Scene 2 (Takeru)
Aww, sudah dua hari ini aku tidur di kantor. Rasanya pegal sekali. Biasanya, di rumah aku selalu tidur di kasur yang empuk bersama istriku yang paling cantik sedunia. Makan malam pun tidak perlu repot. Aku tidak menyangka hari-hari indah itu akan pudar. Ya, mungkin takdir tidak mempersatukan kita. Harusnya, waktu Asuka bilang bahwa ia sangat membenci polisi, aku harusnya berhenti mengejarnya saja, daripada ujung-ujungnya jadi begini. Aahh, sial. Kalau aku berhenti dari Hikari, apakah kira-kira Asuka masih mau menerimaku ya?
TUUTT... TUUUTT... Ringtone telpon genggamku pun berbunyi. Ah, malas rasanya aku mengangkat telpon itu. Saat ini, aku hanya mengharapkan telpon dari istriku itu. TUUTT... TUUUTT... Ah, telpon genggam ini masih berbunyi saja. Aku melihat siapa yang menelponku. Ah, ternyata nomor Asuka! Aku segera mengangkatnya. Eh, tunggu. Kira-kira kuangkat atau tidak ya? Aku ragu-ragu untuk mengangkatnya. Akan tetapi, rasa kangen dan cintaku memang mengalahkan semuanya. Akhirnya aku mengangkat telpon genggamku itu.
“Hai? (Iya?)” Kataku.
“Takeru...” Terdengar suara Asuka yang begitu indah diseberang sana.
“Asuka...” Jawabku.
Kemudian, untuk beberapa menit, tidak ada omongan yang keluar satu pun dari mulut kami. Wajar saja bagi diriku. Meskipun dia pemimpin besar dari kelompok broker dunia bawah Jepang yang merupakan salah satu dari tiga organisasi besar, tetap saja aku tidak bisa memungkiri bahwa aku masih mencintainya.
“Ada yang ingin kubicarakan.” Kata Asuka.
“Ya.” Kataku.
“Bawa juga tiga anak kepercayaanmu itu. Aku ingin mengkonfirmasi sesuatu dari mereka.” Kata Asuka.
“Maaf, Asuka. Kondisi Kagura dan Matsuyama masih tidak memungkinkan.” Kataku.
“Tidak apa-apa. Aku akan menunggumu setiap siang. Lokasinya akan kukirimkan ke SMS.” Kata Asuka.
“Oke.” Kataku.
“Baiklah, itu saja.” Kata Asuka.
“Ah, Asuka.” Kataku.
“Hmm?” Tanya Asuka.
“Walau apapun yang terjadi dan telah terjadi, aku masih mencintaimu sebagai istriku.” Kataku.
Asuka tidak menjawab apapun, melainkan langsung menutup telponnya. Haah, sial. Tapi yang penting, aku sudah mengatakan apa yang kurasakan dari lubuk hatiku yang paling dalam. TRIITT... Ada SMS masuk. Ternyata dari Asuka, yang menunjukkan tempat yang ia janjikan. Bukankah ini sebuah proyek pembangunan yang sudah lama diabaikan? Ah sudahlah. Aku sedang tidak mood. Aku pun kembali tidur-tiduran di meja kerjaku.
Beberapa lama kemudian, aku mendengar adanya ketokan pintu. Ah, aku sedang tidak mood, jadi kudiamkan saja. Kemudian, aku pun mendengar suara pintu yang terbuka.
“Ayumi ka? (Ayumi kah itu?)” Tanyaku.
“Takeru-san.” Aku mendengar suara Ayumi.
“Ada yang ingin dikatakan?” Tanyaku.
“Kami menunggu Takeru-san di ruang meeting untuk meeting pagi seperti biasa.” Kata Ayumi.
Mendengar hal itu, aku langsung terbangun. Mungkinkah Kagura dan Matsuyama sudah pulih? Jika memang demikian, aku bisa bertemu dengan Asuka hari ini.
“Jadi, Kagura dan Matsuyama sudah pulih?” Tanyaku.
“Hmmm, belum pulih betul. Akan tetapi, mereka bilang bahwa mereka bosan berlama-lama di rumah sakit.” Kata Ayumi.
Hmmm. Jika memang demikian, aku bisa bertemu dengan Asuka hari ini. Akan tetapi, aku juga harus mengantisipasi dimana pertemuan tidak berlangsung baik dan malah terjadi pertumpahan darah.
“Apa menurutmu, mereka sudah bisa bertarung?” Tanyaku.
“Hmmm... Melihat Kagura dari kebiasaannya, mungkin bisa. Ada apa Takeru-san?” Tanya Ayumi.
“Oke, Ayumi. Ayo kita ke ruang meeting dan menemui mereka.” Kataku.
Aku segera bangun dari kursiku dan menuju ruang meeting bersama Ayumi. Sampai di ruang meeting, aku melihat Kagura dan Matsuyama sedang duduk. Kondisi mereka sepertinya sudah pulih, tapi belum pulih seratus persen. Kagura terlihat lebih pulih dibandingkan Matsuyama. Mereka sepertinya betul-betul mengalami kekalahan yang telak.
“Matsuyama, kelihatannya kamu loyo sekali.” Kataku.
“Hmmm, begitulah Takeru-san. Aku habis disiksa semalaman oleh Kagura-chan.” Kata Matsuyama.
“Omaaeee!!!! (Kamuuu!!!)” Kata Kagura sambil mengacungkan kepalan tangannya kearah Matsuyama.
“Oi... oi... Kagura-chan. Jangann, aku belum pulih betul.” Kata Matsuyama.
Aku tertawa melihat kelakukan mereka. Syukurlah, sepertinya walaupun kondisi tubuh mereka belum pulih, tetapi sepertinya mental mereka sudah pulih. Kalau begini, aku tidak ragu-ragu untuk meminta tolong.
“Kagura, Matsuyama. Maaf aku meminta terlalu banyak, tapi apakah kalian sudah siap untuk bertarung?” Tanyaku.
Kagura dan Matsuyama tidak menjawab apapun selain menganggukkan kepala mereka. Ah, memang keputusanku untuk memilih mereka sebagai sansaikou no masayoshi tidak pernah salah. Mereka begitu kuat dan berdedikasi.
“Yosh. Kita siap-siap untuk pergi ke suatu tempat.” Kataku.
“Hooo... pergi kemana, Takeru-san?” Tanya Matsuyama.
“Bertemu dengan Yami.” Kataku.
“Oke. Yuk.” Kata Kagura.
“Hmmm, sepertinya kalian berdua tidak terlalu terkejut. Sebetulnya, aku ingin sekali menanyakan apa yang terjadi. Tapi, kita bahas nanti saja bersama Yami.” Kataku.
“Hmmm, aku setuju, Takeru-san. Meskipun musuh, tapi aku ingin sekali mendengar banyak hal dari mereka.” Kata Matsuyama.
“Chotto... (Tunggu...)” Kata Ayumi.
“Nan desuka, Ayumi? (Ada apa, Ayumi?)” Tanyaku.
“Apakah disini, hanya aku yang sepertinya yang tidak tahu apa-apa?” Tanyaku.
Hahaha. Ayumi itu orang yang paling ingin tahu. Tentu saja dia tidak suka ketinggalan berita.
“Sabar saja, Ayumi. Kita akan buka semuanya bersama-sama nanti.” Kataku.
Kemudian, kami segera bersiap-siap dan berangkat menuju tempat yang diberitahu oleh Asuka kepadaku. Di tengah perjalanan, aku pun mem-briefing orang-orang kepercayaanku ini.
“Ayumi. Mungkin kamu sudah tahu siapa yang akan kamu temui.” Kataku.
“Un. (Iya.)” Kata Ayumi.
“Matsuyama, Kagura. Jangan terlibat pertarungan, tunggu aba-aba dariku. Sebelum aku memberi aba-aba, jangan pancarkan aura membunuh sedikitpun. Salah langkah sedikit saja, mungkin pertempuran tidak bisa dihindari. Aku tidak ingin ada pertempuran, terlebih karena kondisi kalian yang masih belum pulih sepenuhnya, dan juga...” Kataku.
“Dan juga?” Tanya Matsuyama.
“Ah, lupakan saja. Fokus saja, Matsuyama.” Kataku.
Aku segera mengemudikan kendaraanku dengan lebih cepat lagi. Dalam waktu setengah jam lebih, akhirnya kami sampai di tempat yang ditunjukkan oleh Asuka. Ini adalah suatu proyek pembangunan yang sudah lama ditinggalkan. Sekarang jam menunjukkan pukul sebelas tepat.
“Sou, anata ga kita. (Jadi, kamu datang juga.)” Suara Asuka terdengar dari samping.
Aku segera menoleh ke samping. Asuka sudah berdiri di hadapanku. Di belakangnya, sudah berdiri dua orang kepercayaannya, yaitu gokusenshi no Nakata Jirou dan tobari no Anegawa Houzuki. Sepertinya mereka pun juga belum pulih benar. Hmmm, sepertinya kakusaretakage no Sarutobi Sasuke tidak datang. Atau dia sedang bersembunyi untuk mempersiapkan serangan mendadak. Akan tetapi, aku tidak peduli. Aku lebih peduli pada wanita yang sedang berdiri di hadapanku ini. Istriku, Asuka. Kecantikannya tidak berkurang sedikitpun. Malah, kharismanya sebagai pemimpin besar Yami terlihat begitu tinggi.
“Ki... Kirishima Asuka... (A... Asuka Kirishima...)” Kata Kagura.
“Na... Nanda tou... (A... apa-apaan ini...)” Kata Matsuyama.
“Tidak perlu bingung, Kagura, Matsuyama. Seperti yang kalian lihat, pemimpin besar Yami adalah tidak lain dan tidak bukan adalah istriku sendiri, Asuka.” Kataku.
“Ini pertama kalinya aku melihat pasangan suami istri, dimana si suami adalah kepala polisi rahasia, dan si istri adalah kepala broker rahasia. Kukira ini hanya terjadi di film.” Kata Matsuyama.
“Asuka. Aku tidak ingin lagi bertarung denganmu. Aku harap kamu memanggilku kesini bukan untuk bertarung.” Kataku.
Asuka hanya diam saja. Kemudian dia menutup matanya dan menghela napas.
“Senshi no oujo, dokudan yo... (Senshi no oujo, dokudan...)” Kata Asuka.
Aku merasakan adanya aura membunuh yang mulai naik pada Kagura dan Matsuyama.
“Tameshite mo ikenai. Kisamatachi ga ima ore to tatakau naraba, kisama ha atama wo ushinau koto ni narudeshou. (Jangan coba-coba. Kalian hanya akan kehilangan kepala kalian jika kalian bertarung denganku sekarang.)” Kata Asuka.
Aura membunuh yang dipancarkan Asuka begitu kental. Berbeda sekali dengan Asuka yang biasa di rumah, yang penuh kelembutan.
“Sore de, anata ha watashitachi ni nani wo nozo mimasuka? (Jadi, apa yang kamu inginkan dari kita?)” Tanya Matsuyama.
“Ore ha choudo kisamatachi ni tazunetai. Dare ga anata wo utsu? (Aku hanya ingin bertanya pada kalian. Siapa yang membuatmu babak belur begitu?)” Tanya Asuka.
“Gomennasai. Watashitachi ha nani mo iwanai. (Maaf. Tapi kita tidak perlu menjawabmu.)” Kata Matsuyama.
“Honki desuka? Ore ga ichido ore no kodomotachi wo shini itara seru no ha kisama dato wakattara, kisama no atama ha kisama no karada kara sokuza ni korogarimasu yo. (Yakin? Begitu aku berpendapat bahwa kalianlah yang melukai anak-anakku, kepala kalian akan langsung lepas dari tubuh kalian.)” Kata Asuka.
“Dokudan. Sore wo kakusu no ha yakunitatanai. Sono hi, anatatachi ha watashitachi to issho ni iru koto wo wasurete imasuka? (Dokudan. Tidak perlu disembunyikan. Apa kalian lupa bahwa kalian bersama dengan kita pada waktu itu?)” Kata gokusenshi.
“Matsuyama. Bicaralah. Kalian berdua belum melapor kepadaku apa yang terjadi. Tidak apa-apa, katakanlah.” Kataku.
“Hai, Takeru-san. (Iya, Takeru-san.)” Kata Matsuyama.
“Hooo, mereka kamu ajari Bahasa Indonesia juga ya?” Tanya Asuka.
“Yaah, maaf. Tapi Bahasa Indonesia bukan milikmu seorang kan.” Kataku.
“Memang.” Kata Asuka sambil tersenyum.
“Pada hari itu, yang menghabisi kira hingga hampir mati adalah Kage.” Kata Matsuyama.
Eh? Kage? Asuka pun terkejut mendengar hal itu.
“Uso da. (Bohong.)” Kata Asuka.
“Terserah anda percaya atau tidak. Tapi memang anggota Kage yang bernama PHOENIX yang kita hadapi. Dia kuat sekali. Aku dan Kagura-chan, bersama dengan gokusenshi dan tobari tidak bisa menghadapinya. Ia mematahkan semua jurus Kagura-chan dan gokusenshi dengan mudah. Tenaganya sangat kuat. Tidak hanya itu. Ia memiliki kemampuan khusus. Racunku maupun jarum milik si tobari tidak ada gunanya. Ia bisa menyembuhkan dirinya sendiri.” Kata Matsuyama.
Apa? Ini baru. Tidak kusangka Kage akan menampakkan diri di hadapan mereka. Cih, jadi benar ya bahwa Kage adalah sekumpulan monster yang memiliki kemampuan aneh.
“Sebetulnya aku percaya padamu, bahwa kalian berempat diserang oleh seseorang yang sangat kuat dan punya kemampuan seperti monster. Jirou dan Houzuki tidak mungkin berbohong padaku.” Kata Asuka.
“Lalu, kenapa bilang bohong?” Tanya Matsuyama.
“Aku bilang kamu bohong, karena kamu mengatakan bahwa mereka adalah anggota Kage. Apa dasarmu mengatakan hal itu?” Tanya Asuka.
“Biar aku yang jelaskan.” Kata Ayumi kepada Matsuyama.
“Kirishima-san... sebetulnya, kami sudah berhasil membobol arsip server yang dimiliki oleh Kage.” Kata Ayumi.
“Cih, kamu bicara seperti Sayama saja. Bicaralah dengan bahasa manusia.” Kata Asuka dengan dingin.
“Oh, maaf... Jadi begini, Kirishima-san. Kami sudah berhasil mencuri informasi mengenai Kage, yang didapatkan dari arsip informasi mereka sendiri. Salah satunya, kami mendapatkan sebuah video yang berisi anggota-anggota mereka.” Kata Ayumi.
“Hmmm... Video?” Tanya Asuka.
“Ya. Orang yang menyerang Kagura dan Matsuyama, dan juga menyerang Nakata-san dan Anegawa-san, kupercaya adalah salah satu dari anggota mereka yang bernama PHOENIX. Dalam video itu, terlihat dia memang mampu menyembuhkan dirinya sendiri dari luka yang parah sekalipun dengan usaha yang minim.” Kata Ayumi.
“Lalu...” Kata Ayumi.
“Matte. (Tunggu.)” Kata Asuka.
Kemudian, Asuka sepertinya berpikir keras.
“Hhhh... Sepertinya tidak akan selesai ya kalau hanya kita berdua. Baiklah, bubar dulu untuk sekarang. Besok kita ketemu lagi disini pada jam yang sama karena aku juga harus membawa Sasuke. Bagaimana?” Tanya Asuka.
“Apa jaminannya kalau kami tidak akan masuk jebakan anda?” Tanya Matsuyama.
“Matsuyama, diamlah.” Kataku.
“Baik, Asuka. Besok kita akan kesini lagi pada jam yang sama.” Kata Takeru.
Kemudian, Asuka segera berbalik badan dan pergi. Gokusenshi dan tobari pun mengikutinya. Aku pun juga mengajak anak buahku untuk kembali ke mobil untuk segera kembali ke kantor.
“Takeru-san, apakah tidak apa-apa datang begitu saja besok?” Tanya Matsuyama.
“Iya, memang berbahaya untuk menuruti begitu saja tujuan mereka. Akan tetapi, disini kita sedang menghadapi suatu misteri yang kelihatannya mereka pun juga tidak paham sepenuhnya. Aku enggan mengakuinya, tapi sepertinya untuk sementara kita harus bekerjasama dengan mereka. Aku sudah merasakan hal ini, tetapi tidak kusangka akan jadi begini.” Kataku.
“Hal apa, Takeru-san?” Tanya Kagura.
“Ingatkah masalah musuh yang akan datang yang pernah kukatakan itu? Aku sekarang semakin yakin bahwa musuh itu bukan Yami. Kemungkinan besar musuh kita adalah Kage. Lihat sendiri kan, Kagura? Kamu berempat bersama Matsuyama, gokusenshi, dan tobari tidak bisa mengalahkan dia. Mau tidak mau kita harus mengakui bahwa kemampuan Kage bahkan lebih kuat dibandingkan gabungan kekuatan Hikari dan Yami.” Kataku.
“Hmmm, masuk akal.” Kata Matsuyama.
“Selain itu, aku yang paling mengenal istriku lebih dari siapapun. Dia tidak akan menggunakan cara rendah seperti menjebak kita.” Kataku.
Ya, aku yakin bahwa Asuka tidak akan menjebak kami. Akan tetapi, apa yang akan dilakukannya besok?