Sebelum membuat update ini, nubi mengontak Husna, suhu sekalian. Kontak dilakukan via BBM, namanya sudah nubi ubah, jadi sesuai dengan cerita. Di samping untuk menjaga privasi doi, yang saat ini sudah berstatus binor.
Nubi mengontak Husna, untuk membantu ingatan, sebab ada detail yang nubi lupa saat kejadian di Bantimurung ini. Kami menyebut Bantimurung dengan kode BM, hehe..
***
Update 2
***
Puting susu Husna yang sebelumnya tenggelam dalam
areola, kukecup, kuhisap dalam bergantian, berulang-ulang..
Wajah Husna seketika menengadah, jeritan kecil terlontar berulang-ulang dari bibirnya.
"Akh, Kaakk.. Ssshh... Hhnnnn.. Kaak... Ouhh...."
Tangannya meremas rambut di belakang kepalaku, menekan wajahku lebih dalam, terbenam dalam keindahan payudara remajanya..
Tubuh bagian atas Husna menggelinjang, menanggapi sentuhan bibir dan lidahku yang bertubi-tubi di buah dadanya. Matanya terkatup rapat, sesekali membelalak, setiap kali – mungkin – dirasakannya sensasi baru yang menusuk-nusuk kesadarannya.
Geliat tubuhnya sedikit menyusahkanku dengan kegiatan baruku yang nikmat. Maka tanganku perlahan kupindahkan dari payudaranya, turun menangkup bulatan pantatnya, yang melembung empuk di pangkuanku. Kuremas lembut dengan tujuan sedikit menahan gerak tubuhnya yang tersentak-sentak.
Kian lama kurasakan puting susunya semakin mengeras dan mencuat. Sensasi perubahan tekstur saat putingnya mengalami ereksi, terasa membuai lidah dan bibirku. Kupelankan hisapanku di sebelah sini, dan kumainkan jariku di puting sebelah sana. Terlupa aku persisnya, tetapi suhu sekalian tentu paham maksudku.
"Kak, mulai perih...," rintihnya, di sela cumbuanku.
Ujar singkatnya membuatku terbangun dari lena. Ternyata aku keenakan
nenen, sehingga tidak sadar waktu sudah berjalan lama. Matahari mulai meninggi. Jam pulang sekolah tinggal sejam lagi.
Kukecup singkat bibirnya, lalu kuajak berdiri dan merapikan bajunya. Sambil mengawasi arah jalan, sesekali kulirik gadisku yang tengah mengenakan kerudungnya kembali. Husna merapikan kerudungnya sambil duduk di sebuah batang pohon tumbang. Bentuknya seperti bangku, mungkin memang sering dijadikan wahana bercumbu bagi pasangan-pasangan yang tahu.
Gerak tubuh Husna yang sedang merapikan pakaiannya entah mengapa memicu gairahku bangkit kembali. Nekad, kupeluk dia dari belakang, tubuhnya sedikit kuangkat, kuposisikan kami duduk searah, seperti sedang menunggang kuda, dengan Husna di depanku.
Setengah terkejut, Husna menggapai ke belakang, menyentuh pipiku,
"Kak, sudah siang, sudah dulu lah.."
"Sebentar saja," kataku. ,"Nanti motornya bisa dikebut, biar cepat sampai.."
"Kak, ahhh.. sudah.. Mmmhhh...." Kalimatnya tertahan, saat pipinya kupalingkan ke belakang, dan kulumat lagi bibirnya.
Kedua tanganku turun naluriah, seperti sudah fitrahnya, menyentuh, menangkup dan meremas dadanya..
"Mmhhh.. Kak, yang itu sakit.. Masih perih ujungnya.." Husna mendesah..
Lalu tanganku mesti ke mana? Suhu tentu tahu, betapa tidak nyamannya
french kiss, tanpa tangan disemayamkan di suatu tempat.
Maka sementara, sambil terus melumat bibirnya, tanganku turun, mengusap-usap perutnya yang rata. Sebelah tanganku yang lain bergerak lebih ke bawah, memainkan kancing jeans-nya.
Klik. Terbuka sudah mekanisme pengaman pertama. Tinggal menarik turun resluiting-nya. Kutemukan kepala
zipper itu dengan tangan kanan, kutarik turun perlahan. Husna adalah pencium yang baik, dia cepat belajar dan sangat menikmatinya. Kelak hal ini kusadari pada percumbuan-percumbuan kami kali berikutnya. Jadi saat dia tengah terlena dengan pertukaran saliva kami, kususupkan tangan kiriku, ke dalam jeans, ke dalam
underpants, langsung menuju celah di antara ke dua kakinya..
Saat jariku mulai menyentuh kulit bagian bawah perutnya, menyentuh halus rambut-rambut tipis yang menghiasi ujung bawah tubuhnya, kurasakan punggungnya seketika tersentak. Tangannya spontan bergerak menggenggam pergelangan tanganku, mencoba menariknya menjauh. Tarikannya kali ini berbeda, penolakannya terasa bersungguh-sungguh.
Sejenak kuhentikan gerak tangan kiriku, kubiarkan terdiam, menangkup area berambut di atas vagina-nya. Bibir kami tidak berhenti dari kegiatan perjabatan-nya, sesekali terdengar kecipak dan kecup, pertanda keterlibatan lidah di dalamnya.
"Jangan yang itu, Kak...," desisnya, terdengar seperti ancaman.
Kuteruskan menciumi bibirnya, menyapu rongga mulutnya dengan lidah. Kami pencium pemula yang sedang belajar bersama, dengan pengalih berhatian berupa payudara dan vagina! Haha..
Selang beberapa saat, rasa penasaran kami menang. Pegangannya pada lenganku mengendur, membiarkan jari tangan kiriku bergerak pasti, menelusuri semak lembutnya, menuju belahan di antara pahanya..
"Ouuuhhh.. Kak.. Kakak lalee.. Kenapa, aaahhhh.. Kenapa turun ke situuuhhh.. Ahhh.." Kepalanya menengadah, pasrah dan bersandar ke bahuku. Sangat kontras, kalimat yang diucapkannya, dengan
gesture tubuhnya.
Perlahan, jari tengahku mulai menelusup ke vaginanya, mulai dari celah kecil di bagian atasnya.
Suhu sekalian, saat itu barulah saya ketahui, bahwa vagina wanita tidak basah seluruhnya pada saat mendapat ransangan hebat. Bagian atas vagina, di mana terdapat klitoris, terutama, akan tetap kering pada saat itu. Oleh karenanya jangan keburu menyentuh, apalagi menggesek dengan jari pada bagian itu. Alih-alih nikmat, yang terasa justru perih yang tidak terkira. Begitu kata seorang partner belajar saya yang lain, seorang gadis bernama Lily. Kelak ceritanya akan saya bagi.
Yang basah pertama kali adalah
vulva, lubang di bagian bawah vagina. Di bagian inilah cairan pelumas berkumpul, dan biasanya merembes ke underpants wanita.
"Kak, perih... Ahhhh.. sakit, Kak.." Husna merintih saat jari tengahku meraba celah di bagian atas vaginanya.
Karena bingung, tetapi tidak ingin berhenti, jariku kuarahkan ke bagian lain. Terus menuju ke bawah, kutemukan daerah lunak yang basah. Kumainkan jariku di sana. Tempat ini sempit, tetapi terasa lebih lega ketimbang area atas.
"Mmmhhh.. Ouuhh.. Kak.. Ssshhh.. Ahhh.." Desisan dan rintihan, sebuah persetujuan..
Dari arah bawah, kugerakkan jariku menggesek ke arah atas. Tanganku yang basah karena cairan pelumas di bawah, kugeruskan menelusuri celah vaginanya, menuju tonjolan samar, yang kutahu - dari buku - pasti klitorisnya.
Tubuh Husna bergetar hebat, matanya membelalak, tangannya mencengkeram pergelangan tangan kiriku. Tangan yang sedang merangsek, menjelajah teritori tubuhnya yang paling personal. Jariku yang basah kini bergerak bebas, memainkan emosi dan rasa-nya, melalui secuil daging kecil bernama
itil. Hihi..
"Oouhhh.. Kak.. Aaaaahhhhh.."
"Sakit, dek?" tanyaku berbisik.
"Aaaahhh.. Kak.. Aaahh.." Husna hanya mendesah, sambil menggeleng kencang.
Kuteruskan kegiatanku sambil menciumi lehernya. Tepatnya menciumi kerudungnya di bagian leher. Badannya kian rapat bersandar. Untunglah perawakannya mungil, sehingga tidak terasa berat.
Tidak lama kemudian, badan Husna bergetar lebih hebat dari sebelumnya. Kukunya menancap di pergelangan tanganku..
"Kakk.. Akhh.. Kak.. Ooouuhhhhh.. Ahhhh.." Badannya menegang, kaku, lalu beberapa detik selanjutnya melemas bagai tak bertulang.
Kekasihku mengalami orgasme-nya yang pertama.
Tubuhnya bersandar dengan nafas memburu. Tanganku masih menangkup selangkangannya, saat perlahan nafas dan detak jantung kami kembali normal dengan perlahan.
Kami merapikan pakaian dalam diam. Bingung hendak mengatakan apa tanpa kecanggungan.
Kami berangkat pulang. Husna memelukku dari belakang. Memasuki wilayah Makassar dari utara, Husna meminta diturunkan di sebuah SPBU.
"Husna mau ganti baju, Kak. Biar orang rumah ga curiga. Kak Nanta pulang saja, nanti Husna naik angkot."
Husna terlihat mantap meminta itu, jadi kuiyakan saja. Kukebut motorku menuju pulang.
Setiba di rumah, kuperiksa ponselku, sebuah indikator pesan baru.
Husna said:
Kak Nanta lale..
Luv u...
Hatiku berbunga. Kentangku bertunas ganda.. Haha..
***
Next update, tentang percumbuan kami yang kedua. Hanya berdua, tanpa kain terlibat di dalamnya.. Haha..
Sekali lagi, semoga suhu sekalian terhibur....