Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Ino, sebuah penyesalan (Perselingkuhan) (gabungan... repost)

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Wah bakalan panjang neh ceritanya apalagi dah di kasih bocoran.....lanjut gan ...

Mantengin updatenya aaaahh
 
Buat rekan-rekan yang mendukung... ini aku bikin update dikit ya...

Ivo tak menjawab, sebagai gantinya ia meraih kepala Ino, dan segera melahap bibir Ino, mereka saling hisap dan memilin lidah mereka. Ivo sudah mendapatkan kembali gairahnya. Ia ingin mendapatkan orgasme lagi. Memeknya berusaha memijat kontol keras yang masih nyaman bersemayam tanpa bergerak sedikitpun. Namun klitoris Ivo tergesek pangkal kontol Ino. Membuat ia meliuk keenakan..

”ehmmm...” leguhnya ditengah hisapan bibir Ino. Sementara ia merasakan tangan Ino mengusap-usap dadanya yang sudah mengeras lagi putingnya. Ia memindahkan mulutna mengecup lembut puting itu, sejenak kemudian kecupan itu berubah jilatan dan hisapan, membuat Ivo menggeliat kegelian

”ouchhh, No....” desah Ivo. Tangannya merengkuh pantat Ino, menekan jari-jarinya disana. Ino mengangkat pantatnya, yang otomatis mengeluarkan kontolnya dari lubang memek Ivo.

”ihhh,,,,” Ivo mendesis kegelian di atas ranjang kamar Ino.

Ivo merenggutkan wajahnya. Tangannya kembali menarik pantat Ino, yang terasa semakin kejal. Ivo menaikkan bokongnya, mengejar kontol Ino dengan mulut memeknya yang sudah merekah dan semakin basah itu. Sementara Ino sendiri sulit bergerak, setelah --dengan paha dan tungkainya-- Ivo menggelung dirinya. Ino pun amblas lagi, yang otomatis membuat kontolnya menerobos kencang (lagi) masuk ke memek Ivo. Tanpa tertahan lagi. Dan....mereka siap mengarungi lagi kenikmatan ragawi ini.

“ehhs….mmmmh” Ivo teriak tertahan. Geli gatal memeknya terlintasi kontol Ino yang semakin mengkilat tersibah air pelicin di dalam rongga vaginanya.

“uhhh… nikmatnya Vo,” leguhnya, meningkahi Ivo yang menggeliat melengkungkan badannya menahan sensasi rasa kenikmatan bercinta terlarang ini. Lengkungan tubuh sahabatnya ini membuat toket kencangnya melesak keluar. Putingnya seakan-akan mengejek Ino, dan berkata : “Ayo jilati dan hisapi aku…”

Tak menunggu lama, Ino yang memang belum meraih puncak kenikmatannya sendiri, segera mengulum puting Ivo dengan keras dan kasar, lidahnya ditempelkan sedemikan rupa seperti kuas cat tukang yang sedang mengecat dinding. Bagai kucing yang menjilati bulu-bulunya. Berulang-ulang Ino menguaskan lidahnya, membuat Ivo menjerit-jerit keenakan.

“ouchhh No…ahhhhccchhh…” desisnya tergial-gial. Ino sendiri membuat variasi kuluman, kuasan dan hisapan yang seakan-akan menelan habis toket Ivo. Ivo semakin menggila ketika Ino yang menyerbu toket Ivo bagai serigala yang memangsa anak kijang itu, juga mulai menurun-naikkan bokongnya…

“Akk aduhhh…ekhhhsss.” gelombang kenikmatan sebegitu cepat menyerbu, bagai tsunami membabasbingkaskan seluruh aliran darah Ivo. Seketika itu juga.

“Ino, kamu memanghhhss gah…akhss No..mhss” Ivo gagal menyelesaikan kalimat yang ingin ia ungkapkan, betapa gagahnya sahabatnya ini. Kenikmatan itu menerobos terus-menerus melolosi jiwa dan raganya yang sudah sedemikian haus cumbuan lelaki. Dan Ino berhasil memerankan itu.

Percumbuan ini semankin panas dan kedua insan yang berpeluh keringat ini, semakin tak mampu menahan gelombang kenikmatan yang merayapi kelamin dan seluruh tubuh mereka sendiri. Ino terus menjejalkan tongkol keras berurat miliknya itu ke dalam liang vagina Ivo, yang semakin licin dan basah. Dan pemandangan indah tersaji, kala Ino menjejalkan batang kerasnya dan menekan ke bawah, maka Ivo dengan sigap menggoyangkan panggulnya dan menaikkannya. Gerinjal otot vaginanya ia jepitkan kala tongkol Ino menerobos. gesekan ini membuahkan sensansi nikmat tiada tara...

“aihsss….hhh” leguh Ino

“Ouhhh…nikmat No, emhhhh…aihhh aihhhsss akh” Ivo membanting kepalanya ke kiri dan kanan, ia dilanda sensasi kenikmatan tiada tara.

Clop..clop, plak-plak...clop-plak… Bunyi dan irama pertemuan kelamin pria dewasa dan wanita matang ini semakin cepat dan tegas. Di antara bunyian itu, desis dan desah nikmat bermandi suara kecupan-hisapan Ino di leher, toket, pundak, dan telingga Ivo juga menjadi lantunan lagu birahi tak henti, semakin cepat dan penuh gairah mengejar kenikmatan ragawi sejoli ini.

Keringat Ivo membuncah ketika ia merasa kedutan otot di vaginanya semakin tak mampu otaknya kendalikan. Ia tak sanggup lagi memberikan perlawanan terhadap tusukan bergelombang Ino. Sesekali ia melihat ke bagian bawah tubuhnya, yang sedang dihajar Ino itu. Ia pasrah menerima kejutan-kejutan kenikmatan dan sensasi geli-geli ngilu nikmat.

“aduhhh…. Gila. Enaknya No…msss” racaunya. Ia meraih kepala Ino memaksa bibir Ino masuk ke dalam mulutnya…

“mmpphhh….mmphhh….”

Dalam kondisi seperti itu Ino malah mempercepat sodokannya. Ivo tergial melepaskan mulutnya dari mulut Ino.

“Ahhhhkkkssss….” Teriaknya.

Ino terus mempercepat sodokannya. Ia mulai merasakan gelombang nikmat yang tak terkira memasuki perlahan di batangnya bergerak ke arah kepala tongkolnya. hal ini membuat Ivo terjerit-jerit di bawahnya.

“No….Ihhhhhh…. ahhhhh…..No…hhhhhssss..” leguhnya tanpa terkendali.

Sebentar kemudian tubuhnya melengkung gelombang orgasme itu tak mampu ia tahan, otaknya tak mampu bekerja untuk sekedar memerintahkan agar itu tertunda. Ino mengangkat bokongnya menyambut satu sodokan Ino, sebelum akhirnya Ia, tercekat, terdiam sesaat, mengejang. Ia menahan nafasnya untuk menyosong kenikmatan tiada tara itu

“ekhhhhhkkk…No…” otot vaginanya berkedut berkali-kali, Ivo terengah-engah.

Melihat Ivo sudah mencapai orgasmenya, yang tanpa babibu itu, Ino bukannya berhenti menggenjot, ia hanya mengurangi kecepatan goyangannya, namun itu hanya sebentar. Sesaat, ketika Ivo mulai bisa menarik nafas lagi di tengah keterengahannya menikmati ujung-ujung orgasmenya, Ino kembali tancap gas. Sontak hal ini membuat Ivo, mendelik dan menganga. Kenikmatan itu menggila lagi. Tak pelak, rambut, punggung dan sprai kasur menjadi sasaran “kemarahan” jari lentiknya menahan deru sensasi kenikmatan yang terus bergelombang menghempaskan.

Ino sudah tak peduli dengan kondisi Ivo yang melenting tak tertahankan di bawah tubuhnya. Ia ingin mengejar orgasmenya sendiri. Genjotannya semakin kuat dan cepat. Menusuk dalam, tanpa ada lagi variasi panjang pendek. Panjang dan dalam...

“Ouh, ah..hahhh…” dengus Ino penuh nafsu.

"No.. ampphunnnsss..." Ivo serasa mau pingsan dilanda sensasi yang sudah lama tak ia rasakan ini.

Bulir-bulir rasa geli gatal dan ngilu di tongkol Ino sudah berubah membesar bagai gelombang nan dahsyat, menerjang ke seluruh pembuluh darahnya, mulai mendesak-desak otot perutnya dan menahan tarikan nafasnya. Membuat otot perutnya seakan tertekan dan menarik otot panggulnya semakin menekan dan bekerja lebih keras. Rasa nikmat itu, membuatnya seakan putus asa. Tongkol semakin membengkak. Semakin lama semakin tak tertahan rasa geli enak itu, semakin menggila pula goyangan panggulnya. Serbuan ini membuat Ivo terbanting-banting menahan hempasan, sementara Ino semakin tak mampu menahan laju sensasi itu. Ino merasakan pergulatan birahi ini sudah mendekati ujungnya.

“Vo,,,, aku gak tahan lagihhhhhhhhhhmmmmssss….” Teriaknya tertahan

“Ayo No sudahi…. Aku dah…ouhcccchhhhh emsss…. Akhhhhh…” Ivo melengkung lagi.

Ivo orgasme lagi, sesaat sebelum satu hentakan terakhir Ino yang menyudahi semuanya. Satu sodokan kuat dan dalam, menghantarkan semburan kencang tak tertahankan, membanjiri lobang surga Ivo. Sodokan itu diterima Ivo dengan penuh kelegaan, Ia mengangkat bokongnya tinggi-tinggi. Ia orgasme lagi. Mereka berdua terdiam dan mengejang bersama... Sampai akhirnya semburan terakhir dari tongkol Ino yang bergerak pelan melepaskan dahaga terakhir dari percintaan yang penuh kegilaan dan nafsu duniawi.

Ino menjatuhkan tubuh lelahnya di atas dada Ivo yang masih turun naik mengatur nafasnya, ia mengusap punggung sahabat yang telah memberikan kenikmatan tiada tara itu, peluh membuncah disitu. Ino mengecup lembut kedua pipi dan kening INo. Tongkol keras itu masih bersemayam di dalam liang yang sudah sangat merah dan banjir. Tanpa dipandu, mereka tersenyum…

“No, I love You…” bisik Ivo

Ino tersenyum. Ia mengecup lembut bibir Ivo, mereka berpagutan sebentar. Dua insan ini, saling memandag tanpa bicara. Sepertinya mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Lama mereka menghilangkan rasa lelah dan nikmat itu. Peralahan Ino merasakan tongkol bergerak menyusut dan perlahan lepas dari liang surgawi milik sahabatnya, teman curhat, teman kerjanya. Sesuatu yang juga tak pernah terbayang oleh oleh Ino.

…………….

Sementara siang itu terasa lembut, meski angin dingin menusuk tapi terasa sejuk. Suhu mencapai 17 derajat Celcius. Indri sedikit kesal, Ino tak mengangkat telfonnya. Hampir satu jam ia mencoba menghubungi suami tercintanya itu, namun selalu gagal. Musim semi sudah dipuncaknya, penghujung April semakin terasa dengan mulai merekahnya tulip yang berwarna warni. Indri mengayuh sepedanya dengan penuh harapan dan semangat. ia tersenyum lebar.

Betapa tidak, ia berhasil mendapatkan sponsor untuk penelitiannya dan yang paling penting ia bisa membawa Ino menikmati musim semi ini. Ia menghentikan sepedanya diperempatan. Sebuah tram yang sarat penumpang melintas. Suaranya khas. “Ting..ting..ting…” mengingatkan pengguna jalan lain untuk berhenti memberi keleluasan moda transportasi andalan di Kota dimana salah satu klub kebanggaan mereka, Feyenord itu ikut main di eredivisie….

Indri sudah mendekati tempat ia tinggal ketika sayup ia mendengar suara memanggilnya. Ia menoleh. Rupanya Joni, kolega satu kampusnya. Joni berasal dari sebuah kota di Sumatera. Wajahnya mengingatkan kita pada sosok actor kawakan Chow Yun Fat, hanya kulitnya lebih gelap dan rambutnya sedikit gondrong.

“Baru pulang Ndri…” sapanya. Indri tersenyum, sembari menggesekkan kartu untuk membuka pintu dormitory-nya itu. Indri dan Joni memang satu dormitory, Indri di Lantai tujuh sedangkan Joni di lantai sembilan. Mereka memang sudah akrab dan sering diskusi bersama.

Indri memasukan sepedanya dan memarkir di lantai dasar. Joni menungguinya.

“darimana kamu…” tanya Indri

“biasalah, tadi dari kampus langsung ke mart, nyari makanan buat nanti malem. Tugasku masih lumanyan banyak yang belum kelar…”

“eh, land policy mu udah kelar?” tanya Indri. Joni menggelang

“Ya itu termasuk salah satunya yang belum…” Joni terkekeh.

Mereka melangkah masuk ke lift. Terdiam saat lift mulai bergerak naik.

“Indri malam ini aku ke –flatmu ya...tolongin aku nyelesai-in, pola ruang dalam masa kerjaan Eropa..”

“hmmmmm….gimana ya…?” Indri agak ragu. Karena rencananya malam ini ia mau phone-sex dengan Ino…

“Kita lihat nanti aja ya, atau aku e-mail saja tugas yang aku bikin, boleh kamu lihat, tapi jangan di copy paste ya…..

“Okeh… deh…”

“Duluan ya Jon, entar aku kabari deh…” ujar Indri, ketika pintu lift terbuka di lantai flatnya….

“Oke… daahhhh…”.
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
ini cerita yang d tunggu2..kapan update nya dong om...

ini ane udah bukan gelar permadani aja...udah jualan prmadani kya nya skalian nungu update...biar dapet untung...

hehehe

cpet update gan..

kl lg pm ane aja yah

Pan udah tuh... walau dikit...
Kalau boleh, yah diriku yg hina dina ini diberi vitamin penyemangatlah...ijo2 gitu..:)
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
250 ki butuh pirang halaman.. Biar cepat apdeit lagi. Ceritane ndang rampung.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd