Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA IL ATTORE (The Actor)

Status
Please reply by conversation.



IL ATTORE ( EDISI PARODI )
THE GENDER WARS





“Jennyyyy! Ayo cepetan, ih! Keburu mulai pertandingannya!” seru Vrisha memanggil sahabat kecilnya yang tengah sibuk membeli ice tea. Begitu minumannya siap, gadis bernama Jenny itu pun segera berlari dan menggamit lengan Vrisha.

“Yaelah, Sha, buru-buru amat, sih? Gak mau beli makanan dulu?” balasnya.

Vrisha menggeleng kecil. Ditunjukinya stand makanan dekat pintu masuk area utama.

“Kamu gak liat apa, penuh gitu? Iiih amit-amit deh antrinya.”

Jenny mengangkat bahu. Ia hanya terus mengikuti Vrisha yang berlangkah cepat di parkiran luas tersebut. “Mungkin ntar di dalem ada, mudah-mudahan.” tukasnya.

Kepala Vrisha mengangguk. Di depan matanya kini, menjulang sebuah gedung hall arena tinju modern yang mungkin seumur-umur baru kali ini Vrisha mendatanginya. Bagi Vrisha, olahraga kekerasan sama sekali bukan minat dan hobinya. Well, tentu saja gadis berusia enam belas itu rela muncul di sini hanya karena demi Ergi—sang Kakak.

Nonton bareng? Oh, bukan. Pemuda itu bukan menyuruh Vrisha untuk menemaninya nonton. Melainkan, menyemangatinya! Yes, seriously! Beneran. Ergi akan bertanding menjadi fighter di acara tarung bebas malam ini!

Tiba di pintu masuk, Vrisha dan Jenny segera menyelinap lincah diantara sekumpulan orang-orang berbadan besar yang memadati aliran jalan. Ah, begitu sesak dan padatnya populasi manusia di sini, batin sang Gadis. Kebanyakan, sekitar 60% dari mereka usia remaja. Bisa dimaklumi sebenarnya, karena malam ini adalah malam yang sungguh spesial! Malam perdana, untuk suatu pagelaran tarung bebas yang bertajuk sungguh kontroversial dan menarik jutaan perhatian!

“Jen, ke sini! Belok sini!”

“Yakin? Kamu kan belum pernah ke sini juga?”

“Udah pernah, kali. Kemaren pas nganterin kak Ergi liat-liat arena, weeeek!”

Melangkah masuk ke area lobby, Pandangan Jenny dan Vrisa pun tercuri pada sebuah poster besar berdesain artistik tertempel di sana. Namun, bukan desain warna atau yang lainnya yang menarik perhatian mereka. Hal yang bikin keduanya takjub adalah jadwal pertandingannya.


Pertama : Ergi Faisal vs Cheska Irzandi

Kedua : Faruk Maghrebi vs Sherlina Laurencia

Ketiga : Abrar Muharram vs Giztha Kandinasari​


Well, tidak ada yang salah dengan jadwal tadi. Dan, itu bukan jadwal resepsi pernikahan. And yes, Seperti diulas tadi. pertandingan tarung bebas yang bergulir malam hari ini sungguh sangatlah istimewa, karena mempertandingkan kelas remaja U-19 dengan tema kontroversial yaitu ‘Perang Gender’. Rangkaian pertandingan pada malam ini intinya mempertarungkan tiga wakil dari masing-masing dua jenis kelamin. Laki-laki melawan perempuan!

Vrisha dan Jenny kemudian beringsut ke loket check in dan menyerahkan tiket mereka. Si Mbak-Mbak penjaga loket tersenyum lebar dan mempersilahkan kedua gadis cantik tersebut masuk ke ruang arena. Kepada Vrisha, ia sempat berbisik penuh antusias. “Moga-moga perempuan menang, ya! Girls rule!”

Yeah, Girls rule! Hihihi!” balas Vrisa kenes.

“Eh, kamu kok gak dukung kakak kamu, sih, Sha? Ergi kan cowok?” Seketika saja Jenny bingung dengan pemihakan Vrisha. Namun gadis otaku penggmar anime itu mantap berkata,

“Sssst, jangan bilang-bilang Kak Ergi ya,” bisiknya, “Aku tuh sebenrnya dukung Kak Cheska! Huhuhuhu~”

“Ah, dasar, kamu,” seloroh Jenny menghisap ice lemon tea-nya.



-------------------------​



Sorotan cahaya lampu bersinar megah. Teriakan-teriakan penonton dari seantero ruangan menggema liar. Demi kelangsungan acara, ring tinju itu telah dimodifikasi sedemikian rupa hingga sesuai peraturan dari komite klub tarung bebas Conigli City. Sepertinya, semua perangkat pertandingan telah siap. Staff, kameramen, security, official tim, tampak sudah berada di posisi masing-masing untuk memulai kegempitaan. Hingar bingar pun kian meledak begitu sang Pembawa Acara muncul di pusat meneriakan kalimat sapa pembukaan. Agitasi gahar penuh semangatnya, betul-betul apik membakar aura arena tarung bebas menjadi tak ubahnya ‘ladang pembantaian’.

“YAAAA! Seleksi alam pertama! Siapakah yang akan punah, laki-laki atau perempuan? Petarung pertama kita. Kita sambuuut… Ergiiiiiiiiii~ Faisaaaal!”


Tampak sesosok pemuda berambut klimis percaya diri melangkah ke atas ring. Ia mengangkat tangan dan berteriak, “Boys are strong! Boys are strong! Boys are strong!” yang diikuti secara koor dari seluruh pendukung kubu laki-laki. Ergi malam itu tampil sungguh tampan tanpa kaca matanya. Ia lalu melakukan gestur berkelahi memukul angin sebagai pemanasan.

“Penantangnya. Dari kubu perempuan! Cheskaaaa~ Irzandiiiiiii!”


Gadis seksi perparas nakal itu naik ke atas ring dengan santai. Rambutnya yang dikuncir twintail terlihat imut. Cheska tak banyak bacot bicara. Ia hanya melambai-lambai tenang ke arah pendukungnya yang sudah pasti kebanyakan para cewek.

Ergi dan Cheska kini berhadapan. Balutan kostum fighting mereka sungguh tampak mengetat minim dan bisa dibilang seronok. Ergi hanya mengenakan celana biru lycra pendek membungkus area pangkal paha pamerkan tonjolan penis. Sisanya, ia perlihatkan semua tubuh kelelakian telanjangnya yang sedikit berisi. Sedangkan Cheska, memakai balutan bikini two pieces merah tunjukan belahan vagina plus puting susu yang menonjol. Mereka saling tatap dan mengejek. Lontarkan psy-war.

“Udalah, Ches, kamu nyerah aja. Biasa dugem, ngewe, ama nyalon aja sok sokan mau free fight. Ini olahraga cowok, lho. Tar kamu nangis, lagi, hahaha.” hina Ergi. Cheska pun tertawa sinis.

“Ngewe-nya kan sama kamu, BEGO! Aku gak pernah nakal ama cowok lain!” ia menatap tajam. “Ada pesan terakhir sebelum kamu KO, Sayang?”

“Hahahaha, gak salah denger?” Ergi terbahak. “Kamu yakin bisa menang berantem lawan aku, Ches? Yakin bisa ngalahin laki-laki? Perempuan itu gender terlemah, tau! Gak bisa apa-apa. Cocoknya ngangkang di kasur! Masa kudu aku ajarin?”

“Banyak omong, ya, kamu?” Senyum tipis Cheska bersungging, “Lemah? Coba kita liat!”



Sementara itu, di ruang komentator TV yang berada di atas tribun, sudah bersiap-siap sesosok pria ganteng menawan berdasi kupu-kupu di depan mic. Ia ditemani wanita cantik berpotongan tomboy dan berjaket baseball di kursi sebelahnya. Diaz Andre dan Miu Arumi, memandu para pemirsa di rumah karena pertarungan ini disiarkan live juga di sebuah chanel stasiun olah raga ekstrim.



( Diaz Andre - 35 y.o )


( Miu Arumi - 28 y.o )






TEEEET!

Baku hantam dimulai.

Begitu detik pertama jalan, Ergi serta merta langsung mengambil inisiatif menyrang Cheska. Ia ayunkan pukulan, tendangan, sengkatan, dan semua teknik yang ia bisa untuk menjatuhkan cewek tersebut. Tapi Cheska secara mengejutkan mampu menangkis dan menghindari itu semua. Tawa kecil mengejeknya pun kemudian memprovokasi Ergi, agar pemuda itu kian emosi.

Taktik Cheska rupanya berhasil. Ergi yang kesal terpancing, kemudian menerjang lompat hendak menyeruduk langsung mantan pacarnya tersebut hingga jatuh. Sialnya, Cheska dengan lincah meminggir dan lonjorkan kaki. GEDUBRAKKK! Ergi terselengkat jatuh, tersungkur, dengan wajah terbenam di lantai ring.

Ergi menyentak keras sebelum ia berusaha berdiri kembali. “ANJING!”

Selanjutnya, pertandingan perdana tarung bebas antar kelamin itu pun sontak berubah menjadi seperti sirkus. Lebih mirip beruang bodoh dipermainkan pawangnya. Ergi berkali-kali berusaha menghempas dan menindih tubuh Cheska, namun bagi gadis cantik itu semua serangan brutal penuh emosinya dianggap hanya hiburan saja. Cheska enteng sekali mengindar. Sesekali, menyelengkat kaki Ergi hingga pemuda itu lagi-lagi jatuh terjerembab.

“HUAHAHAHAAHA!”

Gegap gempita penuh semangat serta merta berubah menjadi tawa jenaka. Bahkan, para penonton pendukung team laki-laki pun tak mampu menahan kegeliannya. Tiap kali Ergi terjatuh, tawa riuh menggema. Harga diri Ergi sebagai lelaki hancur. Tapi, Ergi tetaplah gender lebih kuat. Ia cukup mampu untuk terus kembali bangkit dan menyerang Cheska. Cheska berakting menguap dengan penuh kesombongan tunjukan rasa bosan. Akhirnya, oleh gerakan kejut yang tak bisa Ergi antisipasi, gadis bermata sayu itu melakukan counter-attack dengan menendang ulu hati Ergi sekeras-kerasnya pakai lutut.

DUGGG!

“Anjjjjj— ahkkk”

Ergi termegap kesakitan. Ia membungkuk nyeri. Secepat kilat, sambil melompat, Cheska buru-buru lanjut menendang uppercut kepala Ergi ke atas membuat tubuh lelaki malang itu terpelanting menghempas ke belakang.

DUAAAK!

“OOOUGH—”

Ergi jatuh telentang, menimbulkan suara bedebum cukup nyaring.

Shit? Cowok itu ternyata makhluk lemah amat, ya? Gak seperkasa yang digemborin?” Cheska memutar bola mata, menatap lucu Ergi.

Kemudian, Cheska pun sontak melompat berusaha menindih Ergi. Syukur, sang Pemuda masih mampu menghindar dengan berguling ke samping. Ia lalu menjambak rambut kuncir twintail Cheska.

“BOOO! BANCI! BANCI! BENCONG!”

Suara mengejek menggema, sebagian lagi tertawa-tawa . Ergi sebagai laki-laki, tanpa malu mulai bermain jambak pada cewek. Woi, ini tarung bebas, bangsaaat! batin Ergi yang telinganya panas mendengar cemoohan penonton. Masih bergelung menyamping di lantai ring, Cheska kontan meronta-ronta berusaha lepaskan diri. Ergi mengunci tubuh Cheska dari belakang oleh belitan lengannya di leher. Ia ingin mencekik lebih erat lagi, sembari sebelah lengan lainnya meremas kasar-kasar buah dada ranum Cheska. Namun sial bagi si Pemuda. Cheska lebih cepat layangkan tinju ke belakang menggunakan punggung tangan menghantam hidung Ergi. BUKK!

Tidak keras, memang, tapi menyebabkan Ergi terkejut sepersekian detik dan kuncian lengannya di leher Cheska merenggang. Cheska memanfaatkan keadaan ini dengan memutar balik posisi pergulatan mereka dengan cepat. Dibantu berat tubuhnya, Cheska berguling susah payah membalik Ergi hingga posisi lelaki itu kembali telentang di bawah. Hup! Cheska pun buas menerkam menduduki tubuh Ergi di perut, seraya mengunci ketat.

“AAAAAAAAWWW!”

Mendadak, terdengar jeritan pilu keras Ergi. Ia diterpa rasa sakit luar biasa dahsyat di pusat selangkangannya! Rupanya, di pangkal paha sana, jemari lentik berkuteks bening Cheska meremas kencang buah zakar sang pemuda. Tangan kanannya menjulur ke belakang, mencengkeram penuh kemarahan ‘telur kembar’ kebanggaan milik Ergi, serasa ingin memecahkannya saja.






“AMPUUUN! AMPUN, CHESKA! LEPASIN BIJI AKUU!”

Ergi menjerit-jerit histeris seraya terus bergeliat liar. Cheska pun makin confident dengan aksinya menduduki perut si Pemuda sambil mencengkeram garang kelenjar testikelnya.

“Bisa diem gak, Sayang? Kalo berisik, aku remes lebih keras lho telor kembar punya kamu ini!” Cheska mendesah, bete.

“CHESKAAAA! SAKIT BIJI AKUUU! AMPUUN! LEPASIIN!”

Sepertinya, hanya kata-kata berulang itu yang sanggup dikeluarkan Ergi. Cheska pun akhirnya melepaskan remasannya. Bobot pantanya yang duduk mengunci tubuh sang Pemuda merenggang mundur. Ergi sempat menyangka kalau Cheska merasa iba dan mengampuninya.

Ya, jelas salah! Sejak kapan cewek psycho ini punya sifat pemaaf?

BUGGGGG!

Belum sempat Ergi menarik nafas, tempurung lutut Cheska sudah keras menghantam kembali selangkangannya! Menghancurkan kantung testisnya tanpa ampun!

“OHOK!” Ergi terbatuk sesak, nafasnya serasa hilang.

BAKK! BUGG! BAKK! BUGG! BAKK! BUGG! BAKK! BUKK!

Cheska terus menghajar ulang bola kelelakian Ergi secara brutal oleh sebelah lutut kanannya. Ia amat bernafsu mempecundangi lelaki tampan (menurut Cheska sendiri) itu demi menggapai kemenangan. Ergi pun meronta-ronta kejang, terdera imbas. Beberapa penonton tampak menututup wajah sebab tak kuat mental melihat 'pembantaian' itu. Kentara, Pemuda malang tersebut sudah mampu lagi teriak, tak sanggup berbicara, nafasnya terputus-putus. Selangkangannya tak henti 'dibubuki'.

“AYOO! Hajar terus, Ches! Bikin Ergi geger otaaaak! Hahahaha!” di sisi kubu cewek, Giztha jejeritan.

Kening Sherry berkerut heran. “Lah, kok geger otak, Gizh? Emang kepalanya diapain? Orang Cheska incer selangkangan, kok?”

Giztha terkikik, julurkan telunjuk kepada Sherry. “Yaaah~ lupa, ya? Kan si Cheska tuh sering bilang kalo laki-laki tuh otaknya ada di kontol, Sherry, hahahaha.”

Sherry pun terbahak , lalu melakukan toss high five dengan Giztha

Maklumlah, lelucon-lelucon male bashing Cheska kadang memang keji, keterlaluan, bikin cowok merasa malu dan rendah diri.


Untunglah, Ergi tak perlu menderita lebih lama lagu untuk segera menyelamatkan diri beserta kantung sperma 'penghasil keturunan'-nya. Dengan gerak panik, tangan kananya tampak memukul-mukul pasrah lantai arena sebagai kode tanda menyerah. Ergi sudah mengakui, kalau Cheska memenangkan pertandingan.

“HOAAAAAAAAA!!”

“HUUUUUUUU!”

GIRLS RULE! GIRLS RULE! GIRLS RULE!

Tapi Cheska masih belum puas menyiksa Ergi. Gadis cantik berambut twintail itu berdiri. Ia menginjak keras area pangkal paha Ergi, hingga badan mantan pacarnya tersebut tersentak nyeri.

JREKKKK!!!

"AAAAAAAAHHHHKKKKKK----"

Tubuh Ergi sontak mengkerut, melengkung seperti udang. Wajahnya terpejam meringis. Kedua tangannya memegang perut dan selangkangan yang diterpa rasa nyeri seperti di neraka.

Wasit belum beranjak menghentikan pertandingan. Ia tahu Cheska sudah selesai, dan tinggal bermain-main saja.

Say... girls rule!” perintah Cheska sambil menginjak kepala Ergi.

“….”

Tak menjawab, tendangan kasar pun menimpali.

BUGGG!!!

"GIRLS RUUULE!" Ergi akhirnya menjerit.

“Siapa yang lebih kuat? Who’s the winner, Gi? Laki-laki apa perempuan?”

“PEREMPUAN!”

Ingin rasanya Ergi tenggelam ke dasar bumi detik itu juga. Tapi, apa boleh buat? Hari buruk ini harus ia lalui secara memalukan.

Wasit serta merta muncul menyudahi pertandingan. Dan, ia—tentu saja—memutuskan Cheska sebagai pemenang!

YEEEEEAAAAAAAAAAHHH!”

Sorak sorai dari pendukung kubu cewek menggelora. Cheska melambai-lambai tangan penuh keanggunan ke semua. Kecantikannya memancar sempurna dalam balutan bikini seksi dan sorot cahaya lampu berkilau. Di sisi official tim perempuan, tampak Nadia sebagai pelatih Cheska terkekeh bangga. Berkedip mata seraya meneriakan “Good job, Girl! Destroy their balls!”

Sementara di kubu laki-laki, Faruk kedapatan tengah ber-facepalm ria di samping Abrar. Semuanya tertunduk malu. Tak percaya Cheska bisa menghancurkan Ergi secepat itu.

“Anjing lah, mental tempe emang si Ergi. Dia gampang nyerah, Cuy. Udah ketakutan duluan dia ama Cheska pas biji pelernya kena remes. Udah gak berani bales lawan.” bisik Faruk menepuk jidat. Padahal, meski badan Ergi tak semampai, Cheska pun bodinya agak kecil. Mereka seimbang.

Well, pada detik itu, fokus seluruhnya tengah tersedot pada Cheska, kepada sosok pemenang dan pesta riuh rendah keberhasilan tim perempuan. Satu kesempatan bagi Ergi untuk merangkak ‘ngumpet’ ke sudut kubu timnya tanpa ditembaki sorot kamera. Ia tak sanggup lagi. Biji testikelnya benar-benar hancur. Jangankan berdiri, nafas saja masih sulit. Betul-betul pilu nasib Ergi di malam itu. Tiba di kubu timnya, bukannya pertolongan, malah cacian yang ia dapat.

“B-biji gue… biji gue, Far…,” desis Ergi terbata mencoba turun dari ring. Faruk menghela napas. Ia melihat setitik bulir air di sudut bola mata Ergi yang berkaca-kaca.

“Jiaaah, gue kira Cheska yang bakal dibikin nangis ama lo, Gi? Taunya elo yang mewek.” tukas si Kapten tim menoyor kepala Ergi dari belakang. “Pake nyerah lagi, bikin malu lo. Tolil dasar toloooool!”
mantapppp suhu @AndreDiaz .....josss markotop
 



IL ATTORE ( EDISI PARODI )
THE GENDER WARS





“Jennyyyy! Ayo cepetan, ih! Keburu mulai pertandingannya!” seru Vrisha memanggil sahabat kecilnya yang tengah sibuk membeli ice tea. Begitu minumannya siap, gadis bernama Jenny itu pun segera berlari dan menggamit lengan Vrisha.

“Yaelah, Sha, buru-buru amat, sih? Gak mau beli makanan dulu?” balasnya.

Vrisha menggeleng kecil. Ditunjukinya stand makanan dekat pintu masuk area utama.

“Kamu gak liat apa, penuh gitu? Iiih amit-amit deh antrinya.”

Jenny mengangkat bahu. Ia hanya terus mengikuti Vrisha yang berlangkah cepat di parkiran luas tersebut. “Mungkin ntar di dalem ada, mudah-mudahan.” tukasnya.

Kepala Vrisha mengangguk. Di depan matanya kini, menjulang sebuah gedung hall arena tinju modern yang mungkin seumur-umur baru kali ini Vrisha mendatanginya. Bagi Vrisha, olahraga kekerasan sama sekali bukan minat dan hobinya. Well, tentu saja gadis berusia enam belas itu rela muncul di sini hanya karena demi Ergi—sang Kakak.

Nonton bareng? Oh, bukan. Pemuda itu bukan menyuruh Vrisha untuk menemaninya nonton. Melainkan, menyemangatinya! Yes, seriously! Beneran. Ergi akan bertanding menjadi fighter di acara tarung bebas malam ini!

Tiba di pintu masuk, Vrisha dan Jenny segera menyelinap lincah diantara sekumpulan orang-orang berbadan besar yang memadati aliran jalan. Ah, begitu sesak dan padatnya populasi manusia di sini, batin sang Gadis. Kebanyakan, sekitar 60% dari mereka usia remaja. Bisa dimaklumi sebenarnya, karena malam ini adalah malam yang sungguh spesial! Malam perdana, untuk suatu pagelaran tarung bebas yang bertajuk sungguh kontroversial dan menarik jutaan perhatian!

“Jen, ke sini! Belok sini!”

“Yakin? Kamu kan belum pernah ke sini juga?”

“Udah pernah, kali. Kemaren pas nganterin kak Ergi liat-liat arena, weeeek!”

Melangkah masuk ke area lobby, Pandangan Jenny dan Vrisa pun tercuri pada sebuah poster besar berdesain artistik tertempel di sana. Namun, bukan desain warna atau yang lainnya yang menarik perhatian mereka. Hal yang bikin keduanya takjub adalah jadwal pertandingannya.


Pertama : Ergi Faisal vs Cheska Irzandi

Kedua : Faruk Maghrebi vs Sherlina Laurencia

Ketiga : Abrar Muharram vs Giztha Kandinasari​


Well, tidak ada yang salah dengan jadwal tadi. Dan, itu bukan jadwal resepsi pernikahan. And yes, Seperti diulas tadi. pertandingan tarung bebas yang bergulir malam hari ini sungguh sangatlah istimewa, karena mempertandingkan kelas remaja U-19 dengan tema kontroversial yaitu ‘Perang Gender’. Rangkaian pertandingan pada malam ini intinya mempertarungkan tiga wakil dari masing-masing dua jenis kelamin. Laki-laki melawan perempuan!

Vrisha dan Jenny kemudian beringsut ke loket check in dan menyerahkan tiket mereka. Si Mbak-Mbak penjaga loket tersenyum lebar dan mempersilahkan kedua gadis cantik tersebut masuk ke ruang arena. Kepada Vrisha, ia sempat berbisik penuh antusias. “Moga-moga perempuan menang, ya! Girls rule!”

Yeah, Girls rule! Hihihi!” balas Vrisa kenes.

“Eh, kamu kok gak dukung kakak kamu, sih, Sha? Ergi kan cowok?” Seketika saja Jenny bingung dengan pemihakan Vrisha. Namun gadis otaku penggmar anime itu mantap berkata,

“Sssst, jangan bilang-bilang Kak Ergi ya,” bisiknya, “Aku tuh sebenrnya dukung Kak Cheska! Huhuhuhu~”

“Ah, dasar, kamu,” seloroh Jenny menghisap ice lemon tea-nya.



-------------------------​



Sorotan cahaya lampu bersinar megah. Teriakan-teriakan penonton dari seantero ruangan menggema liar. Demi kelangsungan acara, ring tinju itu telah dimodifikasi sedemikian rupa hingga sesuai peraturan dari komite klub tarung bebas Conigli City. Sepertinya, semua perangkat pertandingan telah siap. Staff, kameramen, security, official tim, tampak sudah berada di posisi masing-masing untuk memulai kegempitaan. Hingar bingar pun kian meledak begitu sang Pembawa Acara muncul di pusat meneriakan kalimat sapa pembukaan. Agitasi gahar penuh semangatnya, betul-betul apik membakar aura arena tarung bebas menjadi tak ubahnya ‘ladang pembantaian’.

“YAAAA! Seleksi alam pertama! Siapakah yang akan punah, laki-laki atau perempuan? Petarung pertama kita. Kita sambuuut… Ergiiiiiiiiii~ Faisaaaal!”


Tampak sesosok pemuda berambut klimis percaya diri melangkah ke atas ring. Ia mengangkat tangan dan berteriak, “Boys are strong! Boys are strong! Boys are strong!” yang diikuti secara koor dari seluruh pendukung kubu laki-laki. Ergi malam itu tampil sungguh tampan tanpa kaca matanya. Ia lalu melakukan gestur berkelahi memukul angin sebagai pemanasan.

“Penantangnya. Dari kubu perempuan! Cheskaaaa~ Irzandiiiiiii!”


Gadis seksi perparas nakal itu naik ke atas ring dengan santai. Rambutnya yang dikuncir twintail terlihat imut. Cheska tak banyak bacot bicara. Ia hanya melambai-lambai tenang ke arah pendukungnya yang sudah pasti kebanyakan para cewek.

Ergi dan Cheska kini berhadapan. Balutan kostum fighting mereka sungguh tampak mengetat minim dan bisa dibilang seronok. Ergi hanya mengenakan celana biru lycra pendek membungkus area pangkal paha pamerkan tonjolan penis. Sisanya, ia perlihatkan semua tubuh kelelakian telanjangnya yang sedikit berisi. Sedangkan Cheska, memakai balutan bikini two pieces merah tunjukan belahan vagina plus puting susu yang menonjol. Mereka saling tatap dan mengejek. Lontarkan psy-war.

“Udalah, Ches, kamu nyerah aja. Biasa dugem, ngewe, ama nyalon aja sok sokan mau free fight. Ini olahraga cowok, lho. Tar kamu nangis, lagi, hahaha.” hina Ergi. Cheska pun tertawa sinis.

“Ngewe-nya kan sama kamu, BEGO! Aku gak pernah nakal ama cowok lain!” ia menatap tajam. “Ada pesan terakhir sebelum kamu KO, Sayang?”

“Hahahaha, gak salah denger?” Ergi terbahak. “Kamu yakin bisa menang berantem lawan aku, Ches? Yakin bisa ngalahin laki-laki? Perempuan itu gender terlemah, tau! Gak bisa apa-apa. Cocoknya ngangkang di kasur! Masa kudu aku ajarin?”

“Banyak omong, ya, kamu?” Senyum tipis Cheska bersungging, “Lemah? Coba kita liat!”



Sementara itu, di ruang komentator TV yang berada di atas tribun, sudah bersiap-siap sesosok pria ganteng menawan berdasi kupu-kupu di depan mic. Ia ditemani wanita cantik berpotongan tomboy dan berjaket baseball di kursi sebelahnya. Diaz Andre dan Miu Arumi, memandu para pemirsa di rumah karena pertarungan ini disiarkan live juga di sebuah chanel stasiun olah raga ekstrim.



( Diaz Andre - 35 y.o )


( Miu Arumi - 28 y.o )






TEEEET!

Baku hantam dimulai.

Begitu detik pertama jalan, Ergi serta merta langsung mengambil inisiatif menyrang Cheska. Ia ayunkan pukulan, tendangan, sengkatan, dan semua teknik yang ia bisa untuk menjatuhkan cewek tersebut. Tapi Cheska secara mengejutkan mampu menangkis dan menghindari itu semua. Tawa kecil mengejeknya pun kemudian memprovokasi Ergi, agar pemuda itu kian emosi.

Taktik Cheska rupanya berhasil. Ergi yang kesal terpancing, kemudian menerjang lompat hendak menyeruduk langsung mantan pacarnya tersebut hingga jatuh. Sialnya, Cheska dengan lincah meminggir dan lonjorkan kaki. GEDUBRAKKK! Ergi terselengkat jatuh, tersungkur, dengan wajah terbenam di lantai ring.

Ergi menyentak keras sebelum ia berusaha berdiri kembali. “ANJING!”

Selanjutnya, pertandingan perdana tarung bebas antar kelamin itu pun sontak berubah menjadi seperti sirkus. Lebih mirip beruang bodoh dipermainkan pawangnya. Ergi berkali-kali berusaha menghempas dan menindih tubuh Cheska, namun bagi gadis cantik itu semua serangan brutal penuh emosinya dianggap hanya hiburan saja. Cheska enteng sekali mengindar. Sesekali, menyelengkat kaki Ergi hingga pemuda itu lagi-lagi jatuh terjerembab.

“HUAHAHAHAAHA!”

Gegap gempita penuh semangat serta merta berubah menjadi tawa jenaka. Bahkan, para penonton pendukung team laki-laki pun tak mampu menahan kegeliannya. Tiap kali Ergi terjatuh, tawa riuh menggema. Harga diri Ergi sebagai lelaki hancur. Tapi, Ergi tetaplah gender lebih kuat. Ia cukup mampu untuk terus kembali bangkit dan menyerang Cheska. Cheska berakting menguap dengan penuh kesombongan tunjukan rasa bosan. Akhirnya, oleh gerakan kejut yang tak bisa Ergi antisipasi, gadis bermata sayu itu melakukan counter-attack dengan menendang ulu hati Ergi sekeras-kerasnya pakai lutut.

DUGGG!

“Anjjjjj— ahkkk”

Ergi termegap kesakitan. Ia membungkuk nyeri. Secepat kilat, sambil melompat, Cheska buru-buru lanjut menendang uppercut kepala Ergi ke atas membuat tubuh lelaki malang itu terpelanting menghempas ke belakang.

DUAAAK!

“OOOUGH—”

Ergi jatuh telentang, menimbulkan suara bedebum cukup nyaring.

Shit? Cowok itu ternyata makhluk lemah amat, ya? Gak seperkasa yang digemborin?” Cheska memutar bola mata, menatap lucu Ergi.

Kemudian, Cheska pun sontak melompat berusaha menindih Ergi. Syukur, sang Pemuda masih mampu menghindar dengan berguling ke samping. Ia lalu menjambak rambut kuncir twintail Cheska.

“BOOO! BANCI! BANCI! BENCONG!”

Suara mengejek menggema, sebagian lagi tertawa-tawa . Ergi sebagai laki-laki, tanpa malu mulai bermain jambak pada cewek. Woi, ini tarung bebas, bangsaaat! batin Ergi yang telinganya panas mendengar cemoohan penonton. Masih bergelung menyamping di lantai ring, Cheska kontan meronta-ronta berusaha lepaskan diri. Ergi mengunci tubuh Cheska dari belakang oleh belitan lengannya di leher. Ia ingin mencekik lebih erat lagi, sembari sebelah lengan lainnya meremas kasar-kasar buah dada ranum Cheska. Namun sial bagi si Pemuda. Cheska lebih cepat layangkan tinju ke belakang menggunakan punggung tangan menghantam hidung Ergi. BUKK!

Tidak keras, memang, tapi menyebabkan Ergi terkejut sepersekian detik dan kuncian lengannya di leher Cheska merenggang. Cheska memanfaatkan keadaan ini dengan memutar balik posisi pergulatan mereka dengan cepat. Dibantu berat tubuhnya, Cheska berguling susah payah membalik Ergi hingga posisi lelaki itu kembali telentang di bawah. Hup! Cheska pun buas menerkam menduduki tubuh Ergi di perut, seraya mengunci ketat.

“AAAAAAAAWWW!”

Mendadak, terdengar jeritan pilu keras Ergi. Ia diterpa rasa sakit luar biasa dahsyat di pusat selangkangannya! Rupanya, di pangkal paha sana, jemari lentik berkuteks bening Cheska meremas kencang buah zakar sang pemuda. Tangan kanannya menjulur ke belakang, mencengkeram penuh kemarahan ‘telur kembar’ kebanggaan milik Ergi, serasa ingin memecahkannya saja.






“AMPUUUN! AMPUN, CHESKA! LEPASIN BIJI AKUU!”

Ergi menjerit-jerit histeris seraya terus bergeliat liar. Cheska pun makin confident dengan aksinya menduduki perut si Pemuda sambil mencengkeram garang kelenjar testikelnya.

“Bisa diem gak, Sayang? Kalo berisik, aku remes lebih keras lho telor kembar punya kamu ini!” Cheska mendesah, bete.

“CHESKAAAA! SAKIT BIJI AKUUU! AMPUUN! LEPASIIN!”

Sepertinya, hanya kata-kata berulang itu yang sanggup dikeluarkan Ergi. Cheska pun akhirnya melepaskan remasannya. Bobot pantanya yang duduk mengunci tubuh sang Pemuda merenggang mundur. Ergi sempat menyangka kalau Cheska merasa iba dan mengampuninya.

Ya, jelas salah! Sejak kapan cewek psycho ini punya sifat pemaaf?

BUGGGGG!

Belum sempat Ergi menarik nafas, tempurung lutut Cheska sudah keras menghantam kembali selangkangannya! Menghancurkan kantung testisnya tanpa ampun!

“OHOK!” Ergi terbatuk sesak, nafasnya serasa hilang.

BAKK! BUGG! BAKK! BUGG! BAKK! BUGG! BAKK! BUKK!

Cheska terus menghajar ulang bola kelelakian Ergi secara brutal oleh sebelah lutut kanannya. Ia amat bernafsu mempecundangi lelaki tampan (menurut Cheska sendiri) itu demi menggapai kemenangan. Ergi pun meronta-ronta kejang, terdera imbas. Beberapa penonton tampak menututup wajah sebab tak kuat mental melihat 'pembantaian' itu. Kentara, Pemuda malang tersebut sudah mampu lagi teriak, tak sanggup berbicara, nafasnya terputus-putus. Selangkangannya tak henti 'dibubuki'.

“AYOO! Hajar terus, Ches! Bikin Ergi geger otaaaak! Hahahaha!” di sisi kubu cewek, Giztha jejeritan.

Kening Sherry berkerut heran. “Lah, kok geger otak, Gizh? Emang kepalanya diapain? Orang Cheska incer selangkangan, kok?”

Giztha terkikik, julurkan telunjuk kepada Sherry. “Yaaah~ lupa, ya? Kan si Cheska tuh sering bilang kalo laki-laki tuh otaknya ada di kontol, Sherry, hahahaha.”

Sherry pun terbahak , lalu melakukan toss high five dengan Giztha

Maklumlah, lelucon-lelucon male bashing Cheska kadang memang keji, keterlaluan, bikin cowok merasa malu dan rendah diri.


Untunglah, Ergi tak perlu menderita lebih lama lagu untuk segera menyelamatkan diri beserta kantung sperma 'penghasil keturunan'-nya. Dengan gerak panik, tangan kananya tampak memukul-mukul pasrah lantai arena sebagai kode tanda menyerah. Ergi sudah mengakui, kalau Cheska memenangkan pertandingan.

“HOAAAAAAAAA!!”

“HUUUUUUUU!”

GIRLS RULE! GIRLS RULE! GIRLS RULE!

Tapi Cheska masih belum puas menyiksa Ergi. Gadis cantik berambut twintail itu berdiri. Ia menginjak keras area pangkal paha Ergi, hingga badan mantan pacarnya tersebut tersentak nyeri.

JREKKKK!!!

"AAAAAAAAHHHHKKKKKK----"

Tubuh Ergi sontak mengkerut, melengkung seperti udang. Wajahnya terpejam meringis. Kedua tangannya memegang perut dan selangkangan yang diterpa rasa nyeri seperti di neraka.

Wasit belum beranjak menghentikan pertandingan. Ia tahu Cheska sudah selesai, dan tinggal bermain-main saja.

Say... girls rule!” perintah Cheska sambil menginjak kepala Ergi.

“….”

Tak menjawab, tendangan kasar pun menimpali.

BUGGG!!!

"GIRLS RUUULE!" Ergi akhirnya menjerit.

“Siapa yang lebih kuat? Who’s the winner, Gi? Laki-laki apa perempuan?”

“PEREMPUAN!”

Ingin rasanya Ergi tenggelam ke dasar bumi detik itu juga. Tapi, apa boleh buat? Hari buruk ini harus ia lalui secara memalukan.

Wasit serta merta muncul menyudahi pertandingan. Dan, ia—tentu saja—memutuskan Cheska sebagai pemenang!

YEEEEEAAAAAAAAAAHHH!”

Sorak sorai dari pendukung kubu cewek menggelora. Cheska melambai-lambai tangan penuh keanggunan ke semua. Kecantikannya memancar sempurna dalam balutan bikini seksi dan sorot cahaya lampu berkilau. Di sisi official tim perempuan, tampak Nadia sebagai pelatih Cheska terkekeh bangga. Berkedip mata seraya meneriakan “Good job, Girl! Destroy their balls!”

Sementara di kubu laki-laki, Faruk kedapatan tengah ber-facepalm ria di samping Abrar. Semuanya tertunduk malu. Tak percaya Cheska bisa menghancurkan Ergi secepat itu.

“Anjing lah, mental tempe emang si Ergi. Dia gampang nyerah, Cuy. Udah ketakutan duluan dia ama Cheska pas biji pelernya kena remes. Udah gak berani bales lawan.” bisik Faruk menepuk jidat. Padahal, meski badan Ergi tak semampai, Cheska pun bodinya agak kecil. Mereka seimbang.

Well, pada detik itu, fokus seluruhnya tengah tersedot pada Cheska, kepada sosok pemenang dan pesta riuh rendah keberhasilan tim perempuan. Satu kesempatan bagi Ergi untuk merangkak ‘ngumpet’ ke sudut kubu timnya tanpa ditembaki sorot kamera. Ia tak sanggup lagi. Biji testikelnya benar-benar hancur. Jangankan berdiri, nafas saja masih sulit. Betul-betul pilu nasib Ergi di malam itu. Tiba di kubu timnya, bukannya pertolongan, malah cacian yang ia dapat.

“B-biji gue… biji gue, Far…,” desis Ergi terbata mencoba turun dari ring. Faruk menghela napas. Ia melihat setitik bulir air di sudut bola mata Ergi yang berkaca-kaca.

“Jiaaah, gue kira Cheska yang bakal dibikin nangis ama lo, Gi? Taunya elo yang mewek.” tukas si Kapten tim menoyor kepala Ergi dari belakang. “Pake nyerah lagi, bikin malu lo. Tolil dasar toloooool!”
Thanks apdetnya bro @AndreDiaz ....Amazing....
 
Ada banyak faktor seorang penulis ngerilis side story. Tapi alasan utama karena cerita utamanya sedang stuck.
Jujur kamu brad lagi mandek kan tuh otak gara-gara kebanyakan ide. wkwkw.
:horey:
Anyway, update-an terakhir terpaksa saya skip brad, rupanya tema KBBI bukan selera saya
:sendirian:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd