Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA IL ATTORE (The Actor)

Status
Please reply by conversation.


CHAPTER III
Cecil My Beloved



Bila diminta pendapat tentang Baskara Irzandi, kebanyakan orang mungkin akan membahas sosok pengusaha besar tersebut secara penuh respek dan sarat penghormatan. Memang, ada sekelumit gosip yang mengungkapkan bahwa pria itu adalah seorang ‘taipan kapitalis yang banyak memiliki bisnis gelap serta kerap lakukan ‘operasi-operasi kotor’ ala mafia. Namun, it is what it is. Hampir semua konglomerat adanya memang seperti itu. Dan, ia termasuk sosok pemenang dalam dunia berbahaya tersebut yang kadang tak mengenal kata ampun.

Fakta bahwa kini Baskara Irzandi tercatat dalam sepuluh orang terkaya negara, cukuplah menjadi bukti. Arena kekuasaan dan politik sangat membutuhkan dukungannya, meski Baskara lebih suka bermain di belakang layar. Atau mungkin, sumber dayanya. Tak ada yang tak kenal dengan sosok pria kharismatik berusia 55 tersebut. Terutama, di kota Conigli, basecamp kerajaan bisnis konglomerasinya yang juga kota di mana keluarga Irzandi tinggal berada. Tentu saja termasuk kota di mana si Putri Bungsu sang Konglomerat bersekolah, DNS International School.

Faruk berlangkah tenang jelajahi koridor tak lama setelah bel bubaran kelas berbunyi. Ia berjalan menuju area tangga gedung barat di mana ia pikir perempuan yang sungguh sangat ia cintainya itu berada. Wajahnya cerah, debar jantungnya normal. Padahal, ia hendak melakukan hal yang agak gila yang tak banyak pemuda berani memikirkannya. Yaitu, ungkapkan perasaan pada Cheska lalu memohon agar anak kesayangan Baskara Irzandi itu untuk bersedia menjadi kekasihnya.

Tok! Tok! Tok!

Tiba di depan ‘markas’ klub sinematografi, Lelaki berpenampilan sporty nan atletis itu pun pelan mengetuk pintu. Ia sembunyikan sekotak kado cokelat bertuliskan ‘For my Beloved, Cecil’ di belakang punggung. Tak lama kemudian, pintu terbuka. Muncul di depan Faruk sesosok siswi berparas cantik bak artis Hong Kong. Paras cantik yang seketika berubah galak begitu memandang wajah Faruk.

Errrr… Cecil ada?”

“Namanya Cheska, bukan Cecil!” sembur Sherry berdengus pelan, “Dia lagi gak ada di sini.”

Faruk menggaruk kepala. “Lagi di mana, yah? Kamu tau?”

“Cari aja sendiri, emang gue nyokapnya?” bisik sang Gadis seraya picingkan mata jahat, ia tersenyum tipis. “Mo ngapain sih lo? Nempel-nempel ma Cheska terus?”

“Enggak, cuma—”

“Apa itu di belakang? Lo bawa apaan?”

“Cilok ma seblak, Cheska kan gitu-gitu doyan ngemil jajanan.”

“Tolol! Sok tau lo.” Meski ingin terbahak keras, Sherry berusaha tahan tampang judesnya. Ia heran tahu dari mana Faruk soal itu?

“Ya udah, deh. Aku cabut, yah.”

Faruk baru hendak berbalik pergi ketika tetiba suara Giztha dari dalam meruntuhkan segala aksi sok galak Sherry. Gadis tengil berkacamata itu berteriak polos.

“Faaaar! Lo nyari Cheska? Dia lagi di Music Room!”

Dengan penuh kemenangan, pemuda itu pun lantas berpamitan sembari tertawa pada Sherry. Sherry sontak melotot kaget, lalu cepat membanting pintu. Samar-samar, terdengar jeritan Giztha di telinga Faruk.

Aaaaw! Aaaahhg~ Adadadah!

Faruk kembali berbelok menuju tangga lantas turun ke lantai dua. Aula musik SMU DNS memang letaknya tak jauh dari sana. Hawa dingin perlahan-lahan membelai kulit lengan sang Pemuda. Suasana di lantai tersebut memang agak melengang dari tempat lainnya. Sepi dan sunyi, layaknya mall hampir tutup. Dari sebuah pintu ruangan yang terbuka, sayup terdengar bunyi dentingan piano yang memainkan lagu klasik. Ah, itu pasti Cheska, batin Faruk. Please, Cheska dong, jangan si Beatrice, merinding gue, lanjutnya lagi menyebutkan nama hantu yang konon katanya ‘penunggu’ ruangan tersebut.

Faruk lamat-lamat melongok. Ia sejenak mengamati aula besar tempat murid-murid biasa berlatih paduan suara serta orkestra tersebut. Tak ada siapapun di sana… kecuali, yah, Cheska. Fiuh, Faruk besyukur. Selain karena yang memainkan piano itu ternyata beneran manusia, gadis itu pun hanya sendiri di sini sehingga Faruk tak perlu membawanya ke tempat sepi untuk bicara empat mata.

Faruk berlangkah mendekati grand piano tempat Cheska berada, lalu duduk secara nyaman disamping bidadari cantiknya itu.

“Hey. Kirain kamu ada di markas sinematografi. Kok ga bilang-bilang sih ngumpet di sini?”

Cheska terkikik manis. “Hihihi, biar kamu nyariin. Lagian enak di sini, sepi.” ujarnya menghentikan lantun piano. Ia tersenyum balas seraya mendelik Faruk nakal.

What? benak sang Pemuda kaget tersentak. Ia berfikir jangan-jangan Cheska sudah tahu kalau dirinya hendak ‘ditembak’. Entah Faruk yang terlalu gampang ditebak, atau memang perempuan-perempuan jaman sekarang sudah pada pintar.

“Eh, emmm, ini ada hadiah buat kamu, hehe.“ celetuk Faruk sodorkan kotak kado cokelatnya. Cheska sekilas memperhatikan tulisan di sana, lalu sumringah. Ia terima dengan sepenuh hati pemberian yang pastinya berisi cokelat favoritnya tersebut—seperti kemarin-kemarin. Bukan pertama kalinya Faruk memberinya sesuatu.



“Faruk, kamu tau, kenapa waktu SD aku dipanggil Cecil?”

“Emmm, karena kamu masih kecil? Singkatan dari Cheska kecil?”

“Bener dan… salah. Itu emang singkatan, tapi bukan Cheska kecil.”

“Apa, dong?”

“Cecil itu, Cheska cantik dan lucu! Ohohohoho!”

Lubuk hati Faruk terbius cinta menatap wajah Cheska. Walau tawa sombongnya terlihat norak dan aneh, tapi di mata Faruk gadis itu tetaplah anggun. Karena dia Ojou-sama-nya. Tuan Puterinya.




“Makasih, ya, Far. Kamu tuh baik banget sama aku, hehe.” Cheska menerima kotak tersebut dengan kedua tangan, gestur penghargaan. Faruk pun tersadar dari lamunannya, secercah kenangan saat mereka awal berteman di tahun pertama.

“….”

“Kamu tuh mo ngomong apa, Faruk, sampe gak mau lewat whats app segala, pengen ketemu langsung.” Gadis berkuncir rambut twintail itu kini menatap wajah Faruk demikian intens, membuat si Pejuang Cinta sedikit malu.



Oke, langsung aja, gak perlu basa-basi.

Kita udah lama saling kenal, saling dekat, saling canda. Dan, Cheska pun gue yakin udah ‘tau’ perasaan gue berhubung gue sering banget perlakuin dia secara romantis.

Kelamaan sahabatan malah jadi bahaya, susah naikin ke jenjang yang lebih, terlalu nyaman di titik itu.

So…




“Cheska, emmm~”

“Ya?”

“Ches, aku tuh sayang banget ama kamu. Aku yakin kamu juga tau itu, jadi…,”

“….”

“Aku pengen kita pacaran, Ches. Maksud aku, yah… aku pengen kita lebih dari temenan. Pengeeen banget. Tiap malem aku tuh selalu mikirin kamu, Cheska. Aku bener-bener jatuh cinta sama kamu.”

“….”

“….”

“Maaf.”

“….”

“Maafin aku ya, Faruk. aku juga sebenernya sayang banget ama kamu, tapi… aku masih… belum bisa.”

“Kenapa?”

Cheska terdiam, mengalihkan wajahnya dari sorotan tatap Faruk.

“Ada… yang lebih kamu sayang?”

Cheska masih terdiam. Namun, sinar matanya kini berubah pilu.

“Mantan kamu waktu di SMP itu, ya?”

“Faruk, maaf…,”

“Gapapa, jangan minta maaf. Kamu gak salah apa-apa.” Pemuda itu menghela nafas.

“Aku takut kamu sakit hati.”

“Aku gak kenapa-napa, Cheska.” jawab Faruk dengan nada sedikit tertelan. “Yah, seengaknya aku udah ungkapin perasaan dan niat aku ke kamu. Kamu juga tegas langsung kasih jawaban, bikin tenang. Thanks ya, Ches.” lanjutnya, “malem aku bisa tidur nyenyak lagi, hehe.”

Tak ada jawaban dari Cheska dalam bentuk kata-kata. Gadis cantik itu hanya tersenyum lalu sekejap mengecup pipi Faruk. Faruk sedikit kaget karena tak menduga akan diberi anugerah kecil oleh dewi cintanya. Begitu kentara, Cheska bisa melihat pipi si Pemuda merona tersipu.

“Faruk,”

“Ya?”

“Jangan pergi dulu,” Cheska berbisik, “temenin aku main satu lagu lagi. Please, dengerin yah…,”

Tentu saja Faruk siap lakukan apa pun untuk Cheska. Tubuh atletis berparfum wanginya sigap menegak. Ia perhatikan jari-jemari mungil berkuteks bening gadis kesayangannya tersebut kembali bergerak lembut di atas piano.




Seraya terbuai oleh alunan nada yang didentangkan Cheska, Faruk memirkan jawaban yang diberikan oleh sang Gadis. ‘Masih belum bisa’, katanya? Kalau ‘belum’… berarti gue masih ada harapan, dong? Tinggal sabar menunggu dan menanti ‘belum’-nya hati Cheska itu menjadi ‘sudah’.

Tapi, sampai kapan?

Sampai Cheska menyerah berharap kembali pada mantannya?

Itu… kapan?


Banyak orang yang bilang Faruk itu cowok playboy kambuhan. Dan, Faruk pun tak membantah karena ia sadar diri kerap mendekati tiap gadis yang membuatnya tertarik hanya demi memutus rasa penasarannya. Tapi, Cheska ini lain. Faruk benar-benar yakin jatuh cinta setelah ia merasakan apa itu yang namanya cemburu.

Ches, jujur, aku cemburu. Aku iri sama mantan kamu yang namanya Ergi itu karena dia bisa dapet apa yang aku mimpi-mimpikan dari kamu. ucap Faruk pada Cheska, hanya dalam taraf keberanian dalam hati saja.

Ketuk nada terakhir dari lagu yang dilantuni Cheska telah menggema. Putri bungsu konglomerat Irzandi itu lembut sandarkan kepala di bahu Faruk. Kedua tangannya yang sebelumnya telaten memainkan piano, kini beralih memeluk lengan ksatria gagah yang ada di sampingnya tersebut.

“Faruk… aku mau minta tolong sama kamu, tapi… kamu jangan marah, ya. Please?

At your service, my Queen. Bilang aja, aku gak marah.”

“Ini… soal Sherry,”

Faruk diam, mendengarkan.

“Aku pengen kamu… emmm, jadi semacam ‘Aktor’.”

Faruk tetap diam, namun alisnya mengangkat isyarat minta penjelasan.

Cheska pun lalu bercerita perihal masalah sahabat dekatnya itu kepada Faruk. Ia meminta pemuda itu untuk ‘menggoda’ Sherry agar Sherry mau dihibur oleh Faruk untuk obati kesal hatinya. Sekaligus juga, lampiaskan marah pada Alvin. Cheska percaya dan juga berharap Faruk bisa membujuk Sherry, bermain peran sebagai teman selingkuhan.

“Tapi, kenapa aku?” tanya Faruk.

“Karena aku percaya. Aku percaya kamu, Faruk. Aku khawatir kalo Sherry nyari laki-laki lain yang gak jelas. Saran aku kan cuma hubungan selingkuhan dangkal aja, tanpa main hati. Dan aku yakin cuma kamu yang ngerti ama kita.” tutur Cheska menjelaskan.

“Aku gak bisa,” desis Faruk. “Aku kan cuma sayang ama kamu, Cheska.”

Cheska tersenyum. “Justru itu. Kamu kan jadi bisa main pacar-pacaran ama Sherry tanpa pake hati, right? Kalo sama laki-laki lain, aku takut. Sherry itu terlalu cantik dan romantis, soalnya.”

“….”

That’s what ‘The Actor’ means. Selama shooting, kamu bisa mesra, bahkan lebih mesra dari pasangan asli sesungguhnya si Aktris lawan main. Tapi pada akhirnya, film akan tamat dan kalian kembali ke kehidupan masing-masing. Bukankah begitu?”

Pandangan Faruk menerawang, menatap kursi-kursi berderet di kejauhan tempat klub orkestra berlatih. Tamatkapan tamatnya? Kalo endingnya ngegantung, gimana?

“Gimana? Mau, yah? Yah? Yah?”

“Hehe. Apa sih yang enggak buat kamu, Ches. Ok, I’m ready.” Walau benaknya terasa sedih dan hambar karena merasa ‘dimanfaatin’, Faruk pun mengiyakan keinginan tuan putrinya. Lagipula, apa gunanya ia hidup kalau tak bermanfaat buat Cheska, sang Penguasa Hati? Cinta memang bikin tolol, kadang-kadang.

Mendengar persetujuan Faruk, Cheska pun tersenyum lebar. Dan, itulah yang selalu Faruk inginkan serta lindungi. Apapun, asalkan kamu bahagia, Cecil….

“Faruuuk~ makasih ya, maafin aku udah ngerepotin kamu teruuus~” rajuk Cheska kembali menjatuhkan kepalanya ke lengan kokoh Faruk, seakan-akan otot kekar lelaki itu adalah miliknya.

“Gapapa. Kan aku masih best friend kamu.“ Faruk mencium rambut Cheska.

“Makasih juga udah ngertiin aku yang bego ini.” Cheska berbisik.

Huh? Bego? Maksudnya?”

Gadis itu cepat menggeleng. “Nggak, gapapa.”



-------------------------------​



( Part ini adalah potongan dari cerita IL CONIGLI yang udah tamat. Sengaja di-fill ke sini karena relevan untuk menjelaskan kenapa Cheska menolak Faruk. Bagi yang udah baca, boleh skip-skip aja. Bagi yang belum tau ato pengen baca lagi, ya silakan ^_^ -red )





Even in dreams I can’t escape our past

It finds it way to me in sleep and leaves me thrashed

Just like you left my heart back then

I’ve grown up and now I see how I hurt you, and I know you had to go

I can’t change it but I hope you know



I just dance I the sweet memories

Like a hurricane mixin’ love and pain

I just dance I the sweet memories

Don’t ‘ya know I won’t forget their glow



If you’d give me one more chance

Open up your heart of glass and let me pass

Then I swear this time I’ll make it last







Flashback…



Sabtu malam, beberapa hari yang lalu.




“Ergi, kamu di mana? Udah nyampe?”

“Iya! Iya! Ini udah! Lagi di lobby, keringin badan dulu. Tadi kehujanan dikit.”

“HAH? Di lobby? Heh, ngapain? Cepet ke sini, ke room aku. 105!”

“Bentar, Ches, aku


“CEPETAN! Aku tunggu!”



Terdengar dengusan kesal dari sesosok pemuda berkacamata minus tersebut kala ia memasukan kembali ponselnya ke dalam saku jaket. Andai bukan karena perempuan sinting itu, tak akan rela dirinya menembus hujan badai dari rumah menuju hamparan parkir gedung Grand Paradiso Hotel malam ini. Kini, ia sudah berada di lobby, lantai bawah sebuah bangunan megah yang menjulang tinggi pancarkan gemerlap lampu hiasi kelam kota. Sungguh, ini adalah hotel yang eksklusif serta elegan, yang betul-betul… tak perlu dirinya berada di sana!

Lelaki muda bertubuh tak semampai itu bernama Ergi. Ergi Faisal, lengkapnya. Memiliki profile alias potongan wajah ala bookworm (kutubuku), namun memiliki selera berpakaian yang cukup stylish.

Di atas satu sofa panjang berwarna kelabu, Ergi menarik napas kuat-kuat. Pejamkan mata.

Seharusnya, sekarang ia berada di depan laptop.

Seharusnya, sekarang ia bekerja memutar otak untuk memikirkan ‘proyek’ buku barunya.

Semua sudah terjadwal, tersusun rapi. Khas seorang Ergi yang biasa me-manage waktu dengan baik. Seorang novelis muda yang baru saja sukses menerbitkan buku perdana.

Tapi, malam ini semua berantakan. Ya, berantakan. Semenjak perempuan sinting itu mengiriminya pesan dan memaksa untuk bertemu dari tadi sore.

Sambil ditemani ambience lobby beserta tamu-tamu hotel yang masih berlalu-lalang di penghujung malam pukul 22.35, sang Pemuda tenggelam dalam lamunan. Ia sadar, ritme kehidupannya kini sudah agak jauh berubah dibanding beberapa tahun lalu. Setelah ia putus dengan Cheska dan memiliki kekasih baru yang lebih ‘waras’ bernama Michy.

“….”

Suara dering ponsel seketika membuyarkan perenungan Ergi. Segera, kembali ia merogoh jaketnya.

“Ergiii~ kamu lagi ngapain, sih? Cepetan! Buruan kesini!”

“….”

“ERGI?”

“Iya, iya. Sekarang aku kesana!”


-klik-


Ergi sontak mematikan hubungan dan langsung bangkit bergegas menuju area pintu lift. Sambil menunggu, ia benahi rambut serta penampilannya yang agak semerawut. Cheska… Cheska… Cheska… Cheska Lovita Irzandi…. Seuntai nama perempuan berputar-putar di kepala sang Penulis. You know what? Tanpa kamu, buku ‘Pact With The Devil’ tak akan pernah ada, tahu! batinnya perih seraya menyebutkan buku debutannya. Serta, sumber ‘inspirasi’-nya.





( Cheska - 18 y.o )



( Ergi - 18 y.o )



“….”

“Ergi? Kenapa? Kok bengong gitu? Duduk sini!”

“Cheksa? K-Kamu…,”

What?

“K-Kamu mau kemana? Mau ngapain, Cheska? Dandanan kamu—”

“Gak kemana-mana, Ergi. Aku sengaja dandan kayak gini untuk ketemu kamu. It’s all just because I miss you, Darlin’. Aku kangen banget ama kamu.”

Ergi melangkah masuk pintu kamar hotel dan seketika terbeliak. Ia terkejut tanpa daya. Bukan karena interior serta perabotannya yang bagus. Bukan pula karena hawa udaranya yang sejuk atau suasana pencahayaan lampunya yang teduh romantis. Itu semua sudah bisa ‘ditebak’ sejak awal. Tapi… Cheska?

Ya, Cheska. Gadis itu kini tampil berdiri di depannya dengan busana yang… emh, begitu menggoda. Sangat seronok. Seksi, panas, dan sungguh menggairahkan. Ia tampak cantik dewasa. Padahal, gadis itu memiliki tubuh yang terbilang cukup mungil, walau usianya sudah mencapai delapan belas—seumur dengan Ergi. Tapi pakaiannya kini….

Ah! Tahukah Cheska, bahwa sekarang ia terlihat seperti anak sekolah yang diandani mirip pelacur? Apalagi dengan model rambut kuncir dua ala-ala Misa Amane (karakter cewek di anime Death Note) favoritnya itu! Entah kenapa, Cheska doyan sekali meniru gayanya.

Batin Ergi berdebar kencang. Pemuda itu segera dapat merasakan aliran darahnya berdesir kuat. Sekujur tubuhnya memanas. Batang kejantanannya menegang keras.

Malam itu, Cheska menyambut Ergi berbalutkan gaun pesta model kemben yang amat menggiurkan. Pendek dan ketat. Berwarna hitam, kompak senada dengan stocking jaring bertali yang menghiasi kaki mulusnya. Seperti… sudah sangat rela plus siap ‘menawarkan diri’ untuk dicabuli. Dan ini, membuat si Penulis lantas berpikir, “Kejahatan apa lagi yang kau rencanakan padaku, Nona?”

Ergi mencoba tegar dan tabah menahan hawa nafsunya sendiri. Santai, ia membanting tubuh duduk di sofa panjang triple-seat yang ditawarkan Cheska. Terdapat dua buah gelas kristal beserta sepasang botol red dan white wine di sana, di atas meja depan. Ergi memilih red wine lalu meminumnya perlahan.

“Makasih, ya, Ches,” ucap Ergi kikuk.

Cheska pun tertawa, “Hihihi, formal amat pake terima kasih? Udah, biasa aja kayak dulu,”

“Tapi, ini anggur mahal.”

“Ya ampun, ngapain dipikirin sih?” Genit, Cheska turut menyesap minumannya, “Pikirin aku, baru itu penting, hehehe.”

Ergi mengangkat bahu. Ya, benar. Apalagi yang harus dipikirkan? Cheska adalah putri seorang konglomerat kaya yang amat terpandang di negeri ini. Such a filthy rich girl! Hotel Grand Paradiso… kamar berkelas VVIP… botolan anggur mahal berlabel Italia Barbaresco… semua gamblang terjelaskan. Apapun, Ergi sudah paham semuanya mengenai Cheska, perempuan yang pernah menyakiti serta menghancurkan hatinya di masa lalu.

Setelah kamu mengkhianati dan mutusin aku gitu aja, apa yang kau inginkan kali ini, Cheska? Ergi meneguk dalam-dalam sisa red wine-nya, seraya memikirkan kenangan buruk semasa SMP kala ia masih memacari si ‘Iblis Kecil’ tersebut.

“Gimana kabar kamu, Ergi? Kayanya… kamu sibuk banget, ya, sekarang?” celetuk Cheska ringan melompat duduk di sebelah Ergi, lalu merapatkan tubuhnya.

Harum… wangi parfum yang sudah pastinya berkelas.

Ergi mendengus. “Baik,”

“Oh, gitu, ya? Hmmm…,” santai, gadis itu meneguk minumannya. Ia tersenyum lebar mendapati wajah Ergi yang termuna-muna mesum. Sok cool.

Cheska pun lalu berceloteh riang memulai pembicaraan bsaa-basi mereka. Beberapa menit berjalan diramaikan oleh obrolan soal sekolah, kabar teman serta keluarga, dan berita-berita umum, hingga di satu titik Cheska merangkulkan lengannya. Mesra.

"Eh, aku udah baca buku kamu, lho, Gi. Sukaaa! Aku suka! Bagus banget, tauu!”

“....”

Tak ada komentar dari Ergi. Huh, benarkah si Bandel ini sudah membacanya? Menyukainya? Padahal, buku itu banyak terinspirasi serta sarat akan sindiran-sindiran halus kepada dirinya! Sang Pemuda membatin.

Penasaran, Ergi pun bertanya. “Bener, kamu suka?”

“Suka,” Cheska tersenyum. “Terutama ama karakter cewek succubus yang namanya Zeeska. Itu aku, kan?”

Glek, Ergi menelan ludah, “Yaaa~ semacam itu lah,”

“Cantik, pemalas, doyan makanan Jepang, suka nonton film, tukang bully… jelas-jelas itu aku,” desak sang Gadis memaksa. Dan, memang benar. Ergi memang memakai persona Cheska untuk karakter iblis betina a.k.a si Succubus genit di novelnya. Ia pun menghela nafas dan meminta maaf.

“Sori, aku gak ijin dulu, Ches.” ujarnya datar. “Mohon jangan tuntut aku. Aku kere gak punya duit untuk sewa pengacara.”

“Dimaafin,” Cheska kembali tersenyum, kemudian bangkit dan merogoh tas kecilnya di atas meja—mengeluarkan sebuah buku. Buku novel karya Ergi, “Asal, kamu tandatanganin ini dulu di halaman depannya. Kasih pesen, untuk succubus-ku yang cantik, Cheska, hehe.”

Ergi mengambil spidol yang diberikan Cheska lalu menuruti apa titahnya. Seriously, jujur pemuda itu ingin segera buru-buru pulang dan tenangkan diri di kamar mandi. Bukan apa-apa, karena diam-diam sejak tadi batang penisnya terus menegang keras akibat make-up serta pakaian sang Gadis yang mengetat seksi pamerkan aurat. Andai Ergi mabok sedikit, sudah habislah si Cantik ini digerayanginya. Itulah sebabnya sejak tadi Ergi amat berhati-hati dengan gelas wine-nya

“Kamu keren banget ya, sekarang, Gi. Hmmm, coba aja dulu aku gak mutusin kamu.” bisik Cheska tertunduk gelap. Wajahnya tampak murung.

Ergi mengangguk, dingin.

“Aku....nyesel udah campakin kamu, Ergi. Aku baru nyadar, kalo aku tuh...sayang banget ama kamu. Aku ngerasa kehilangan dan terkutuk, Gi. I’m cursed! Aku tersiksa, tau!”

“….”

“Temenin aku malem ini, Ergi. Kita abisin waktu ampe puas... terus... kita... I wanna make love with you, Ergi. Please~" desis sang Gadis perlahan.

WHAT?!? APAA?

Ergi tersentak. Hampir saja ia memuncratkan genangan wine di mulutnya. Alhasil, pemuda itu pun mengeluarkan suara. Tak hanya bereaksi mengangguk-angguk dingin seperti sebelumnya.

“Aaa-ha-hahaha, sebaiknya gak usah, deh, Ches. G-Gila! D-Dasar bandel.” Panik, Ergi tertawa. “Kan tadi bilangnya cuma mau ngobrol-ngobrol ama… emmh, tanda tangan buku a-aja?”

“Kenapa?”

“Karena, aku udah punya pacar. And i love her so much! Gak mau khianatin kepercayaan dia!” tukas Ergi mencoba tegar, walau seketika gejolak birahinya terlecut dahsyat, degup jantungnya kembali menggelora.

“Ah, iya. Michy? Pacar kamu sekarang… namanya Michy, kan? Michaela?” ujar Cheska mengerling nakal.

“HEH?” Ekspresi wajah Ergi sontak mengeras. Bukan lantaran akibat kaget Cheska tahu soal hubungannya dengan Michy, melainkan ada sesuatu yang Ergi tak suka pada sinar bola mata sang Gadis! Sesuatu yang… pelik dijelaskan. Hanya Ergi yang tahu betapa ‘bahaya’-nya si Bungsu ‘Princess Mafia’ ini!

“Kamu... kamu… jangan macem-macem ama Michy, Cheska! Please, leave her alone. Jangan ganggu dia!” seru Ergi.

Cheska terkikik. Lengannya memeluk tangan Ergi lebih erat. “Hihihi! Nggak akan, kok, Darlin’. Swear. Aku udah tobat nge-bully orang,” ucapnya.

“….”

Shit! I’m already getting’ horny, Ergi. Please, make love with me, will you?“ desah Cheska sembari menjatuhkan kepalanya ke bahu sang Lelaki. Kentara, nafasnya memburu amat cepat walau terasa samar. Kedua pahanya yang berbalut fishnet stocking hitam ala cewek PSK menjepit rapat, bergerak lembut seperti menggesek-gesek sesuatu di selangkangan sana. Daging bibir kemaluannya yang mulai membasah? Ergi menebak.

“C-CUKUP! Hentikan semua ini!” sergah Ergi seraya bangkit berdiri dan melepaskan dekapan Cheska.

"Ergi! Tunggu!” Cheska buru-buru kembali meraih tangan Ergi, turut meninggalkan sofa.

Ergi menarik napas. “Aku nggak tau apa yang kamu mau dan rencanain di balik kelakuan kamu ini, Ches! Tapi—”

You know what? Kamu gak harus selingkuhin Michy karena malam ini, Ergi. Aku serius! Tulus.” sela Cheska menggebu-gebu. “Lagian, betapa pun aku sayang banget ama kamu, aku juga gak mau dijadiin cuma cewek kedua! Cih!” tukasnya. “I... just... wanna make love with you, Baby. That's all!” lanjut sang Gadis tanpa jeda, sarat pengharapan berahi.

“Aku cuma—” Ergi terpejam gamang. “Damn! Kamu itu kenapa, sih, binal banget, Ches? Kamu itu nakal, tau! Hentikan tingkah bak pelacur murahan ini! Aku—”

“Apa? Binal? Nakal? Pelacur? No way! Hihihihi!” Penuh penolakan, Cheska memicing tajam, memandang tanpa arah. Bibirnya melepas tertawa geli. “Heh, kamu nggak tau ya... kalo aku tuh masih perawan, Ergi. Sebejat-bejatnya aku, belum pernah ada satu pun cowok yang mampu jebolin memek aku!" Cheska melontarkan jurus ‘pancingan’ pamungkasnya. Ia tahu, Ergi pasti terangsang hebat mendengar hal tersebut. Ah! Lelaki mana, sih, yang nggak mau pecahin perawan? “Entotin aku, Ergi. Ambil selaput dara aku sekarang. Be my first time…,”

“…..”

“…..”

G-Gila! K-Kamu... gak pengen nyerahin kesucian kamu ke orang yang kamu sayang? K-Kamu mau make love gitu aja sama aku?” suara Ergi mulai bergetar. Dibalik kata-kata berbelitnya, tertahan gejolak syahwat yang amat menggelegak-gelegak.

“Orang yang paling aku sayang itu kamu, Ergi…," bisik Cheska kembali merapatkan tubuh, mendekap Ergi dari belakang. Hangat.

"Bullshit!” Ergi menggelengkan kepala. “M-Maksud a-aku, lelaki yang paling berhak, Ches! Suami kamu! Lelaki yang—”

Nope, aku gak peduli!” Mantap, Cheska menjawab acuh, memotong Ergi.

“K-Kamu itu benar-benar perempuan bodoh, Cheska. Bodoh. B-Bodoh dan naif!”

“Oh ya?” Bola mata Cheska berputar nakal. “Kita lihat aja nanti, siapa yang bodoh dan naif,” desisnya. “Kamu mau ninggalin aku? Fine. Begitu kamu keluar kamar dan menutup pintu, pintu itu akan langsung terkunci, Ergi. Terkunci selamanya buat kamu.”

“K-Kamu—”

“Lalu, bisa aja suatu saat aku melakukannya dengan yang lain. Dengan Rudi, Arief, somebody, siapapun yang aku MAU! Peduli amat dengan pendapat orang semua, termasuk pendapat kamu, Ergi!"

“....”

Cheska menggeram. “Dan kamu, akan menyesali selamanya kejadian hari ini. Gak pernah ada seorang pun yang menolak aku dan TIDAK menyesal pada akhirnya, Ergi. You know that, Darlin’. Knew so well…,” Ancamnya seiring dekapan tangan yang kian mengerat, seakan ingin menguasai total lelaki di depannya.

“….”

“….”

"K-Kamu itu... bener-bener suka seenaknya, ya, Ches? Dari dulu… s-suka seenaknya," Ergi sedikit bergeliat, gentar, namun gerakannya itu seperti tidak sepenuh hati. Ya, ada pertarungan nan sengit di sukma sang Pemuda antara dorongan hawa nafsu versus akal sehat. Walau bagaimanapun, perempuan yang ia hadapi ini adalah Cheska, yang dari dulu Ergi ketahui memang ‘licik’ serta manipulatif.

"T-tolong jangan ganggu hidup aku, Ches. biarkan aku hidup damai bersama Michy.” mohon Ergi.

Kembali, Cheska berbisik. "Aku nggak pengen ganggu kamu, Ergi. Ganggu kalian. Aku tuh cuma pengen kamu malam ini. Aku tahu, kamu menginginkannya. Kamu pengen aku, kan, Ergi? Pengen nodain tubuh aku? Pengen rasain nikmatnya sobekin virgin aku?" rangsang Cheska lembut membelai tonjolan keras di celana Ergi.

Alas, keindahan perempuan adalah kelemahan lelaki yang paling besar. Dan pada akhirnya, syahwat pun menjadi pemenangnya. Cheska membalik tubuh Ergi lalu kian beranjak 'agresif'. Pertahanan Ergi rubuh. Degup jantungnya mulai kebat-kebit tak karuan. Rasa rindu... rasa sayang… rasa nafsu pada gadis nakal ini perlahan-lahan muncul menyeruak, bak iblis kucing jantan bertitit sembilan yang lama terkubur namun seketika merangsek kembali. Beringas penuh dendam.

Cheska mendongakan kepala kemudian melumat bibir Ergi secara liar. Meski masih perawan, tentu saja french kiss telah mahir ia lakukan. Balasan si Lelaki pun malah surplus ekspresi. Dihisap-hisapnya lidah, bibir, serta lendir mulut Cheska seakan-akan air liur gadis itu adalah ice cream yang amat lezat. Tak kuat menahan birahi, Ergi pun memangku badan Cheska lalu menghempaskanya ke atas ranjang. Di sana, sang Penulis Muda kembali memeluk Cheska serta mencium-cium rakus mantan kekasihnya tersebut.

“K-Kamu benci aku, Ergi? Kamu masih sakit hati ama aku?” Halus, Cheska berbisik, sembari rangkaian jemari lentiknya melucuti jaket si Lelaki dan membuka kancing kemeja miliknya satu per satu.

Ergi sejenak menyergap bibir Cheska, melumatnya penuh nafsu, sebelum kembali menariknya dan menghasilkan lengketan jembatan air ludah nan amat indah. “Masih,” jawabnya singkat, membalas gerayangan Cheska yang menelanjanginya dengan menarik resleting gaun di punggung sang Gadis.

Fuck me, Ergi! Setubuhi aku yang angkuh ini sebagai hukuman udah nyakitin kamu!” tantang Cheska jalang menatap Ergi berbinar-binar. Hembusan nafas sarat birahi, jelas bisa Ergi rasakan.

“....”

“Kamu inget? Aku pernah janji bakal nyerahin kesucian aku setelah kita setahun jadian? tapi jahatnya… aku malah mutusin kamu pas jalan sepuluh bulan. Pasti nyakitin buat kamu, Darlin’…,” Cheska membelai sayang rambut Ergi.

Ergi balas mencium kening Cheska. “Ya, itu menyakitkan. Tapi, bukan soal keperawanan kamu, Cheska. Hati aku! Aku sakit hati banget. Kamu ninggalin aku pas aku lagi sayang-sayangnya ke kamu! Dan kamu—”

"Selingkuh ama Andrew, hihihi~" Cheska menyela terkikik dengan nakal.

“....”

“Maafin aku, Ergi. Entot aku sepuasnya. Kontolin aku sampe memek aku perih. Bikin aku kapok udah nyia-nyiain kamu…," Cheska mendesah serak seraya menggesek-gesekan tubuhnya, menggesturkan pinggul seakan minta dijantani.

Kobaran nafsu Ergi pun kian menggila, membuatnya tak sabar untuk segera mencicipi tubuh mungil nan lolita milik Cheska. Perlahan, Ergi mencoba beranjak membugili sang Gadis. Cheska mengangkat kedua tangan, mempermudah si Pejantan melolosi gaun ketat hitam yang ia kenakan. Tinggalah kini hamparan tubuh mulusnya berbalut bra serta celana dalam hitam branded berenda menerawang. Cheska lalu membiarkan Ergi mempreteli helaian penutup kerhomatan terakhir itu. Ergi mendengus-dengus ‘kelaparan’. Sementara kedua tangannya beraksi, ia lekatkan wajah, hidung, beserta indera penciumannya ke leher Cheska, mencumbu-cumbu serta me-neck kiss si Gadis Nakal di sana.

Sssh… wangi banget badan kamu, Ches. Aku selalu suka wangi badan kamu…,” kecup Ergi membara. Angel or Devil, you’re truly a great inspiration, Baby…, kagum hatinya jujur.

Cheska bergeliat-geliat, mengayunkan sepasang kaki mungilnya menerbangkan celana dalam hitam seksi yang baru saja dipeloroti oleh Ergi. Bra pelindung payudaranya pun sudah terlepas—entah jatuh di mana. Praktis, kini ia telanjang, tersenyum penuh harap pada Ergi yang kemudian sibuk turut menelanjangi diri. Penis Ergi yang berukuran big size, mengacung tegak bagai ular Anaconda.

Sungguh, di balik tampangnya yang kalem serta perawakannya yang ‘nice boy’, pemuda ini memiliki batang kejantanan yang amat besar. Cheska suka ini. Mengingatkannya pada superman yang punya hidden power di balik penampilan rapi.

“Kontol kamu makin besar aja, ya, Gi. Jelas bakal sakit ini mah diperawanin kamu, hhh~“ rintih sang Putri Konglomerat seakan-akan sudah bisa merasai ‘tusukan’ Ergi. Sebelah tangannya membelai-belai pekakas lelaki yang pernah dipacarinya dulu itu. Tak akan Cheska lupakan memori-memori mesum tersebut, kala ia dan Ergi masih suka melakukan oral berikut petting semasa SMP dulu. “Kangen isepin kontol kamu… keluarin banyak peju kamu… ampe muncrat-muncrat di baju seragam aku, Ergi…,”

Sssshh… C-Cheskaaah~”

Ergi mendesah. Namun, Sebelum ia bertindak apa-apa, Cheska buru-buru membusungkan buah dada kecilnya pada si Lelaki, seakan ingin mengambil kendali percintaan. Puting susunya yang imut merah jambu mengacung keras pun sontak jadi sasaran mulut sang Novelis Muda.

Sllllrrrphmmmhslrrrrpmmmmhhhah

Ohhhhssh.. Ergiii~ G-gilaa! E-enak bangeeeth, Sayang! Suck me, darlin’… suck my tits, aaah~“ Cheska meremas-remas kepala Ergi, melentingkan badan akibat tersengat birahi yang amat dahsyat. Memang, menurut beberapa teori, ukuran payudara kecil lebih mudah dirangsang. Dengan dibantu rabaan jari yang merayap ke bawah, mengubek-ubek lembut area kelentit di selangkangan sana, hanya dibutuhkan waktu lima menit bagi Ergi untuk menyusu serta memainkan kedua puting belia Cheska hingga si Gadis Nakal tersebut meraih orgasme pertamanya di malam itu.

AAAAAAWH!

Srrrrr... srrrrsrrrh….

Lubang kencing kemaluan Cheska mengucurkan air ‘cinta’. Ia menjerit keras seraya mengompol tanpa malu-malu. “Ouuuuuuh~ fuck~ you got me, Bastardhh! Bajingan, emang, gerayangan kamu, Giiiih!” pekik Cheska meremas kepala Ergi. Perut ratanya yang mulus terlingkar sabuk garter tali stocking mengejat-ngejat pelan, hadirkan pemandangan seksi di mata sang Pemuda.

Ergi terkekeh puas. “Hhhehehe heheheh, b-biasa aja kaliihh, Ches. Kamunya aja yang perek, baru digituin aja nge-crot,”

Shut up!” Cheska memalingkan wajah, sembunyikan rona semburat merah. “Aku bukan perek!”

“Hah, liat aja dandanan kamu. Kayak pecun diskotik, tau!” bisik Ergi menggoda, mengomentari bulu mata lentik palsu, smokey eye shadow, serta lipstik merah tebal yang Cheska kenakan. Lalu ia menggigit gemas telinga betinanya.

Aaaaaah.. E-Ergi!”

Tak berhenti di sana, Ergi pun lalu beringsut ‘menaiki’ tubuh Cheska, yang hanya telentang pasrah di atas peraduan. Lidah lincahnya menyapu sekujur tubuh sang ‘Princess Mafia’, menjilat-jilat hamparan raga moleknya yang ranum lagi menggemaskan. Kembali, Ergi menikmati tubuh Cheska layaknya es krim yang sangat lezat. Semua ia jilati. Dari mulai tengkuk, leher, ketiak, dada, perut, pusar, kecuali bagian selangkangan dan kaki yang masih terbalut stocking. Bahkan, cairan orgasme milik si Binal yang cukup banyak menggenang di kasur pun ia seruputi. Terasa gurih di mulutnya, curahan klimaks Cheska.

Mmmmhhssshaaahh. Enak banget rasanya air memek kamu, Ches. Delizioso.” Ergi terpejam.

“Ergiiiiih! Hiiiih, jahathhh~” Cheska merengek. Merasa wilayah area kemaluannya sengaja dilewati, gadis itu pun membuka pahanya lebar-lebar. Ia sorongkan area pusat selangkangannya memaksa si Pemuda untuk melahapi daging kewanitaannya. “Jilatin memek aku, Bastard! Bikin aku enak sekali lagi!”

Penuh kemenangan Ergi tertawa. Tampaknya, bibir kemaluan Cheska masih tetap seperti dulu. Tembem, empuk, bergaris rapat, serta mulus tak berdosa warna kemerahan. Terakhir kali Ergi menyantap memek Cheska, ya waktu kelas tiga SMP lampau. Mungkin bedanya kini, daerah kehormatan si Cantik mulai ditumbuhi bulu-bulu halus. Dengan kedua jempol, Penulis Muda tersebut menguak ‘pintu surga’-nya. Liang peranakan mungil Cheska masih membulat kecil, dengan tanda-tanda kegadisan masih bersemayam di sana. Genderang syawat Ergi kian bertalu.

“Chesky Honey… mau dijilatin memeknya, Sayang?” Lelaki pendiam itu mulai berani menggoda.

“Mauuu~” erang Cheska.

“Mau dibikin ngompol lagi?”

“MAUUU!”

HUP!

SRRRRPH! Srrrrph! Srrrph! Srph!


Dengan satu gerak kejut, Ergi serta merta langsung mencaploki daging kewanitaan Cheska bak anjing lapar. Gadis itu sontak memekik. Punggung rampingnya melenting terbanting-banting. Lenguhan jalang pelampiasan nafsu purba, terlecutkan liar.

Ouuuungh, nggggh, ahhhngggh, aaaaaangghhh, fuck yeaaah, darling, fuck yeaaaahh…,” Terpejam erat penuh penghayatan, Cheska menggeleng-geleng kepala. “Enak bangeeeetthh, Ergiiihh… akuh paling suka dijilmeeeekhhh~ aaaaawhhh~”

Satu menit… dua menit… tiga menit… Cheska berusaha menahan sekaligus meresapi lezatnya aksi oral service Ergi—Novelis muda berbakat itu, hingga getaran-getaran nirwana yang ia rasakan perlahan-lahan mulai mengulminasi serta menumpuk sesak di pangkal paha. Dan, meledak.

AHHHHH!!!” Cheska mengejang, lagi-lagi terhajar nikmatnya kilat orgasme.

Srrrrrhh… srrrr… srrrr…

Gadis tersebut tiada ragu mengencingi muka Ergi yang masih sibuk menjilat. Begitu jalang, tanpa segan.

Fyuuuh, masih banyak juga, yah, cadangan air pipis kamu, Ches?” kagum Ergi menyeka-nyeka matanya yang kena semprot. Ia tak menduga mantannya ini bakal squirting lagi.

Hhhhhhhhhhhh… I-iyalaaah, mantep banget aku dapet orgasme terusssh, hihihih,” Cheska terengah sesaat. “Nono, bukan orgasme. Tapi, Ergismeh~ ahahahah,”

Usai mengeringkan wajahnya yang kuyup oleh semburan air cinta Cheska, Ergi pun tersenyum. Kini, giliran sang Pejantan menikmati jatahnya. Belum sempat Cheska menetralkan irama nafas yang termegap-megap, lelaki itu sudah kembali naik ke atas sejajarkan tubuh. Cheska mengerti. Gadis itu segera kangkangkan kaki berbalut stocking jalanya lebar-lebar. Ergi merapatkan batang keintimannya melekat ke area pangkal paha Cheska. Ia atur sedemikian rupa posisi, sampai bisa Ergi rasakan kepala penisnya yang sensitif kini menyentuh celah garis rapat bibir kewanitaan Cheska.

Pelan-pelan, Ergi memajukan pantat melesakkan batang kelelakiannya ‘memasuki’ tubuh Cheska. Bulat kepala penisnya secara lembut menguak belahan bibir kemaluan Cheska yang berlinangan lendir vagina. Sempit, hangat, dan ketat, rasa isi rongga keintiman milik mantan kekasihnya tersebut. Ya, baru pertama kali ini Ergi mencicipi liang surga milik Cheska. Penis Ergi terus merangsek menelusup rengkuhan dinding vagina si Cantik hingga jauh, sampai tertumbuk pada suatu membran selaput tipis yang menahannya.

Ouuuuhss…,” Cheska meringis, telapak tangan lembutnya menahan perut Ergi seakan minta kesabaran total. Tombak kejantanan milik si Pemuda belum sampai masuk seluruhnya, namun Cheska sudah bisa merasai selaput daranya terdorong sesak.

Ergi paham akan perih yang diterima Cheska. Perempuan yang tengah diperawani, menurut dari literatur yang ia baca, kemungkinan akan didera rasa sakit yang lumayan mengganggu. Meski lelaki itu mendapati dinding kemaluan Cheska sudah licin dan basah, namun robeknya selaput dara adalah soal lain. Maka, hentakan pinggulnya pun ia perhalus. Ergi lakukan gerak sodok maju-mundur secara lembut sebagai pemanasan, membelai bagian depan ceruk peranakan Cheska agar gadis itu bisa beradaptasi maksimal. Sampai pada suatu titik, Cheska mengangguk pelan. SLEPPPH! Ergi hujamkan tusukan penisnya menerobos lorong vagina sedalam mungkin—hingga menyentuh mulut rahim. Kontan saja sang Putri Konglomerat pun menjerit.

AAAAHH!! ANJING! Anjiiiiiinghhh~ f-fuckhhh,

“Sakit, Sayang?” bisik Ergi lembut mengecup kening Cheska.

“S-Sakit bangeeethh, Ergiiih! Ahhhhh~”

Ergi memagut bibir Cheska untuk menenangkan kepanikan gadis bertubuh mulus tersebut. Sejenak, lidah mereka menari-nari, saling membelai serta menghisap liur bergigitan bibir sesaat. Sampai-sampai Cheska keluarkan makian binatang, pasti sakitnya terasa nyata luar biasa.

“Ergiiih~ gede banget kontol kamu, gila! Baru bener-bener kerasa pas dimasukiiinhh~” dengus Cheska terengah. Tampak, badan gadis itu berkeringat mengejat-ngejat tegang. Tentu saja akibat rasa teramat perih pasca diperawani. Kentara dari muka cantiknya yang memerah serta air bening yang membulat di sudut mata. Praktis, Cheska sudah ingin menangis. Tapi, coba ia tahan dengan kuat. Batang Ergi yang kekar, sepertinya terlalu ‘ganas’ buat liang percintaannya yang kecil.

Ergi menghentikan ayunan panggulnya sejenak. Ia benamkan tonggak kejantanannya sejauh mungkin dalam cengkeraman dinding bagian ujung rongga kelamin Cheska. Shit, enak banget jepitan memek si Bandel ini, batin Ergi gelisah. Begitu erat menghimpit, bagaikan ingin meremas habis ‘benda asing’ yang menyesaki penuh di dalamnya.

“Kamu, mau istirahat dulu?” Ergi berdesah. Gadis dibawahnya pun menggeleng lemah.

“G-Gapapa, Ergi… j-jangan berenti. Terus entotin aku. J-Jangan pikirin—Aaaaaah! Sssssshhh~”

Belum sempat Cheska menyelesaikan ucapannya, Ergi sudah kembali menggoyangkan pantat menyetubuhi perempuan berkilat mata nakal tersebut. Lambat laun, kengiluan yang Cheska terima mulai sekelebat-kelebat bercampur rasa nikmat. Ergi menggasakan penisnya mengaduk-aduk lembut isi vagina sang Gadis. Sekian menit beradaptasi, Cheska pun mulai turut merasakan lezatnya bercinta. Enaknya dientot. Sedapnya dikontolin. Kontol Ergi yang bueeesar banget~.

SLPPPPHH… SLLLPPPHH.. SLPPPH… SLPPPH…

AaaaashOoouhhh…,”

CPLAKK… SPLAKK… SLPPPH… SPLAKK…

Mmmmmhhaaaaah~”

Miss you, Honey,

Miss you too, Ergi,

“Gapapa aku perawanin? Gak nyesel aku nodain?”

Hell no, Ergi. Kalo perlu, bikin aku bunting anak kamu.”

“G-Gila, kamu, Cheshh~”

SPLAKKK… SPLAKKK… CPLAKK… SLPHHH… SLPPHHH…

Suara kecipak lendir merebak syahdu seiring peraduan kelamin mereka. Menatap sayang Cheska, Ergi mulai memompa alat vitalnya lebih cepat, menimbulkan pergesekan hangat antar permukaan batang penis dengan dinding relung keintiman sang Gadis. Cheska melenguh nyaring. Tubuh mungilnya menggelinjang-linjang lemas. Erangan-erangan lirih berlantunan merdu dari bibirnya, sebagai pelampiasan hasrat percintaan dengan sentuhan nikmat campur sakit.

SLPPPPHH… SLLLPPPHH.. SLPPPH… SLPPPH…

Yeaaah, Gi~ t-terus, Gi~ udah mulai enak iniiiiih!!! Entotin akuuh, Giih! Pecunin akuuh!” lenguh Cheska jalang. Ergi pun kian mengencangkan sodokannya, memvariasikan gerak persetubuhan dengan memutar-mutar halus.

CPLAKKK… CPLAKKK… CPLAKK… SPLAKKK…

“Anjinghh, anjiiiing, anjiiinghh!! Gede banget kontol kamu, bangsaaathh!“ maki Cheska menoleh kanan-kiri memejam erat. Dari kondisi kejangannya, amat jelas si Bandel ini sudah tak kuasa lagi mengekang klimaks. ‘Tombak’ Ergi nan besar yang mengawini serta mengubek-ubek vagina Cheska sungguh membuat gila. Gadis cantik ber-stocking jala hitam itu sudah siap menerima hadiah orgasme ketiga. Sebelum Cheska melayang, Ergi buru-buru berbisik.

“Aku juga pengen keluar, Sayanghh. Memek perawan kamu peret. Aku gak tahaaanh!’

Cum inside, Giiihh. Nodain aku. Aku udah siap pil anti hamil~”

“B-Bener?”

“Beneraaan, Giih... aku pengen dipejuin kamuuuh!” rengek Cheska.

SPLAKK… CPLAKK… CPLAK… CPLAKKKK…

“C-Cheskaaah! DAMN! Sempit banget sih memek kamu! Ahhhhh!!!”

Dan akhirnya, batang kejantanan Ergi duluan-lah yang takluk menerima pelintiran otot-otot kewanitaan Cheska. Lubang kecil di kepala penisnya terkuak lebar menyeburkan deras milyaran sel sperma membuahi sang Gadis. Punggung Ergi membusur kencang, lehernya menengah ke atas. Bak singa jantan yang sukses menggagahi betinanya, pekik maskulinnya meraung lepas.

UUAAAAAAHHHH!!

Bruk

Ergi ambruk, terjatuh di atas badan Cheska yang menyusul terbang gapai puncaknya. Banjir hangat ia rasakan saat si Cantik Binal itu mengompol lagi. Ergi meremas lembut rambut mantan kekasihnya tersebut. Mengecup sayang kepala sang Gadis saat raga belianya mengejang-ngejang penuh lenguhan. Lenguhan manja. Beri pujian pada si Jantan bahwa kelaminnya sungguh perkasa.

Nghh~ Ergiiiihh~”

“Ya, Sayang?”

“Selangkangan aku pegel~ cabut titit kamu, sayang.”

Plop! Ergi melepas penisnya. Liang percintaan Cheska tampak merenggang bulat layaknya huruf O. Selaput dara sang Putri Konglomerat akhirnya hilang terkoyak. Lelehan sperma campur darah kegadisan mengalir indah, diterangi remangnya cahaya lampu kamar hotel.

Di luar sana, hujan telah berhenti. Sinar bulan di balik awan, perlahan pancarkan putihnya.

Love you, Gi.”

Ihahh,” sejenak, Ergi mendesah, pilu. “love you too, Ches,”



-------------------------------​


Kembali ke hari ini....



Rafaelo : Woi, gimana nasib lo? Sukses ‘naik pangkat’ jadi pacar si Cheska?

Gigachad_Faruk : Ya gitulah

Rafaelo : Besok kita makan-makan kan? Di mana?

Gigachad_Faruk : Serah lah.

Rafaelo : Tapi gimana nih? Lo belum jawab. Kita makan-makan rayain kebahagiaan atau tangisi kesedihan?

Gigachad_Faruk : Gue ditolak, Raf.

Rafelo : Hah, serius?

Gigachad_Faruk : Serius.

Rafaelo : Setau gue, cowok yang paling deket ama Cheska itu ya cuma elo. Kalo elo aja buyar, gimana yang lain? Hahaha.

Gigachad_Faruk : Sok tau lo. Ada lagi kok.

Rafaelo : Siapa?

Gigachad_Faruk : Ya mantan monyetnya lah. Dia gak sekolah di DNS, jelas aja lo gak bakal tau.

Rafelo : Oufff, turut berduka.

Gigachad_Faruk : Thanks, My friend.

Rafaelo : Pesan gue, Far, keep bastard, jangan sedih. Kalo perlu, lu entot nungging si Giztha aja sebagai pelampiasan, hahaha.

Gigachad_Faruk : Bhahaha govlok.





-------------------------------

Thanks apdetnya bro @AndreDiaz ....lanjooottt sampai Tamat....
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd