Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FADILAH [By. Rangga]

Itulah enaknya :donat: GanKop :D
Bisa naroh jumlah post sesuka hati... :D

For All, Mohon maaf, updatenya agak lambat, blom diedit soalnya... :Peace:
Oke,, sabar menanti kisah asmara dimas - Fadilah
 
lalaa...:suhu: jadi pengen nangis, la.. setelah denger cerita kamu..
:hua:
'
'
sotoybgt:bata:
belumjugangomong:ngupil:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Kapan di update bosss...? Pasti asa kejadian tak terduga yg membuat pembaca salah tebak.. Betul kan..?
 
Cintakah Aku Padanya?



"Kau berani ketemu Mama dan Papaku?" Tanya Fadilah penuh keraguan saat kuutarakan niatku hendak bicara langsung dengan mama papanya biar semuanya beres.

"Berani...!" Jawabku tegas. "Kenapa juga aku mesti takut? Toh aku bukan hendak ngajak berantem dengan orang tuamu?"

"Tapi...,"Fadilah menatapku lekat-lekat. "Ini masalahku..." Sambungnya kemudian dengan wajah sendu.

"Aku tahu, ini masalahmu. Tapi sekarang jadi masalahku..." Ucapku tegas memberi keyakinan pada Fadilah.

"Jadi masalahmu?" Gadis itu terkejut. Sinar matanya penuh pertanyaan. Mungkin ada sedikit rasa terkejut dalam hatinya akan ucapanku ini. Tapi, apa masalahnya bila aku ucapkan itu?

"Iya, jadi masalahku..." Aku diam sejenak, "setelah semuanya kau ceritakan padaku" lanjutku.

"Lalu...? Apa yang bisa kau lakukan?"
Anak ini masih saja meragukan keputusan yang aku ambil. Entah apa yang bisa aku lakukan, aku juga belum tahu. Aku hanya ingin melakukan saja apa yang mesti aku lakukan kelak.

"Aku akan bilang ke Mama Papamu kalau tak baik meneruskan niat mereka itu. Lagian belum tentu pria yang akan dijodohkan denganmu itu adalah pria baik..."
Sedikit rencana yang kelihatannya agak sulit aku lakukan, tapi demi untuk menenangkan Fadilah, meskipun kelak apa yang aku rencanakan itu tak akan sanggup aku wujudkan, aku telah memutuskan mesti melakukannya juga.

"Kau belum tahu bagaimana kukuhnya pendirian papa dan mama..." Ucap Fadilah lirih. Wajahnya diliputi keputusasaan.

Ya. Dia pasti lebih tahu bagaimana watak dan sifat kedua orang tuanya. Aku sebagai orang luar yang segala sesuatu tentang aku tidak banyak dikenal oleh orang tuanya tentu saja memiliki sedikit kemungkinan untuk berhasil dalam membujuk orang tuanya.

"Sudahlah..., jangan pikirkan yang lain dulu. Yang penting usaha. Ya kan?"

Fadilah akhirnya mengangguk pelan setelah lama kutatap bening matanya, memberi kekuatan dan keyakinan penuh.


~~~**fadilah**~~~



"Darimana kau, hah!?" bentak Papa Fadilah begitu kami sampai dirumah.

Fadilah diam. Wajahnya tertunduk pucat. Tongkat penyangganya seakan tak sanggup lagi menopang bobot tubuhnya. Untunglah kemarahan Papanya agak reda dengan kemunculan Mamanya yang segera menyuruh kami masuk.

"Sudahlah, Pa. Jangan marah-marah terus, ingat kesehatan Papa..." Ucap Mama Fadilah.

Aku yang telah menyiapkan segala argumen dan berencana hendak memberi "pengertian" pada Papa dan Mamanya akhirnya tak bisa berkutik. Wajah garang melukiskan kegusaran terpancar dari sorot mata yang tajam. Aku kehilangan keberanian juga. Entah kemana terbangnya keyakinan dan rasa percaya diri yang memenuhi hati dan jiwaku tadi.

"Kamu benar-benar sangat menyusahkan!" Ucap Papa Fadilah dengan wajah garang.

"Sudahlah, Pa. Kita bicarakan didalam saja. Ayo..." Sang Bunda penyelamat akhirnya berhasil menguasai suasana.
Segera diajaknya kami masuk, dengan membimbing Fadilah yang berdiri limbung dengan wajah pucat. Dengusan kesal terdengar keluar dari mulut lelaki paruh baya Bapaknya Fadilah. Mungkin dia ingin memanjangkan waktu sepanjang-panjangnya untuk mengomeli Fadilah, tapi Sang Ratu agaknya tahu dan sudah membaca gelagat yang "kurang baik" buat anaknya, sehingga dengan "kemampuannya" dia segera mengatasinya.

Kami masuk ke dalam dan menuju ke ruang keluarga. Wajah Bapaknya Fadilah agak sedikit berkurang tingkat 'seramnya' saat kami duduk berhadapan di kursi sofa dalam ruangan keluarga.
Ada sedikit gelisah dihatiku saat Mamanya Fadilah pergi meninggalkan kami. Untunglah tak lama kemudian beliau datang dengan membawa minuman.

"Terima kasih nak telah mengantarkan Fadilah..." Ucap Mama Fadilah kemudian setelah meletakkan gelas yang berisi minuman segar dihadapanku.
Perempuan setengah baya ini begitu anggunnya. Lembut dan memancarkan sinar kasih sayang yang tulus. Sama seperti mama.

"Sama-sama, Tante." Balasku singkat.

"Maaf ya, Nak. Sungguh telah merepotkanmu..." Timpal Papa Fadilah.

Aku mengangguk saja. Uhmmm, akhirnya resah dihatiku kembali berkurang. Papanya sudah mau bicara dengan hati yang tenang. Begitu nampaknya. Sesungguhnya aku tak tahu siapa nama Papa dan Mama Fadilah. Aku juga tak punya keberanian untuk menanyakan hal itu, lagi pula hal ini tentu saja tak sopan bila aku menanyakannya.

"Sebenarnya, apa kalian berdua pacaran?" Tanya Papa Fadilah tiba-tiba memecah keheningan, membuat jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya.

Ini sangat mengejutkanku. Ibarat seorang teroris yang diberondong peluru terus menerus, aku tak sanggup lagi menatap wajah Papa Fadilah. Menggelepar, roboh dan tak berkutik lagi.
Tapi, bukankah aku telah merencanakan sebuah siasat untuk menyelamatkan Fadilah dari perjodohan yang tak diinginkannya? Nah, bukankah ini sebuah kesempatan bagus? Ibarat menemukan cela diantara berondongan peluru...

Tanpa berpikir kenapa dan apa maksudnya Papa Fadilah menanyakan hal itu, dengan mantap aku menjawab...

"Benar, Oom. Kami pacaran sejak dulu..."

Duarrrrrrrrrrrrr!

Tinggal menunggu saat-saat bom meledak, atau peluru telak mengenai jantungku yang akan membuat aku tergeletak, terkapar tak berdaya.
Papanya pasti akan murka, lalu membentak dan mengusirku dari rumah ini...

"Kamu serius?" Raut wajah yang tadinya ku bayangkan akan berubah seram dan ganas, kini malah berubah ceria. Ada senyum tersungging dibibirnya.

Dengan bingung namun sedikit gembira, aku memandang wajah itu dan wajah Fadilah bergantian. Rona wajah Fadilah nampak tegang, harap-harap cemas, seperti itulah.

"Baiklah kalau begitu..." Ucapan itu begitu tenang dan akrab.

Semudah dan sesingkat inikah masalahnya terselesaikan? Apa ini bukan sebuah jebakan yang diciptakan oleh Papa Fadilah? Terlalu...

"Oom tidak marah?" Tanyaku pelan.

Papa Fadilah malah tersenyum. Gelengan kepalanya sepertinya begitu meyakinkan bahwa ini bukanlah sebuah jebakan.

"Oom dan Tante memang telah menjodohkan Fadilah dengan anak dari Family jauh kami. Hari ini mestinya mereka datang ketemu Fadilah, sayang sekali tertunda gara-gara Fadilah yang tiba-tiba menghilang..." Ucap Papa Fadilah.
Aku manggut-manggut. Ini memang seperti yang diceritakan Fadilah padaku.

"Tapi Oom tak bisa memaksa anak Oom untuk menerima perjodohan itu. Biarlah Oom kehilangan muka terhadap Family Jauh Oom..." Lanjutnya.
"Biarlah akan kita lihat apa yang akan terjadi nanti..."

"Fadilah..." Ucap Papa Fadilah lagi. "Kau sudah cukup dewasa untuk menentukan masa depanmu. Papa dan mama hanya berusaha mengarahkanmu ke arah yang paling baik..."

"Maafkan Fadilah, Pa..." gumam Fadilah lirih.

"Sudahlah..." Papa Fadilah berkata sambil menatapku. "Semoga semuanya akan baik-baik saja..."

Ah, semudah inikah?


~~~**fadilah**~~~



Taman Kota, Senja hari...

Kebisuan mendominasi keadaan. Meskipun didekatku ada Fadilah, tapi entah mengapa tak ada satupun ucapan yang keluar dari mulut kami.
Akhir-akhir ini aku berusaha untuk terus dekat dengan Fadilah. Sebenarnya ini tidak terpaksa. Secara jujur aku boleh bilang bahwa kedekatan ini timbul secara alamiyah 

Kedekatan ini otomatis menimbulkan berbagai macam tanggapan dari teman-teman. Ada yang menyatakan rasa senang, ada yang merongrong pikiranku dengan ucapan-ucapan yang agak membikin kewibawaanku jatuh. Ada juga yang menggodaku dengan kalimat-kalimat yang membuat wajahku memerah.
Tapi, walaaaaahhhh...., peduli amat! Ini adalah hidupku, ini adalah jalanku! Aku mau dekat dengan siapapun itu adalah hak perogrativeku!

Dibangku taman dibawah rindangnya pohon, dalam kebisuan, aku melirik ke arah Fadilah. Gadis ini diam menatap ke atas langit. Entah apa yang dipikirkannya. Keningnya kadang berkerut, sinar matanya seperti kosong. Sejenak kemudian wajah itu berubah tenang. Pandangannya perlahan beralih ke arahku.

" Dimas..." Ucapnya lirih.
Aku menatap bola matanya yang bening.

"Maafkan aku..."
Tak ada isakan, tapi bulir-bulir air mata mengalir perlahan dari sudut matanya.

"Maaf atas apa? Kamu tak bersalah..., kita semua tak bersalah, Fadilah..." Ucapku sambil memberi kekuatan dan keyakinan padanya lewat senyuman dan sorot mataku.

"Tidak, Dimas..." Jemari lentik itu menggenggam tanganku dengan erat. Bening matanya menyiratkan suatu kegundahan. "Tak semestinya kamu melakukan ini untukku, apalagi sampai mengaku pacaran denganku pada papa..." desahnya kemudian.

Jemari itu kugenggam erat, lalu kubawa ke dadaku. Aku ingin memberi kekuatan padanya, kekuatan yang akan membuat dia sanggup menghadapi kekalutan jiwanya.

"Sekarang tak ada masalah lagi kan? Papa dan mamamu tak lagi memaksamu menjalani perjodohan itu. Tak usahlah kau risau berkepanjangan sepert itu..."

"Bukan itu masalahnya, Dim..." Ada resah lewat tarikan panjang nafasnya. "Karena aku engkau mesti berpura-pura bermanis-manis didepan papa dan mama..."

"Kamu salah, Dilah..." Kataku sambil tersenyum. "Aku tak pernah berpura-pura..."

"Maksudmu...?"

"Aku sungguh-sungguh..."

"Sung...guh... sungguh?"

"Iya! Aku benar-benar ingin menjadi pacarmu. Kamu mau kan? Kamu tak keberatan kan...?"

Dan... Wajah manis itu menegang. Mata bundar nan bening itu bercahaya. Bibir mungil itu tersenyum...

"Kamu...Kamu... Mau..., aku..., kamu mau jadi..., kita... kita paca... ran?" Tergagap Fadilah berucap memandangku. Matanya mencari-cari sinar kejujuran dalam sorot mataku.
Aku tersenyum dan mengangguk...

"Iya..., aku ingin kita pacaran..."

"Dimas!???"





Bersambung...
 
ciee.. ciee..
yg udah jadian,
ditunggu pajak jadiannya dimas XD
 
Om, mau nanya nih,, sebenernya prerogratif apa perogative ??

Btw,, yg udah jadian, ytraktir dong :haha:
 
siplah :jempol: makin menarik ceritanya.
semoga aja endingnya gak antiklinaks.
 
Pasti jadi kawin jwabannya gan..:jempol:

#love hepi ending garis keras...:kretek:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd