Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA IL ATTORE (The Actor)

Status
Please reply by conversation.
Bimabet


CHAPTER V
Rendy vs Faruk



Year 2018 (Dua Tahun Lalu)....


Hari pertama sekolah, pastinya adalah hari yang menyenangkan bagi sebagian besar para Murid baru. Apalagi, beda dengan SMU lain pada umumnya, di DNS International School tidaklah ada kegiatan Masa Orientasi Sekolah (MOS) resmi di mana para Kakak Kelas bisa berakting sok kuasa atau berlagak cool kepada junior mereka. Siswa-siswi baru langsung berhak mengenakan seragam harian SMU DNS mereka dan mengikuti jadwal pelajaran seperti biasa. Namun, tentu saja di hari tersebut belumlah ada materi bidang studi. Hanya acara resmi pidato penerimaan dari principal (Kepsek), perkenalan singkat pilihan kelas akademik beserta klub-klub ekstrakurikuler yang ada, disusul penyelesaian administrasi lanjutan dan hal-hal temeh lainnya. Yup, betul-betul momen penuh antusiasme bagi sebagian besar newcomer. Dan, tidak bagi sebagian kecil dari mereka.

Sherry, adalah salah satu dari murid baru yang di hari itu rasanya ingin cepat-cepat pulang. Waktu terasa begitu lambat dan berat dijalani bagi sang Gadis. Tepat di pukul 13.00, seusai acara rehat di mana Sherry sama sekali tak beselera makan, tampak duduk gelisah si ‘anak baru idola’ yang kecantikannya langsung menarik banyak perhatian orang tersebut di sudut ruangan kelas. Bersama dengan sekitar 20 orang murid lainnya, Sherry mengikuti jadwal pertemuan pertama dengan homeroom teacher (wali kelas) mereka. Namanya Miss Alina, wanita muda asal Australia yang taksiran umurnya sekitar 30-an.

Setelah perkenalan kecil plus basa-basi sejenak, Miss Alina lalu meminta para murid untuk mengisi lembaran academic forms yang telah dibagikan pada semua. Karena sebelumnya telah janjian, tanpa pikir panjang Sherry pun langsung memilih bidang mata pelajaran serta klub ekstrakurikuler yang sama dengan Cheska dan Giztha, teman se-geng setianya semasa sekolah di Junior High (SMP) DNS kemarin.

Sherry menyerahkan form tersebut kepada Miss Alina lalu kembali ke kursinya. Ia tampak tertunduk lesu, memijat kepala. Dengan mata terpejam serta bibir meringis menahan sakit, sang Gadis berusaha terus memaksakan diri untuk mengikuti kegiatan hingga akhir. Ia sungguh tak mengerti mengapa sejak tadi pagi badannya amat terasa tak enak. Kepala diserang rasa pening tak karuan.

Kini, tiba waktunya perkenalan para murid. Tiap-tiap orang diminta maju ke depan kelas satu persatu untuk memperkenalkan diri secara singkat. Di titik itu, kesadaran otak Sherry sudah agak membuyar. Ia tak sanggup lagi untuk terus menerus menatap lurus ke arah depan. Sherry lagi-lagi memejam erat, memusatkan segenap sisa kekuatannya pada telinga yang fokus mendengarkan.

Raphael dari Brazil… Anthony dari Kanada… Joshua dari Amerika… Bianca orang sini… Akmal orang sini… ahh…

Miss Sherlina? Miss Sherlina?”

Seluruh mata melirik pada siswi cantik itu, penasaran apa yang terjadi.

Miss Sherlina Laurencia Darmawan!”

Sherry terperanjat kaget begitu namanya dipanggil. Lamat-lamat, ia pun bangkit dari kursi. Kedua kakinya melangkah ringkih dengan gerak sempoyongan. Pandangannya seketika buram menggelap. Sendi-sendi tulangnya seperti hilang cantolan. BRUG! Bak boneka tali digunting putus, Sherry akhirnya ambruk, tertelungkup di lantai. Beberapa murid perempuan sontak menjerit. Para lelaki, tentu saja sigap bangkit dari kursi demi berusaha menolong Sherry. Berebutan membopongi siswi cantik berkulit mulus bak porselen itu ke infirmary room (ruang perawatan medis).

Enough! Enough! Back to your chair!” seru Miss Alina tegas mengambil kendali. “Faiz, Abrar, tolong bawa Miss Sherlina ke infirmary room! Pelan-pelan aja, hati-hati!” sambung guru cantik bermata biru cerah tersebut menyuruh dua anak bertampang polos nan alim yang tak ikut membuat keributan.

Huuu! Rejeki anak soleh!” Teriak segelintir murid kepada dua orang beruntung tersebut, yang lantas memangku tubuh ranum Sherry dengan tangan gemeteran.



---------------------------------------​



Hah?

Eh, dimana ini?

Ah gila, beneran pingsan kan, gue.

Pake gengsi minta ijin pulang segala, pula…



Sherry mengerjap-ngerjap pelan. Hanya butuh kurang dari satu menit gadis itu menyadari kalau dirinya tengah terbaring di ruang medis. Tentu saja, karena interiornya sangat khas. Ranjang berseprei putih, lemari obat-obatan, stetoskop serta alat tensi di meja kerja, pokoknya mirip ruangan dokter di klinik langganan Sherry dekat rumahnya. Namun, di ruangan itu tidak ada sama sekali bapak-bapak tua berjas putih ditemani suster. Hanya ada satu lelaki yang muncul di sana. Dan, ia berseragam sekolah DNS seperti halnya Sherry.




“Hey… udah bangun?” laki-laki itu bangkit dari kursi, mendekati sang Gadis. “Aku Rendy, anak tahun ketiga. Tadi aku disuruh Bu Frieda jaga kamu. Maaf, jangan takut, yah, heheh…,”

Huh?

Sherry sepersekian detik membisu terbius aura pemuda berwajah tampan serta meneduhkan tersebut. Sebetulnya gadis itu merasa kaget dan was-was ada lelaki asing memperhatikannya ketika ia pingsan. Namun, begitu tahu pemuda itu adalah kakak senior yang memang ditugaskan, Sherry pun merasa aman. Gestur defensifnya seketika ia longgarkan.

Emmmh, aku tadi p-pingsan berapa lama, Kak?”

“Haha, kurang tau, aku lupa nanya ke Bu Frieda.” Laki-laki itu tertawa renyah, “Aku juga baru lima menitan dateng ke sini. Who knows?” tuturnya.

“Bu… Frieda?”

“Iya, Bu Frieda, perawat jaga infirmary room ini. Pake Jilbab, masih muda, pake kacamata. Beliau lagi ada perlu sebentar ke ruang principal. Jadi, yah… aku deh yang disuruh jaga gantiin.”

Sherry sungguh tak sadar jika bola matanya terus terpana menatap paras si Pemuda. Entah kenapa, ia merasa tenang ditemani oleh lelaki yang bahkan bertemu saja baru hari itu. Sherry hanya terdiam manut ketika tangan ‘Kakak Senior Tampan’-nya itu bergerak merabai kening, lalu perut, hingga betis kakinya, memeriksa sekujur tubuhnya bak dokter berpengalaman.

“Oh iya, nama kamu siapa?” tanya Rendy seraya menggenggam jemari Sherry, memijat-mijatnya halus.

“Sherlina, Kak, murid baru.” Sherry manis tersenyum, mencoba sedikit tebar pesona.

Emmm, ngomong-ngomong kamu udah ngerasa baikan sekarang?”

“Udah, Kak.”

“Abis ini kamu langsung makan, yah? Aku bawa roti isi cokelat, kalo kamu mau.”

Kembali, Sherry menangguk tanpa ragu. Masih terduduk lemas di atas ranjang, ia pun lekas melahap roti isi yang diberikan Rendy secara pelan dan tetap jaga image, agar tak terlihat bar-bar alias kelaparan.

Rendy menggaruk-garuk kepala. “Enggg, maaf…,”

“Kenapa, Kak?”

“Itu… kasurnya...,”

YA TUHAN!

Hampir meledak rasanya kepala Sherry kala ia melihat ada sebercak noda darah di seprei putih dekat posisi pinggulnya duduk. Gadis itu benar-benar lupa kalau hari ini ia sedang menstruasi! Tak ayal, rona muka Sherry pun serentak memerah padam. Merah seperti kepiting rebus adalah kiasan yang cocok untuk menggambarkannya.

“Kalo mo ganti atau bersih-bersih, mmm, itu toiletnya,” tunjuk Rendy pada sebuah pintu. “Biar sepreinya aku lepasin,”

Sherry bergeliat tanpa melirik Rendy secuilpun saat ia buru-buru bangkit dari ranjang lalu meraih tasnya. Ia segera menghilang ke dalam toilet dengan perasaan kesal. Kesal karena pada awalnya ingin bercantik-cantik ria di depan Kak Rendy, tapi malah si ‘Pembalut Bocor’ muncul membawa petaka. Untunglah Sherry sedia pembalut baru plus celana dalam ganti sebelum berangkat.

Eh, tapi roknya?

Ah, whatever! pikir Sherry bete, toh dari infirmary room ini dia mau langsung ijin pulang…

Shit! Ancur udah reputasi gue di depan Kak Rendy! Mudah-mudahan aja dia gak nganggep gue culun. Biasa aja kali perempuan kayak gini, namanya aja kecelakaan, huh, batin sang Gadis misuh-misuh seraya mencuci memeknya hingga bersih.

Beres dengan urusan kewanitaan, Sherry pun kembali membuka pintu toilet dinaungi segenap keberaniannya. Ia tersenyum tipis pada Rendy, duduk di sofa dekat meja perawat.

Santai, Sherry, santai. Stay cool.

“Makasih ya, Kak. Aku gak nyadar, lho…,”

“Eh, iya, gapapa.” balas Rendy simpatik. “Jangan takut, aku gak akan cerita ke siapa-siapa, kok.” lanjutnya berjanji.

Thanks.” Sherry mengedipkan sebelah mata, penuh goda.

Bruk!

Tiba-tiba, pintu Infirmary Room terbuka. Nyelonong masuklah sesosok wanita dengan mulut berkomat-kamit mengunyah permen karet membawa setumpuk map di tangannya. Mungkinkah ini Bu Frieda? benak Sherry yang memang belum pernah bertemu dengan perawat medis sekolah ini, berhubung tadi ia masih dalam keadaan pingsan. Ngeliat ciri-ciri yang dibilang Kak Rendy sih…

“Faruk? Udah minum obat maag sama oles kayu putihnya? Kamu ditunggu Miss Erika tuh di ruang guru, belum ngisi Academic Form!

Hah? Sherry mengangkat alis, lalu menoleh ke arah Rendy.

Rendy, si Senior ganteng itu, ternyata sudah menghilang dari kursinya seakan ingin buru-buru meninggalkan ruangan.

“U-Udah, Bu! P-Permisi, ehehehe,”

“Loh, Bu?” Sherry turut bangkit dari sofa, “Kakak tadi itu namanya siapa? Rendy, kan?”

“Faruk.” tukas Bu Frieda cuek, menghempas map-map di lengannya ke atas meja. “Dia anak baru juga, kok. Tadi sih sakit maag, katanya. Disuruh minum obat sebentar kok malah leyeh-leyeh.”

“Faruk?”

“Iya, Faruk.”

“A-Anak baru juga?” Bola mata Sherry membelalak.

“Iya!”

“HAAAAAAAAH?!”

Dan, semenjak kejadian itulah Sherry membenci Faruk setengah mati. Sherry betul-betul malu dan sakit hati. Gadis itu bahkan terlalu malu untuk melaporkannya ke guru. Sekeluarnya dari infirmary room, Sherry lantas menguber-nguber cowok gak jelas yang namanya Faruk Faruk itu dengan kemarahan memuncak. PLAAKKKK! Sherry menampar pipi Faruk sekuat tenaga di koridor depan, disaksikan banyak murid-murid yang berlalu-lalang di sana. Tanpa bicara apa-apa. Tanpa melontarkan sepatah kalimat murka apa pun. Hanya mereka berdua yang tahu cerita di balik tamparan misterius tersebut di sore itu.

Walau dalam hati, Sherry sungguh menyesal telah mengakui kegantengan Faruk di awal pertama kali gadis itu melihatnya. Menyesal telah bersikap agak genit dan sok tebar pesona. Ditambah lagi insiden pembalut bocor itu....

AAAAAARGH!



---------------------------------------​



Back to akhir 2020, sekarang….


“Sher? Sherry?”

“HAH? Eh?”

Sherry terperanjat kaget bangun dari mimpinya. Betul-betul konyol. Entah sejak kapan ia beneran jatuh tertidur? Padahal, niat awalnya hanya pura-pura saja. Pura-pura kok jadi beneran, ahh

“Kita udah nyampe Metropole, nih. Langsung ke hotel?”

“Gak! Mancing di empang dulu!” sembur Sherry galak, “Ya iya, lah! Gimana sih?”

Faruk menggeleng. “Ya ampun, Sherry, salah aku apa? Bangun-bangun langsung ngegas…,”

“Kamu nyebelin!”

“Kamu?”

“LO nyebelin!”

Tawa Faruk berderai. Makin lama makin kelihatan dibuat-buat saja sikap ketus si Cantik ini. Memang, es itu hanya bisa mencair kalau terus diberi atmosfer hangat. Seberapapun dinginnya. Seberapapun kerasnya. Cepat atau lambat.

Sherry… Sherry. Dasar si Pembalut Bocor…. Dalam hati, pemuda tersebut terbahak, Well, selamat pagi Metropole, here we come!







---------------------------------------​
Makasih apdetnya bro @AndreDiaz ...***s pooolll....mantafff
 


CHAPTER V
Rendy vs Faruk



Year 2018 (Dua Tahun Lalu)....


Hari pertama sekolah, pastinya adalah hari yang menyenangkan bagi sebagian besar para Murid baru. Apalagi, beda dengan SMU lain pada umumnya, di DNS International School tidaklah ada kegiatan Masa Orientasi Sekolah (MOS) resmi di mana para Kakak Kelas bisa berakting sok kuasa atau berlagak cool kepada junior mereka. Siswa-siswi baru langsung berhak mengenakan seragam harian SMU DNS mereka dan mengikuti jadwal pelajaran seperti biasa. Namun, tentu saja di hari tersebut belumlah ada materi bidang studi. Hanya acara resmi pidato penerimaan dari principal (Kepsek), perkenalan singkat pilihan kelas akademik beserta klub-klub ekstrakurikuler yang ada, disusul penyelesaian administrasi lanjutan dan hal-hal temeh lainnya. Yup, betul-betul momen penuh antusiasme bagi sebagian besar newcomer. Dan, tidak bagi sebagian kecil dari mereka.

Sherry, adalah salah satu dari murid baru yang di hari itu rasanya ingin cepat-cepat pulang. Waktu terasa begitu lambat dan berat dijalani bagi sang Gadis. Tepat di pukul 13.00, seusai acara rehat di mana Sherry sama sekali tak beselera makan, tampak duduk gelisah si ‘anak baru idola’ yang kecantikannya langsung menarik banyak perhatian orang tersebut di sudut ruangan kelas. Bersama dengan sekitar 20 orang murid lainnya, Sherry mengikuti jadwal pertemuan pertama dengan homeroom teacher (wali kelas) mereka. Namanya Miss Alina, wanita muda asal Australia yang taksiran umurnya sekitar 30-an.

Setelah perkenalan kecil plus basa-basi sejenak, Miss Alina lalu meminta para murid untuk mengisi lembaran academic forms yang telah dibagikan pada semua. Karena sebelumnya telah janjian, tanpa pikir panjang Sherry pun langsung memilih bidang mata pelajaran serta klub ekstrakurikuler yang sama dengan Cheska dan Giztha, teman se-geng setianya semasa sekolah di Junior High (SMP) DNS kemarin.

Sherry menyerahkan form tersebut kepada Miss Alina lalu kembali ke kursinya. Ia tampak tertunduk lesu, memijat kepala. Dengan mata terpejam serta bibir meringis menahan sakit, sang Gadis berusaha terus memaksakan diri untuk mengikuti kegiatan hingga akhir. Ia sungguh tak mengerti mengapa sejak tadi pagi badannya amat terasa tak enak. Kepala diserang rasa pening tak karuan.

Kini, tiba waktunya perkenalan para murid. Tiap-tiap orang diminta maju ke depan kelas satu persatu untuk memperkenalkan diri secara singkat. Di titik itu, kesadaran otak Sherry sudah agak membuyar. Ia tak sanggup lagi untuk terus menerus menatap lurus ke arah depan. Sherry lagi-lagi memejam erat, memusatkan segenap sisa kekuatannya pada telinga yang fokus mendengarkan.

Raphael dari Brazil… Anthony dari Kanada… Joshua dari Amerika… Bianca orang sini… Akmal orang sini… ahh…

Miss Sherlina? Miss Sherlina?”

Seluruh mata melirik pada siswi cantik itu, penasaran apa yang terjadi.

Miss Sherlina Laurencia Darmawan!”

Sherry terperanjat kaget begitu namanya dipanggil. Lamat-lamat, ia pun bangkit dari kursi. Kedua kakinya melangkah ringkih dengan gerak sempoyongan. Pandangannya seketika buram menggelap. Sendi-sendi tulangnya seperti hilang cantolan. BRUG! Bak boneka tali digunting putus, Sherry akhirnya ambruk, tertelungkup di lantai. Beberapa murid perempuan sontak menjerit. Para lelaki, tentu saja sigap bangkit dari kursi demi berusaha menolong Sherry. Berebutan membopongi siswi cantik berkulit mulus bak porselen itu ke infirmary room (ruang perawatan medis).

Enough! Enough! Back to your chair!” seru Miss Alina tegas mengambil kendali. “Faiz, Abrar, tolong bawa Miss Sherlina ke infirmary room! Pelan-pelan aja, hati-hati!” sambung guru cantik bermata biru cerah tersebut menyuruh dua anak bertampang polos nan alim yang tak ikut membuat keributan.

Huuu! Rejeki anak soleh!” Teriak segelintir murid kepada dua orang beruntung tersebut, yang lantas memangku tubuh ranum Sherry dengan tangan gemeteran.



---------------------------------------​



Hah?

Eh, dimana ini?

Ah gila, beneran pingsan kan, gue.

Pake gengsi minta ijin pulang segala, pula…



Sherry mengerjap-ngerjap pelan. Hanya butuh kurang dari satu menit gadis itu menyadari kalau dirinya tengah terbaring di ruang medis. Tentu saja, karena interiornya sangat khas. Ranjang berseprei putih, lemari obat-obatan, stetoskop serta alat tensi di meja kerja, pokoknya mirip ruangan dokter di klinik langganan Sherry dekat rumahnya. Namun, di ruangan itu tidak ada sama sekali bapak-bapak tua berjas putih ditemani suster. Hanya ada satu lelaki yang muncul di sana. Dan, ia berseragam sekolah DNS seperti halnya Sherry.




“Hey… udah bangun?” laki-laki itu bangkit dari kursi, mendekati sang Gadis. “Aku Rendy, anak tahun ketiga. Tadi aku disuruh Bu Frieda jaga kamu. Maaf, jangan takut, yah, heheh…,”

Huh?

Sherry sepersekian detik membisu terbius aura pemuda berwajah tampan serta meneduhkan tersebut. Sebetulnya gadis itu merasa kaget dan was-was ada lelaki asing memperhatikannya ketika ia pingsan. Namun, begitu tahu pemuda itu adalah kakak senior yang memang ditugaskan, Sherry pun merasa aman. Gestur defensifnya seketika ia longgarkan.

Emmmh, aku tadi p-pingsan berapa lama, Kak?”

“Haha, kurang tau, aku lupa nanya ke Bu Frieda.” Laki-laki itu tertawa renyah, “Aku juga baru lima menitan dateng ke sini. Who knows?” tuturnya.

“Bu… Frieda?”

“Iya, Bu Frieda, perawat jaga infirmary room ini. Pake Jilbab, masih muda, pake kacamata. Beliau lagi ada perlu sebentar ke ruang principal. Jadi, yah… aku deh yang disuruh jaga gantiin.”

Sherry sungguh tak sadar jika bola matanya terus terpana menatap paras si Pemuda. Entah kenapa, ia merasa tenang ditemani oleh lelaki yang bahkan bertemu saja baru hari itu. Sherry hanya terdiam manut ketika tangan ‘Kakak Senior Tampan’-nya itu bergerak merabai kening, lalu perut, hingga betis kakinya, memeriksa sekujur tubuhnya bak dokter berpengalaman.

“Oh iya, nama kamu siapa?” tanya Rendy seraya menggenggam jemari Sherry, memijat-mijatnya halus.

“Sherlina, Kak, murid baru.” Sherry manis tersenyum, mencoba sedikit tebar pesona.

Emmm, ngomong-ngomong kamu udah ngerasa baikan sekarang?”

“Udah, Kak.”

“Abis ini kamu langsung makan, yah? Aku bawa roti isi cokelat, kalo kamu mau.”

Kembali, Sherry menangguk tanpa ragu. Masih terduduk lemas di atas ranjang, ia pun lekas melahap roti isi yang diberikan Rendy secara pelan dan tetap jaga image, agar tak terlihat bar-bar alias kelaparan.

Rendy menggaruk-garuk kepala. “Enggg, maaf…,”

“Kenapa, Kak?”

“Itu… kasurnya...,”

YA TUHAN!

Hampir meledak rasanya kepala Sherry kala ia melihat ada sebercak noda darah di seprei putih dekat posisi pinggulnya duduk. Gadis itu benar-benar lupa kalau hari ini ia sedang menstruasi! Tak ayal, rona muka Sherry pun serentak memerah padam. Merah seperti kepiting rebus adalah kiasan yang cocok untuk menggambarkannya.

“Kalo mo ganti atau bersih-bersih, mmm, itu toiletnya,” tunjuk Rendy pada sebuah pintu. “Biar sepreinya aku lepasin,”

Sherry bergeliat tanpa melirik Rendy secuilpun saat ia buru-buru bangkit dari ranjang lalu meraih tasnya. Ia segera menghilang ke dalam toilet dengan perasaan kesal. Kesal karena pada awalnya ingin bercantik-cantik ria di depan Kak Rendy, tapi malah si ‘Pembalut Bocor’ muncul membawa petaka. Untunglah Sherry sedia pembalut baru plus celana dalam ganti sebelum berangkat.

Eh, tapi roknya?

Ah, whatever! pikir Sherry bete, toh dari infirmary room ini dia mau langsung ijin pulang…

Shit! Ancur udah reputasi gue di depan Kak Rendy! Mudah-mudahan aja dia gak nganggep gue culun. Biasa aja kali perempuan kayak gini, namanya aja kecelakaan, huh, batin sang Gadis misuh-misuh seraya mencuci memeknya hingga bersih.

Beres dengan urusan kewanitaan, Sherry pun kembali membuka pintu toilet dinaungi segenap keberaniannya. Ia tersenyum tipis pada Rendy, duduk di sofa dekat meja perawat.

Santai, Sherry, santai. Stay cool.

“Makasih ya, Kak. Aku gak nyadar, lho…,”

“Eh, iya, gapapa.” balas Rendy simpatik. “Jangan takut, aku gak akan cerita ke siapa-siapa, kok.” lanjutnya berjanji.

Thanks.” Sherry mengedipkan sebelah mata, penuh goda.

Bruk!

Tiba-tiba, pintu Infirmary Room terbuka. Nyelonong masuklah sesosok wanita dengan mulut berkomat-kamit mengunyah permen karet membawa setumpuk map di tangannya. Mungkinkah ini Bu Frieda? benak Sherry yang memang belum pernah bertemu dengan perawat medis sekolah ini, berhubung tadi ia masih dalam keadaan pingsan. Ngeliat ciri-ciri yang dibilang Kak Rendy sih…

“Faruk? Udah minum obat maag sama oles kayu putihnya? Kamu ditunggu Miss Erika tuh di ruang guru, belum ngisi Academic Form!

Hah? Sherry mengangkat alis, lalu menoleh ke arah Rendy.

Rendy, si Senior ganteng itu, ternyata sudah menghilang dari kursinya seakan ingin buru-buru meninggalkan ruangan.

“U-Udah, Bu! P-Permisi, ehehehe,”

“Loh, Bu?” Sherry turut bangkit dari sofa, “Kakak tadi itu namanya siapa? Rendy, kan?”

“Faruk.” tukas Bu Frieda cuek, menghempas map-map di lengannya ke atas meja. “Dia anak baru juga, kok. Tadi sih sakit maag, katanya. Disuruh minum obat sebentar kok malah leyeh-leyeh.”

“Faruk?”

“Iya, Faruk.”

“A-Anak baru juga?” Bola mata Sherry membelalak.

“Iya!”

“HAAAAAAAAH?!”

Dan, semenjak kejadian itulah Sherry membenci Faruk setengah mati. Sherry betul-betul malu dan sakit hati. Gadis itu bahkan terlalu malu untuk melaporkannya ke guru. Sekeluarnya dari infirmary room, Sherry lantas menguber-nguber cowok gak jelas yang namanya Faruk Faruk itu dengan kemarahan memuncak. PLAAKKKK! Sherry menampar pipi Faruk sekuat tenaga di koridor depan, disaksikan banyak murid-murid yang berlalu-lalang di sana. Tanpa bicara apa-apa. Tanpa melontarkan sepatah kalimat murka apa pun. Hanya mereka berdua yang tahu cerita di balik tamparan misterius tersebut di sore itu.

Walau dalam hati, Sherry sungguh menyesal telah mengakui kegantengan Faruk di awal pertama kali gadis itu melihatnya. Menyesal telah bersikap agak genit dan sok tebar pesona. Ditambah lagi insiden pembalut bocor itu....

AAAAAARGH!



---------------------------------------​



Back to akhir 2020, sekarang….


“Sher? Sherry?”

“HAH? Eh?”

Sherry terperanjat kaget bangun dari mimpinya. Betul-betul konyol. Entah sejak kapan ia beneran jatuh tertidur? Padahal, niat awalnya hanya pura-pura saja. Pura-pura kok jadi beneran, ahh

“Kita udah nyampe Metropole, nih. Langsung ke hotel?”

“Gak! Mancing di empang dulu!” sembur Sherry galak, “Ya iya, lah! Gimana sih?”

Faruk menggeleng. “Ya ampun, Sherry, salah aku apa? Bangun-bangun langsung ngegas…,”

“Kamu nyebelin!”

“Kamu?”

“LO nyebelin!”

Tawa Faruk berderai. Makin lama makin kelihatan dibuat-buat saja sikap ketus si Cantik ini. Memang, es itu hanya bisa mencair kalau terus diberi atmosfer hangat. Seberapapun dinginnya. Seberapapun kerasnya. Cepat atau lambat.

Sherry… Sherry. Dasar si Pembalut Bocor…. Dalam hati, pemuda tersebut terbahak, Well, selamat pagi Metropole, here we come!







---------------------------------------​
Makasih apdetnya bro @AndreDiaz ...***s pooolll....mantafff
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd