Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT KARENA MEMERGOKI ADIKKU DAN PACARNYA

Status
Please reply by conversation.
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Akhwat binor? Sy ga pernah bikin cerita akhwat binor.. Salah lapak kali ente hu
Oh iy sorry hu, soalnya ane byk baca cerbung jd ngaco2 gtu bls nya :p
Tp ane awalnya mengikuti cerita suhu loh soal hana, body nya bagus hu
Kenyang yh selama bbrp bulan sama Hana wlwpn akhirnya harus sama ce yg di jodohkan ke suhu
Akhwat binor mh lapak nya suhu tomame, sekali lg ane mohon maaf yh hu :capek:
 
Wah makin penasaran, sepertinya Hesti dulu diperkosa Luis nih kasihan banget hidupnya nanggung beban sendirian sampe nanggis gitu ceritain kisahnya. Wajib balas dendam sebagai kakak yg Adiknya udah menderita.
Thanks hu
 
Update

Pov Hesti

Dunia organisasi adalah dunia yg baru buatku, selama sekolah tak sekalipun aku berniat mengikuti kegiatan organisasi atau ekskul. Namun saat menjadi mahasiswa baru dan melihat acara ospek yg demikian megah dan seru, entah kenapa muncul rasa tertarik dalam diriku untuk menekuni dunia organisasi, maka saat semester keduakuliahku, tanpa ragu-ragu aku langsung mendaftarkan diriku untuk mengikuti latihan kepemimpinan (LK) tingkat 1 dari fakultasku.
"Siapa nama mu dek?" ujar seorang kakak tingkat berperawakan chinese yg penampilannya sederhana dgn kacamata.
"namaku Hesti Liani kak, salam kenal" aku membalas seramah dan sesopan mungkin sambil menyambut jabatan tangannya.
"Ooh, kemarin kamu sama Maya ya mentornya"
"Iya kak"
"Aku Peter Lius Dorfell, waktu ospek fakultas kemarin aku lagi ada keperluan jadi kalian para maba pasti belum ketemu sama aku"
Yah, itulah pertamakali aku bertemu dengannya, Lius. Kesan pertama yg aku dapatkan tentangnya adalah sederhana, baik dan ramah. Dari cerita kakak tingkatku yg lain juga demikian, Lius adalah pribadi menyenangkan dan humoris, walau sebenarnya dia adalah anak dari juragan properti di Surabaya sana, namun dia tidak sombong atau arogan. Dan yg membuatku terkejut adalah bocoran bahwa Lius ternyata memiliki rasa padaku.
Antara terkejut, senang, namun bingung. Terkejut, dan senang, bisa disukai oleh kakak tingkat yg kaya, baik dan lumayan ganteng, namun aku bingung, kami berdua memiliki keyakinan yg berbeda, aku sendiri bukan seorang yg taat banget, tapi kerudung tak pernah lepas dari kepalaku saat diluar rumah, selain itu aku juga bertanya-tanya apa yg membuatnya menyukai diriku yg berpenampilan biasa saja ini.

****

Semester tiga aku resmi menerima cinta kak Lius setelah sekian lama dia mendekatiku. Padahal terhitung dua kali aku menolak cintanya, aku masih dipengaruhi soal perbedaan keyakinan kami, namun dia sangat baik padaku, apalagi ditunjang dengan otaknya yg encer, dia dengan senang hati membantuku menyelesaikan pekerjaan rumah, dia tetap menolongku meski baru kemarin aku menolaknya, tapi dia tak menyerah, dia bilang dia menyukaiku dan akan tetap begitu hingga akhirnya aku luluh saat dia menyatakan cinta untuk ketigakalinya di lembang. Akhirnya, aku dan kak Lius menjadi sepasang kekasih.
Selama pacaran aku benar-benar menemukan sosok pria dambaanku, diluar dugaanku Lius benar-benar orang yg bertanggungjawab, penuh perhatian, sabar dan pengertian, ditambah dia pribadi yg romantis.
Lius sungguh menghormati keyakinanku, setiap shubuh tak pernah absent dia menelponku agar tak telat bangun, saat bulan Ramadhan tak jarang dia membawakan makanan sahur untukku dipagi buta, malah sering dia menjemputku untuk menemani makan sahur diluar, membuatku tambah jatuh hati padanya. Dan yg paling penting dia memperlakukanku sebagai wanita untuk dilindungi, bukan sebagai sarana pelampiasan nafsu.
Tak pernah sama sekali dia menggerayangi tubuhku, kontak fisik terjauh kami hanya saling berpegangan tangan. Pertama kali dia mencium keningku saja saat aku memberinya hadiah ultah, saat itu bulan kelima kami berpacaran.
Sering aku bertanya padanya, apa yg membuatnya jatuh hati padaku, Lius hanya menjawab singkat sambil tersenyum
"Cinta gak butuh alasan sayang, yg jelas kamu udah nawan hatiku pas pertamakali kita ketemu"

****

Hari jum'at sore itu cuaca mendung, suasana kota bandung sangat gelap menambah hawa dingin. Aku masih duduk diruang kelas, menantikan selesainya matkul terakhir pekan ini. Dua minggu lagi UTS, dosen menggeber pelajaran agar kami siap menghadapinya. Namun aku tak bisa fokus, hatiku gelisah, alasannya adalah sudah sebulan ini aku dan Lius sulit berinteraksi, dia sedang sibuk mengurusi berkas dan administrasi pertukaran pelajar keluar negeri, dari ceritanya Lius ingin mencoba kuliah ke lingua asalnya, negeri tirai bambu.
Aku sangat mendukung rencana studinya ini, namun disisi lain ada perasaan berat, mungkinkah ini akhir dari hubunganku dengan Lius, sanggupkah aku menjalani hubungan jarak jauh dengannya, atau malah mungkin dia akan selingkuh disana? Aaarrrggghhh!!! Beribu pertanyaan ini membuat fokusku sering hilang, aku sering melamun sendiri, ditambah memang kontak dari Lius tak serutin biasanya. Memang aku faham wataknya, dia orang yg serius memikirkan masa depan dan karir, mengetahui ada lowongan belajar keluar negeri mana mungkin dia lewatkan, dan yg pasti fokusnya untuk meloloskan diri dari fase administrasi ini dan masum ke tahap test. Tahap-selanjutnya setelah test, adalah menguji paper buatannya. Yah, tahap administrasi saja membuat Lius sudah secuek ini padaku, apalagi nanti saat test dan pembuatan paper, mungkin dia akan lupa pernah punya pacar.
Kadang aku berharap lebih baik dia gagal, walau aku tau ini bertentangan dengan kemauanku, tapi hati kecilku aku selalu ingin bersama Lius. Bagiku dia adalah pria terbaik buatku, bahkan kalau boleh aku ingin dia menjadi suamiku kelak.
Sore ini adalah pengumuman seleksi administrasi, aku semakin gelisah menunggu kabar darinya. Mata kuliah sudah selesai, aku berniat ke kantin mencari makan, sudah sejak pagi aku belum makan nasi, kesibukan semester enam membuatku sering telat makan.
Dikantin aku memesan nasi rames dan sebotol air mineral.
Aku sampai dikantin tepat sebelum mendung berganti hujan, banyak mahasiswa yg terjebak dikantin membuat kantin ini jadi sesak. Masih untung aku dapat tempat duduk.
Baru aku mengunyah nasi ramesku ketika handphoneku berdering, ada pesan masuk, kurogoh kantong celanaku, pesan dari Lius. Dengan berdebar aku buka pesannya, dan tertulis jelas dilayar
"Sayang, aku lolos seleksi administrasi"
Aku hanya bisa tersenyum, namun tanpa sadar airmataku juga menetes..
"Selamat ya sayang" balasku singkat

****

Aku baru bangun dari tidurku, suasana dalam mobil ini terasa sangat dingin. Aku sudah merangkap sweaterku, namun hawa dingin masih masuk entah darimana.
"ini udah sampe mana sayang?" kataku sambil mengucek-ucek mataku...
"sebentar lagi nyampe sayang, tidur aja lagi. Nanti kalo udah sampe pasti aku bangunin" kata Lius dari balik kemudi.
Saat ini, kami berdua sedang menuju ke obyek wisata kawah putih. Yah ini adalah ajang pelepasan rindu setelah tiga bulan lamanya aku dan Lius seperti dua orang tak berhubungan, sesuai dugaanku, persiapan test, persiapan paper dan uji paper benar-benar menyita waktu kekasihku, membuat kami jarang berkomunikasi, bahkan beberapakali dia sehari penuh tak memberiku kabar. Kadang aku kesal, namun juga rindu. Dan kini setelah semua proses program pertukaran pelajar selesai, Lius kembali, dia mengajakku liburan sebagai permintaan maafnya. Tapi menurutku, ini seperti perpisahan. Empat hari yg lalu, pengumuman final keluar, dari amplop biru tertulis, Lius kekasihku lolos beasiswa pertukaran pelajar ke Taiwan.
Saat mendengarnya aku merasa hampa, kendati tersenyum saat dia memelukku bahagia, namun aku merasa kosong, sedih sekali, firasat bahwa ini perpisahan kian kuat aku rasakan.
"Kamu laper gak sayang? Dimakan dulu rotinya" Lius membuyarkan lamunanku.
"Enggak sayang" kataku tersenyum.
Kami sampai dikawah putih saat sore, saat itu bukan hari libur, tapi obyek wisata ini tak terlalu ramai, membuat kami leluasa menikmati indahnya karya sang pencipta. Aku menempelkan tubuhku pada Lius, aku ingin melepaskan rinduku yg sedemikian sesak kutahan selama dia mengacuhkan aku. Lius sendiri sepertinya paham akan tingkahku, dia memegang erat tanganku, sambil sesekali membelai kepalaku dari balik jilbab abu-abu yg aku pakai.
Kami duduk dibatu besar dekat pohon-pohon yg mengering dipinggiran kawah. Bau belerang yg menusuk hidung tak mengganggu luapan rinduku pada kekasihku.
"Aku bener-bener kangen sama kamu sayang" kataku manja sambil menaruh kepalaku dibahunya
"Maafin aku ya sayang, jujur aku gak mau sampe nyuekin kamu selama ini. Maaf banget"
Aku menggenggam tangannya erat.
"Aku sayang sama kamu" kataku.
"Sayang, aku mau ngomong serius.." kata Lius sambil mengubah posisi duduknya, kini kami saling berhadapan.
"Kamu jelas udah tau kalo aku bakal pergi ke taiwan, dan lanjutin studi selama dua tahun disana...."
Aku diam, aku tau kemana arah pembicaraan ini, kendati mau menangis aku mencoba menahannya sebisa mungkin.
"Sayang, maaf aku pikir..... Aku gak mau nyusahin kamu lebih jauh lagi. Aku sendiri gak yakin ini benar atau enggak, tapi aku harap ini yg terbaik buat kita.."
Air mata mulai mengalir dari mataku..
"Maaf sayang, aku pikir mending kita udahan aja. Bukan, bukan berarti aku gak sayang sama kamu, tapi... Aku harus jujur, aku gak sanggup LDR-an. Aku juga gak mau nyiksa kamu lagi, jadi aku pikir, pisah ini jalan yg terbaik buat kita.
Aku tak mampu lagi menahan emosi ini, aku langsung memeluk erat Lius sambil sesenggukan..

****

Menjelang maghrib, memutuskan untuk pulang, disamping gerimis mulai turun. Sayangnya cuaca bertambah buruk, baru sekitar satu kilo kami keluar dari kawasan kawah putih, hujan sangat deras turun membasahi bumi.
Aku masih terduduk kaku dimobil, sisa tangisanku masih membuatku sulit bicara. Aku marah pada Lius, marah karena hubungan indah kami selama satu setengah tahun ini mungkin akan menemui akhir, marah pada nasib, kenapa Lius harus diterima pergi keluar negeri, marah pada diriku sendiri, kenapa aku harus begitu mencintai dirinya. Menerima kenyataan bahwa kita akan ditinggal pergi oleh orang yg kita cintai ternyata sedemikian pahit, baru aku rasakan ini.
Sejak tadi Lius mencoba mengajakku bicara, namun aku selalu memalingkan wajahku, saat ini mataku hanya fokus keluar jendela mobil. Hujan turun semakin deras, Lius perlahan menghentikan mobilnya.
"maaf ya sayang, aku gak mau ambil resiko, jalan pasti licin banget"
Aku hanya diam tak menanggapi.
Satu jam kami menunggu dimobil, sama sekali tak ada tanda-tanda hujan akan reda. Sementara hawa semakin terasa dingin, aku mulai tak nyaman. Lius menangkap kegelisahanku.
"Udah malem, mending kita nginep dulu ya sayang.. Besok pagi kita lanjut pulang"
Aku melotot, "Nginep dimana? Kamu ga usah aneh-aneh deh.."
"Terpaksa sayang, kalo kita lanjut jalan bahaya.. Aku ngerti kamu keberatan, tapi tenang aja, aku ga akan macem-macem"
Aku kembali menalingkan wajah keluar jendela, memang hujan sangat deras. Dan untungnya duaratus meter dari sini ada hotel yg lumayan bagus. Kami berdua turun dan segera check in. Aku mendapati pandangan sinis dari resepsionis hotel, walau risih aku mencoba cuek, ini memang kondisi darurat. Sampai kamar hotel Lius memintaku mandi dan membersihkan diri, karena tak bawa baju ganti aku terpaksa memakai baju dan pakaian dalam yg sama.
Kamar hotel ini cukup luas, Lius menyewa double bed, dilengkapi dapur dan balkon. Setelah kami berdua beres-beres dan membersihkan diri, kami makan steak yg d pesan Lius dari restoran hotel, lalu segera tidur karena kami berniat check out pagi-pagi. Diluar hujan masih deras mengguyur tanah parahyangan.
Tengah malam aku terbangun, kepalaku agak sedikit pusing. Hawa dingin yg menusuk membuatku ingin segera ke kamar mandi, suara hujan masih tersengar deras, walau pusing aku mencoba bangkit ke kamar mandi, namun saat kutengok ranjang disebelahku, tak kudapati Lius, aku mencoba memanggil-manggil namanya, ternyata dia sedang menikmati secangkir kopi didapur.
"Kamu gak tidur?" Tak lagi aku memanggilnya sayang, hubungan kami sudah di ujung jalan.
"Eh, kamu Sayang.. Iya nih, aku susah tidur" balasnya sambil tersenyum. Aku sempat amati matanya, bengkak dan sembab.
"kamu abis nangis?"
"nangis, eh enggak kok" Lius mengucek-ucek matanya.
"jangan bohong plis" kataku. Lius tersenyum.
"Yah aku emang gak bisa bohong ya, udah ketauan gini. Hehehe.."
Aku duduk dimeja kecil tempat Lius menaruh kopinya.
"Kamu nangis kenapa? Kalo ada masalah kamu bisa cerita sama aku"
Kendati hatiku masih hancur karena berakhirnya hubungan kami, aku mau mencoba bersikap sebaik mungkin, walau aku tau sulit dan aneh sekali rasanya.
Lius sendiri hanya tersenyum kecil setelah mendengar pertanyaanku, dia memandangku dalam, lalu memegang tanganku.
"Hesti, aku bener-bener sayang sama kamu"
Mendengar kata-katanya membuatku gugup dan gelisah, wajahku merona merah, dia masih bisa bersikap romantis bahkan disaat hubungan kami akan berakhir. Aku hanya mendunduk dalam, menyembunyikan rasa gugupku, hingga tiba-tiba Lius mengangkat daguku, lalu dia mendekatkan wajahnya ke wajahku, aku kaget, ingin menghindarinya, namun saat mataku bertemu matanya aku jadi larut dan kaku, dan kini, bibir Lius mendarat pada bibirku. Ini adalah ciuman pertamaku...

Bersambung
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd