Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Istriku Widya dan Para Preman Yang Menjadikannya Budak Seks

User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Part 15

Di layar televisi, aku melihat video Widya yang sedang diarak oleh Mbah Parmi dari perkampungan menuju ke goa di ujung desa. Kondisi Widya selama diarak benar-benar sangat memalukan. Tubuhnya telanjang kecuali hijab di kepalanya. Seluruh tubuhnya termasuk hijab dilapisi oleh lumpur berwarna abu-abu nan pekat. Di itilnya terpasang lonceng dengan bunyi sangat nyaring. Sementara kedua tangan dan lehernya terpasung oleh kayu sehingga tak bisa digerakan.

Sesampainya mereka di depan goa, ada sosok manusia tinggi besar yang keluar dari goa itu. Badannya gempal dengan bentuk sangat aneh. Mirip seperti monster atau orc dalam film Lord of The Rings. Para penduduk desa menyebutnya sebagai Lumo.

Lumo hanya memakai kain cawat untuk menutupi kemaluannya. Selebihnya tubuhnya dibiarkan telanjang. Ia berjalan melewati kubangan lumpur yang menutupi hampir seluruh pintu masuk ke gua itu.

Tebakanku, Lumo adalah orang yang lahir dengan cacat bawaan. Karena tubuhnya yang tinggi besar, mungkin orang-orang di sekitar desa itu mengkeramatkannya. Dan mungkin menganggap dia sebagai keturunan dewa atau orang sakti.

Aku bisa melihat ada ekspresi ketakutan di wajah Widya ketika sosok Lumo keluar dari goa itu. Meskipun wajahnya kini seluruhnya tertutup oleh lumpur. Ia juga sempat mundur, namun langkahnya dihentikan oleh Mbah Parmi yang menahan rantai kekangnya.

“Lumo, ini ada sosok wanita yang perlu kamu berkati. Tolong kamu berkati dengan baik ya.” Ucap Mbah Parmi.

Widya semakin panik ketika melihat Lumo mendekatinya. Ia semakin ingin membalik tubuhnya, namun dua orang penduduk perkampungan itu membantu Mbah Parmi untuk memegangi pasung Widya.

“Mbah, aku mau diapain?” Tanya Widya dengan nada ketakutan.

“Tenang Nduk, Lumo ini ndak jahat, wajahnya serem tadi dia baik.” Kata Mbah Parmi.

“Tapi mbah, aku mau pergi saja mbah.” Tambah Widya.

“Jangan nduk, nanti ritual kamu gagal, kalau sudah gagal, keinginan kamu ndak bakal teruwjud lagi.” Ucap Mbah Parmi.

“Tapi, tapi aku ndak pingin apa-apa mbah.” Kata Widya.

“Hehe, ndak papa nduk, mbah tau kok apa yang kamu pengin.” Tambah Mbah Parmi.

Ya, Widya memang tidak pernah meminta Mbah Parmi untuk melakukan ritual apapun. Parjo-lah yang meminta Mbah Parmi untuk melakukannya. Dan sampai sekarang, aku masih belum tau permintaan Parjo itu apa. Kemungkinan, Widya juga tidak tahu apa yang Parjo inginkan.

Lumo mendekati Widya, ia mengendus bau badan Widya seperti seekor anjing. Dari tengkuk, turun hingga ke perut Widya. Widya merasa risih dan bahkan memejamkan matanya. Ia mencoba menjauhkan tubuhnya, tapi pasung yang dipegangi oleh dua orang dari desa itu membuatnya tak bisa bergerak.

“Tolong jauhkan dia, tolong.” Pinta Widya.

Tapi Mbah Parmi dan penduduk desa itu tidak ada yang mempedulikan permintaan Widya. Mereka terus menjalankan ritual meskipun nampak sekali jika Widya ketakutan. Aku sendiri merasa penasaran, apa yang akan Lumo perbuat kepada Widya.

Mbah Parmi meminta dua penduduk desa yang memegangi Widya agar mendorongnya ke sebuah batu datar dekat kubangan lumpur. Batu itu bentuknya mirip seperti altar dan ada memang banyak sajen di sekitarnya. Di batu itu, Widya ditidurkan. Sementara itu Lumo mengikuti prosesi itu dari belakang.

“Eh, apa-apaan ini.” Ujar Widya kaget.

Selain dua orang yang memegangi pasung Widya, ada dua orang lagi yang memegangi kaki istriku. Mereka membenggangkan kaki istriku itu hingga kemaluannya kini nampak tanpa penghalang. Mbah Parmi mendekati Widya dan dua orang lagi untuk melepas lonceng yang ada di itil Widya lalu membuka lubang kemaluan Widya selebar mungkin dengan jari-jarinya.

“Ah tolong, jangan begini, apa yang kalian lakukan.” Rintih Widya.

Dua orang yang diperintah Mbah Parmi membuka bibir kemaluan Widya. Mereka membukanya hingga bagian dalam rongga kemaluan Widya yang berwarna pink cerah itu terlihat dengan sangat jelas. Kontras sekali warnanya, kulit tubuh Widya yang berbalut lumpur berwarna abu tua dengan rongga kemaluan Widya yang berwarna merah muda cerah.

“Jangan, tolong hentikan, jangan.” Rintih Widya.

“Tenang nduk, jangan banyak gerak. Ini semua juga demi ritual kamu nduk.” Ujar Mbah Parmi.

“Tapi mbah, tolong, jangan hentikan.” Pinta Widya lagi.

“Sebentar saja nduk, kamu tenang saja.” Tambah Mbah Parmi.

Dua laki-laki yang diperintah Mbah Parmi semakin membuka lubang vagina Widya. Mereka bahkan memasukan jari-jarinya untuk membuka vagina itu selebar mungkin. Aku bahkan tidak tahu kalau vagina Widya bisa membuka selebar itu. Dengan kamera saja aku bisa melihat jelas bagian dalam vagina Widya. Tentu saja orang-orang yang ada di dekat Widya bisa melihat bagian dalam itu lebih jelas dari aku.

Mbah Parmi menerima sebuah tongkat besi yang ujungnya seperti kail. Tongkat itu diambil oleh salah satu penduduk desa lainnya. Mbah Parmi mengamati lubang vagina Widya yang sudah menganga dengan lebarnya. Saking lebarnya, aku bisa melihat mulut rahim Widya di ujung sana.

“Sebentar ya nduk, kamu kan sudah pasang spiral, mbah mau ambil spiral kamu dulu.” Kata Mbah Parmi.

Aku tentu saja terkejut mendengar perkataan Mbah Parmi itu. Ia mau mengambil spiral Widya! Mbah Parmi seorang dukun desa di puncak gunung, aku yakin ia tidak punya pengetahuan mendalam tentang kedokteran. Bisa saja ia justru melukai rahim Widya dan membuatnya infeksi!

“Jangan, jangan mbah, aku mohon.” Pinta Widya.

“Tenang nduk, percaya sama mbah.” Kata Mbah Parmi.

Mbah Parmi meminta penduduk desa itu untuk melebarkan kemaluan Widya lebih jauh lagi. Lubang kemaluan Widya dibuat terbuka ke empat sisi. Lubang itu membuka begitu besar hingga mungkin kaleng minuman soda dapat masuk ke dalam sana dengan mudah.

“Ah, ampun, sakit, tolong, sakit.” Teriak Widya.

Namun teriakan Widya itu sama sekali tidak digubris. Aku benar-benar tegang melihat adegan di dalam video itu. Aku sama sekali tak menyangka jika kemaluan istriku bisa membuka selebar itu.

Ya, aku memang paham jika lubang vagina itu elastis. Dia bisa mengembang dan mengecil lagi. Bahkan jika dalam persalinan, lubang vagina bisa melebar hingga kepala bayi. Tapi itu dalam persalinan. Setahuku, jika dalam persalinan, tubuh wanita mengeluarkan enzim khusus yang akan mempermudah vagina untuk membuka selebar mungkin. Namun saat ini, Widya tidak sedang melakukan persalinan. Dan aku tak tahu, apakah setelah ini vagina Widya akan menjadi rusak karenanya.

Perlahan, Mbah Parmi memasukan tongkat dengan ujung kail itu ke dalam vagina Widya. Widya tentu saja ketakutan melihat tombak itu masuk ke dalam daerah paling privat tubuhnya. Akupun yang melihat adegan video itu dibuat tegang bukan main. Aku bahkan lupa mengocok kemaluanku dan hanya meremas batang kontolku karena saking tegangnya.

Tongkat dengan kail itu berhasil masuk ke dalam kemaluan Widya. Aku lihat Widya sangat ketakutan, tapi ia sekarang hanya memejamkan mata tanpa bersuara. Aku hanya berharap vagina Widya tidak luka atau robek karena ujung kail yang cukup tajam itu.

Setauku IUD atau spiral memang mempunyai tali pengait di ujungnya yang fungsinya agar mudah ditarik ketika mau dilepaskan. Namun biasanya butuh keahlian seorang dokter dan alat-alat khusus untuk melepaskannya. Bukan dengan cara memasukan tongkat kail seperti itu.

Tapi, toh Mbah Parmi akhirnya bisa melepaskan spiral itu dari rahim Widya. Benda kecil berbentuk huruf T itu bisa keluar dengan mudah. Tanpa menimbulkan luka di dalam rongga vagina Widya.

“Nah sekarang, kita bisa melanjutkan ritualnya nduk.” Kata Mbah Parmi.

Para penduduk desapun kembali mengucapkan mantra-mantra aneh yang sama sekali tak aku kenal. Beberapa orang yang tadi memegangi tubuh WIdya juga mundur. Kecuali dua orang yang memegangi tangan Widya agar istriku itu tetap tertidur di atas altar.

Lumo, pria berbadan seperti monster itu kembali mendekati Widya. Ia kembali mengendus-endus Widya dari kepala hingga ke perut, bahkan ke daerah sekitar vagina Widya. Lumo sama sekali tidak berkata-kata. Ia seperti anjing yang sedang mengendus-endus. Tebakanku, selain cacat fisik, Lumo juga mempunyai keterbelakangan mental.

“Jangan, please.” rintih Widya sambil memalingkan pandangannya.

Lumo membuang kain penutup selangkangannya. Dari situ, nampaklah kontolnya yang berukuran cukup besar. Lebih besar dari milik Parjo dan kawan-kawannya. Padahal kontol itu belum berdiri secara maksimal. Yang lebih mengerikan lagi, kontol itu juga ditumbuhi beberapa benjolan seperti yang ada di sekujur tubuh Parjo. Aku tak tahu, benjolan apa itu.

Widya nampak cukup panik melihat kontol Lumo yang besar dan penuh dengan benjolan itu. Tubuhnya nampak memberontak, tapi dua orang penduduk desa memegangi lengan dan tangannya yang masih terpasung pada kayu.

Melihat pemberontakan Widya, Parjo mendekat dan membisikan sesuatu ke telinga istriku. Bagai mendapatkan gendam, Widya tidak lagi memberontak. Entah apa yang dibisikan Parjo ke istriku, tapi wajahnya berubah dari memberontak menjadi pasrah.

Lumo melumuri tangan dan tubuhnya dengan lumpur yang ada di sekitar kubangan itu. Lumpur itu tidak sampai menutupi seluruh tubuhnya, tapi cukup untuk membuat tubuhnya tampak jauh lebih mengerikan lagi. Dengan kedua tangan raksasanya, Luma membengangkan kedua kaki istriku hingga kemaluannya kembali terbuka lebar tanpa perlindungan.

Pelan-pelan, Lumo menggesekan kontol besarnya itu di mulut vagina Widya. Mulut vagina Widya nampak mungil dibandingkan dengan kontol raksasa Lumo. Kontol itu besarnya nyaris sebesar lengan anak kecil. Belum lagi kepala kontolnya yang seperti palu godam besarnya.

“Guooh, gurrhhoh hguuah.” Suara itu keluar dari mulut Lumo. Seperti tebakanku, Lumo tak bisa bicara normal. Mungkin ia benar-benar mempunyai keterbelakangan mental.

Ahhhh! Aku tegang maksimal!

Membayangkan istriku akan disetubuhi orang lain yang mempunyai keterbelakangan mental. Tidak hanya itu, seluruh tubuhnya juga ditumbuhi tonjolan daging seperti kanker. Seorang pemain bokep sekalipun yang sudah disetubuhi ratusan orang mungkin tak akan sudi melakukan ini. Namun Widya yang seorang istri berjilbab dari keluarga baik-baik malah mau melakukannya.

Adegan berikutnya, aku melihat kontol raksasa Lumo perlahan masuk ke dalam vagina Widya. Kontol itu benar-benar memaksa vagina Widya untuk kembali membuka secara maksimal. Bisa jadi, kontol Lumo adalah benda paling besar yang pernah masuk ke vagina istriku hingga saat ini.

“Huggh, ugghh, hmmpphh!” Rintih Widya.

Tubuh Widya nampak bergetar seiring masuknya kontol Parjo ke dalam vaginanya. Aku tidak tahu apakah Widya bergetar menahan sakit, atau bergetar menahan kenikmatan. Namun yang jelas seluruh otot tubuh Widya menegang bersamaan dengan penetrasi itu.

Sambil terus mencoba melakukan penetrasi, Lumo meremas salah satu payudara Widya dengan telapak tangannya yang besar. Payudara Widya yang masih berlapis lumpur itu ia remas-remas seperti adonan kue yang kenyal.

Widya benar-benar tak berdaya, kedua tangan dan lehernya masih terpasung di atas kayu. Pasung itu dipegangi oleh dua orang penduduk desa sehingga ia tak bisa bergerak kemana-mana. Tubuh telanjangnya masih berbalut dengan lumpur berwarna abu-abu pekat, hanya jilbab saja satu-satunya kain di tubuhnya. Sementara itu seorang pria buruk rupa dengan tubuh cacat seperti monster tengah memasukan penisnya ke dalam vagina Widya. Sebagai suami, seharusnya aku marah bukan main. Tapi entah mengapa aku semakin lama semakin terangsang melihat adegan itu. Aku bahkan membiarkan saja ketika ada dering telepon yang masuk ke dalam handphone miliku.

“Ah ganggu saja nih telepon!” Umpatku.

Aku sama sekali tak minat untuk mengangkat telepon itu. Bahkan untuk sekedar tahu siapa yang menelpon saja aku sama sekali tak minat.

Aku sedang konak sekali melihat adegan persetubuhan ganjil di tv. Persetubuhan semacam ini bahkan tidak pernah aku lihat di situs-situs porno yang paling liar sekalipun. Entahlah, aku memang tidak terlalu banyak melihat video porno di internet.

“Aggg ugghhh, hmmphh, ugghhh!” Rintihan Widya tiba-tiba terdengar.

Alangkah kagetnya aku ketika melihat Widya ternyata mencapai orgasme-nya. Ia mencapai orgasme ketika kontol Lumo baru setengah saja masuk ke dalam memeknya. Cairan bening keluar dari dalam memek Widya dan bahkan hingga menyemprot ke luar. Widya mengalami squirt bahkan ketika Lumo belum sepenuhnya memasukan kontolnya.

Aku tak menyangka, ternyata Widya menikmati persetubuhan ganjil itu. Kontol Lumo yang sekarang ereksi maksimal itu begitu besar dan kokoh. Tititku tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan itu.

Tak lama, Kontol Lumo berhasil masuk sepenuhnya di dalam memek Widya. Aku bisa membayangkan jika kontol Lumo itu pasti masuk hingga mentok ke mulut rahim Widya. Bahkan mungkin mendesak masuk ke dalam rahimnya. Ekspresi Widya sangat belingsatan, tanda jika ia memang mendapatkan kenikmatan begitu dalam pada persetubuhan ini.

Lumo kini meremas kedua payudara Widya dengan kedua tangannya. Ia lalu menggunakan payudara istriku itu sebagai pegangan ketika ia menggoyangkan pinggulnya. Sedikit demi sedikit, kontol Lumo mulai menusuk-nusuk vagina Widya. Teksturnya yang tidak rata itu membuat mulut vagina Widya mengembang dan mengempis secara acak.

Widya hanya dapat memalingkan kepala sambil meringis. Aku tak tahu ia meringis karena menikmati persetubuhan ini atau karena mulai merasa kesakitan payudaranya diremas dengan kencang oleh Lumo. Telapak tangan Lumo yang besar itu dengan mudah menggenggam payudara Widya secara kencang. Daging payudara istriku nampak menyembul-nyembul di sela-sela jari tangan Lumo yang meremasnya.

“Gurh gurh gurh!” Hanya suara lenguhan seperti itu yang keluar dari mulut Lumo.

Lumo benar-benar menyetubuhi Widya seperti hewan. Sama sekali tak ada mesra-mesranya. Tak juga ada ciuman atau foreplay. Hanya sodokan-sodokan kontolnya tanpa basa-basi.

Video itu sempat mengarahkan bagaimana keadaan penduduk desa lainnya. Mereka masih mendengungkan mantra-mantra aneh yang sama sekali tak aku kenal. Sesaat aku sempat lupa kalau ini bagian dari ritual yang Widya jalani. Ritual yang sampai sekarang aku tidak tahu manfaat dan tujuannya.

Dua penduduk desa yang tadi memegangi pasung Widya, kini sudah melepaskannya. Mata Widya terpejam dan ekspresi wajahnya sudah berubah sekarang ini. Aku tahu, ekspresi wajah itu bukan ekspresi wajah orang kesakitan. Itu ekspresi wajah orang yang menikmati persetubuhan ini.

Menit demi menit berlalu, aku sungguh salut dengan stamina Lumo. Ia terus memompa vagina Widya dengan goyangan yang pasti. Tak ada waktu jeda dan istirahat yang ia berikan kepada istriku. Goyangannya seperti piston mesin pada mobil.

“Gurrh gurrh gurrh.” Suara itu terus keluar dari mulut Lumo. Tapi bukan itu saja, cairan ludah mulai menetes-netes dari mulut Lumo. Membasahi tubuh Widya yang terus bergoyang mengikuti sodokan Lumo.

Aku lihat, lumpur yang menutupi tubuh Widya mulai mengering dan beberapa mulai mengelupas. Kulit tubuh istriku yang mulus itu sebagian mulai nampak kembali. Kulit mulus Widya sangat kontras dengan kulit tubuh Lumo yang kasar dan banyak ditumbuhi benjolan. Widya bagai seorang bidadari yang turun dari khayangan sementara Lumo seperti monster yang keluar dari perut bumi.

Lumo mengangkat tubuh Widya dari batu altar itu. Tubuh Widya ia angkat seolah seperti mengangkat boneka yang ringan. Padahal berat badan Widya kurang lebih 50 kg. Aku sendiri tidak kuat mengangkat istriku apalagi jika harus berlama-lama.

Tapi Lumo berbeda dengan diriku, ia mampu mengangkat tubuh Widya dengan mudahnya. Ia gendong Widya sambil terus menyetubuhinya. Kemaluan Lumo nampak keluar masuk ke dalam memek istriku kendati ia dalam posisi menggendongnya. Benar-benar kuat dan perkasa sekali Lumo ini.

Dalam gendongan seperti itu, lendir makin menetes-netes dari lubang kemaluan Widya. Tumbukan antara kelamin Widya dan Lumo kini dipenuhi dengan buih berwarna putih pekat. Aku bisa melihat dengan jelas kelamin Lumo yang bentuknya tidak wajar itu menusuk-nusuk memek istriku. Memek Widya juga dipaksa membuka sangat lebar, aku tak pernah melihat memek Widya terbuka selebar itu sebelumnya.

Dengan sebuah gerakan yang cepat, Lumo membalik tubuh Widya. Kini Widya menghadap ke arah para penduduk desa dan hebatnya, Lumo melakukan semua itu tanpa melepaskan sodokan kontolnya di kemaluan istriku. Sekarang, tubuh Widya benar-benar nampak tanpa penghalang, apalagi tangannya masih terpasung di kayu. Payudaranya menggantung bebas di udara. Tapi itu tidak berlangsung lama karena Lumo kembali meremas-remas payudara Widya dengan kasarnya.

Lumo perlahan menurunkan tubuh Widya. Istriku itu diturunkan di atas kubangan lumpur yang tidak terlalu dalam. Kini Widya dalam posisi nyaris merangkak, tapi kedua tangannya tak bisa menapak karena masih terpasung kayu. Ia hanya bisa pasrah kepada Lumo yang memegangi tubuhnya dari belakang.

Sambil memandang ke arah kerumunan warga desa, Widya disodoki oleh Lumo dari belakang. Tubuh istriku itu tersentak-sentak, mengikuti irama sodokan Lumo. Nampak Widya menggigit bibirnya sendiri, ekspresi wajah itu nampak benar-benar binal.

Aku tak tahu apakah ritual ini bertujuan supaya Widya bisa hamil. Aku tak tahu juga apakah Parjo dan kawan-kawannya tahu jika Widya itu ternyata mandul. Tapi jika benar ritual ini bertujuan agar Widya bisa mempunyai anak, dan anak Widya adalah hasil persetubuhannya dengan Lumo, aku sudah tidak lagi bisa berkata apa-apa.

Sejenak perutku merasa mual membayangkan jika Widya sampai punya anak dari Lumo. Jika sampai itu harus terjadi, apakah aku harus menerima anak Widya sebagai anak aku sendiri? Lalu bagaimana jika tampilan fisik Lumo sampai menurun kepada anak Widya?

Sudah 30 menit lebih Lumo menyetubuhi Widya, tak ada tanda-tanda ia mengalami kelelahan dan kecapekan. Gerakan pinggulnya konstan terus menumbuk memek Widya tanpa jeda. Bahkan Parjo dan Kusnipun aku hampir yakin tak bisa melakukan hal itu. Apalagi aku, yang nyaris tak mampu bertahan lebih dari 5 menit ketika bersetbuh dengan Widya.

Tiba-tiba, aku lihat ada satu orang penduduk desa yang maju mendekati Widya. Ia membawa sebuah cawan dari kaca dan meletakan cawan itu ke atas tanah. Setelah cawan itu diletakan, pria itu membuka kain penutup yang menutupi kemaluannya.

Kontol pria itu sudah cukup tegang dan ereksi. Wajar saja, seorang pria normal pasti ngaceng melihat wanita secantik Widya telanjang dan disetubuhi. Pria itu kemudian berlutut di depan cawan yang jaraknya tidak jauh dari wajah Widya.

Sambil berlutut, pria itu mulai mengocok kemaluannya. Ia mengocok sambil melihat dengan seksama ketika Widya disetubuhi oleh Lumo. Kontol pria itu langsung saja tegak berdiri maksimal. Ukurannya lebih kecil dari Lumo, lebih kecil juga dari Parjo dan Kusni, namun kontol pria itu ukurannya masih lebih besar dari punyaku.

Pria itu mengocok kontol sampai ia mencapai orgasme. Semprotan cairan pejunya yang pertama memuncrat hingga ke wajah Widya. Namun semprotan-semprotan selanjutnya ia buru-buru arahkan ke cawan kaca yang tepat berada di hadapan Widya.

Cairan putih kental nampak memuncrat beberapa kali ke cawan kaca itu. Aku duga, mereka akan coli bergantian di depan Widya sambil mengumpulkan peju mereka di cawan kaca itu. Benar saja, satu pria lain menggantikan pria yang sudah coli. Dan ia melakukan hal yang sama dengan pria sebelumnya, ia mengocok kemaluannya hingga pejunya muncrat memenuhi kaca.

Sedikit demi sedikit, peju para penduduk desa itu mengisi cawan kaca. Rata-rata dari para pria itu hanya butuh waktu cukup singkat untuk mengeluarkan peju. Mungkin mereka sudah sangat konak melihat persetubuhan istriku dengan Lumo. Dari sekian banyak penduduk desa yang coli, tak ada satupun yang berani menyentuh Widya ketika disetubuhi Lumo. Namun tak sedikit semprotan cairan peju penduduk desa itu yang muncrat hingga ke tubuh istriku. Terutama sekali wajah dan payudaranya Widya.

“Ah ah ah, ouhh.” Kata-kata itu terus keluar dari mulut Widya.

Sementara itu dari mulut Lumo hanya keluar erangan menjijikan seperti monster “Grrhh, ggoouh, ggoourhh!”

Lumo merubah posisi Widya lagi, kali ini ia menidurkan istriku di atas kubangan lumpur. Nyaris seluruh tubuhnya kembali terlapisi lumpur kecuali sebagian kepala dan wajahnya. Dan dalam kubangan itu, Lumo masih saja menggenjot memek istriku dengan sodokan yang hebat.

Aku mendengar, bunyi kecipak lumpur ketika Lumo menyodok memek Widya. Bunyi-nya terdengar sangat nyaring dalam video itu.

Dalam posisi ngentot seperti itu, pasti ada lumpur yang masuk ke dalam memek Widya. Apalagi kontol Lumo keluar masuk dalam posisi sedikit terendam lumpur. Aku tidak tahu bagaimana Widya akan mengeluarkan lumpur-lumpur itu dari dalam memeknya. Dan bagaimana jika sampai lumpur itu masuk ke dalam rahim Widya. Apakah lumpur itu akan membawa penyakit bagi Widya?

Satu jam sudah terlewati sudah, dan Lumo masih saja menggenjot memek Widya tanpa jeda. Ia benar-benar monster secara harfiah. Ia benar-benar seorang laki-laki perkasa yang bisa membuat Widya belingsatan bukan main. Dalam satu jam ini, mungkin Widya sudah melewati beberapa kali orgasme. Namun Lumo sama sekali tak memberikan Widya waktu untuk istirahat. Ia terus saja memompa kontolnya yang dipenuhi tonjolan-tonjolan besar itu ke dalam memek istriku. Semoga tonjolan itu dan lumpur yang masuk ke dalam memek Widya tidak membuat kemaluan istriku itu terkena penyakit di kemudian hari.

Sementara itu, sudah belasan penduduk desa yang menyemprotkan pejunya baik ke badan Widya maupun ke cawan kaca yang ada tidak jauh dari posisi Widya disetubuhi sekarang. Cairan putih kental mulai nampak terkumpul di sana. Aku sama sekali tak punya ide untuk apa peju-peju itu akan digunakan. Wajah Widyapun belepotan campuran antara lumpur dan peju. Bentuknya benar-benar ambruladul tidak karuan. Jika saja Widya bukan wanita yang cantik, tentu saja pemandangan itu begitu menjijikan. Namun melihat Widya belepotan peju dan lumpur abu-abu itu justru membuat istriku semakin cantik dan menggairahkan.

‘Ah, aku pengin banget ngentot!’ Pikirku dalam hati.

Aku ingin sekali memasukan kontolku ke dalam memek wanita. Aku sudah mengkhianati Widya sekali, apa salahnya mengkhinatinya lagi? Toh Widya juga sekarang ini sudah ngentot dengan belasan laki-laki. Itupun yang aku tahu, mungkin ia sudah ngentot dengan lebih banyak lagi laki-laki lainnya.

Aku sudah melakukannya kemarin dengan Nadia, aku merasa ketagihan. Aku mungkin akan melakukannya lagi di masa mendatang. Bahkan dengan wanita lain yang mungkin belum aku kenal. Atau aku akan menyewa PSK, PSK yang dahulu pernah memberikan nomor HP-nya kepadaku.

Lumo kembali membalik tubuh Widya. Kali ini ia membuat Widya menjadi menungging. Sekali lagi, karena kedua tangannya masih berada di dalam pasung maka kepala Widya nyaris separuhnya berada di kubangan lumpur. Begitu juga dengan kedua payudara Widya yang menggantung bebas itu.

“Grrr, guoh, guoh guoh!” Ucapan itu terdengar lebih kencang dari mulut Lumo. Ia juga mempercepat goyangan kontolnya di memek Widya. Barangkali, ia sudah hampir mencapai puncaknya setelah lebih dari satu jam mengobtok-obok memek Widya.

Benar saja, tak begitu lama, Lumo menancapkan kontolnya sedalam mungkin di rahim WIdya. Kepala Widya sampai tertelungkup dan masuk ke dalam kubangan lumpur akibat dorongan itu. Bersama dengan itu, tubuh Widya-pun aku lihat ikut bergetar dengan hebat. Mungkin ia juga mengalami orgasme bersamaan dengan Lumo. Orgasme yang entah sudah berapa kali Widya alami selama bergumul dengan monster itu.

Lumo mendiamkan sejenak kontolnya di dalam memek Widya. Tubuhnya nampak sesekali bergetar seperti tersetrum listrik. Mungkin itu sisa-sisa orgasme-nya tadi. Lumo akhirnya mencabut kontolnya dari memek Widya. Kontol raksasa itu masih nampak begitu besar, hanya saja sekarang kondisinya sudah lemas.

Widya ambruk di atas kubangan lumpur. Tubuhnya nampak lemas setelah ngentot dengan Lumo. Kamera sempat memperlihatkan bagian vagina istriku. Dan aku lihat, vagina Widya membuka lebar. Dengan cairan sperma mengalir keluar dari dalam lubang itu.

Widya seperti tak lagi peduli tubuhnya terendam lumpur itu. Aku bisa membayangkan jika ia sudah sangat lelah dan letih setelah perjalanan panjang mendaki hingga disetubuhi oleh Lumo. Aku hanya berharap, Widya bisa pulang. Pernah aku mendengar, seorang wanita hilang karena dijadikan tumbal sebuah ritual persembahan. Aku tak ingin Widya menjadi seperti itu.

Kejadian yang ada di dalam video ini sudah terjadi beberapa hari lalu. Dan sampai sekarang Widya masih belum pulang ke rumah.

Para penduduk desa mendekati Widya dan memapahnya menjauhi kubangan lumpur. Mereka membawa Widya ke tempat lain, bersama dengan cawan kaca yang dipenuhi dengan sperma tadi. Apa yang akan mereka lakukan? Aku sama sekali tidak tahu. Karena tiba-tiba saja ada pesan error keluar dari video tadi.

Aku mencoba mengulang video tadi dengan hasil yang sama, muncul pesan error ketika Widya dibopong penduduk desa ke tempat lain. Aku mencoba melakukan restart handphone dan juga televisi yang aku gunakan untuk menonton, tapi semua tidak berhasil. Video itu tak bisa diputar kembali. Mungkin memang video itu rusak ketika dikirim.

“Sial!” Kataku.

Aku masih konak sekali melihat video tadi. Dan aku ingin tahu kelanjutannya. Apakah para penduduk desa itu juga menikmati tubuh istriku? Atau mereka akan membiarkan Widya menjadi santapan Lumo secara terus-menerus. Lalu apa yang akan mereka lakukan dengan cawan penuh dengan sperma tadi?
 
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd