Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA IL ATTORE (The Actor)

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
lubang keramat :takut:



Gw udah bikin prolog judul seri terakhir (keempat), di situ ketauan Cheska nikah ama siapa :ha: Tapi kalo dibikin threadnya sekarang kayanya bakal jadi lompat2 gitu, dari judul 4, mundur flashback ke 3 nantnya :gila:
Yah smoga berjalan lancar alurnya karena lumayan suka alur yg bagus di il cognili walau plot twist di akhir karena ternyata ergi bateng michy ikutan tewas padahal kl cuma kedok biar cheska bangkit jiwa membunuhny padahal itu berita bikinan ayahny makin rumit kayany ceritanya hahahaha
 
"Hari ini, anak-anak, kita akan kedatangan teman baru dari Metropole," Ujar bu Guru Gembul menepuk pundak Faris yang baru saja diturunkan dari atas lemari kelas. " Faris ibu minta mewakili teman - teman, kenalan lebih dulu dengan teman baru kita ini" Jelasnya lagi dengan nada suara yang lembut dan menenangkan. Sambil melangkahkan kaki gempalnya, bu Guru Gembul melengkapi informasi yang baru saja ia sampaikan "dan, yang lain boleh berkenalan pada waktu isti.."

"QOMAH!!" Kompak seluruh murid kelasnya melanjutkan perkataan bu Guru Gembul. Ia sudah lama mengajar di SMU DNS sehingga ia tidak lagi heran dengan jawaban absurd seperti barusan.

Usai menghela nafas dan menggelengkan kepala, bu guru Gembul melangkah kearah pintu dan memanggil seseorang gadis yang sedari tadi duduk menunggu dibangku taman." Sherlina!"

Mendengar namanya dipanggil, Sherlina bergegas menuju kelas dimana ia akan melanjutkan sisa masa sekolahnya ini. Ketika bu Guru Gembul merangkul Sherlina dan mengajaknya masuk kedalam kelas, sontak semua mata memandang kearahnya. Pagi itu Sherlina sukses membuat semua orang terbius akan kecantikan dan keseksian Sherina yang mengenakan seragam lama sekolahnya yang cenderung ketat dan menggemaskan. Sherina bagai seorang ratu kala itu, ketika tubuhnya dipuji dengan sebuah tatapan. Namun gadis itu tidak sempat membalas pujian dari calon teman dan sahabatnya itu karena bu Guru Gendut lebih dulu memperkenalkan dia pada seseorang lelaki kurus berambut jabrik.

"Faris, ini Sherlina, silahkan berkenalan dulu" Ucap bu Guru gembul mewakili

"Nama saya Faris."

"Nama saya Sherlina"

Usai perkenalan singkat itu, bu Guru Gembul menyodorkan spidol kepada gadis yang oleh teman-teman lamanya dipanggil dengan sebutan Sherry. Bu Guru Gembul pun meminta Sherlina menuliskan nama lengkapnya dipapan tulis.

Memenuhi permintaan guru barunya itu, iapun mulai menggoreskan tinta pada papan kaca didepan kelas, sehingga semua orang yang duduk dikursi dapat mengetahui siapa nama lengkap gadis berbadan mungil nan lucu itu.

"Iya, bagus, siapa namanya anak-anak?" Seru bu Guru Gendut usai merangkul dan mengajak Sherlina kembali berdiri menghadap keramaian.

SHERLINA L. DARMAWAN

Semua orang berseru mengeja nama yang tertera pada papan kaca itu tak terkecuali Faruk sang pembuat onar, meski tidak peduli dengan kehadiran Sherlina ia tetap megikuti teman-temannya yang lain untuk menyebutkan nama lengkap dari gadis yang berdandan bak seorang karakter manga.

"Pinter." Balas bu guru Gembul kembali meletakan tangan montoknya dipundak Sherlina." Sherlina L. Darmawan, ya? L-nya apa sayang?"

"LONTE!!" Seru Faruk yang duduk dibarisan belakang dan disusul dengan gelak tawa seluruh murid yang ada, bahkan Faris yang sempat Sherlina sangka sebagai cowok yang manis dan baik, ikut menertawakan ejekan lelaki jelek bernama Faruk itu.
 
Hduh, ini parah brad =)) ngakak bayanginya kalo beneran kek gini :pandaketawa: bisa langsung berantem di kelas :bata:

nanti ada story flashback-nya kok kenapa si sherry benci bgt ama faruk :pandajahat:


btw, tar lagi ada update-ya. side story + perkenalan satu tokoh lagi yang kayanya agak2 penting :papi: full SS juga kynya satu bab :bata:

Waduh jam segini ngasih updatan SS pula, ngadi ngadi aja lau Brad, ganggu orang mau istirahat aja.

BTW mood nulisnya kayaknya belum balik apa yah Ndri, banyak banget pengulangan makna khususnya pas awal2 bagian prolog tuh
:bingung:

Eh Brad, Aku baru tahu ternyata KBB tuh artinya beast and beauty tah, hehehe. Kalau gitu selama ini aku sering banget dong bikin tema KBB cuma gak tahu aja itu genrenya ituan. hehehe. Kayaknya mau nulis genre KBB juga ah, tapi Cowoknya guanteng banget, nah ceweknya ini, sorry to say, jelek lah udah gitu giginya tonggos dan runcing (yang setiap nyepong pasti batang konti pada lecet-lecet,). Boleh juga tuh. Ah jadi kayak kamu ini, kebanyakan Ide kaga Ekse Ekse
.:dansa:
 
Walau satu clique (geng) dan bisa dibilang sahabat sejati yang sungguh dekat, Sherry sangat berbeda dengan Cheska. Terutama, dalam hal merespon tekanan atau kekecewaan.

Cheska, meskipun dia gadis yang cantik, populer, plus anak konglomerat super kaya yang ja’im, terkadang sifatnya pun bisa meletup keras beriring tingkah cringe serta kelakuannya yang brutal layaknya preman jalanan.

Cheska adalah gadis yang bisa liar meledak kapan saja, jika 'sekering'-nya putus akibat provokasi. Ia akan tanpa ragu menampar, memukul, bahkan berkelahi jambak-jambakan hingga berguling di lantai dengan musuhnya. Terkadang, sambil menangis campur marah. Yup, Sherry tahu itu. Andai Cheska sedang berada di posisinya sekarang, pasti ia akan segera menghajar lelaki di depannya ini.

Paragraf 2 dan 3 sebenernya maknanya sama. Sama2 menjelaskan seperti apa sifat si Cheska. Tapi karena di pisah jadi terkesan mengulang kalimat yang bermakna sama. just my opinion yah brad.
 


Side Story

Diary of a Gamer Girl








Hngngh~, Daddy... pelan-pelan, atuh. D-Daddy mau apa?"

“Mau kamu. Aku mau tubuh kamu.”

“A-Aduh, D-Daddy! Gelii!”

Aku seketika merapatkan paha ketika dia mulai mengecup-ngecup leherku. Di Sini, di ranjang kamarku sendiri, aku terbaring menyamping tanpa daya didekap dari belakang oleh sesosok pria besar dan gagah. Seprei kasurku tampak kusut dan berantakan—tak beda dengan baju seragam SMU DNS-ku. Kedua kakiku yang terbalut kaus kaki putih setinggi paha, mengejang-ngejang kecil seperti menahan pipis. Laki-laki berhidung mancung ini sungguhlah amat bernafsu mencumbuiku. Astaga! Sebetulnya… aku sudah ‘siap’ dengan semua ini. Malah, aku sendiri yang memberi ‘godaan nakal’ pada lelaki tersebut supaya ia tak ragu untuk mencengkeramaiku. Tapi, kenapa ia begitu brutal dan liar? Ahgg, akibatnya, a-ku… a-aku kan jadi makin HORNY!

Ah
, laki-laki yang sedang menjilati leher sambil meremas-remas kasar buah dadaku ini namanya ehmm… Om Arash. Dia adalah Sugar Daddy-ku. Catat, ya, Daddy! Jadi, jangan sebut aku pecun, perek, atau kata-kata merendahkan lainnya yang membuatku malu, okay! Eh? W-Wajar, kan, kalo seorang cewek menginginkan tubuhnya dihangati oleh Sugar Daddy-nya sendiri? Dan, ugh, asal kau tahu, badannya cukup besar untuk menggagahi secara sempurna tubuh mungiku!

Emmh, tapi, dengan prespektif lain, kejadian ini bisa dibilang ‘perkosaan’ juga, sih, sebenarnya, hihi. Daddy menyergapku lalu menindihku di atas kasur secara tiba-tiba. Padahal aku hanya memintanya untuk memeluku! Tapi ya… gapapa, sih. Aku cuma kaget aja. Toh, diem-diem aku juga gak keberatan diginiin XD

Dan, sialnya… entah kenapa… aku malah Horniiiii~ ahaha XD. Selain raga maskulin dan aroma kelelakian Daddy yang membuatku gila, aku juga kan perempuan normal? Sudah 18 tahun, plus memiliki hasrat seksual menggebu kepada lawan jenis!

“Kamu… manis banget, Femitha. Hhhhhh… kayak otter betina,”

D-Daddy!” Aku, dengan sisa-sisa harga diriku, berusaha untuk tak mendesah, “Aku… b-bukan… b-berang-beranghh!”

Ya, iya, otter itu tuh berang-berang, kan? :(




-----------------------


Okay, huh, tahan dulu di situ. Sebelum kalian cengar-cengir gak jelas ngeliat aku yang cupu ini digerayangi, biarkan aku memperkenalkan diri dulu—beserta secuil fragmen kehidupanku. Namaku: Femitha. Lengkapnya, Femitha Febrianti aja. Aku adalah bungsu dari tiga bersaudara. Aku memiliki dua kakak laki-laki. Papa kandungku, sudah almarhum sejak aku kecil. Jadi, cuma ada mama di rumah sebagai orang tua.

Pendidikanku? Well, kini aku tengah menginjak tahun terakhir di DNS International School. Sebetulnya, kami bukan dari keluarga kaya. Cenderung pas-pasan, malah. Mama hanya punya usaha kedai teh kecil yang hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Dan, karena kebaikan serta bantuan Om Arash-lah aku jadi bisa dapat beasiswa dan sekolah di sana. Kebetulan, Om Arash adalah langganan kedai teh Mama. Aku sering bertemu dengan beliau bersantai minum teh atau sambil ngobrol-ngobrol (bisnis?) sama koleganya di sini, sepulang aku sekolah. Mama pun kenal baik dengan Om Arash. So, sebagai tanda terima kasih, aku selalu belajar sebaik mungkin dan berusaha menjadi yang terbaik. Hasilnya, yeah, selalu dapet A+. Nilai yang sangat bagus, bukan, untuk siswi yang sering mengantuk dan diam-diam main game di dalam kelas? :p

Dan, Oh! Agh, aduh, aku sampai lupa sama lelaki paruh baya yang kini sedang memeluk-meluk sambil menjilati daun telingaku ini! Ahahaha, dia ngapain, sih? Geli, tau! Yah… apa boleh buat? Namanya aja laki-laki, ufh.

Dan, pleasebe mindful, jangan tanyakan kenapa aku—si Gamer Girl nan pemalu ini—sampai mau dicabuli oleh Om Arash yang umurnya kira-kira seumuran ayahku andai beliau masih hidup itu. Aku bukan anak kecil lagi! Aku adalah gadis remaja ranum yang tumbuh puber yang tengah menapaki usia-usia menjelang dewasa nan amat rawan. Kamu tahu betapa sulit, gila dan menderitanya kan menahan ‘hasrat seksual’ itu? Nafsu seksual, maksudku? Ya, sama dengan kalian! Aku pun punya syahwat seks menggebu-gebu kepada lawan jenis, terutama tipe matang dan dewasa seperti Daddy!

Ah
… sudah terlambat. Ini semua gara-gara dulu aku pernah iseng bongkar-bongkar dan nekad menonton hentai kotor milik kakak lelakiku. Sebuah hentai menjijikan dimana tokoh wanitanya diperkosa serta digagahi oleh segerombolan monster jenis Orc dan makhluk bertentakel. Jujur, aku menyesal menontonnya karena… itu membuatku ketagihan. Merusak sel-sel otak perawanku hingga aku sering berkhayal ingin diperlakukan secara tak senonoh seperti itu. XD

Aku… abnormal. Aku… masokis. Aku—

Ssssshhh~ uuuh…,”

Ah, akhirnya, pertahananku pun runtuh. Aku sudah tak bisa lagi menahan desahan jalang itu keluar dari mulutku. Sebelah tangan Daddy mulai bergerilya liar menuju pusat selangkanganku. Membelai-belai gunduk daging bibir vagina yang masih terbalut celana dalam tipis putihku.

Terasa nyaman.

Begitu nikmat.

Dan… melenakan.

Yah, apalah aku si perawan ting-ting ini dibanding Daddy yang sudah beristri plus berpengalaman? :p

Aaaaaaahhss~”

Leherku pun melemas, memberi lebih banyak ruang buat Daddy untuk menyerangnya.

Ini… untuk pertama kalinya dalam hidupku… area intim kegadisanku disentuh oleh orang lain selain Mama waktu aku kecil.

Uuuh, maafin aku yang nakal ini, Mama, karena gelitikan tangan Daddy pada celah intimku begitu lezat. Dia… begitu mahir! Pintar membuatku terangsang! Jari-jemarinya lihai sekali >.<

I’m ded.

Udah gak kuat.

Udah pengen banget disetubuhi lalu diperawani.

Eh, maksudnya pengen banget dapet uang banyak buat beli PC high end dan nge-gacha karakter OP XD

Sekarang juga!






-----------------------






Daddythis handsome experienced old man—tentu saja tau banget kalo libidoku udah naik. Dia lalu membalikan tubuhku hingga kami berhadapan, melumat bibirku lahap-lahap tanpa ampun. Aku pun berusaha melayani semampuku. Lidah kami berbelitan. Saling menggigit serta menghisap air liur. Lendir mulut aku dan Daddy bertetesan membasahi seprei dan bantal. Daddy meremas rambutku erat-erat. Aku pun mencakar-cakar lembut punggungnya. Tak pernah raga kami berlekatan serapat ini. Walau kami berdua masih berpakaian, geliatan tubuh kami tampak seperti orang bersenggama. Napas kami berdengusan liar. Dan, di saat itulah sebelah tanganku mulai berani menyentuh apa yang dari dulu bikin aku geregetan! Selangkangan Daddy! Bisa kurasakan ada sebuah benda keras nan menegang di bawah sana. Aku meremas-remas gemas. Membuka kancing serta resleting celana branded-nya. Lalu, menyelinap ke dalam, selidiki sensasi terlarang bagaimana rasanya memegang….

Hmmmmh~”

Lagi, untuk pertama kalinya dalam hidupku, tanganku menyentuh alat kelamin laki-laki.

Aku merasakan sebuah batang berurat yang cukup besar… terasa hangat. Di ujungnya, ada semacam bagian lain yang halus, lembut dan membulat, dengan setitik lubang di bawahnya. Aghh, inikah kepala penis? >.<

“Mitha… kamu bandel,” bisik Daddy menghentikan sejenak aktifitas lumatan bibir kami. Aku hanya bisa menatapnya malu, dengan liur mengalir di pipi. Namun entah kenapa, tanganku masih bercokol di sana. Aku masih ingin mencengkeram serta memainkan benda menajubkan milik kaum lelaki itu. Begitu… hangat dan berdenyut dipegang.

“Apa namanya?” tanya Daddy lembut.

“M-Maksud Daddy?

“Itu… yang kamu pegang apa?”

“….”

Aku tak menjawab. MALU tau!

“Kamu pegang apa, Mitha?”

“Pegang… punya Daddy,” jawabku gugup alihkan mata.

“Namanya?”

“….”

“Apa, Mitha? Yang sering disebutin temen-temen cowok kamu di game kalo mati dihajar musuh.”

“Iyaaah~ Kontol!” rengeku sebal gegara Daddy terus menggodaku. Wajahku bersemburat merah saat dia terkekeh puas.

Daddy kembali memagut bibirku, mengajaku ganas beradu lidah. Sambil terus berciuman, ia pun akhirnya mulai bergerak melucuti kancing-kancing kemeja seragamku. Aku tak begitu sadar kala itu, karena terhanyut oleh french kiss buas yang lelaki tersebut lakukan. Yang jelas, gerayangan tangan Daddy begitu cekatan. Dasar bapak-bapak tua horny, hihi! Tentu, aku bukan perempuan pertama baginya!

Tak sampai satu menit, baju serta bra berukuran 32-C putihku jatuh berterbangan ke lantai. Rok seragam kelabu pendeku pun tampak melorot setelah Daddy mencopot kaitannya. Aku bisa merasakan sekelimut hawa dingin membelai tubuhku di saat aku hampir telanjang. Daddy menarik turun celana dalam ketat putihku hingga pusat seangkanganku ter-expose. Aku pun kemudian mengayun kedua tungkai kanan-kiriku agar rok pendek beserta kain mungil penutup kehormatanku itu terlepas dari badanku. Praktis, kini aku telanjang bulat.

Ummh, tidak sampai bugil total, sih, karena masih ada sepasang kaus kaki putih setinggi paha yang membalut sepasang kakiku, hihi. Daddy tidak melepasnya. Sepertinya, ia sudah tak sabar ingin segera menodai liang kemaluan perawanku yang selalu kurawat bersih harum dan wangi :3

Kemudian, si Pria tua beristri nan ganteng ini, kedua bola matanya berbinar mesum memandangiku dari atas hingga ke bawah. Aku tak berani berkontak tatap langsung dengannya mengingat kondisi ragaku yang polos telanjang tak bersisa sedikit pun harga diri >.<. Tengkuku agak bergidik merasakan hembus nafasnya yang menderu-deru bak banteng siap menyeruduk. Jujur, aku ciut dan takut. Ia lalu membuka kemeja putih, dasi, celana panjang serta semua pakaiannya sendiri secara membabi-buta. Seperti kesetanan, hihi! Hingga, tampaklah di depan kedua mataku sendiri sosok Daddy yang tanpa busana memamerkan lekuk serta otot-otot maskulinnya.

Uuuuh~ udah tua tapi masih gagah. Aku jadi pengen pipis liatnya. >.< Bikin aku terangsang banget, sumpah~ terus bulu dada bidangnya itu….

Aggghhh, aku udah gak peduli dengan harga diriku lagi. Persetan! Daddy kemudian bangkit berdiri di atas kasur. Aku pun paham lalu bangun berlutut di depannya. Kugenggam erat batang kejantanan Daddy lalu kutarik dekat ke wajahku!

“Wah! Napsu sekali kamu, Dek!” Daddy tersenyum mengejek melihat tingkah jalangku yang baru pertama kali melihat pekakas lelaki secara langsung. Huh! Bodo amat.

Tanpa melihat wajah cabul Daddy, penuh syahwat kebetinaan, lalu kukecup-kecup mesra kepala penis pria tampan tersebut dengan telaten. Bisa kurasakan dengan jelas rona kulit pipiku meremang merah saat lidahku mulai menjilat perlahan batang kekar tersunat tanpa kulup itu. Kusapukan seluruh indera pengecapku menjelajahi setiap permukaan kulit kejantanan Daddy. Begitu indah. Bentuk, tekstur, serta guratan urat-uratnya terukir begitu perkasa. Akhirnya, kutelan lahap-lahap benda besar memanjang itu. Rongga mulutku menghisap dengan pelan kemaluan Daddy.

Sllrph.. mhhhhummmslrrrphh

Ooooh~ Lembut banget bibir ama lidah kamu, Mith.” Daddy mendesah puas. Dan, itu membuatku kian semangat mengulumi batang kelelakian milliknya. “Masih kaku gini aja enak banget, gimana udah jago? You truly a wife material, Mith.” lanjutnya membelai-belai kepalaku.

Hmmmpslrrppslrrrphmmmh

Untunglah, Daddy cukup sabar untuk membiarkanku yang masih virgin ini bermain-main serta ‘berkenalan’ dengan tonggak kejantanannya yang keras dan kekar tersebut. Tanpa sadar, aku tak tahan mengompol ketika kuluman mulutku berpindah melahap biji testikelnya. Daging vagina lembabku berkedut-kedut kecil tak karuan. Abis, horny banget sih. >.< Aku tuh suka gemes banget, tau, kalo liat punya cowok di film BF~

“….”

Yahh, basah dikit deh seprei kasur kena pipisku…




-----------------------​



D-DaddyooouuuhDaddy~ aku gak kuaaaat!!!”

Hmmmpslrrppslrrrphmmmh

Daddy! Aaaaaaah! MITA MO PIPIIIIIS!”

Sllrph.. mhhhhummmslrrrphh

“AAAGHHH!!!”

Seperti tak terasa waktu berjalan kala kami bercinta dan bercumbu hebat di malam itu. Tentu saja di rumah ini sedang tak ada siapa-siapa. Mama beserta kedua kakaku semua pergi. Tinggalah aku sendiri di kamarku telanjang pasrah dinodai oleh Daddy.

Aku menatap langit-langit kamar dengan sorot berbinar dan wajah nakal yang pancarkan rasa puas. Untuk yang kedua kalinya, kembali lubang pipisku menyemburkan cairan cinta lepaskan rasa klimaks. Kali ini, jauh lebih deras dan nikmat karena aku benar-benar orgasme. Setidaknya, itu kata Daddy. Aku sendiri tak tahu apa itu namanya. Yang jelas, ada sekejut ledakan rasa geli tak tertahankan di dalam tubuhku! Aaaah, inikah indahnya seks? Aku suka, aku suka, AKU SUKA! Berikan rasa itu lagi, oooh Daddy my Hunny Bunny! Duh, ngomong apa sih aku ini? XD

Anyway, aku barusan mendapat klimaks sewaktu Daddy secara buas menjilat-jilati bibir kemaluanku. Setelah aku ‘mengulum’ batang kelamin Daddy, kini giliran dia menikmati vaginaku. Ternyata… enak banget! Gak nyangka, tekstur lidahnya yang kasar terasa begitu lembut dan hangat di ceruk selangkangan!

“….”

Kini, aku telentang siap di atas kasur. Aku menatap wajah Daddy dengan sayu sambil meremas-remas kedua buah dadaku. Lelaki itu sontak menindih gesit tubuhku, hingga kami saling berlekatan. Kembali, kami saling berpagutan panas layaknya tak ingin terpisahkan. Kurasakan batang kejantanan Daddy menggesek-gesek nakal di bagian atas tudung kelentitku. Ah, inilah saatnya. Inilah saatnya aku melepaskan masa kanak-kanaku dan beranjak menjadi perempuan dewasa. Aku tahu, Daddy sudah lama menunggu momen-momen ini.

Ahaha, namanya aja laki-laki matang. Sudah pasti dia pengen banget ‘ngawinin’ aku.

Here we go, Daddy <3. Makasih ya udah sabar menunggu. Sekarang, aku siap. Mental dan fisik.

Aku melebarkan kedua tungkai yang masih terbalut kaus kaki panjang putih setinggi paha. Oleh goyangan pinggulku, kuberi akses lebar bagi alat keintimannya untuk segera menyatukan tubuh kami. Kepala penis bersunat Daddy sudah menyentuh garis rapat belahan vaginaku. Pelan, ia berbisik.

“Kalau sakit atau gak kuat, bilang ya.”

Aku mengangguk lalu mengecup sayang hidungnya. Entah kenapa, Aku merasa tenang. Aku sama sekali tak merasa gelisah menyerahkan mahkota kehormatanku pada Daddy di malam iu. Soal perih, kurasa… dinding rongga keintimanku tadi sudah memproduksi carian lendir lubrikasi yang cukup.

Ngngnh~”

Aku melenguh ringkih saat kepala penis Daddy mulai merangsek masuk membelah bibir kewanitaaanku. Rasa ngilu dan perih itu pun lamat-lamat mulai menjalar kala proses penetrasi kelamin tersebut sedikit-demi sedikit mulai mendekati sempurna.

“….”

“….”

Aaaashh!”

Aku pun merasakan selaput daraku sepertinya sudah bertumbuk lekat dengan batang kejantanan Daddy di dalam sana. Daddy kembali menarik mundur penisnya sedikit, lalu menusukannya kembali. Ia menggesek-gesek perlahan dinding bagian depan vaginaku agar bisa beradaptasi dengan miliknya yang bersiap menerobos dalam. Geli, nikmat, bercampur perih, itulah sensasi yang kudapatkan hingga serta merta Daddy mendekap erat kepalaku, lalu—

“AAAAH!”

Jeritanku menggema. Otot-otot tubuhku menegang. Kurasakan sakit yang teramat sangat di liang kemaluan ketika Daddy menghentakan pinggulnya keras-keras, menyatukan tubuh kami berdua! Sendi tulang punggungku mengejang kaku. Sekujur badanku menggeliat-geliat kesakitan. Andai tak ‘dikunci’ pelukan erat Daddy, mungkin aku sudah berguling jatuh dari atas ranjang!

D-Daddy… s-sakit banget, Daddy. Uuuuuh~….,” rengeku manja sembari mencakar-cakar pelan punggung ‘Papa Gula’-ku. Jarang-jarang gadis pendiam sepertiku ini lontarkan jeritan keras kalau itu nggak PERIH BANGET. Sepertinya, tombak kejantanan lelaki dewasa nan perkasa ini sudah menacap dengan sempurna di dalam relung peranakanku—sampai menyentuh pintu rahim. Praktis, aku dan Daddy kini jadi satu. Kami ‘terikat’ oleh ketatnya percampuran kelamin yang hangat saling menjepit. Kepolosanku resmi direnggut oleh Om Arash.

Beberapa detik setelah aku tenangkan diri, Daddy memulai gerak kopulasinya, memaju-mundurkan penisnya memimpin bahtera persetubuhan kami. “Aaahhhhsss~” cukup kencang ia menyodok-nyodok liang kemaluanku hingga timbulkan sensasi nyeri. Namun, syukurlah, lendir pelumasku keluar tak habis-habisnya. Mempercepat turunya rasa ngilu sampai berganti… emmmh, sssssh~ nikmat.

CLAP! CLAP! CLAK! CLAK! CLAK! CLAP! CLAK!

Ooouh, shit! Dasar Om-Om horny nafsuan! Melihat bola mataku mulai tengggelam horny, Daddy langsung memperbuas genjotannya. Kontan, aku pun menggelinjang-gelinjang tak karuan. Wajah tak berdosaku kian terlihat jalang saja seperti perek murahan yang haus sodokan penis. Maklum, baru pertama kali ngentot, dan baru tau gimana enaknya. >.<

Maaf, maksudku, gimana LUAR BIASA DAHSYAT enaknya!

CLAP! CLAP! CLAK! CLAK! CLAK! CLAP! CLAK!

Jujur, aku benar-benar malu dengan suara becek lendir vagina yang begitu berisik di selangkangan sana. Namun, mau gimana lagi? Seakan tak peduli pada kondisiku yang teler tergagahi, Daddy terus memompa liar syahwatnya. Ia berbisik bahwa darah perawan yang terpecah dalam lorong kemaluanku mengalir cukup banyak. Aku pun menggeleng lemah mengkonfirmasi padannya jika aku baik-baik saja.

Hentakan pinggul Daddy kian lama terasa kian cepat. Kini, ia mengoyak-ngoyak kemaluanku bagaikan orang marah. Tubuh mulus mungilku berguncang-guncang hebat layaknya dilanda gempa. Rasa perih, ngilu, licin, bercampuran nikmat yang kudapat sungguh membuatku terbang! Tak akan pernah kulupakan momen-momen pertama ini. Daddy pun kian rapat menindihku agar posisi badanku diam tak bergelinjangan. Ia memompa-mompa begitu cepat diiringi geraman seraknya yang terdengar… uhm, sexy.

Haduuuh, kayaknya nafsu banget, ya, Om Arash? Apakah aku terlalu lama membuatnya menunggu? Masalahnya, baru beberapa hari kemaren kan aku ultah ke-18, jadi ya gimana? Maafin Mita yah, Om :)

Sssshhgrrrrrharrrghhh,”

D-Daddyoooooh~”

“Enakh, Sayanghhh? Grrrrhaaaahsss~”

Oooossh~ e-enak banget, Daddy. T-Terus, sodokin memek Mita yang dalemmh, D-Daddy…,”

Grrrrrh… m-mau Daddy beliin… hshhhh… komputer yang baru?

Mauuuuu~ Daddy! Oouuuuhs~”

Akibat serangan bertubi-tubi di selangkangan sana. Aku pun mulai hilang kesadaran. Sekujur syaraf-syaraf tubuhku… seperti terputus kehilangan kontak dengan otaku—tak mampu kukendalikan. Tulang-tulangku serasa dilolosi. Tolong, sepertinya… bakal ada sesuatu yang memuncrat di bawah sana!!! “AAAAAAHH!”




-----------------------​



Aku masih telanjang lemah di atas kasur ketika Daddy keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkap dan rambut tertata rapi. Badanku benar-benar masih pegal. Selain seprei kasur yang ternoda percikan bekas darah dan lendir, aku belum memikirkan apa lagi yang harus kucuci atau singkirkan untuk menghilangkan ‘jejak’. Mudah-mudahan, Mama atau Kakak gak tau jika aku membawa lelaki asing ke dalam kamar.

“Sayang,”

“Ya, Daddy.”

“Ini kalau ada apa-apa, atau kalau kamu mau ganti komputer, pake kartu Daddy aja, ya. Nomer pin-nya 88177.” ujar Om Arash seraya membuka dompet.

“Makasih banyak, Daddy. Mita sayang ma Daddy, ehe~”

“Tapi inget, jangan bawa ke sekolah. Jangan ketauan siapa-siapa. Apalagi ketauan ama Cheska, oke?” Lelaki itu tersenyum sembari turun mencium keningku. Aku mengangguk-angguk. “Kamu satu klub, kan, ama dia di Sinematografi?”

Daddy lalu menyerahkan selembar kartu ATM padaku. Aku pun menerimanya beriring senyum sumringah. Tertulis nama lengkap Daddy di sana. B*sk*r* Irz*nd* :p







-----------------------​
Thanks apdetnya bro @AndreDiaz .....
 


Side Story

Diary of a Gamer Girl








Hngngh~, Daddy... pelan-pelan, atuh. D-Daddy mau apa?"

“Mau kamu. Aku mau tubuh kamu.”

“A-Aduh, D-Daddy! Gelii!”

Aku seketika merapatkan paha ketika dia mulai mengecup-ngecup leherku. Di Sini, di ranjang kamarku sendiri, aku terbaring menyamping tanpa daya didekap dari belakang oleh sesosok pria besar dan gagah. Seprei kasurku tampak kusut dan berantakan—tak beda dengan baju seragam SMU DNS-ku. Kedua kakiku yang terbalut kaus kaki putih setinggi paha, mengejang-ngejang kecil seperti menahan pipis. Laki-laki berhidung mancung ini sungguhlah amat bernafsu mencumbuiku. Astaga! Sebetulnya… aku sudah ‘siap’ dengan semua ini. Malah, aku sendiri yang memberi ‘godaan nakal’ pada lelaki tersebut supaya ia tak ragu untuk mencengkeramaiku. Tapi, kenapa ia begitu brutal dan liar? Ahgg, akibatnya, a-ku… a-aku kan jadi makin HORNY!

Ah
, laki-laki yang sedang menjilati leher sambil meremas-remas kasar buah dadaku ini namanya ehmm… Om Arash. Dia adalah Sugar Daddy-ku. Catat, ya, Daddy! Jadi, jangan sebut aku pecun, perek, atau kata-kata merendahkan lainnya yang membuatku malu, okay! Eh? W-Wajar, kan, kalo seorang cewek menginginkan tubuhnya dihangati oleh Sugar Daddy-nya sendiri? Dan, ugh, asal kau tahu, badannya cukup besar untuk menggagahi secara sempurna tubuh mungiku!

Emmh, tapi, dengan prespektif lain, kejadian ini bisa dibilang ‘perkosaan’ juga, sih, sebenarnya, hihi. Daddy menyergapku lalu menindihku di atas kasur secara tiba-tiba. Padahal aku hanya memintanya untuk memeluku! Tapi ya… gapapa, sih. Aku cuma kaget aja. Toh, diem-diem aku juga gak keberatan diginiin XD

Dan, sialnya… entah kenapa… aku malah Horniiiii~ ahaha XD. Selain raga maskulin dan aroma kelelakian Daddy yang membuatku gila, aku juga kan perempuan normal? Sudah 18 tahun, plus memiliki hasrat seksual menggebu kepada lawan jenis!

“Kamu… manis banget, Femitha. Hhhhhh… kayak otter betina,”

D-Daddy!” Aku, dengan sisa-sisa harga diriku, berusaha untuk tak mendesah, “Aku… b-bukan… b-berang-beranghh!”

Ya, iya, otter itu tuh berang-berang, kan? :(




-----------------------


Okay, huh, tahan dulu di situ. Sebelum kalian cengar-cengir gak jelas ngeliat aku yang cupu ini digerayangi, biarkan aku memperkenalkan diri dulu—beserta secuil fragmen kehidupanku. Namaku: Femitha. Lengkapnya, Femitha Febrianti aja. Aku adalah bungsu dari tiga bersaudara. Aku memiliki dua kakak laki-laki. Papa kandungku, sudah almarhum sejak aku kecil. Jadi, cuma ada mama di rumah sebagai orang tua.

Pendidikanku? Well, kini aku tengah menginjak tahun terakhir di DNS International School. Sebetulnya, kami bukan dari keluarga kaya. Cenderung pas-pasan, malah. Mama hanya punya usaha kedai teh kecil yang hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Dan, karena kebaikan serta bantuan Om Arash-lah aku jadi bisa dapat beasiswa dan sekolah di sana. Kebetulan, Om Arash adalah langganan kedai teh Mama. Aku sering bertemu dengan beliau bersantai minum teh atau sambil ngobrol-ngobrol (bisnis?) sama koleganya di sini, sepulang aku sekolah. Mama pun kenal baik dengan Om Arash. So, sebagai tanda terima kasih, aku selalu belajar sebaik mungkin dan berusaha menjadi yang terbaik. Hasilnya, yeah, selalu dapet A+. Nilai yang sangat bagus, bukan, untuk siswi yang sering mengantuk dan diam-diam main game di dalam kelas? :p

Dan, Oh! Agh, aduh, aku sampai lupa sama lelaki paruh baya yang kini sedang memeluk-meluk sambil menjilati daun telingaku ini! Ahahaha, dia ngapain, sih? Geli, tau! Yah… apa boleh buat? Namanya aja laki-laki, ufh.

Dan, pleasebe mindful, jangan tanyakan kenapa aku—si Gamer Girl nan pemalu ini—sampai mau dicabuli oleh Om Arash yang umurnya kira-kira seumuran ayahku andai beliau masih hidup itu. Aku bukan anak kecil lagi! Aku adalah gadis remaja ranum yang tumbuh puber yang tengah menapaki usia-usia menjelang dewasa nan amat rawan. Kamu tahu betapa sulit, gila dan menderitanya kan menahan ‘hasrat seksual’ itu? Nafsu seksual, maksudku? Ya, sama dengan kalian! Aku pun punya syahwat seks menggebu-gebu kepada lawan jenis, terutama tipe matang dan dewasa seperti Daddy!

Ah
… sudah terlambat. Ini semua gara-gara dulu aku pernah iseng bongkar-bongkar dan nekad menonton hentai kotor milik kakak lelakiku. Sebuah hentai menjijikan dimana tokoh wanitanya diperkosa serta digagahi oleh segerombolan monster jenis Orc dan makhluk bertentakel. Jujur, aku menyesal menontonnya karena… itu membuatku ketagihan. Merusak sel-sel otak perawanku hingga aku sering berkhayal ingin diperlakukan secara tak senonoh seperti itu. XD

Aku… abnormal. Aku… masokis. Aku—

Ssssshhh~ uuuh…,”

Ah, akhirnya, pertahananku pun runtuh. Aku sudah tak bisa lagi menahan desahan jalang itu keluar dari mulutku. Sebelah tangan Daddy mulai bergerilya liar menuju pusat selangkanganku. Membelai-belai gunduk daging bibir vagina yang masih terbalut celana dalam tipis putihku.

Terasa nyaman.

Begitu nikmat.

Dan… melenakan.

Yah, apalah aku si perawan ting-ting ini dibanding Daddy yang sudah beristri plus berpengalaman? :p

Aaaaaaahhss~”

Leherku pun melemas, memberi lebih banyak ruang buat Daddy untuk menyerangnya.

Ini… untuk pertama kalinya dalam hidupku… area intim kegadisanku disentuh oleh orang lain selain Mama waktu aku kecil.

Uuuh, maafin aku yang nakal ini, Mama, karena gelitikan tangan Daddy pada celah intimku begitu lezat. Dia… begitu mahir! Pintar membuatku terangsang! Jari-jemarinya lihai sekali >.<

I’m ded.

Udah gak kuat.

Udah pengen banget disetubuhi lalu diperawani.

Eh, maksudnya pengen banget dapet uang banyak buat beli PC high end dan nge-gacha karakter OP XD

Sekarang juga!






-----------------------






Daddythis handsome experienced old man—tentu saja tau banget kalo libidoku udah naik. Dia lalu membalikan tubuhku hingga kami berhadapan, melumat bibirku lahap-lahap tanpa ampun. Aku pun berusaha melayani semampuku. Lidah kami berbelitan. Saling menggigit serta menghisap air liur. Lendir mulut aku dan Daddy bertetesan membasahi seprei dan bantal. Daddy meremas rambutku erat-erat. Aku pun mencakar-cakar lembut punggungnya. Tak pernah raga kami berlekatan serapat ini. Walau kami berdua masih berpakaian, geliatan tubuh kami tampak seperti orang bersenggama. Napas kami berdengusan liar. Dan, di saat itulah sebelah tanganku mulai berani menyentuh apa yang dari dulu bikin aku geregetan! Selangkangan Daddy! Bisa kurasakan ada sebuah benda keras nan menegang di bawah sana. Aku meremas-remas gemas. Membuka kancing serta resleting celana branded-nya. Lalu, menyelinap ke dalam, selidiki sensasi terlarang bagaimana rasanya memegang….

Hmmmmh~”

Lagi, untuk pertama kalinya dalam hidupku, tanganku menyentuh alat kelamin laki-laki.

Aku merasakan sebuah batang berurat yang cukup besar… terasa hangat. Di ujungnya, ada semacam bagian lain yang halus, lembut dan membulat, dengan setitik lubang di bawahnya. Aghh, inikah kepala penis? >.<

“Mitha… kamu bandel,” bisik Daddy menghentikan sejenak aktifitas lumatan bibir kami. Aku hanya bisa menatapnya malu, dengan liur mengalir di pipi. Namun entah kenapa, tanganku masih bercokol di sana. Aku masih ingin mencengkeram serta memainkan benda menajubkan milik kaum lelaki itu. Begitu… hangat dan berdenyut dipegang.

“Apa namanya?” tanya Daddy lembut.

“M-Maksud Daddy?

“Itu… yang kamu pegang apa?”

“….”

Aku tak menjawab. MALU tau!

“Kamu pegang apa, Mitha?”

“Pegang… punya Daddy,” jawabku gugup alihkan mata.

“Namanya?”

“….”

“Apa, Mitha? Yang sering disebutin temen-temen cowok kamu di game kalo mati dihajar musuh.”

“Iyaaah~ Kontol!” rengeku sebal gegara Daddy terus menggodaku. Wajahku bersemburat merah saat dia terkekeh puas.

Daddy kembali memagut bibirku, mengajaku ganas beradu lidah. Sambil terus berciuman, ia pun akhirnya mulai bergerak melucuti kancing-kancing kemeja seragamku. Aku tak begitu sadar kala itu, karena terhanyut oleh french kiss buas yang lelaki tersebut lakukan. Yang jelas, gerayangan tangan Daddy begitu cekatan. Dasar bapak-bapak tua horny, hihi! Tentu, aku bukan perempuan pertama baginya!

Tak sampai satu menit, baju serta bra berukuran 32-C putihku jatuh berterbangan ke lantai. Rok seragam kelabu pendeku pun tampak melorot setelah Daddy mencopot kaitannya. Aku bisa merasakan sekelimut hawa dingin membelai tubuhku di saat aku hampir telanjang. Daddy menarik turun celana dalam ketat putihku hingga pusat seangkanganku ter-expose. Aku pun kemudian mengayun kedua tungkai kanan-kiriku agar rok pendek beserta kain mungil penutup kehormatanku itu terlepas dari badanku. Praktis, kini aku telanjang bulat.

Ummh, tidak sampai bugil total, sih, karena masih ada sepasang kaus kaki putih setinggi paha yang membalut sepasang kakiku, hihi. Daddy tidak melepasnya. Sepertinya, ia sudah tak sabar ingin segera menodai liang kemaluan perawanku yang selalu kurawat bersih harum dan wangi :3

Kemudian, si Pria tua beristri nan ganteng ini, kedua bola matanya berbinar mesum memandangiku dari atas hingga ke bawah. Aku tak berani berkontak tatap langsung dengannya mengingat kondisi ragaku yang polos telanjang tak bersisa sedikit pun harga diri >.<. Tengkuku agak bergidik merasakan hembus nafasnya yang menderu-deru bak banteng siap menyeruduk. Jujur, aku ciut dan takut. Ia lalu membuka kemeja putih, dasi, celana panjang serta semua pakaiannya sendiri secara membabi-buta. Seperti kesetanan, hihi! Hingga, tampaklah di depan kedua mataku sendiri sosok Daddy yang tanpa busana memamerkan lekuk serta otot-otot maskulinnya.

Uuuuh~ udah tua tapi masih gagah. Aku jadi pengen pipis liatnya. >.< Bikin aku terangsang banget, sumpah~ terus bulu dada bidangnya itu….

Aggghhh, aku udah gak peduli dengan harga diriku lagi. Persetan! Daddy kemudian bangkit berdiri di atas kasur. Aku pun paham lalu bangun berlutut di depannya. Kugenggam erat batang kejantanan Daddy lalu kutarik dekat ke wajahku!

“Wah! Napsu sekali kamu, Dek!” Daddy tersenyum mengejek melihat tingkah jalangku yang baru pertama kali melihat pekakas lelaki secara langsung. Huh! Bodo amat.

Tanpa melihat wajah cabul Daddy, penuh syahwat kebetinaan, lalu kukecup-kecup mesra kepala penis pria tampan tersebut dengan telaten. Bisa kurasakan dengan jelas rona kulit pipiku meremang merah saat lidahku mulai menjilat perlahan batang kekar tersunat tanpa kulup itu. Kusapukan seluruh indera pengecapku menjelajahi setiap permukaan kulit kejantanan Daddy. Begitu indah. Bentuk, tekstur, serta guratan urat-uratnya terukir begitu perkasa. Akhirnya, kutelan lahap-lahap benda besar memanjang itu. Rongga mulutku menghisap dengan pelan kemaluan Daddy.

Sllrph.. mhhhhummmslrrrphh

Ooooh~ Lembut banget bibir ama lidah kamu, Mith.” Daddy mendesah puas. Dan, itu membuatku kian semangat mengulumi batang kelelakian milliknya. “Masih kaku gini aja enak banget, gimana udah jago? You truly a wife material, Mith.” lanjutnya membelai-belai kepalaku.

Hmmmpslrrppslrrrphmmmh

Untunglah, Daddy cukup sabar untuk membiarkanku yang masih virgin ini bermain-main serta ‘berkenalan’ dengan tonggak kejantanannya yang keras dan kekar tersebut. Tanpa sadar, aku tak tahan mengompol ketika kuluman mulutku berpindah melahap biji testikelnya. Daging vagina lembabku berkedut-kedut kecil tak karuan. Abis, horny banget sih. >.< Aku tuh suka gemes banget, tau, kalo liat punya cowok di film BF~

“….”

Yahh, basah dikit deh seprei kasur kena pipisku…




-----------------------​



D-DaddyooouuuhDaddy~ aku gak kuaaaat!!!”

Hmmmpslrrppslrrrphmmmh

Daddy! Aaaaaaah! MITA MO PIPIIIIIS!”

Sllrph.. mhhhhummmslrrrphh

“AAAGHHH!!!”

Seperti tak terasa waktu berjalan kala kami bercinta dan bercumbu hebat di malam itu. Tentu saja di rumah ini sedang tak ada siapa-siapa. Mama beserta kedua kakaku semua pergi. Tinggalah aku sendiri di kamarku telanjang pasrah dinodai oleh Daddy.

Aku menatap langit-langit kamar dengan sorot berbinar dan wajah nakal yang pancarkan rasa puas. Untuk yang kedua kalinya, kembali lubang pipisku menyemburkan cairan cinta lepaskan rasa klimaks. Kali ini, jauh lebih deras dan nikmat karena aku benar-benar orgasme. Setidaknya, itu kata Daddy. Aku sendiri tak tahu apa itu namanya. Yang jelas, ada sekejut ledakan rasa geli tak tertahankan di dalam tubuhku! Aaaah, inikah indahnya seks? Aku suka, aku suka, AKU SUKA! Berikan rasa itu lagi, oooh Daddy my Hunny Bunny! Duh, ngomong apa sih aku ini? XD

Anyway, aku barusan mendapat klimaks sewaktu Daddy secara buas menjilat-jilati bibir kemaluanku. Setelah aku ‘mengulum’ batang kelamin Daddy, kini giliran dia menikmati vaginaku. Ternyata… enak banget! Gak nyangka, tekstur lidahnya yang kasar terasa begitu lembut dan hangat di ceruk selangkangan!

“….”

Kini, aku telentang siap di atas kasur. Aku menatap wajah Daddy dengan sayu sambil meremas-remas kedua buah dadaku. Lelaki itu sontak menindih gesit tubuhku, hingga kami saling berlekatan. Kembali, kami saling berpagutan panas layaknya tak ingin terpisahkan. Kurasakan batang kejantanan Daddy menggesek-gesek nakal di bagian atas tudung kelentitku. Ah, inilah saatnya. Inilah saatnya aku melepaskan masa kanak-kanaku dan beranjak menjadi perempuan dewasa. Aku tahu, Daddy sudah lama menunggu momen-momen ini.

Ahaha, namanya aja laki-laki matang. Sudah pasti dia pengen banget ‘ngawinin’ aku.

Here we go, Daddy <3. Makasih ya udah sabar menunggu. Sekarang, aku siap. Mental dan fisik.

Aku melebarkan kedua tungkai yang masih terbalut kaus kaki panjang putih setinggi paha. Oleh goyangan pinggulku, kuberi akses lebar bagi alat keintimannya untuk segera menyatukan tubuh kami. Kepala penis bersunat Daddy sudah menyentuh garis rapat belahan vaginaku. Pelan, ia berbisik.

“Kalau sakit atau gak kuat, bilang ya.”

Aku mengangguk lalu mengecup sayang hidungnya. Entah kenapa, Aku merasa tenang. Aku sama sekali tak merasa gelisah menyerahkan mahkota kehormatanku pada Daddy di malam iu. Soal perih, kurasa… dinding rongga keintimanku tadi sudah memproduksi carian lendir lubrikasi yang cukup.

Ngngnh~”

Aku melenguh ringkih saat kepala penis Daddy mulai merangsek masuk membelah bibir kewanitaaanku. Rasa ngilu dan perih itu pun lamat-lamat mulai menjalar kala proses penetrasi kelamin tersebut sedikit-demi sedikit mulai mendekati sempurna.

“….”

“….”

Aaaashh!”

Aku pun merasakan selaput daraku sepertinya sudah bertumbuk lekat dengan batang kejantanan Daddy di dalam sana. Daddy kembali menarik mundur penisnya sedikit, lalu menusukannya kembali. Ia menggesek-gesek perlahan dinding bagian depan vaginaku agar bisa beradaptasi dengan miliknya yang bersiap menerobos dalam. Geli, nikmat, bercampur perih, itulah sensasi yang kudapatkan hingga serta merta Daddy mendekap erat kepalaku, lalu—

“AAAAH!”

Jeritanku menggema. Otot-otot tubuhku menegang. Kurasakan sakit yang teramat sangat di liang kemaluan ketika Daddy menghentakan pinggulnya keras-keras, menyatukan tubuh kami berdua! Sendi tulang punggungku mengejang kaku. Sekujur badanku menggeliat-geliat kesakitan. Andai tak ‘dikunci’ pelukan erat Daddy, mungkin aku sudah berguling jatuh dari atas ranjang!

D-Daddy… s-sakit banget, Daddy. Uuuuuh~….,” rengeku manja sembari mencakar-cakar pelan punggung ‘Papa Gula’-ku. Jarang-jarang gadis pendiam sepertiku ini lontarkan jeritan keras kalau itu nggak PERIH BANGET. Sepertinya, tombak kejantanan lelaki dewasa nan perkasa ini sudah menacap dengan sempurna di dalam relung peranakanku—sampai menyentuh pintu rahim. Praktis, aku dan Daddy kini jadi satu. Kami ‘terikat’ oleh ketatnya percampuran kelamin yang hangat saling menjepit. Kepolosanku resmi direnggut oleh Om Arash.

Beberapa detik setelah aku tenangkan diri, Daddy memulai gerak kopulasinya, memaju-mundurkan penisnya memimpin bahtera persetubuhan kami. “Aaahhhhsss~” cukup kencang ia menyodok-nyodok liang kemaluanku hingga timbulkan sensasi nyeri. Namun, syukurlah, lendir pelumasku keluar tak habis-habisnya. Mempercepat turunya rasa ngilu sampai berganti… emmmh, sssssh~ nikmat.

CLAP! CLAP! CLAK! CLAK! CLAK! CLAP! CLAK!

Ooouh, shit! Dasar Om-Om horny nafsuan! Melihat bola mataku mulai tengggelam horny, Daddy langsung memperbuas genjotannya. Kontan, aku pun menggelinjang-gelinjang tak karuan. Wajah tak berdosaku kian terlihat jalang saja seperti perek murahan yang haus sodokan penis. Maklum, baru pertama kali ngentot, dan baru tau gimana enaknya. >.<

Maaf, maksudku, gimana LUAR BIASA DAHSYAT enaknya!

CLAP! CLAP! CLAK! CLAK! CLAK! CLAP! CLAK!

Jujur, aku benar-benar malu dengan suara becek lendir vagina yang begitu berisik di selangkangan sana. Namun, mau gimana lagi? Seakan tak peduli pada kondisiku yang teler tergagahi, Daddy terus memompa liar syahwatnya. Ia berbisik bahwa darah perawan yang terpecah dalam lorong kemaluanku mengalir cukup banyak. Aku pun menggeleng lemah mengkonfirmasi padannya jika aku baik-baik saja.

Hentakan pinggul Daddy kian lama terasa kian cepat. Kini, ia mengoyak-ngoyak kemaluanku bagaikan orang marah. Tubuh mulus mungilku berguncang-guncang hebat layaknya dilanda gempa. Rasa perih, ngilu, licin, bercampuran nikmat yang kudapat sungguh membuatku terbang! Tak akan pernah kulupakan momen-momen pertama ini. Daddy pun kian rapat menindihku agar posisi badanku diam tak bergelinjangan. Ia memompa-mompa begitu cepat diiringi geraman seraknya yang terdengar… uhm, sexy.

Haduuuh, kayaknya nafsu banget, ya, Om Arash? Apakah aku terlalu lama membuatnya menunggu? Masalahnya, baru beberapa hari kemaren kan aku ultah ke-18, jadi ya gimana? Maafin Mita yah, Om :)

Sssshhgrrrrrharrrghhh,”

D-Daddyoooooh~”

“Enakh, Sayanghhh? Grrrrhaaaahsss~”

Oooossh~ e-enak banget, Daddy. T-Terus, sodokin memek Mita yang dalemmh, D-Daddy…,”

Grrrrrh… m-mau Daddy beliin… hshhhh… komputer yang baru?

Mauuuuu~ Daddy! Oouuuuhs~”

Akibat serangan bertubi-tubi di selangkangan sana. Aku pun mulai hilang kesadaran. Sekujur syaraf-syaraf tubuhku… seperti terputus kehilangan kontak dengan otaku—tak mampu kukendalikan. Tulang-tulangku serasa dilolosi. Tolong, sepertinya… bakal ada sesuatu yang memuncrat di bawah sana!!! “AAAAAAHH!”




-----------------------​



Aku masih telanjang lemah di atas kasur ketika Daddy keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkap dan rambut tertata rapi. Badanku benar-benar masih pegal. Selain seprei kasur yang ternoda percikan bekas darah dan lendir, aku belum memikirkan apa lagi yang harus kucuci atau singkirkan untuk menghilangkan ‘jejak’. Mudah-mudahan, Mama atau Kakak gak tau jika aku membawa lelaki asing ke dalam kamar.

“Sayang,”

“Ya, Daddy.”

“Ini kalau ada apa-apa, atau kalau kamu mau ganti komputer, pake kartu Daddy aja, ya. Nomer pin-nya 88177.” ujar Om Arash seraya membuka dompet.

“Makasih banyak, Daddy. Mita sayang ma Daddy, ehe~”

“Tapi inget, jangan bawa ke sekolah. Jangan ketauan siapa-siapa. Apalagi ketauan ama Cheska, oke?” Lelaki itu tersenyum sembari turun mencium keningku. Aku mengangguk-angguk. “Kamu satu klub, kan, ama dia di Sinematografi?”

Daddy lalu menyerahkan selembar kartu ATM padaku. Aku pun menerimanya beriring senyum sumringah. Tertulis nama lengkap Daddy di sana. B*sk*r* Irz*nd* :p







-----------------------​
mKnyus zosss hu..***s update nya
 
Bimabet
Tapi stock cadangan ceritanya tinggal dua bab, sih, abis itu kudu ngetik lagi, updatenya agak lama lhoo :pandaketawa:



sama-sama, brada :beer:



:o hehe, gw emang suka adegan defloration (pecah perawan) sama bdsm, brad. Hampir di setiap cerita yg gw tulis selalu ada yang beginian, haha :pandaketawa:

tapi nulis bdsm tu agak susah, soalnya gak berpengalaman :hammer:
tapi yg ini tamatin ya kang 🏃‍♂🏃‍♂🏃‍♂🏃‍♂
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd