FreezerBunny
Guru Semprot
- Daftar
- 2 Aug 2017
- Post
- 619
- Like diterima
- 1.527
Disclaimer :
- Cerita ini hanya fiksi belaka. Kesamaan nama, tokoh, tempat dan peristiwa bukanlah hal yang disengaja.
- JKT48 lagi, buat yg suka aja
- Update jarang, karena cuma One Shoot.
- Selamat menikmati.
OS 1 :
Eve - Secret between us
"Loh kamu bilang mau jalan kemarin?" Tanyaku dengan sedikit kesal pada Ariel, kekasihku.
"Maaf, aku lupa sayang… maaf kamu jadi jauh-jauh kesini" balas Ariel padaku dengan wajah merasa bersalah.
"Yaudah yaudah" balasku pada Ariel dengan sedikit kecewa.
Kami berdua sudah berjanji untuk berkencan hari ini. Aku yg sudah rapi dan menjemputnya justru malah menemukan dirinya yg sedang kelelahan akibat workout. Ia mengira bukan hari ini jadwal kami berkencan sehingga ia menggunakan waktunya untuk berolahraga.
"Masuk dulu sayang, istirahat di dalam" kata Ariel sambil mengajakku masuk.
"Aku siap-siap dulu deh, mandi dulu ya" kata Ariel padaku lagi sambil memintaku duduk di sofa.
"Lay! Jangan tiduran di sofa, ada tamu juga!" Ariel memukul paha Eve yg sedang asik tertidur di sofa sambil bermain handphone.
"Yaelah krib sofanya masih luas... tinggal duduk disitu aja sih kak!" Balas Eve dengan kesal pada Ariel.
Aku duduk di sofa single dekat tempat Eve tiduran. Ariel menuju dapur untuk mengambilkan minum serta beberapa cemilan untukku.
"Mau jalan ya sama cici?" Tanya Eve padaku.
"Iya niatnya.. tapi dia lupa" jawabku pada Eve.
"Oh" balas Eve padaku singkat.
"Kenapa gitu?" Tanyaku pada Eve, aku mengerti perubahan sifatnya itu.
"Gapapa." Balasnya singkat.
"Mau jalan? Nanti aja pas cici kegiatan dan kamu libur.." kataku pada Eve mencoba merayunya.
"Kamu mau ke aquarium kan? Aku juga belom pernah kok." Kataku lagi pada Eve.
"Aku gak bakal ajak cici kesana… aku maunya kesana pertama kali sama kamu" rayuku pada Eve, sepertinya bujukanku berhasil karena ia kini menoleh padaku.
"Janji?" Tanyanya padaku dengan senyum tipis.
"Janji" balasku dengan cepat.
Ariel datang sambil membawa minum dan camilan. Ia meminta Eve sedikit bergeser untuk duduk di sofa. Aku melihatnya yg penuh keringat dan nampak begitu lelah.
"Kalo capek gak usah jalan gapapa, besok aja" kataku pada Ariel.
"Ih jangan gitu ah, udah janji, gak enak aku" balas Ariel padaku.
"Aku tau kamu gak enak badan dan abis maksain workout kan?" Tanyaku padanya, wajah Ariel berubah karena tebakanku benar.
"Udah istirahat aja sana, aku numpang istirahat disini sebentar ya baru aku pulang." Kataku pada Ariel sambil memegang tangannya.
"Iya sayang.. maaf ya…" katanya padaku sambil tersenyum.
"Iya gapapa, cepet sembuh ya sayang" kataku lagi padanya.
Ariel bangkit dari sofa dan berniat menuju kamarnya untuk beristirahat. Aku ikut bangkit dan mengantarkannya ke tangga lalu kembali ke sofa tempat Eve berada. Aku duduk di dekat Eve, membuat Eve menatapku bingung. Tanganku tanpa permisi menyentuh telapak kakinya. Tanganku perlahan-lahan merayap naik, mengusap tungkai betis dan bagian belakang lututnya. Meraba dan membelai naik turun kedua kakinya, meremas sedikit bagian tubuhnya yg berlemak dengan gemas. Tanganku semakin berani, melakukan hal yg sama pada paha bagian dalamnya. Eve menggigit bibirnya sendiri menahan desahan. Aku tertawa tanpa suara melihat wajahnya yg kesal sambil menyuruhku diam. Tetapi bukannya menuruti Eve, aku justru melepaskan celananya. Kusibak celana dalamnya ke samping memperlihatkan vagina indahnya. bersih selangkangannya membuatku tergiur dan mulai mendekatkan wajahku kesana.
"Ngghhh….!" Eve menahan desahannya dengan tangannya, ia menoleh ke arah Ariel memberi isyarat padaku.
Aku tak membalas gadis itu dan terus menikmati vaginanya. Eve bergerak gerak tak tahan, tangannya menjambak rambutku yg tengah mengemut klitorisnya. Aku sangat menyukai Eve yg tengil namun begitu polos untuk urusan permainan dewasa.
"Aku istirahat ya, maaf aku capek banget" kata Ariel padaku di ujung tangga yg membuatku buru-buru bersikap biasa, untung saja Eve tertidur tengkurap di atas sofa sehingga tak dapat terlihat dari atas.
"Iya, aku juga langsung pulang abis ini" balasku padanya, Ariel mengangguk dan meninggalkanku menuju kamarnya.
Aku tertawa kecil dan kembali menoleh kepada adik kekasihku yg sedang terlentang pasrah di bawahku. Kaosnya yg masih terpasang lengkap di tubuhnya kontras sekali dengan celana dalamnya yg tersingkap dan menampakan vagina putih bersih miliknya, bibir vagina yg berwarna merah membuat Eve terlihat semakin menggiurkan. Eve menatapku dengan wajah kesal namun tak melarangku yg berniat untuk melanjutkan apa yg barusan ku hentikan. Ujung lidahku mulai bergerak naik turun membuat Eve bergerak seperti cacing kepanasan.
"Ooohh kak!! Uughh!!" Eve mendesah tak karuan.
"Papi sama mami pulang jam berapa?" Tanyaku padanya, nafasku yg terhembus mengenai vaginanya membuat Eve merinding geli.
"Mmphh aku gak tau…" kata Eve dengan wajah malu.
Mendapat lampu hijau membuatku langsung bergerak kesetanan. Dengan sangat mupeng aku membuka bawahanku dan memperlihatkan kebanggaanku pada Eve. Adik kekasihku itu terlihat kaget karena melihat penisku yg menjuntai meski ia sudah pernah melihatnya sebelumnya. Aku putar tubuhnya agar terlentang di atas sofa. Tanganku merayap di atas tubuhnya dan dengan begitu kilat telah membuat gadis itu tak berpakaian di ruang tamu rumahnya sendiri. Tubuh Eve yg putih bersih sudah beberapa kali menjadi santapanku, namun aku tak pernah puas menikmati dirinya.
"Mpphh…!" Eve menahan desahannya saat tanganku mulai menyentuh tubuhnya.
Bibirnya yg mungil dan kenyal kuusap dengan jariku, meraba bibir atas dan bibir bawahnya yg terbuka itu. Eve mengecup perlahan jari telunjukku, gadis itu menjulurkan sedikit lidahnya dan kini bermain dengan jariku. Eve memainkan jari-jariku dengan tangan kanannya, mengabsen setiap jariku dengan lembut seakan tengah mengelusnya. Jari tengahku ia arahkan ke bibirnya kembali, mulutnya perlahan terbuka dan menyambut ujung jariku.
"Mpph…" Eve mendesah lembut di tengah perlakuannya pada jariku.
Eve menghisap jariku, mulutnya menghisap jariku dan menjilatinya di dalam sana. Ia menikmati setiap jariku, memperlakukan dengan sama kelima jari tangan kiriku. Tangan kiri Eve meremas payudaranya yg sedang tumbuh dengan indah, meremas secara perlahan untuk menambah sensasi yg sedang ia rasakan. Tangan kananku memegang tangannya, perlahan mengambil alih tempo remasan di payudaranya.
"Pangku kakak sini" kataku berbisik di telinga Eve.
"Iyah…" balasnya pelan dan pasrah.
Kubuka kaosku dan kini sama-sama tak berpakaian dengan Eve. Tubuhnya yg kurus dan kecil kini berada di atas pangkuanku, dalam keadaan yg sangat erotis. Tanpa pakaian, aku memeluk Eve yg berada di pangkuanku. Gadis yg tengah tumbuh menjadi dewasa itu membiarkan tubuhnya dikuasai oleh pacar kakaknya sendiri. Kami berdua saling menatap, tatapan mesra penuh hasrat dan cinta. Kepala kami tak lagi berjarak, dahi kami bersentuhan, lalu perlahan hudung kami yg saling bersentuhan. Eve kembali menggerakkan kepalanya karena tak sabar. Bibirnya ia kulum singkat, lalu menyentuhkannya dibibirku.
"Sayang aku gak?" Tanya Eve, bibir kami bergesekan saat ia berbicara.
"So much. I love you" balasku gombal, membuat calon adik iparku tersenyum.
"Putusin ci Ariel, jadi pacarku kak.." kata Eve sambil merapatkan tubuhnya ke tubuhku.
dadanya terasa empuk mengenai dadaku dan penisku merasakan hangat permukaan vaginanya. Nafas hangatnya memanjakan wajahku, halus kulitnya memuaskan kulitku.
"Aku sayang kalian berdua Eve.." balasku mencari alasan.
"Kak… gak bis.." Eve belum menyelesaikan kata-katanya saat mulutku membungkam bibirnya dengan lembut.
"Mphh.. mmphh…" ciuman yg begitu lembut namun nikmat, membuat Eve bergerak-gerak di atas tubuhku.
"Bisa Eve, kita bisa jalanin ini tanpa cici tau… nanti kita cari caranya ya" balasku meyakinkan.
"Aku sayang kamu, kamu sayang kakak kan? Itu udah cukup buat aku…" kataku kembali, Eve menatapku sambil tersenyum tipis.
Kugerakkan pinggulku untuk merangsangnya, mencoba mengalihkan perhatiannya. Eve mendesah saat penisku tergesek di vaginanya. Kami masih berpelukan mesra sambil berciuman, punggung dan rambutnya tak henti-hentinya ku usap dengan lembut.
"Mau?" Tanyaku pada Eve, aku tak ingin memaksanya.
Eve terdiam, nampaknya Eve ragu. Dengan sengaja, gerakan pinggul dan belaian tanganku di rambutnya terus kulakukan. Punggung putih nan halus miliknya kuraba dan kubelai tanpa henti. Bibir kami kembali bersentuhan tanpa menjadi sebuah ciuman.
"Nnghh kak…" Eve terkejut karena penisku sudah bersiap dan menyentuh pintu masuk vaginanya.
"Kalau gak mau gapapa, di depan aja" balasku padanya.
"Kak… janji ya bakal lebih sayang ke aku daripada cici?" Tanyanya padaku.
"Tanpa perlu kamu minta sayang, I love you more" balasku lalu menciumnya.
Bibir kami berpagutan, lidahku mulai bermain peran. Giginya ku absen dengan lidahku, lidahnya bercengkrama dengan lidahku, saling membelit dengan panas.
"Kak…" Eve memanggilku, memberi izin padaku untuk melanjutkan.
"Iya sayang" kami kembali berpagutan.
Ciuman dan pelukan terus kuberikan agar Eve merasa nyaman. Tanpa peduli ketahuan Ariel yg sedang tidur maupun orang tuanya yg sedang pulang, kami berdua saling bercumbu.
"Pelan kak… nghhh.." Eve mendesah, matanya terpejam saat penisku memasuki vaginanya perlahan.
Kepala penisku yg berukuran cukup besar sudah berada di dalam vagina Eve yg rapat. Vagina indah, putih bersih dan dihiasi dengan bulu tipis itu perlahan-lahan ku jejali penisku. Kudorong perlahan agar semakin dalam penisku bersarang di vaginanya.
"Mpphh… kak…!" Eve menggigit bibirnya, rasa nikmat mulai menjalari penisku saat batang penisku sudah masuk setengahnya.
Pinggulku menghentak, membuat penisku semakin dalam membelah vagina Eve. Pinggulku bergerak maju mundur perlahan, Eve yg berada di atas pangkuanku melingkarkan kedua tangannya di leherku. Tubuh kami begitu rapat, kulit kamu saling bersentuhan tak berjarak.
"Aah.. ahh.. ahh.. ahh.. ahh.."
"Aah… kak… ahh.. ahh.."
Desahan terputus-putus terdengar dari mulutnya saat goyanganku mulai naik tempo. Perlahan, pagutan kami menjadi ciuman yg panas. Kedua bibirku mencium bibir atasnya, lalu bibir bawahnya dan berlanjut menggunakan lidahku untuk menciumnya. Gadis itu melakukan hal yg sama padaku, memberi ciuman yg nikmat dan membuatku candu. Lumatan demi lumatan bergantian kami berikan, terus berciuman hingga kehabisan nafas. Tanpa kapok, kami mengulanginya lagi berkali-kali. Tubuhku tak berhenti menggoyangkan pinggulku, menghujam vaginanya Eve dalam tempo sedang.
"Nghh.. aahh.. nghh.. aahh.. aahh.."
"Ssh.. aahh.. aahh.. aahh.."
Desahan Eve kembali terdengar karena mulutku menemukan sasaran baru. Mencium leher putih milik Eve, menjilat sedikit, menggigit kecil dan mengemutnya sesekali. Senti demi senti kulit lehernya ku perlakukan demikian. Sisi kiri, sisi kanan, sisi depan dan bahkan sebagian sisi belakangnya menerima perlakuan yg sama. Eve memejamkan matanya, nampaknya ia begitu suka dengan cumbuanku. Belakang telinganya ku kecup, kanan kiri beberapa kali menjadi sasaran bibirku. Daun telinga yg mungil ku emut, dari atas, perlahan ke bawah hingga mendekati antingnya.
"Aahh.. aaahh.. aaahh.. aaahh.. aaahh.."
Bagaikan musik pengiring, desahannya menyertaiku yg tengan mencium lengannya. Turun menuju jarinya, bibirku memanjakan tangannya. Tanpa memperlambat irama hentakan pinggulku, aku memfokuskan diriku mencium pundak putih halus tanpa cacat. Menggigit kecil saking gemasnya pada Eve. Tanganku merayap naik, melewati payudaranya tanpa menyentuhnya, membuat Eve terlihat sedikit kecewa. Jariku menyentuh bibirnya, Eve membuka mulutnya dan menghisap jariku. Tanganku yg lain ikut merayap naik, mengabulkan keinginan Eve yg sempat tertunda sebentar. Telapak tanganku meraba payudara yg sedang tumbuh miliknya, pas di telapak tanganku seakan tercipta untukku. Dari bawah, meremas ke atas beberapa kali. Memberikan remasan memutar, bergantian kanan dan kiri setiap beberapa detik.
"Mphh.. mphh.. ngh.. mph.."
Eve mengemut jariku lebih kuat, ia mencoba mengalihkan kenikmatan dari goyangan penisku dan rangsangan di payudaranya dengan menghisap jariku. Matanya lurus menatapku, mata penuh arti, penuh cinta dan penuh nafsu itu menghipnotis mataku untuk memuaskan dirinya lebih lagi. Mata indahnya sesekali memejam akibat rasa nikmat yg menjalar di syarafnya.
"Aaahhh…!"
Eve mendesah cukup keras sebelum kembali mendesah dengan terputus-putus. Aku terkekeh akibat ulahku sendiri, memilin puting Eve kearah luar hingga membuat gadis itu tercekat. Puting yg kecil dan bersembunyi itu perlahan memancung keluar, mengeras akibat jari-jariku yg bermain disana. Tubuhku sedikit membungkuk dan tanganku menekan payudara Eve ke atas. Gadis itu menatapku bersiap karena tau yg ingin ku lakukan.
"Aaahh… aaahh… kakak… aahh…"
Eve tersentak, mulutku mulai mengemut puting susunya. Kuberi jilatan dengan lidah basahku hingga ia tergelitik. Kuhisap seperti bayi kehausan ujung payudaranya itu. Kanan ku hisap, kiri ku jilat, terkadang ku tukar urutannya agar ia tak siap. Tanganku tak tinggal diam, tak bisa melihat payudara yg menganggur dan meremasnya. Putingnya ku pilin dan ku pencet sesekali. Tanganku memijat dadanya dengan gemas.
"Aaahh.. aahh.. aahhh.. Enak kak.."
"Ngh iyah Eve, enak.."
Tubuhnya tenggelam dalam dekapanku, ia berbaring dengan nyaman di atas dadaku. Pinggulku masih terus bergoyang dalam tempo sedang. Bercinta dengan lembut, lambat dan penuh cinta dengan adik kekasihku. Vaginanya yg menggigit membuatku tak ingin berhenti, desahannya yg seksi membuatku bersemangat dan tubuhnya yg indah membuatku candu.
"Aaahh.. kak.. aahh.. aaahh.. aaahh…"
Ia berpegangan dengan erat di leherku, tubuhnya ia tekan ke arahku seiring gerakan pinggulku yg terus menusuk vaginanya. Payudaranya menekan di dadaku, kenyal sekali. Hentakan pinggulku semakin dalam meski tak mengubah tempoku. Vaginanya yg semakin basah membuat penisku semakin mudah bergerak bebas.
"Aaaahhh…. Aaaaaaaaaaaahhhh….!!" Eve mendesah panjang, wajahnya terbenam di dadaku.
Ku goyang pinggulku beberapa kali saat orgasme Eve sampai lalu kubenamkan dalam-dalam penisku. Kedutan pada vaginanya, gerakan vaginanya yg merapat dan menutup ketika orgasme begitu nikmat merangsang penisku. Eve lemas diatas tubuhku, ia memeluk tubuhku dengan erat.
"Ahhh… kak… enak bangeeet…" Kata Eve padaku dengan nafas memburu.
"Iya enak banget…" balasku sambil mencabut penisku yg masih tegang, cairan cinta Eve meleleh keluar membasahi paha kami berdua.
Eve menatap ke atas, ke arahku. Tanganku terus mengusap rambutnya sejak orgasmenya sampai. Tangannya mengalung di tubuhku dengan nyaman. Senyum tipis dengan wajah sayunya membuatku mencium bibirnya.
"Sayang kakak…" ucap Eve ketika pagutan bibir kami terlepas.
"Nghh…" Eve kembali mengeluarkan desahan lembut.
Eve memposisikan tubuhnya agar bibir vaginanya mengenai penisku. Penisku ia tekan mengarah keatas, terhimpit di antara perutku dan vaginanya. Eve bergerak naik turun dengan tempo sedang, membuatku mendesah keenakan akibat penisku digesek oleh Eve. Payudaranya juga bergerak naik turun akibat gerakan tubuhnya, membuat sensasi geli di dadaku. Tangan Eve menyusup ke bawah, mencoba ikut andil memuaskan penisku. Tangannya mengusap kepala penisku, meremas dan mengurut naik turun seirama dengan gerakan tubuhnya.
"Aargh.." erangan lembut dari mulutku terdengar.
"Aaahhh…" Eve juga mendesah karena perlakuannya sendiri.
Aku menengadahkan kepalaku, menerima semua perlakuan Eve dengan senang hati. Gadis itu mencium dahiku, mencium pipiku, mencium hidungku, dan mengemut daun telingaku. Tak lupa, ia mencium leherku di beberapa bagian. Aku merasakan kenikmatan luar biasa dari Eve, membuat penisku mulai berkedut dan memerah. Eve tersenyum padaku saat merasakan denyutan di syaraf penisku. Gadis itu semakin merangsangku dengan tangannya, menggoyangkan tubuhnya naik turun tanpa henti.
"Aarghh…!!" Aku mendesah akibat kenikmatan yg Eve berikan.
Eve semakin menekan penisku, menggesek bibir vaginanya di penisku. Tangannya terus mengurut kepala penisku, meremas dan mengusap kepala penisku.
"Aaarghhh!!" Desahanku kembali keluar.
Penisku menyemburkan isinya, menyemprot begitu banyak di tubuh kami berdua. Spermaku menyemprot tinggi hingga sampai payudara Eve, beberapa semprotan mengenai perut kami berdua. Eve terus mengocok penisku hingga spermaku keluar seluruhnya, mengalir di tangan Eve dan meleleh di batang penisku. Eve terlihat begitu senang saat melihat tubuh dan tangannya terdapat sperma kentalku.
"Enak banget Eve… makasih sayang" kataku mendekapnya di dadaku.
"Makasih juga ka… sayang…" balasnya padaku.
"Kalo ada cici, jangan panggil sayang ya" kataku kepadanya yg dibalas dengan wajah mendengus.
"Gak janji!" Balasnya padaku kemudian tertawa.
"Makanya adik dan kakak jangan dijadiin pacar, susah sendiri kan kamu hahaha" ledek Eve padaku lalu kembali merebahkan kepalanya diatas dadaku.
Kami beristirahat beberapa menit lalu dengan buru-buru mengambil pakaian dan membersihkan diri di kamar mandi. Setelahnya kami merapikan sofa dan bersikap seperti tak terjadi apa-apa sebelum Ariel terbangun dan kedua orang tuanya pulang.
Bukan salahku sampai punya hubungan terlarang dengan adik kekasihku sendiri, karena kekasihku sendirilah yg menjerumuskan kami berdua. Aku dan Eve hanya berharap agar bangkai yg kami simpan tak tercium baunya.
- Cerita ini hanya fiksi belaka. Kesamaan nama, tokoh, tempat dan peristiwa bukanlah hal yang disengaja.
- JKT48 lagi, buat yg suka aja
- Update jarang, karena cuma One Shoot.
- Selamat menikmati.
OS 1 :
Eve - Secret between us
"Loh kamu bilang mau jalan kemarin?" Tanyaku dengan sedikit kesal pada Ariel, kekasihku.
"Maaf, aku lupa sayang… maaf kamu jadi jauh-jauh kesini" balas Ariel padaku dengan wajah merasa bersalah.
"Yaudah yaudah" balasku pada Ariel dengan sedikit kecewa.
Kami berdua sudah berjanji untuk berkencan hari ini. Aku yg sudah rapi dan menjemputnya justru malah menemukan dirinya yg sedang kelelahan akibat workout. Ia mengira bukan hari ini jadwal kami berkencan sehingga ia menggunakan waktunya untuk berolahraga.
"Masuk dulu sayang, istirahat di dalam" kata Ariel sambil mengajakku masuk.
"Aku siap-siap dulu deh, mandi dulu ya" kata Ariel padaku lagi sambil memintaku duduk di sofa.
"Lay! Jangan tiduran di sofa, ada tamu juga!" Ariel memukul paha Eve yg sedang asik tertidur di sofa sambil bermain handphone.
"Yaelah krib sofanya masih luas... tinggal duduk disitu aja sih kak!" Balas Eve dengan kesal pada Ariel.
Aku duduk di sofa single dekat tempat Eve tiduran. Ariel menuju dapur untuk mengambilkan minum serta beberapa cemilan untukku.
"Mau jalan ya sama cici?" Tanya Eve padaku.
"Iya niatnya.. tapi dia lupa" jawabku pada Eve.
"Oh" balas Eve padaku singkat.
"Kenapa gitu?" Tanyaku pada Eve, aku mengerti perubahan sifatnya itu.
"Gapapa." Balasnya singkat.
"Mau jalan? Nanti aja pas cici kegiatan dan kamu libur.." kataku pada Eve mencoba merayunya.
"Kamu mau ke aquarium kan? Aku juga belom pernah kok." Kataku lagi pada Eve.
"Aku gak bakal ajak cici kesana… aku maunya kesana pertama kali sama kamu" rayuku pada Eve, sepertinya bujukanku berhasil karena ia kini menoleh padaku.
"Janji?" Tanyanya padaku dengan senyum tipis.
"Janji" balasku dengan cepat.
Ariel datang sambil membawa minum dan camilan. Ia meminta Eve sedikit bergeser untuk duduk di sofa. Aku melihatnya yg penuh keringat dan nampak begitu lelah.
"Kalo capek gak usah jalan gapapa, besok aja" kataku pada Ariel.
"Ih jangan gitu ah, udah janji, gak enak aku" balas Ariel padaku.
"Aku tau kamu gak enak badan dan abis maksain workout kan?" Tanyaku padanya, wajah Ariel berubah karena tebakanku benar.
"Udah istirahat aja sana, aku numpang istirahat disini sebentar ya baru aku pulang." Kataku pada Ariel sambil memegang tangannya.
"Iya sayang.. maaf ya…" katanya padaku sambil tersenyum.
"Iya gapapa, cepet sembuh ya sayang" kataku lagi padanya.
Ariel bangkit dari sofa dan berniat menuju kamarnya untuk beristirahat. Aku ikut bangkit dan mengantarkannya ke tangga lalu kembali ke sofa tempat Eve berada. Aku duduk di dekat Eve, membuat Eve menatapku bingung. Tanganku tanpa permisi menyentuh telapak kakinya. Tanganku perlahan-lahan merayap naik, mengusap tungkai betis dan bagian belakang lututnya. Meraba dan membelai naik turun kedua kakinya, meremas sedikit bagian tubuhnya yg berlemak dengan gemas. Tanganku semakin berani, melakukan hal yg sama pada paha bagian dalamnya. Eve menggigit bibirnya sendiri menahan desahan. Aku tertawa tanpa suara melihat wajahnya yg kesal sambil menyuruhku diam. Tetapi bukannya menuruti Eve, aku justru melepaskan celananya. Kusibak celana dalamnya ke samping memperlihatkan vagina indahnya. bersih selangkangannya membuatku tergiur dan mulai mendekatkan wajahku kesana.
"Ngghhh….!" Eve menahan desahannya dengan tangannya, ia menoleh ke arah Ariel memberi isyarat padaku.
Aku tak membalas gadis itu dan terus menikmati vaginanya. Eve bergerak gerak tak tahan, tangannya menjambak rambutku yg tengah mengemut klitorisnya. Aku sangat menyukai Eve yg tengil namun begitu polos untuk urusan permainan dewasa.
"Aku istirahat ya, maaf aku capek banget" kata Ariel padaku di ujung tangga yg membuatku buru-buru bersikap biasa, untung saja Eve tertidur tengkurap di atas sofa sehingga tak dapat terlihat dari atas.
"Iya, aku juga langsung pulang abis ini" balasku padanya, Ariel mengangguk dan meninggalkanku menuju kamarnya.
Aku tertawa kecil dan kembali menoleh kepada adik kekasihku yg sedang terlentang pasrah di bawahku. Kaosnya yg masih terpasang lengkap di tubuhnya kontras sekali dengan celana dalamnya yg tersingkap dan menampakan vagina putih bersih miliknya, bibir vagina yg berwarna merah membuat Eve terlihat semakin menggiurkan. Eve menatapku dengan wajah kesal namun tak melarangku yg berniat untuk melanjutkan apa yg barusan ku hentikan. Ujung lidahku mulai bergerak naik turun membuat Eve bergerak seperti cacing kepanasan.
"Ooohh kak!! Uughh!!" Eve mendesah tak karuan.
"Papi sama mami pulang jam berapa?" Tanyaku padanya, nafasku yg terhembus mengenai vaginanya membuat Eve merinding geli.
"Mmphh aku gak tau…" kata Eve dengan wajah malu.
Mendapat lampu hijau membuatku langsung bergerak kesetanan. Dengan sangat mupeng aku membuka bawahanku dan memperlihatkan kebanggaanku pada Eve. Adik kekasihku itu terlihat kaget karena melihat penisku yg menjuntai meski ia sudah pernah melihatnya sebelumnya. Aku putar tubuhnya agar terlentang di atas sofa. Tanganku merayap di atas tubuhnya dan dengan begitu kilat telah membuat gadis itu tak berpakaian di ruang tamu rumahnya sendiri. Tubuh Eve yg putih bersih sudah beberapa kali menjadi santapanku, namun aku tak pernah puas menikmati dirinya.
"Mpphh…!" Eve menahan desahannya saat tanganku mulai menyentuh tubuhnya.
Bibirnya yg mungil dan kenyal kuusap dengan jariku, meraba bibir atas dan bibir bawahnya yg terbuka itu. Eve mengecup perlahan jari telunjukku, gadis itu menjulurkan sedikit lidahnya dan kini bermain dengan jariku. Eve memainkan jari-jariku dengan tangan kanannya, mengabsen setiap jariku dengan lembut seakan tengah mengelusnya. Jari tengahku ia arahkan ke bibirnya kembali, mulutnya perlahan terbuka dan menyambut ujung jariku.
"Mpph…" Eve mendesah lembut di tengah perlakuannya pada jariku.
Eve menghisap jariku, mulutnya menghisap jariku dan menjilatinya di dalam sana. Ia menikmati setiap jariku, memperlakukan dengan sama kelima jari tangan kiriku. Tangan kiri Eve meremas payudaranya yg sedang tumbuh dengan indah, meremas secara perlahan untuk menambah sensasi yg sedang ia rasakan. Tangan kananku memegang tangannya, perlahan mengambil alih tempo remasan di payudaranya.
"Pangku kakak sini" kataku berbisik di telinga Eve.
"Iyah…" balasnya pelan dan pasrah.
Kubuka kaosku dan kini sama-sama tak berpakaian dengan Eve. Tubuhnya yg kurus dan kecil kini berada di atas pangkuanku, dalam keadaan yg sangat erotis. Tanpa pakaian, aku memeluk Eve yg berada di pangkuanku. Gadis yg tengah tumbuh menjadi dewasa itu membiarkan tubuhnya dikuasai oleh pacar kakaknya sendiri. Kami berdua saling menatap, tatapan mesra penuh hasrat dan cinta. Kepala kami tak lagi berjarak, dahi kami bersentuhan, lalu perlahan hudung kami yg saling bersentuhan. Eve kembali menggerakkan kepalanya karena tak sabar. Bibirnya ia kulum singkat, lalu menyentuhkannya dibibirku.
"Sayang aku gak?" Tanya Eve, bibir kami bergesekan saat ia berbicara.
"So much. I love you" balasku gombal, membuat calon adik iparku tersenyum.
"Putusin ci Ariel, jadi pacarku kak.." kata Eve sambil merapatkan tubuhnya ke tubuhku.
dadanya terasa empuk mengenai dadaku dan penisku merasakan hangat permukaan vaginanya. Nafas hangatnya memanjakan wajahku, halus kulitnya memuaskan kulitku.
"Aku sayang kalian berdua Eve.." balasku mencari alasan.
"Kak… gak bis.." Eve belum menyelesaikan kata-katanya saat mulutku membungkam bibirnya dengan lembut.
"Mphh.. mmphh…" ciuman yg begitu lembut namun nikmat, membuat Eve bergerak-gerak di atas tubuhku.
"Bisa Eve, kita bisa jalanin ini tanpa cici tau… nanti kita cari caranya ya" balasku meyakinkan.
"Aku sayang kamu, kamu sayang kakak kan? Itu udah cukup buat aku…" kataku kembali, Eve menatapku sambil tersenyum tipis.
Kugerakkan pinggulku untuk merangsangnya, mencoba mengalihkan perhatiannya. Eve mendesah saat penisku tergesek di vaginanya. Kami masih berpelukan mesra sambil berciuman, punggung dan rambutnya tak henti-hentinya ku usap dengan lembut.
"Mau?" Tanyaku pada Eve, aku tak ingin memaksanya.
Eve terdiam, nampaknya Eve ragu. Dengan sengaja, gerakan pinggul dan belaian tanganku di rambutnya terus kulakukan. Punggung putih nan halus miliknya kuraba dan kubelai tanpa henti. Bibir kami kembali bersentuhan tanpa menjadi sebuah ciuman.
"Nnghh kak…" Eve terkejut karena penisku sudah bersiap dan menyentuh pintu masuk vaginanya.
"Kalau gak mau gapapa, di depan aja" balasku padanya.
"Kak… janji ya bakal lebih sayang ke aku daripada cici?" Tanyanya padaku.
"Tanpa perlu kamu minta sayang, I love you more" balasku lalu menciumnya.
Bibir kami berpagutan, lidahku mulai bermain peran. Giginya ku absen dengan lidahku, lidahnya bercengkrama dengan lidahku, saling membelit dengan panas.
"Kak…" Eve memanggilku, memberi izin padaku untuk melanjutkan.
"Iya sayang" kami kembali berpagutan.
Ciuman dan pelukan terus kuberikan agar Eve merasa nyaman. Tanpa peduli ketahuan Ariel yg sedang tidur maupun orang tuanya yg sedang pulang, kami berdua saling bercumbu.
"Pelan kak… nghhh.." Eve mendesah, matanya terpejam saat penisku memasuki vaginanya perlahan.
Kepala penisku yg berukuran cukup besar sudah berada di dalam vagina Eve yg rapat. Vagina indah, putih bersih dan dihiasi dengan bulu tipis itu perlahan-lahan ku jejali penisku. Kudorong perlahan agar semakin dalam penisku bersarang di vaginanya.
"Mpphh… kak…!" Eve menggigit bibirnya, rasa nikmat mulai menjalari penisku saat batang penisku sudah masuk setengahnya.
Pinggulku menghentak, membuat penisku semakin dalam membelah vagina Eve. Pinggulku bergerak maju mundur perlahan, Eve yg berada di atas pangkuanku melingkarkan kedua tangannya di leherku. Tubuh kami begitu rapat, kulit kamu saling bersentuhan tak berjarak.
"Aah.. ahh.. ahh.. ahh.. ahh.."
"Aah… kak… ahh.. ahh.."
Desahan terputus-putus terdengar dari mulutnya saat goyanganku mulai naik tempo. Perlahan, pagutan kami menjadi ciuman yg panas. Kedua bibirku mencium bibir atasnya, lalu bibir bawahnya dan berlanjut menggunakan lidahku untuk menciumnya. Gadis itu melakukan hal yg sama padaku, memberi ciuman yg nikmat dan membuatku candu. Lumatan demi lumatan bergantian kami berikan, terus berciuman hingga kehabisan nafas. Tanpa kapok, kami mengulanginya lagi berkali-kali. Tubuhku tak berhenti menggoyangkan pinggulku, menghujam vaginanya Eve dalam tempo sedang.
"Nghh.. aahh.. nghh.. aahh.. aahh.."
"Ssh.. aahh.. aahh.. aahh.."
Desahan Eve kembali terdengar karena mulutku menemukan sasaran baru. Mencium leher putih milik Eve, menjilat sedikit, menggigit kecil dan mengemutnya sesekali. Senti demi senti kulit lehernya ku perlakukan demikian. Sisi kiri, sisi kanan, sisi depan dan bahkan sebagian sisi belakangnya menerima perlakuan yg sama. Eve memejamkan matanya, nampaknya ia begitu suka dengan cumbuanku. Belakang telinganya ku kecup, kanan kiri beberapa kali menjadi sasaran bibirku. Daun telinga yg mungil ku emut, dari atas, perlahan ke bawah hingga mendekati antingnya.
"Aahh.. aaahh.. aaahh.. aaahh.. aaahh.."
Bagaikan musik pengiring, desahannya menyertaiku yg tengan mencium lengannya. Turun menuju jarinya, bibirku memanjakan tangannya. Tanpa memperlambat irama hentakan pinggulku, aku memfokuskan diriku mencium pundak putih halus tanpa cacat. Menggigit kecil saking gemasnya pada Eve. Tanganku merayap naik, melewati payudaranya tanpa menyentuhnya, membuat Eve terlihat sedikit kecewa. Jariku menyentuh bibirnya, Eve membuka mulutnya dan menghisap jariku. Tanganku yg lain ikut merayap naik, mengabulkan keinginan Eve yg sempat tertunda sebentar. Telapak tanganku meraba payudara yg sedang tumbuh miliknya, pas di telapak tanganku seakan tercipta untukku. Dari bawah, meremas ke atas beberapa kali. Memberikan remasan memutar, bergantian kanan dan kiri setiap beberapa detik.
"Mphh.. mphh.. ngh.. mph.."
Eve mengemut jariku lebih kuat, ia mencoba mengalihkan kenikmatan dari goyangan penisku dan rangsangan di payudaranya dengan menghisap jariku. Matanya lurus menatapku, mata penuh arti, penuh cinta dan penuh nafsu itu menghipnotis mataku untuk memuaskan dirinya lebih lagi. Mata indahnya sesekali memejam akibat rasa nikmat yg menjalar di syarafnya.
"Aaahhh…!"
Eve mendesah cukup keras sebelum kembali mendesah dengan terputus-putus. Aku terkekeh akibat ulahku sendiri, memilin puting Eve kearah luar hingga membuat gadis itu tercekat. Puting yg kecil dan bersembunyi itu perlahan memancung keluar, mengeras akibat jari-jariku yg bermain disana. Tubuhku sedikit membungkuk dan tanganku menekan payudara Eve ke atas. Gadis itu menatapku bersiap karena tau yg ingin ku lakukan.
"Aaahh… aaahh… kakak… aahh…"
Eve tersentak, mulutku mulai mengemut puting susunya. Kuberi jilatan dengan lidah basahku hingga ia tergelitik. Kuhisap seperti bayi kehausan ujung payudaranya itu. Kanan ku hisap, kiri ku jilat, terkadang ku tukar urutannya agar ia tak siap. Tanganku tak tinggal diam, tak bisa melihat payudara yg menganggur dan meremasnya. Putingnya ku pilin dan ku pencet sesekali. Tanganku memijat dadanya dengan gemas.
"Aaahh.. aahh.. aahhh.. Enak kak.."
"Ngh iyah Eve, enak.."
Tubuhnya tenggelam dalam dekapanku, ia berbaring dengan nyaman di atas dadaku. Pinggulku masih terus bergoyang dalam tempo sedang. Bercinta dengan lembut, lambat dan penuh cinta dengan adik kekasihku. Vaginanya yg menggigit membuatku tak ingin berhenti, desahannya yg seksi membuatku bersemangat dan tubuhnya yg indah membuatku candu.
"Aaahh.. kak.. aahh.. aaahh.. aaahh…"
Ia berpegangan dengan erat di leherku, tubuhnya ia tekan ke arahku seiring gerakan pinggulku yg terus menusuk vaginanya. Payudaranya menekan di dadaku, kenyal sekali. Hentakan pinggulku semakin dalam meski tak mengubah tempoku. Vaginanya yg semakin basah membuat penisku semakin mudah bergerak bebas.
"Aaaahhh…. Aaaaaaaaaaaahhhh….!!" Eve mendesah panjang, wajahnya terbenam di dadaku.
Ku goyang pinggulku beberapa kali saat orgasme Eve sampai lalu kubenamkan dalam-dalam penisku. Kedutan pada vaginanya, gerakan vaginanya yg merapat dan menutup ketika orgasme begitu nikmat merangsang penisku. Eve lemas diatas tubuhku, ia memeluk tubuhku dengan erat.
"Ahhh… kak… enak bangeeet…" Kata Eve padaku dengan nafas memburu.
"Iya enak banget…" balasku sambil mencabut penisku yg masih tegang, cairan cinta Eve meleleh keluar membasahi paha kami berdua.
Eve menatap ke atas, ke arahku. Tanganku terus mengusap rambutnya sejak orgasmenya sampai. Tangannya mengalung di tubuhku dengan nyaman. Senyum tipis dengan wajah sayunya membuatku mencium bibirnya.
"Sayang kakak…" ucap Eve ketika pagutan bibir kami terlepas.
"Nghh…" Eve kembali mengeluarkan desahan lembut.
Eve memposisikan tubuhnya agar bibir vaginanya mengenai penisku. Penisku ia tekan mengarah keatas, terhimpit di antara perutku dan vaginanya. Eve bergerak naik turun dengan tempo sedang, membuatku mendesah keenakan akibat penisku digesek oleh Eve. Payudaranya juga bergerak naik turun akibat gerakan tubuhnya, membuat sensasi geli di dadaku. Tangan Eve menyusup ke bawah, mencoba ikut andil memuaskan penisku. Tangannya mengusap kepala penisku, meremas dan mengurut naik turun seirama dengan gerakan tubuhnya.
"Aargh.." erangan lembut dari mulutku terdengar.
"Aaahhh…" Eve juga mendesah karena perlakuannya sendiri.
Aku menengadahkan kepalaku, menerima semua perlakuan Eve dengan senang hati. Gadis itu mencium dahiku, mencium pipiku, mencium hidungku, dan mengemut daun telingaku. Tak lupa, ia mencium leherku di beberapa bagian. Aku merasakan kenikmatan luar biasa dari Eve, membuat penisku mulai berkedut dan memerah. Eve tersenyum padaku saat merasakan denyutan di syaraf penisku. Gadis itu semakin merangsangku dengan tangannya, menggoyangkan tubuhnya naik turun tanpa henti.
"Aarghh…!!" Aku mendesah akibat kenikmatan yg Eve berikan.
Eve semakin menekan penisku, menggesek bibir vaginanya di penisku. Tangannya terus mengurut kepala penisku, meremas dan mengusap kepala penisku.
"Aaarghhh!!" Desahanku kembali keluar.
Penisku menyemburkan isinya, menyemprot begitu banyak di tubuh kami berdua. Spermaku menyemprot tinggi hingga sampai payudara Eve, beberapa semprotan mengenai perut kami berdua. Eve terus mengocok penisku hingga spermaku keluar seluruhnya, mengalir di tangan Eve dan meleleh di batang penisku. Eve terlihat begitu senang saat melihat tubuh dan tangannya terdapat sperma kentalku.
"Enak banget Eve… makasih sayang" kataku mendekapnya di dadaku.
"Makasih juga ka… sayang…" balasnya padaku.
"Kalo ada cici, jangan panggil sayang ya" kataku kepadanya yg dibalas dengan wajah mendengus.
"Gak janji!" Balasnya padaku kemudian tertawa.
"Makanya adik dan kakak jangan dijadiin pacar, susah sendiri kan kamu hahaha" ledek Eve padaku lalu kembali merebahkan kepalanya diatas dadaku.
Kami beristirahat beberapa menit lalu dengan buru-buru mengambil pakaian dan membersihkan diri di kamar mandi. Setelahnya kami merapikan sofa dan bersikap seperti tak terjadi apa-apa sebelum Ariel terbangun dan kedua orang tuanya pulang.
Bukan salahku sampai punya hubungan terlarang dengan adik kekasihku sendiri, karena kekasihku sendirilah yg menjerumuskan kami berdua. Aku dan Eve hanya berharap agar bangkai yg kami simpan tak tercium baunya.
Terakhir diubah: