dan menekan rahang bawahnya. "Ayo buka mulut," perintah si Jangkung, "Yang lebar."
Si Jangkung menahan kepala Yulia sementara si Codet mengarahkan penisnya ke mulut Yulia yang sudah sedikit terbuka. Saat kepala penis yang besar itu menyelinap melewati bibirnya, Yulia melepaskan erangan panjang dengan pasrah. Kepala penis itu hampir memenuhi rongga mulutnya dan menekan lidahnya.
David melihat pria berkulit gelap itu memompa penisnya ke dalam mulut istrinya tanpa dapat berbuat apa-apa. Dengan hanya mengenakan celana dalam, istrinya berlutut telanjang di antara dua pria asing. Pergelangan tangannya terborgol dan tergontai lunglai di belakang. Si Jangkung masih berlutut di belakangnya. Rambut Yulia yang indah melimpah dari sela jari-jari yang menahan kepalanya.
David dapat melihat penis keras yang berwarna gelap itu keluar masuk mulut istrinya. Ia melihat bibir dan pipi Yulia bergerak-gerak seiring dengan keluar masuknya penis itu. Suara erangan yang keluar dari mulut Yulia dapat terdengar di ruangan itu. David tidak dapat berbuat apa-apa untuk menolongnya. Ia menarik borgol pada tangannya sampai pergelangannya luka. Ia menggeliat-geliat untuk lepas dari tali yang mengikat tubuhnya. Semuanya berakhir tanpa hasil.
Si Codet mengerang dan menatap ke bawah, memandangi wajah Yulia. Matanya yang terpejam dibasahi oleh air mata. Bibirnya yang lembut tertarik mengelilingi lingkar batang laki-laki itu. Kepala penisnya bersemayam di atas lidah Yulia. Pipi Yulia yang lembut seperti sutra membungkus kemaluannya. Si Codet menggenjot pinggangnya secara perlahan-lahan untuk menikmati setiap senti dari penisnya yang menyeruak masuk ke mulut Yulia yang hangat dan lembut. Entah sudah berapa ratus kali ia bermasturbasi saat masih di penjara, membayangkan situasi seperti saat ini: memompa spermanya ke dalam mulut gadis muda berkulit bersih. Melihat kegeraman pada wajah suaminya malah menambah manis fantasi sesatnya saja.
Yulia mengerang saat merasakan sedikit cairan sperma tersemprot keluar dari kepala penis tersebut secara tiba-tiba. Ia berusaha untuk mengelak dan mengeluarkan penis itu dari mulutnya. Namun semuanya sia-sia. Si Jangkung masih menahan kepalanya.
Ia bergumam di telinganya, "Telan, sayang! Telan semua!"
Si Codet melenguh panjang dan kali ini lebih banyak lagi gumpalan-gumpalan sperma yang tersemprot membanjiri mulut Yulia.
"Aaaaah, niiikmaaat!" lenguh si Codet sambil menghentak-hentakkan pinggangnya untuk memompa habis seluruh benih spermanya masuk ke mulut Yulia. "Ayo, hisap terus!"
David meronta-ronta di kursi. Ia dapat melihat tenggorokan istrinya bergerak-gerak saat istrinya berusaha untuk menelan gumpalan-gumpalan sperma si Codet. Sebagian dari sperma si Codet melimpah keluar dari pinggir bibir Yulia, mengalir ke bawah dan menetes ke dadanya.
Pinggang pria berkulit gelap itu bergerak seperti sedang menari dalam kenikmatan liar, sementara ia menumpahkan seluruh benihnya ke dalam mulut seorang istri muda dan cantik. Terdengar suara tersedak dan batuk keluar dari mulut Yulia. Dan semuanya itu mengakhiri gerakan pinggul si Codet. Ia menarik penisnya keluar dari mulut Yulia. Penis itu masih terlihat keras, mengkilap basah oleh liur Yulia yang bercampur dengan sperma. Si Jangkung menyeka air mata dan sperma yang tercecer di wajah Yulia.
"Nah, gitu dong," kata si Jangkung dengan pelan. Ia menyeka gumpalan sperma terakhir dari dada Yulia. Ia menarik borgol Yulia sampai tubuh Yulia menekan tubuhnya. Si Jangkung dapat merasakan tubuh kecilnya gemetar.
Setelah itu ia membantu Yulia bangkit untuk duduk di atas ranjang. Mata Yulia masih basah oleh air mata dan begitu pula wajahnya yang cantik.
"Elu baik-baik aja?" tanya si Jangkung. Yulia mengangguk perlahan. Si Jangkung kembali menyeka air matanya.
"A-aku baik-baik saja," jawabnya. Suaranya agak melengking dan terdengar sayup. "Sudah selesai," pikirnya, "Mereka akan segera melepaskan kita."
Si Jangkung mengeluarkan kunci untuk membuka borgol. Beberapa detik setelah itu borgol yang mengikat pergelangan tangan kanannya terbuka. Yulia mengayunkan tangan itu ke depan sambil menunggu si Jangkung untuk membuka borgol di tangan kirinya. Si Jangkung menyimpan kunci itu lalu menarik kedua tangan Yulia di depan tubuhnya dan memasang kembali borgol di tangan kanannya.
Si Jangkung merasakan geliat birahi di penisnya begitu ia memandang wajah lugu gadis cantik di depannya.
"Berbaring!" perintahnya.
Mata Yulia membesar. Ia tidak bergeming. Lalu ia melihat si Codet sudah berdiri di samping suaminya sambil mengangkat kepalan tangan.
"Berbaring!"
Si Jangkung mendorong pundak Yulia. Yulia membiarkan dirinya terhempas ke atas ranjang. Si Jangkung berdiri dan meraih pergelangan tangan Yulia yang terborgol itu lalu menarik kedua tangannya itu melewati kepalanya.
"Ah! Tidaak!" seru Yulia. "Mau apa kalian?"
Si Jangkung mengeluarkan seutas tali lalu melingkarkannya melewati borgol lalu mengikatnya. Ujung lain dari tali itu kemudian diikatkannya ke penyangga bagian kepala ranjang.
"Jangaaan! Lepaskan aku! Kalian berjanji tidak akan perkosa aku!" isak Yulia.
"Diam!" si Jangkung menyalak. Suaranya terdengar kasar. Yulia hanya dapat meringkuk pasrah. Lalu ia melihat si Codet menarik pergelangan kakinya sampai kedua tangannya terentang ke bagian kepala ranjang. Dua bukit payudara Yulia yang dihiasi oleh puting yang menegang, terekspos di hadapan dua pria berkulit hitam ini. Yulia merasa sakit pada pergelangan tangannya yang tertarik oleh borgol.
"Aaww! Tanganku sakit!" Yulia menderit.
"Tutup mulut!" seru si Codet.
"Jangan bergerak!" perintah si Jangkung. Dengan pergelangan tangannya terikat ke bagian atas penyangga ranjang dan si Codet memegangi kedua kakinya, sebenarnya Yulia tidak dapat banyak bergerak.
"Ayo kita kerja!" kata si Jangkung dengan senyum yang melebar. Tangannya yang kekar meraih bulatan dada Yulia.
"Jangaan! Jangaaan!" David mencoba untuk berteriak dalam bungkaman lakban. Ia meronta-ronta dalam ikatan tali yang melingkar di tubuhnya. Si Jangkung mulai meraba Yulia, jari-jarinya memangkok di atas payudara ranum itu. Si Jangkung dapat mendengar Yulia terisak dan dapat melihat dia menggeliat-geliat tak berdaya.
David membayangkan lembutnya payudara Yulia serta tegang dan kerasnya puting susu Yulia. Namun sekarang si Jangkung-lah yang sedang menikmati tubuh Yulia, Yulia-nya, istrinya sendiri! Ia dapat melihat payudara Yulia teremas oleh jari-jari si Jangkung. Yulia menggeliat lalu tubuhnya menjadi kaku. Lalu Yulia menangis sesenggukan.
Tangan si Jangkung menelusuri tubuh Yulia turun menuju ke celana dalamnya. Ia menyelipkan jempol-jempolnya ke bawah karet celana dalam itu.
Yulia berteriak sambil meronta sejadi-jadinya. "Jangaaan!... (hik) Oh! Oh! (hik)... "
Si Jangkung menampar wajah Yulia dengan keras. Suara tamparan itu sampai menggema di ruangan tersebut. David kembali meronta di kursinya.
"Tutup mulut elu!" desis si Jangkung. Yulia menatap si Jangkung karena kaget. Pipinya panas menyengat. "Atau gue siksa elu dan laki elu. Ngerti?"
Yulia mengangguk dengan lemah sambil terisak. Bibir bawahnya gemetar.
"Ayo kita lihat apa yang ada di balik celana ini!" kata si Jangkung riang. Dengan perlahan ia meloloskan celana dalam Yulia ke bawah. Yulia masih terisak namun tidak melakukan perlawanan apa-apa. Si Codet membantu si Jangkung dengan menarik copot celana dalam itu dari pergelangan kaki Yulia. Kini Yulia telanjang bulat di hadapan dua laki-laki itu! Telanjang dan tak berdaya.
David menggeram marah. Ia melihat kedua pria itu memandangi tubuh istrinya yang telanjang di atas ranjang. Istrinya yang perawan. Malam ini sebenarnya adalah malam milik dia. Dan Yulia juga adalah miliknya. Dialah yang seharusnya menikmati malam ini bersama dengan Yulia sebelum istrinya itu dijamah oleh siapapun.
Si Jangkung bergerak meninggalkan ranjang. Ia kembali dengan dua borgol di tangannya. Si Codet memegangi kaki Yulia sementara si Jangkung memborgol masing-masing kaki ke sisi kiri dan kanan ranjang. Kini tubuh Yulia membentuk huruf "Y" terbalik. Buah dada dan vaginanya terpampang di hadapan tiga laki-laki di ruangan itu.
Yulia menggigil dan mencoba menurunkan tangannya saat kedua pria ini mengagumi korbannya. Rasa takut semakin mencekam saat Yulia melihat kedua pria itu mulai membuka pakaian mereka satu per satu.
Si Codet selesai lebih dahulu. Ia merangkak di atas ranjang menuju ke antara paha Yulia. Penisnya yang masih keras berayun-ayun saat ia bergerak menghampiri Yulia.
Secara refleks Yulia berusaha untuk meringkuk menutup tubuhnya namun tentu saja hal itu tidak dapat ia lakukan. Ia bersiap-siap untuk merasakan persentuhan antara tubuh si Codet dengan tubuhnya. Namun si Codet berbaring di ranjang di antara paha Yulia.
"Setelah di-karaoke paling asik memang ngjilat meki amoy cantik!" gumamnya dengan riang.
Murka David semakin menjadi-jadi begitu ia melihat kepala si Codet bergerak menghampiri selangkangan istrinya. Kedua tangan hitamnya yang besar memagari pinggul Yulia agar tidak bergerak kemana-mana. Yulia memekik sayup saat bibir si Codet menyentuh bibir kemaluannya. Tanpa Yulia sadari pinggulnya menggeliat begitu ia merasakan kelopak kewanitaannya terbuka oleh lidah yang menyelinap masuk.
Si Codet menerobos dalam-dalam untuk menyicipi Yulia. Lidahnya menyeruak masuk melewati kelopak bibir kemaluan Yulia. Pusar Yulia bergelombang naik turun seiring dengan nafasnya yang kian memburu. Si Codet menjelajahi kemaluan Yulia dengan gencarnya, menjilat dan menyapu dengan lidahnya sampai akhirnya ia menemukan klitoris Yulia.
Dengan lembut si Codet menggunakan ujung lidahnya untuk menghadiahi gadis muda ini dengan kenikmatan surga yang terlarang. Tubuh Yulia kembali bergelinjang dan pinggulnya menggeliat. Nafas Yulia kini menjadi berat dan terdengar rentetan desahan-desahan "Oh! (hh), oh! (hh)," sayup-sayup keluar dari mulut Yulia.
Dengan lembut si Codet membalur kelentit Yulia sampai akhirnya keluar dari tudung persembunyiannya. Si Codet dapat merasakan klitoris Yulia mengeras atas tarian lidahnya. Erang dan desah yang keluar dari mulut Yulia semakin besar dan jelas terdengar. Si Codet dapat merasakan cairan cinta mulai merembes keluar. Cairan hangat itu terasa sedikit asin tercampur dengan air liurnya.
David mengerang dengan geram. Ia kenal benar dengan suara yang keluar dari mulut Yulia. Ia tahu bahwa kini istrinya sudah terangsang secara seksual. Ya, istrinya merasakan kenikmatan seksual, dari laki-laki BIADAB ini!
Pada saat itu, si Jangkung juga sudah telanjang. Lalu ia duduk di samping kepala Yulia. Penisnya yang besar berdiri menantang. Lalu ia membungkukkan badannya. Yulia sadar bahwa ia hendak mencium bibirnya! Ia membuang mukanya ke sisi lain sehingga si Jangkung hanya mencium pipinya.
"Gimana, ci..., enak?" ejek si Jangkung. Tangannya bergerak ke payudara kiri Yulia. Saat meremas-remas buah dada yang sudah kencang itu, ia dapat merasakan dentam dentum jantung Yulia.
"Temen gue emang paling jago untuk membuat amoy-amoy mendesah-desah basah! Hahahaha!" tawa si Jangkung.
Yulia merasakan rangsangan yang telah melimpah ruah di kemaluannya namun tubuhnya tidak bereaksi atas remasan-remasan si Jangkung pada payudaranya. Tak ada reaksi sedikitpun, sampai saat mulut si Jangkung mengatup puting kanannya.
"Nnnnnhh..., (hh) mmmhhh..., (hh)" terdengar desahan-desahan Yulia semakin menggencar. Tubuhnya bergelinjang tanpa daya. Kedua pria ini melumat tubuhnya bulat-bulat. Yulia sudah kehilangan kontrol atas tubuhnya. Kedua pria ini membuat Yulia merasakan sensasi-sensasi yang tidak ia inginkan, dan ia tidak dapat berbuat apa-apa untuk menghentikan mereka. Ia tahu dirinya akan segera orgasme, orgasme di hadapan suaminya oleh pria codet!
Yulia merasakan ketegangan di kemaluannya dan kenikmatan birahi yang membara menjalar ke sekujur tubuhnya. Yulia melengkungkan punggungnya ke depan sambil menarik kencang borgol di tangannya. Lalu ia menggeser-geserkan pinggulnya maju mundur lalu ke kanan dan ke kiri. Akan tetapi Yulia tidak dapat lari dari lidah basah si Codet yang menari-nari seperti ular licin di atas klitorisnya yang sudah mengeras.
"Aku tidak boleh orgasme. Bukan seperti ini! Tidak untuk dia!" pikirannya berteriak kepada dirinya sendiri. Lalu akhirnya ia menyadari bahwa ia tidak mempunyai pilihan lain. Ia akan segera orgasme. Ia tidak dapat membendungnya. Ia tidak dapat mengendalikan tubuhnya. Pria bercodet di depannyalah yang mengendalikan tubuhnya.
"Mmmmhhh!... (hh) Oh!... (hh) OOOOOOOOHHHHH!" jerit Yulia yang sekujur tubuhnya sekonyong-konyong menjadi kaku.
David berteriak dalam bungkaman lakban di mulutnya. Bagaimana mungkin pengantin wanitanya, gadis yang ia kecup di altar tadi pagi, sedang beroral seks dengan pria asing, dan ber-ORGASME untuk si keparat itu!
Si Codet menyeruput cairan cinta Yulia yang merembes deras membanjiri kemaluannya. Si Codet merasakan klitoris istri muda itu berdenyut-denyut di bawah ujung lidahnya. Pinggul Yulia bergetar-getar di antara cengkraman tangannya. Dengan ahlinya, si Codet memperlambat tarian lidahnya untuk memperpanjang dilema gadis yang kurang berpengalaman ini. Tubuh Yulia semakin bergelinjang-gelinjang dan mulutnya menggagap berusaha mengambil nafas sebanyak-banyaknya.
Si Jangkung mendapat kesempatan untuk memandang wajah Yulia saat orgasme. Kedua mata istri muda itu membelalak, menatap langit-langit kamar. Alis bagian dalamnya berkerut naik ke atas dahi. Mulutnya tersungging seperti sedang tersenyum, bibirnya terbuka untuk meraup udara sebanyak mungkin. Pinggulnya yang mulus bergerak naik turun dengan cepat belasan kali. Tubuhnya terus bergelinjang selama ia orgasme. Lalu akhirnya dengan satu gelinjang besar, tubuhnya terkulai lemas. Yulia teronggok lunglai; matanya terpejam, dengan nafas yang memburu.
(Bersambung)
"Dengan ini saya meresmikan David Wijaya dan Yulia Huang sebagai suami istri."
Kata-kata pastur terngiang-ngiang di telinga David. Ia menatap istrinya. Tinggi Yulia tidak lebih dari 155 cm sedangkan David 170 cm. Wajah cantiknya sedikit bulat dibingkai oleh rambut sedikit kemerahan. Kedua matanya yang besar menatap balik David. Kulitnya halus berkilau ditimpa cahaya lilin. Pandangan David beralih ke pundak istrinya yang putih mulus, beralih ke leher yang terlihat lebih jenjang dengan rambut yang disanggul, dan akhirnya ke belahan lembut payudara Yulia yang walaupun tidak terlalu besar namun mempunyai bentuk yang sempurna. Tidak banyak yang berubah dari penampilan Yulia sejak mereka bertemu di SMA. Yulia tak lain adalah adik kelas David dan mereka mulai berpacaran saat David masuk kuliah.
David mengecup bibir Yulia dengan lembut. Jantung Yulia berdebar-debar. Tentu saja sebelumnya mereka pernah berciuman yang lebih panas namun mereka tidak pernah melanjutkan ke hubungan badan. Malam ini akan berbeda. Malam ini semuanya sudah diperbolehkan secara hukum dan agama. David merasakan ada janji suci yang istrinya berikan lewat kecupan singkat itu.
Anggota keluarga di sekitar mereka dan para hadirin lainnya terlihat begitu buram di mata mereka. Begitu banyaknya orang, teman, sanak saudara, dan relasi membuat David dan Yulia merasa seakan berada di dalam bola kaca yang terisolir dari yang lainnya. Namun akhirnya semua itu berakhir. Setelah seluruh acara selesai, mereka langsung diantar ke bungalow yang sudah mereka pesan untuk berbulan madu.
Tempat berbulan madu yang mereka pesan cukup mahal karena berada tidak jauh dari kota namun mempunyai kesan terpencil dan eksklusif. Bungalow yang mereka pilih juga agak terpisah dengan bungalow-bungalow lainnya. Karena itulah mereka harus mengeluarkan kocek lebih untuk eksklusifitas ini.
David mengeluarkan kunci untuk masuk ke dalam bungalow. Setelah memutar anak kunci di tangannya, David membuka daun pintu itu.
"Gendong aku, Vid," kata Yulia. Yulia masih terdengar seperti anak kecil walau sebenarnya ia sudah berumur 22 tahun.
"Oh iya," jawab David sambil terkekeh. Ia membungkuk dan mengangkat tubuh Yulia dengan mudah. David mendorong daun pintu dengan menggunakan kaki kanannya. Yulia merebahkan kepalanya di leher suaminya saat mereka masuk ke dalam ruangan yang masih gelap itu.
Mereka berciuman sebelum David menurunkan Yulia. Ia berbalik untuk mencari saklar lampu. Lalu tiba-tiba Yulia berteriak saat seseorang menarik tubuhnya. Yulia menjerit lagi. David dapat mendengar istrinya melirih dan bernafas berat.
"Jangan bergerak!" ancam suara yang tebal dan berat. "Atau gue sembelih bini elu!"
"D-d-David?" lirih Yulia.
"Diam!" seru pria itu lagi.
Ternyata ada satu orang lagi di ruangan itu. Pria itu bergerak cepat ke belakang David. Pria yang menangkap David bertubuh besar dan sangat kuat. David berusaha untuk membebaskan tangannya. Kemudian ia merasakan gelang metal dipakaikan ke pergelangan tangannya. Borgol! David terus meronta-ronta sampai ia mendengar teriakan Yulia.
"Jangan bergerak atau gue potong dia!"
David menjadi ragu. Tangannya ditarik ke belakang dan akhirnya borgol itu terpasang di kedua pergelangan tangannya. Dirinya kini sudah tak berdaya.
Setelah itu ruangan tersebut diterangi oleh lampu yang menyala. Laki-laki bertubuh besar dan berkulit hitam melingkarkan tangannya di leher Yulia. Tangan mungil Yulia yang putih terlihat kontras di atas tangan hitam yang berotot itu. Tangannya yang lain memegang belati panjang yang ditempelkan di leher Yulia.
Yulia terkejut melihat David yang sudah terborgol. Pria berkulit hitam itu melepaskan tubuh Yulia dan bergerak menuju pintu bungalow. Saat ia mengunci pintu itu, Yulia melangkah mundur. Lalu pria itu berbalik ke Yulia. Tubuhnya gemetar dan matanya melebar.
"Duduk di ranjang!" perintahnya. Pria yang lainnya mendorong David untuk duduk di kursi. Dengan menggunakan seutas tali panjang, ia mengikat tubuh David ke kursi itu erat-erat.
Yulia duduk di atas ranjang. Dengan tubuh yang masih gemetar, ia terisak dan menyilangkan kedua lengannya di depan dada, memeluk tubuhnya sendiri.
David menggeliat-geliat di kursi. Ia tidak suka akan pandangan liar dua pria hitam ini atas istrinya.
"Woy! Beniiiing!" kata pria yang tadi memborgol David mengomentari istrinya. Ia memiliki codet di pipinya.
"Setuju banget!" jawab pria lainnya. Ia jauh lebih tinggi dari si Codet dan terlihat lebih gemuk. Mereka berdua terlihat sudah berumur, mungkin sekitar empat puluhan. Si Jangkung berdiri di samping Yulia. Ia menatap ke bawah ke arah dadanya. Ia dapat melihat bukit buah dada Yulia yang padat tersembul dari gaun pengantinnya yang berwarna putih.
"Baru nikah?" tanyanya.
"IYA!" jawab Yulia ketus. Namun ia menjadi ketakutan begitu si Jangkung duduk di sampingnya. Kasur tempat mereka duduk melembah karena berat tubuh si Jangkung. Yulia beringsut menjauh darinya. Namun si Jangkung meraih tubuhnya.
"Jangan!" teriaknya. Yulia meronta-ronta sambil memukul-mukul tangan si Jangkung. Ia menangkap salah satu tangan Yulia. Dengan tangan yang lainnya Yulia berusaha untuk meninju si Jangkung. Setelah kedua tangannya tertangkap oleh si Jangkung, Yulia bergulat untuk melepaskan tangannya. Lalu ia mendengar teriakan David. Si Codet memukulnya di perut. David membungkuk dan merintih kesakitan.
"Jangaan!" teriak Yulia. "David! Aku mohon jangan lukai dia! Tolong!"
"Jangan macam-macam, ok?" kata si Jangkung sambil mencengkram kedua tangan Yulia. Namun Yulia terus bergulat untuk melepaskan diri. Ia harus menolong David.
"Gebuk lagi lakinya, yang keras!" si Jangkung memberi perintah.
"Jangaan! Aduuh..." Yulia berlinang air mata. Ia menatap si Jangkung.
"Aku mohon jangan lukai dia!" isak Yulia. "Aku akan turuti kemauan kalian."
"Tidak, jangan, Yulia," lirih David. David merintih dengan keras saat si Codet menampar wajahnya dengan sekuat tenaga.
"Diam, bangsat!" katanya. Terdengar suara lakban dibuka oleh si Codet. David berusaha mengelak namun tidak dapat mencegah si Codet membungkam mulutnya dengan lakban itu.
Di seberang David di atas ranjang, si Jangkung melepaskan kedua tangan Yulia. Sambil terisak, Yulia merangkul tubuhnya sendiri dengan menyilangkannya lagi di dadanya.
"Kasih gue borgolnya!" si Jangkung berkata kepada si Codet. Mata Yulia membesar melihat borgol yang siap membelenggu.
Si Jangkung memasang borgol itu di tangan kiri Yulia saat ia bertanya, "Bulan madu?" Suaranya terdengar lebih lembut.
Sambil terisak Yulia mengangguk. "T-tolong jangan sakiti aku...," lirihnya lagi. Si Jangkung memutar lengan Yulia ke belakang dan memasang borgol di tangan kanannya. Secara refleks Yulia berusaha memberontak.
"Heh, kelihatannya kita dapat pengantin segar nih!" ledek si Jangkung.
Si Codet membungkuk sehingga wajahnya bersebelahan dengan wajah David.
"Kita bakal menggarap bini elu, cuy!" kata si Codet.
"MMMMFFF! MMMMF!" David berusaha untuk berteriak. Ia meronta-ronta sekuat tenaga berusaha untuk lepas dari belenggu.
Yulia menjerit. Pria-pria ini akan memperkosa dia! Kabar buruk! Dengan masih terborgol, ia melompat berdiri. Ia tidak tahu harus kabur kemana. Ia berlari ke pintu dengan mata yang membesar dan nafas yang memburu. Pria-pria berkulit gelap ini hendak memperkosa dia! Si Jangkung berdiri dari ranjang. Ia berjalan menghampiri Yulia. Tangannya yang besar menggapai Yulia.
"Tidaaak! Jangan! Toloong!" tangis Yulia. Ia berkelit ke sana ke mari di ruangan itu sambil berteriak-teriak. Teriakannya menutupi teriakan David yang terbungkam. Tiba-tiba terdengar suara pukulan. David membungkuk mengerang kesakitan. Si Codet menghajar perut David lagi.
"David!" seru Yulia. Si Codet menjambak rambut David dan menariknya ke atas. Yulia dapat melihat wajah David yang berkerut kesakitan. Si Codet mengepalkan tangan kanannya siap mendaratkan bogem mentah di muka David.
"Tidak! Jangaaan!" teriak Yulia. Ia bergerak menghampiri David. Si Jangkung mengikuti Yulia dari belakang. Ia mencengkram borgol di belakang tubuh Yulia dan menghentakkan borgol itu ke atas sehingga Yulia menungging.
"Aaaw!" teriak Yulia. "Aw! Sakit!"
Terdengar suara pukulan lagi yang diikuti dengan suara erangan oleh David.
"Tidaak! Stop! Dia bisa mati dipukuli kalian!" seru Yulia.
"Nah kalo gitu, elu bakal nurut sama kita, kan?" pinta si Jangkung.
"Iya, iya, asal jangan sakiti dia," jawab Yulia. Si Jangkung melepaskan cengkramannya dari borgol Yulia. Yulia berdiri sambil gemetar dengan nafas yang terengah-engah. Ia menatap suaminya. Ia tau pasti bahwa suaminya kesakitan.
"Tolong," isaknya, "Aku akan menurut, tolong jangan lukai dia!"
"Nah gitu, dong!" jawab si Jangkung.
Yulia merasakan tangan si Jangkung dari belakang. Tangan-tangan itu mengelus pundaknya dan elusan itu membuatnya merinding.
"Kalau elu nurut, kita nggak bakalan gebukin David lagi."
"Iya," tangis Yulia, "Aku akan menurut."
Si Jangkung menempelkan tubuh Yulia ke tubuhnya. Yulia merasakan tonjolan keras dan hangat di selangkangan si Jangkung yang menekan pergelangan tangannya yang masih terborgol itu. Yulia semakin takut mendapati tangan si Jangkung bergerak perlahan dari pundaknya. Jari-jari si Jangkung memangkok di atas payudaranya.
"Aahh!" lirih Yulia. Dengan putus asa ia mencoba membebaskan tangannya dari borgol. Tubuhnya menjadi kaku dan mulai menggeliat-geliat mengelak dari si Jangkung. Lalu ia melihat si Codet, yang berdiri di sebelah David, memandangi dirinya. Si Codet sedang menunggu kesempatan untuk menghajar David lagi. Menyadari hal itu, Yulia berhenti mengelak dan membiarkan si Jangkung menarik tubuhnya menempel lebih erat lagi.
Melihat tangan si Jangkung membujur di dada istrinya, David hanya dapat mengeluarkan suara erangan memprotes.
Tak lagi merasakan perlawanan dari Yulia, si Jangkung menelungkupkan telapak tangannya di atas kedua bulatan dada Yulia. Dengan perlahan dan sangat lembut, jari-jari si Jangkung bergeser di atas fabrik gaun pengantin yang menutupi dada Yulia. Si Jangkung dapat merasakan padding tipis pengganti BH yang terpasang menutupi payudara indah itu. Di bawah padding tipis itu, ia dapat merasakan padatnya payudara muda yang dimiliki perempuan di hadapannya. Jari-jarinya meremas dan mengelus secara lembut di bagian yang ia tebak terletak puting susu Yulia. Yulia menggigil dan mendesah. Detik berikutnya, tubuh Yulia menghadiahkan si Jangkung dua tonjolan kecil yang dapat si Jangkung rasakan dari balik gaun pengantin tersebut.
David menggeliat-geliat di kursi tak berdaya. Ia dapat melihat telapak tangan si Jangkung menari-nari di atas bagian dada gaun yang tipis itu. Ia memperhatikan kain gaun pengantin Yulia menonjol di bagian puting akibat permainan dan belaian jari-jari si Jangkung. Yulia yang malang hanya dapat tersengal. Yulia dapat merasakan tubuhnya bereaksi atas perlakuan si Jangkung. Ia memberikan apa yang selama ini ia simpan untuk David suaminya kepada pria lain!
Si Jangkung bergumam penuh kenikmatan. Ia dapat merasakan getar tubuh Yulia. Si Jangkung tahu bahwa tubuh Yulia memberikan respon yang ia harapkan. Tentu saja ia suka atas respon tubuh Yulia! Walau diraba melalui padding dan gaun pengantin itu, si Jangkung dapat merasakan kedua puting Yulia yang sudah mengeras.
Tangan si Jangkung meninggalkan bukit dada istri muda itu dan menelusuri ke pinggang dan terus bagian bawah tubuhnya. Masih berdiri di belakangnya, si Jangkung meraih resleting di punggung Yulia.
Mata Yulia membesar. Si Jangkung merasakan Yulia gemetar saat ia membuka resleting gaun pengantinnya. Ia menurunkan resleting tersebut sampai ke pangkalnya. Si Jangkung menarik gaun tersebut jatuh ke lantai. Seperti gaun-gaun pengantin pada umumnya, gaun ini mempunyai bagian bawah yang besar menggembung. Yulia tidak memakai BH karena di bagian dada gaun tersebut sudah terpasang padding pengganti BH. Sambil menutupi dadanya, Yulia berdiri kaku dengan hanya ditutupi celana dalam berwarna putih bersih.
"Ayo geser!" perintah si Jangkung sambil berjongkok, bersiap untuk menarik gaun tersebut dari bawah kaki Yulia. Yulia beringsut dari tempat ia berdiri. Sementara Yulia bergerak ke samping, si Jangkung melepaskan sepatu putihnya juga. Setelah melempar gaun dan sepatu Yulia, si Jangkung berdiri, masih di belakang Yulia. Secara teknis Yulia berdiri telanjang di hadapan pria-pria biadab ini.
Yulia melihat si Codet bergerak meninggalkan David. Si Codet menatap Yulia dalam-dalam dengan senyum licik. Lalu ia membuka resleting celananya!
"Ayo berlutut!" serunya. Ia mengeluarkan batang penisnya yang sudah menegang keluar dari celananya.
"Oh Tuhan!" sanggah Yulia, "Tidaaak!"
Si Jangkung yang masih berdiri di belakang Yulia menekan pundaknya.
"Jangaaan! Aah!" isak Yulia.
"Kayanya elu harus gebuk lakinya lagi," usul si Jangkung kepada si Codet.
Si Codet menyetujui ide itu. Penisnya berayun saat ia membalikkan tubuhnya untuk menghampiri David. David hanya dapat mengerang dan beringsut tanpa daya.
"Jangan, aku mohon!" pinta Yulia. Yulia menekukkan lututnya dan membiarkan si Jangkung menekan tubuhnya untuk berlutut. Si Codet kembali ke hadapan Yulia dan memandang wajahnya dari atas. Dengan air mata berlinang di wajahnya yang halus, bibir yang gemetar, Yulia terlihat seperti gadis kecil. Si Codet meraih penisnya yang sudah keras dan menyodorkannya ke wajah Yulia. Yulia membuang mukanya ke samping namun dapat merasakan kepala penis itu mengoles-oles pipinya.
Si Jangkung berlutut di belakang Yulia. Tangan si Jangkung mencengkram kepalanya dan memaksa memutar kepalanya agar menghadap ke depan, ke penis yang sedang menunggu di hadapannya.
Si Jangkung mencondongkan badannya ke depan dan berbisik dengan lembut di telinga Yulia, "Kalau elu hisap dia sampai tuntas, mungkin dia ngebatalin niat untuk perkosa elu."
Yulia merasakan jari-jarinya yang kuat menjepit pipinya dan menekan rahang bawahnya. "Ayo buka mulut," perintah si Jangkung, "Yang lebar."
Si Jangkung menahan kepala Yulia sementara si Codet mengarahkan penisnya ke mulut Yulia yang sudah sedikit terbuka. Saat kepala penis yang besar itu menyelinap melewati bibirnya, Yulia melepaskan erangan panjang dengan pasrah. Kepala penis itu hampir memenuhi rongga mulutnya dan menekan lidahnya.
David melihat pria berkulit gelap itu memompa penisnya ke dalam mulut istrinya tanpa dapat berbuat apa-apa. Dengan hanya mengenakan celana dalam, istrinya berlutut telanjang di antara dua pria asing. Pergelangan tangannya terborgol dan tergontai lunglai di belakang. Si Jangkung masih berlutut di belakangnya. Rambut Yulia yang indah melimpah dari sela jari-jari yang menahan kepalanya.
David dapat melihat penis keras yang berwarna gelap itu keluar masuk mulut istrinya. Ia melihat bibir dan pipi Yulia bergerak-gerak seiring dengan keluar masuknya penis itu. Suara erangan yang keluar dari mulut Yulia dapat terdengar di ruangan itu. David tidak dapat berbuat apa-apa untuk menolongnya. Ia menarik borgol pada tangannya sampai pergelangannya luka. Ia menggeliat-geliat untuk lepas dari tali yang mengikat tubuhnya. Semuanya berakhir tanpa hasil.
Si Codet mengerang dan menatap ke bawah, memandangi wajah Yulia. Matanya yang terpejam dibasahi oleh air mata. Bibirnya yang lembut tertarik mengelilingi lingkar batang laki-laki itu. Kepala penisnya bersemayam di atas lidah Yulia. Pipi Yulia yang lembut seperti sutra membungkus kemaluannya. Si Codet menggenjot pinggangnya secara perlahan-lahan untuk menikmati setiap senti dari penisnya yang menyeruak masuk ke mulut Yulia yang hangat dan lembut. Entah sudah berapa ratus kali ia bermasturbasi saat masih di penjara, membayangkan situasi seperti saat ini: memompa spermanya ke dalam mulut gadis muda berkulit bersih. Melihat kegeraman pada wajah suaminya malah menambah manis fantasi sesatnya saja.
Yulia mengerang saat merasakan sedikit cairan sperma tersemprot keluar dari kepala penis tersebut secara tiba-tiba. Ia berusaha untuk mengelak dan mengeluarkan penis itu dari mulutnya. Namun semuanya sia-sia. Si Jangkung masih menahan kepalanya.
Ia bergumam di telinganya, "Telan, sayang! Telan semua!"
Si Codet melenguh panjang dan kali ini lebih banyak lagi gumpalan-gumpalan sperma yang tersemprot membanjiri mulut Yulia.
"Aaaaah, niiikmaaat!" lenguh si Codet sambil menghentak-hentakkan pinggangnya untuk memompa habis seluruh benih spermanya masuk ke mulut Yulia. "Ayo, hisap terus!"
David meronta-ronta di kursi. Ia dapat melihat tenggorokan istrinya bergerak-gerak saat istrinya berusaha untuk menelan gumpalan-gumpalan sperma si Codet. Sebagian dari sperma si Codet melimpah keluar dari pinggir bibir Yulia, mengalir ke bawah dan menetes ke dadanya.
Pinggang pria berkulit gelap itu bergerak seperti sedang menari dalam kenikmatan liar, sementara ia menumpahkan seluruh benihnya ke dalam mulut seorang istri muda dan cantik. Terdengar suara tersedak dan batuk keluar dari mulut Yulia. Dan semuanya itu mengakhiri gerakan pinggul si Codet. Ia menarik penisnya keluar dari mulut Yulia. Penis itu masih terlihat keras, mengkilap basah oleh liur Yulia yang bercampur dengan sperma. Si Jangkung menyeka air mata dan sperma yang tercecer di wajah Yulia.
"Nah, gitu dong," kata si Jangkung dengan pelan. Ia menyeka gumpalan sperma terakhir dari dada Yulia. Ia menarik borgol Yulia sampai tubuh Yulia menekan tubuhnya. Si Jangkung dapat merasakan tubuh kecilnya gemetar.
Setelah itu ia membantu Yulia bangkit untuk duduk di atas ranjang. Mata Yulia masih basah oleh air mata dan begitu pula wajahnya yang cantik.
"Elu baik-baik aja?" tanya si Jangkung. Yulia mengangguk perlahan. Si Jangkung kembali menyeka air matanya.
"A-aku baik-baik saja," jawabnya. Suaranya agak melengking dan terdengar sayup. "Sudah selesai," pikirnya, "Mereka akan segera melepaskan kita."
Si Jangkung mengeluarkan kunci untuk membuka borgol. Beberapa detik setelah itu borgol yang mengikat pergelangan tangan kanannya terbuka. Yulia mengayunkan tangan itu ke depan sambil menunggu si Jangkung untuk membuka borgol di tangan kirinya. Si Jangkung menyimpan kunci itu lalu menarik kedua tangan Yulia di depan tubuhnya dan memasang kembali borgol di tangan kanannya.
Si Jangkung merasakan geliat birahi di penisnya begitu ia memandang wajah lugu gadis cantik di depannya.
"Berbaring!" perintahnya.
Mata Yulia membesar. Ia tidak bergeming. Lalu ia melihat si Codet sudah berdiri di samping suaminya sambil mengangkat kepalan tangan.
"Berbaring!"
Si Jangkung mendorong pundak Yulia. Yulia membiarkan dirinya terhempas ke atas ranjang. Si Jangkung berdiri dan meraih pergelangan tangan Yulia yang terborgol itu lalu menarik kedua tangannya itu melewati kepalanya.
"Ah! Tidaak!" seru Yulia. "Mau apa kalian?"
Si Jangkung mengeluarkan seutas tali lalu melingkarkannya melewati borgol lalu mengikatnya. Ujung lain dari tali itu kemudian diikatkannya ke penyangga bagian kepala ranjang.
"Jangaaan! Lepaskan aku! Kalian berjanji tidak akan perkosa aku!" isak Yulia.
"Diam!" si Jangkung menyalak. Suaranya terdengar kasar. Yulia hanya dapat meringkuk pasrah. Lalu ia melihat si Codet menarik pergelangan kakinya sampai kedua tangannya terentang ke bagian kepala ranjang. Dua bukit payudara Yulia yang dihiasi oleh puting yang menegang, terekspos di hadapan dua pria berkulit hitam ini. Yulia merasa sakit pada pergelangan tangannya yang tertarik oleh borgol.
"Aaww! Tanganku sakit!" Yulia menderit.
"Tutup mulut!" seru si Codet.
"Jangan bergerak!" perintah si Jangkung. Dengan pergelangan tangannya terikat ke bagian atas penyangga ranjang dan si Codet memegangi kedua kakinya, sebenarnya Yulia tidak dapat banyak bergerak.
"Ayo kita kerja!" kata si Jangkung dengan senyum yang melebar. Tangannya yang kekar meraih bulatan dada Yulia.
"Jangaan! Jangaaan!" David mencoba untuk berteriak dalam bungkaman lakban. Ia meronta-ronta dalam ikatan tali yang melingkar di tubuhnya. Si Jangkung mulai meraba Yulia, jari-jarinya memangkok di atas payudara ranum itu. Si Jangkung dapat mendengar Yulia terisak dan dapat melihat dia menggeliat-geliat tak berdaya.
David membayangkan lembutnya payudara Yulia serta tegang dan kerasnya puting susu Yulia. Namun sekarang si Jangkung-lah yang sedang menikmati tubuh Yulia, Yulia-nya, istrinya sendiri! Ia dapat melihat payudara Yulia teremas oleh jari-jari si Jangkung. Yulia menggeliat lalu tubuhnya menjadi kaku. Lalu Yulia menangis sesenggukan.
Tangan si Jangkung menelusuri tubuh Yulia turun menuju ke celana dalamnya. Ia menyelipkan jempol-jempolnya ke bawah karet celana dalam itu.
Yulia berteriak sambil meronta sejadi-jadinya. "Jangaaan!... (hik) Oh! Oh! (hik)... "
Si Jangkung menampar wajah Yulia dengan keras. Suara tamparan itu sampai menggema di ruangan tersebut. David kembali meronta di kursinya.
"Tutup mulut elu!" desis si Jangkung. Yulia menatap si Jangkung karena kaget. Pipinya panas menyengat. "Atau gue siksa elu dan laki elu. Ngerti?"
Yulia mengangguk dengan lemah sambil terisak. Bibir bawahnya gemetar.
"Ayo kita lihat apa yang ada di balik celana ini!" kata si Jangkung riang. Dengan perlahan ia meloloskan celana dalam Yulia ke bawah. Yulia masih terisak namun tidak melakukan perlawanan apa-apa. Si Codet membantu si Jangkung dengan menarik copot celana dalam itu dari pergelangan kaki Yulia. Kini Yulia telanjang bulat di hadapan dua laki-laki itu! Telanjang dan tak berdaya.
David menggeram marah. Ia melihat kedua pria itu memandangi tubuh istrinya yang telanjang di atas ranjang. Istrinya yang perawan. Malam ini sebenarnya adalah malam milik dia. Dan Yulia juga adalah miliknya. Dialah yang seharusnya menikmati malam ini bersama dengan Yulia sebelum istrinya itu dijamah oleh siapapun.
Si Jangkung bergerak meninggalkan ranjang. Ia kembali dengan dua borgol di tangannya. Si Codet memegangi kaki Yulia sementara si Jangkung memborgol masing-masing kaki ke sisi kiri dan kanan ranjang. Kini tubuh Yulia membentuk huruf "Y" terbalik. Buah dada dan vaginanya terpampang di hadapan tiga laki-laki di ruangan itu.
Yulia menggigil dan mencoba menurunkan tangannya saat kedua pria ini mengagumi korbannya. Rasa takut semakin mencekam saat Yulia melihat kedua pria itu mulai membuka pakaian mereka satu per satu.
Si Codet selesai lebih dahulu. Ia merangkak di atas ranjang menuju ke antara paha Yulia. Penisnya yang masih keras berayun-ayun saat ia bergerak menghampiri Yulia.
Secara refleks Yulia berusaha untuk meringkuk menutup tubuhnya namun tentu saja hal itu tidak dapat ia lakukan. Ia bersiap-siap untuk merasakan persentuhan antara tubuh si Codet dengan tubuhnya. Namun si Codet berbaring di ranjang di antara paha Yulia.
"Setelah di-karaoke paling asik memang ngjilat meki amoy cantik!" gumamnya dengan riang.
Murka David semakin menjadi-jadi begitu ia melihat kepala si Codet bergerak menghampiri selangkangan istrinya. Kedua tangan hitamnya yang besar memagari pinggul Yulia agar tidak bergerak kemana-mana. Yulia memekik sayup saat bibir si Codet menyentuh bibir kemaluannya. Tanpa Yulia sadari pinggulnya menggeliat begitu ia merasakan kelopak kewanitaannya terbuka oleh lidah yang menyelinap masuk.
Si Codet menerobos dalam-dalam untuk menyicipi Yulia. Lidahnya menyeruak masuk melewati kelopak bibir kemaluan Yulia. Pusar Yulia bergelombang naik turun seiring dengan nafasnya yang kian memburu. Si Codet menjelajahi kemaluan Yulia dengan gencarnya, menjilat dan menyapu dengan lidahnya sampai akhirnya ia menemukan klitoris Yulia.
Dengan lembut si Codet menggunakan ujung lidahnya untuk menghadiahi gadis muda ini dengan kenikmatan surga yang terlarang. Tubuh Yulia kembali bergelinjang dan pinggulnya menggeliat. Nafas Yulia kini menjadi berat dan terdengar rentetan desahan-desahan "Oh! (hh), oh! (hh)," sayup-sayup keluar dari mulut Yulia.
Dengan lembut si Codet membalur kelentit Yulia sampai akhirnya keluar dari tudung persembunyiannya. Si Codet dapat merasakan klitoris Yulia mengeras atas tarian lidahnya. Erang dan desah yang keluar dari mulut Yulia semakin besar dan jelas terdengar. Si Codet dapat merasakan cairan cinta mulai merembes keluar. Cairan hangat itu terasa sedikit asin tercampur dengan air liurnya.
David mengerang dengan geram. Ia kenal benar dengan suara yang keluar dari mulut Yulia. Ia tahu bahwa kini istrinya sudah terangsang secara seksual. Ya, istrinya merasakan kenikmatan seksual, dari laki-laki BIADAB ini!
Pada saat itu, si Jangkung juga sudah telanjang. Lalu ia duduk di samping kepala Yulia. Penisnya yang besar berdiri menantang. Lalu ia membungkukkan badannya. Yulia sadar bahwa ia hendak mencium bibirnya! Ia membuang mukanya ke sisi lain sehingga si Jangkung hanya mencium pipinya.
"Gimana, ci..., enak?" ejek si Jangkung. Tangannya bergerak ke payudara kiri Yulia. Saat meremas-remas buah dada yang sudah kencang itu, ia dapat merasakan dentam dentum jantung Yulia.
"Temen gue emang paling jago untuk membuat amoy-amoy mendesah-desah basah! Hahahaha!" tawa si Jangkung.
Yulia merasakan rangsangan yang telah melimpah ruah di kemaluannya namun tubuhnya tidak bereaksi atas remasan-remasan si Jangkung pada payudaranya. Tak ada reaksi sedikitpun, sampai saat mulut si Jangkung mengatup puting kanannya.
"Nnnnnhh..., (hh) mmmhhh..., (hh)" terdengar desahan-desahan Yulia semakin menggencar. Tubuhnya bergelinjang tanpa daya. Kedua pria ini melumat tubuhnya bulat-bulat. Yulia sudah kehilangan kontrol atas tubuhnya. Kedua pria ini membuat Yulia merasakan sensasi-sensasi yang tidak ia inginkan, dan ia tidak dapat berbuat apa-apa untuk menghentikan mereka. Ia tahu dirinya akan segera orgasme, orgasme di hadapan suaminya oleh pria codet!
Yulia merasakan ketegangan di kemaluannya dan kenikmatan birahi yang membara menjalar ke sekujur tubuhnya. Yulia melengkungkan punggungnya ke depan sambil menarik kencang borgol di tangannya. Lalu ia menggeser-geserkan pinggulnya maju mundur lalu ke kanan dan ke kiri. Akan tetapi Yulia tidak dapat lari dari lidah basah si Codet yang menari-nari seperti ular licin di atas klitorisnya yang sudah mengeras.
"Aku tidak boleh orgasme. Bukan seperti ini! Tidak untuk dia!" pikirannya berteriak kepada dirinya sendiri. Lalu akhirnya ia menyadari bahwa ia tidak mempunyai pilihan lain. Ia akan segera orgasme. Ia tidak dapat membendungnya. Ia tidak dapat mengendalikan tubuhnya. Pria bercodet di depannyalah yang mengendalikan tubuhnya.
"Mmmmhhh!... (hh) Oh!... (hh) OOOOOOOOHHHHH!" jerit Yulia yang sekujur tubuhnya sekonyong-konyong menjadi kaku.
David berteriak dalam bungkaman lakban di mulutnya. Bagaimana mungkin pengantin wanitanya, gadis yang ia kecup di altar tadi pagi, sedang beroral seks dengan pria asing, dan ber-ORGASME untuk si keparat itu!
Si Codet menyeruput cairan cinta Yulia yang merembes deras membanjiri kemaluannya. Si Codet merasakan klitoris istri muda itu berdenyut-denyut di bawah ujung lidahnya. Pinggul Yulia bergetar-getar di antara cengkraman tangannya. Dengan ahlinya, si Codet memperlambat tarian lidahnya untuk memperpanjang dilema gadis yang kurang berpengalaman ini. Tubuh Yulia semakin bergelinjang-gelinjang dan mulutnya menggagap berusaha mengambil nafas sebanyak-banyaknya.
Si Jangkung mendapat kesempatan untuk memandang wajah Yulia saat orgasme. Kedua mata istri muda itu membelalak, menatap langit-langit kamar. Alis bagian dalamnya berkerut naik ke atas dahi. Mulutnya tersungging seperti sedang tersenyum, bibirnya terbuka untuk meraup udara sebanyak mungkin. Pinggulnya yang mulus bergerak naik turun dengan cepat belasan kali. Tubuhnya terus bergelinjang selama ia orgasme. Lalu akhirnya dengan satu gelinjang besar, tubuhnya terkulai lemas. Yulia teronggok lunglai; matanya terpejam, dengan nafas yang memburu.
(Bersambung)