Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Diary Seorang Istri

Bimabet
Terimakasih hu updatenya. Flashback singkat ini cukup menjelaskan detail cerita yang bagus ini.

Senang aja Maya dapat "peluru sniper" secara terus menerus sampe nyali dan psikologisnya hancur total. Karma is Real, puas aja gitu. Karena total bohong ga cuma ke Adam. Tapi ke orang lain juga. Mulai dari diri sendiri sampe ke Mamanya Fajar semua kena bohong cuma karena "jutsu" dari kecoa kampung. Parahnya lagi sampe mau ke jenjang serius bahkan sampe bunting walopun palsu. Bener bener greget gitu ke Maya atau kecoa kampung. Sama As*holenya.


Di satu sisi lebih kasihan ke Anisa karena harus mengorbankan hatinya buat kebahagiaan Maya Adam. Sampe rela ditopangin hamil yang bukan anak kandungnya. Bener ngerasain banget sakit hati dari Nissa, tapi itu adalah kemauannya sendiri buat dapat kepastian dari status hubungan Adam-Maya.

Tapi yang jelas, ga mungkin seorang Adam tega nyakitin perempuan terlebih wanita setulus dan sekuat Nissa.


Nunggu final chapter dari DSI milik @pujangga2000







Nb: hu maaf. Kasih flashback dikit kecoa kampung setelah di make up jadi cantik
 
Alhamdulillah bentar lagi tamat, tetap semangat yaa suhu dalam mengemban amanat kebahagiaan warga semprot di cerita cerita selanjutnya. :semangat:
 
Bukan di depan, tp menjelang akhir muncul sinopsisnya...
Mantap suhu, berasa di recap sebelum akhirnya finish
Lanjut suhu
biar agak refresh hu, ane inget pernah nonton di CSI Miami menjelang end, inget banget adegan mobil yang dinaikin caleigh masuk ke laut di depan mata letnan horatio, ditayangin cuplikan episode-episode sebelumnya saat istri dan anak horatio dibunuh sama musuh bebuyutannya yang orang latin tatoan, lupa gua namanya, itu episode yang sangat emosional dan berkesan sampai sekarang buat ane.

dan ane juga berharap cerita ini bisa menjadi suatu kenangan indah yang mudah-mudahan bisa diingat lagi setelah bertahun-tahun nanti, heheheh, sebentar lagi saya akan mengupdate episode penutup diary seorang istri ini, semoga bisa menghibur kalian semua, mohon maaf jika dirasakan banyak kekurangan, saya hanya berusaha menyajikan cerita yang terbaik untuk kalian semua..terima kasih atas atensi dan komen-komen selama ini..
 
Dairy Seorang Istri
Final Episode




Episode sebelumnya :

Maya menghadiri acara peresmian PT Serayu sebagai perwakilan guru, dan terkejut saat mengetahui kalau Adam adalah direktur PT Serayu, dirinya begitu emosional saat melihat sosok yang dirindukan kini tepat berada di depannya, Rindunya yang teramat besar pada Adam, membuat air matanya deras mengalir tanpa bisa di hentikannya, Maya sungguh tak tahan dengan perasaannya yang mengharu biru, rasa sesal dan rindu yang bercampur membuat hatinya bergejolak, Maya berlari menuju toilet, di sana Maya melepaskan semua beban yang berkecamuk dihatinya, namun di saat itupula Maya merasakan sakit yang teramat sangat di perutnya, bahkan Maya tak bisa untuk berjalan, dia merangkak menuju pintu sambil menahan perih diperutnya, Untung saja Ratih berada dalam waktu yang tepat, Ratih terkejut dan panik saat mendapati Maya mengerang kesakitan tengah berbaring di lantai toilet, Mata Ratih melotot panik melihat darah yang mulai menggenang di balik bokong Maya, Kepanikannya makin menjadi saat mendengar suara Maya yang merintih lemah meminta diantar ke rumah sakit.

Puncak hukuman Maya sepertinya datang saat itu, tim dokter dengan berat hati harus melakukan pengangkatan Rahim Maya sebagai upaya menyelamatkan nyawanya, Adam yang tiba di rumah sakit begitu terkejut dengan apa yang dialami Maya, saat Maya mulai dipindahkan ke ruang perawatan, Adam menemani istrinya itu dengan perasaan tak menentu, air matanya deras mengalir tak tertahankan melihat penderitaan perempuan yang dicintainya ini, kebencian dan kemarahannya seolah melebur dalam air matanya, Adam merasa menyesal telah begitu lama mengabaikan wanita yang dicintainya ini…….


***



Ruang Perawatan Maya




“Kamu baik-baik saja yank..?” tanya Adam setelah mulai bisa menguasai emosinya. Maya tersenyum, terlihat mata pria yang dirindukannya ini bengkak dan merah, “Maaf pertanyaanku bodoh ya, heheh..” Ujar Adam.

“Kamu apa kabar mas..” Tanya Maya.

Adam menatap tajam Maya, “Mas? Sejak kapan kamu panggil mas, apa kamu udah gak mau memanggilku yank, tadi saat baru sadar kamu panggil aku Yank, aku..aku…merindukan panggilan itu yank..” Ujar Adam.

“Apa aku masih pantas memanggil kamu yank?” Tanya Maya dengan suara lirih

“Kenapa gak? Sampai saat ini aku masih menjadi suamimu kan?” ujar Adam.

“Yank…” Ujar Maya lirih.

“Nah gitu dong…” Ucap Adam sumringah, di sekanya air mata Maya yang kembali datang.

“Yank…aku senang sekali bisa ketemu kamu..” Ujar Maya.

“Aku juga senang banget ketemu kamu..” Adam meremas jemari Maya dengan lembut. “kenapa kamu gak pernah nelpon aku yank? Apa kamu sudah melupakan aku gitu aja..” Lanjut Adam dengan suara parau menahan tangisnya.

“Aku pikir kamu marah ama aku yank, aku gak pernah melupakan kamu sedetikpun yank…aku pikir kamu pasti membenciku, aku perempuan nista yank…aku memang pantas dibenci yank” Maya kembali menangis tersedu-sedu.

“Saat itu aku memang marah padamu, namun disisi lain aku juga merindukan kamu yank, aku berusaha mencari keberadaan kamu, namun kamu seolah hilang begitu saja tanpa jejak yang bisa ku temukan, aku hampir gila yank…anehnya aku malah mencemaskan kamu, dimana kamu, sedang apa kamu, apakah kamu baik-baik saja? Setiap waktu berlalu pertanyaan-pertanyaan itu selalu mengisi benakku, dan aku kemudian berada dalam satu kesimpulan kalau kamu memang sudah tak menginginkanku lagi bersamu, aku menyerah mencarimu..” Adam menciumi tangan Maya, air mata Adam kembali deras membasahi pipinya.

“Maafkan aku yank…maafkan atas semua kesalahan yang aku perbuat, aku rasanya tak pantas untuk meminta maaf padamu…aku begitu kotor….aku adalah perempuan nista yank…” Maya histeris dalam tangisnya.

Adam menggeleng-gelengkan kepalanya, “Kesalahan kamu adalah kesalahan aku Yank, kalau kamu berbuat salah, maka akulah yang pantas disalahkan, karena tugas suami adalah menjaga istrinya termasuk agar tak berbuat salah, aku yang harusnya minta maaf yank..” Ujar Adam.

“Yank, kini kondisiku seperti ini, rahimku sudah tak ada, aku gagal menjadi seorang wanita…” Maya tersenyum getir. “Allah telah menghukumku atas kenistaan yang aku perbuat Yank, dan yang terlebih lagi Allah telah menghukumku karena aku menghianati seorang suami yang baik sepertimu yank..” Maya menghentikan ucapannya saat telunjuk Adam menyentuh bibirnya.

“Kamu gak boleh ngomong gitu, aku gak suka mendengarnya..” Ucap Adam dengan nada tinggi.

Keduanya kemudian terdiam, Maya menghela napasnya, jemarinya masih digenggam Adam dengan lembut, “ada sesuatu yang aku ingin katakan padamu yank.” Ucap Adam

Maya menoleh ke arah suaminya itu, lalu kemudian Maya tersenyum seolah tahu apa yang ingin disampaikan Adam, “soal Anissa?” tanya Maya.

“Kamu sudah tahu yank?” Adam balas bertanya.

“Anissa sudah mengatakan semua padaku yank, dan jujur aku sangat bahagia mendengarnya, bener aku bahagia karena dia bisa melayani kamu dengan baik, Anissa perempuan yang hebat yank..” jawab Maya.

“Yank…” Ucap Adam.

“Nissa juga mengatakan semua hal tentang kehamilannya, dan itu yang membuatku kagum padanya, andai aku di posisinya, aku belum tentu bisa melakukan apa yang telah dilakukan Anissa. Dia sangat mencintaimu yank… aku bisa merasakan betapa cintanya sangat tulus padamu..” Ujar Maya sambil tersenyum.

“Yank kita pulang ya..” Ujar Adam kembali mengenggam erat tangan Maya.

“Apa kamu mencintai Anissa yank..” Tanya Maya tiba-tiba.

Adam tercekat dengan pertanyaan Maya, dia hanya diam menatap Maya, “Hmmm aku sudah dapat jawabannya, kamu sangat mencintai Anissa yank…aku bisa lihat dari matamu..” Maya tersenyum.

“Aku juga masih mencintai kamu yank…” Ucap Adam tegas. “Apa kamu sudah tak mencintaiku lagi yank..” tanya Adam kemudian.

Maya menatap Adam lekat-lekat, “Tak sedetikpun dalam setiap waktu yang berlalu aku berhenti mencintai kamu yank, namun semua telah berbeda sekarang, kamu sudah memiliki penggantiku yang lebih baik, dan aku merasa bahagia dengan itu semua.”

“Aku akan bahagia jika kita kembali bersama yank…dan Nissa juga telah bicara padaku, dia tak keberatan jika kamu kembali yank” Ucap Adam lugas.

“Kita lupakan semua masa lalu dan kita rajut kembali kebahagiaan kita bersama yank, apalagi anak yang dikandung Nissa adalah anak biologismu, mari kita berikan kasih sayang kita untuk anak itu yank, anak kita..” Lanjut Adam.

“Aku tak peduli dengan masa lalu, aku telah memaafkan semua yang pernah kamu lakukan yank, yuk ikut aku pulang ya…” Adam sepertinya tak ingin membiarkan Maya bicara.

“Coba kamu pikir deh, ini adalah rencana Tuhan yang terindah buat kita semua, Anissa akan melahirkan anak biologis kita, bayangkan yank….aku yakin Tuhan ingin kita bersatu kembali…please yank…kita pulang ya..” Adam tersenyum dan mengenggam erat jemari Maya.

“Kamu bicara terus seperti tak ingin aku menjawab heheh, biarkan aku berpikir ya yank, untuk sementara aku gak bisa mengambil keputusan, tunggu sampai aku pulih kembali, baru aku akan berikan jawaban, gak apa kan yank..” Ujar Maya.

“Satu setengah tahun aku menunggu, dan rasanya tak ada masalah untuk menunggu beberapa hari lagi, aku akan menunggu jawabanmu yank..” Ucap Adam sambil tersenyum manis.

Keduanya kemudian hanya saling menatap tanpa bicara, kedua mata mereka seolah sedang bicara satu sama lain, sorot kerinduan saling memancar di kedua mata mereka..

***

“Bagaimana mas, apa kata mbak Maya, dia mau pulang bersama kita kan.” Tanya Anissa sambil merebahkan kepalanya di dada suaminya.

“Aku sudah bicara, dan dia minta waktu untuk memulihkan kondisinya, tapi rasanya dia mau kok pulang..” Jawab Adam sambil mengelus rambut Anissa.

“Beneran mas? Duhh seneng banget aku dengernya..” Ujar Anissa tersenyum lebar.

“Boleh aku bertanya beb? Apa kamu benar-benaar bahagia, kalau keputusan Maya benar-benar mau ikut pulang dengan kita, maksudku..” Tanya Adam.

Anissa menoleh dan menatap suaminya dengan lembut, “apa mas meragukan ketulusanku? Aku benar-benar bahagia mas…”

Adam melihat kesungguhan dari sinar mata istrinya, Adam rupanya tak ingin Anissa menyesali keputusannya, namun kali ini dia melihat Anissa serius ingin Maya kembali pulang bersama mereka, Adam sendiri bingung kenapa Anissa bisa selapang itu membagi suami dengan wanita lain, namun melihat Anissa dengan rela membesarkan anak hasil inseminasi benihnya dan sel telur Maya, Adam tak lagi meragukan keputusan Anissa, perlahan Adam menyadari kalau cintanya pada Nissa telah begitu kuat melebihi cintanya pada Maya saat ini.

“Kok Liatin aku kaya gitu sih mas..” tanya Anissa yang mengejutkan lamunan Adam.

Adam hanya terkekeh, sambil mencubit pipi istri cantiknya itu, “emang aku gak boleh liatin istriku yang cantik ini..” Jawab Adam.

“Aku udah gendut ya…” Ujar Anissa cemberut menggemaskan, Adam tertawa melihat tingkah Nissa, direngkuhnya tubuh Nissa dalam pelukannya, Adam merasa benar-benar bahagia saat ini…”Kamu malah seksi beb..” bisik Adam..

“Ihh apaan sih mas, ahhh mass……” Anissa menggeliat kegelian saat Adam menyosor lehernya, keduanya kemudian saling tertawa dalam gairah, tak lama terdengar suara kecipak mulut saling melumat, kedua insan itu semakin tenggelam dalam gairah mereka masing-masing..

***

Setelah 10 hari dirawat insentif, Maya kini telah pulih dan diizinkan untuk meninggalkan rumah sakit, Anissa membantu merapihkan barang-barang Maya, ada Ratih juga disana yang ikut membantu, Maya memperhatikan Anissa yang begitu cekatan dalam bekerja, Maya merasa perempuan muda itu sangat energik seolah tak kenal lelah, walaupun Maya sudah mengatakan bisa merapihkan barang-barangnya sendiri, namun Anissa bersikeras untuk membantu.

“Apa ada lagi barang-barangnya mbak?” Tanya Anissa, Maya tersenyum menggeleng, “Kayaknya udah semua.”

“Duh ibu pakai repot-repot ikut merapihkan, harusnya biar saya saja, ibu kan lagi hamil..” Ujar Ratih yang merasa sungkan melihat ibu bos ikut repot.

“Gak apa kok mbak, kalau ibu hamil banyakan duduk nanti malah gak sehat kan heehhe..” Sahut Anissa, Maya dan Ratih hanya tersenyum mendengarnya.

“Yuk kita pulang…” Ucap Anissa, supirnya telah membawa keluar satu tas pakaian ganti Maya, “Ehmm Rat, administrasinya sudah beres?..” Ujar Maya pada Ratih, saat pingsan di toilet dulu Maya sempat menitipkan kartu ATMnya pada Ratih.

“Tadi aku udah ke bagian administrasi, tapi semuanya sudah dibayar May..” Jawab Ratih sambil melihat ke arah Anissa.

Maya mengernyitkan dahi lalu menatap Anissa, “Lho kok kamu yang bayar Nis?”

“Bukan aku kok yang bayar mbak, tapi mas Adam yang bayar, aku hanya di suruh beliau.” Jawab Anissa sambil tersenyum manis.

“Oh ya, mas Adam sedang dalam perjalanan ke Balikpapan, mungkin sore nanti akan tiba.” Lanjut Anissa, Adam memang kembali ke surabaya ketika hari kedua Maya dirawat karena banyak hal yang harus dilakukannya, walau Adam tak meminta Anissa untuk tetap tinggal di Balikpapan, namun Anissa sendiri yang bersikeras untuk menemani Maya

Selama Maya dirawat, Anissa selalu datang dari pagi dan tetap menemani Maya hingga malam, Anissa membantu Maya berganti pakaian, mengantarnya ke toilet, bahkan Anissa tak segan-segan untuk menyuapi Maya, tentu saja Maya sungkan dengan perlakuan Anissa itu, namun dia juga tak bisa melarang Anissa untuk melakukan semua itu.

Walaupun diawal Maya begitu canggung, namun lama-lama Maya mulai terbiasa, dan pembawaan Anissa yang ceria membuat Maya nyaman berada di dekatnya, bahkan Maya dan Anissa telah menganggap diri mereka kakak dan adik, Mereka mulai akrab saling cerita, Anissa sama sekali tak mengungkit soal masa lalu Maya, bahkan pembicaraan mengenai kemungkinan mereka akan berbagi suami juga tak ada dalam topik pembicaraan mereka.

Terkadang Anissa bercerita tentang sifat Adam yang lucu, Maya menanggapi dengan antusias, dan mereka mulai bergosip tentang lelaki yang mereka cintai itu hingga akhirnya mereka tertawa terpingkal-pingkal, lambat laun Maya mulai menyukai Anissa, begitupula Anissa, sikap hormat dan sayang pada Maya mulai tumbuh semakin kuat di hatinya, Anissa melihat sosok Maya yang berbeda dari apa yang pernah disangkanya, Maya terlihat begitu rapuh dan polos, dan Anissa mulai paham kenapa Maya begitu mudah terperangkap dalam jeratan Anto.

Anissa tahu kalau Maya sangat bertolak belakang dengan sifatnya, Dari cerita Maya, Anissa tahu kalau Maya jarang bersosialisasi dengan orang lain, Maya juga tak pernah bisa memperjuangkan pendapatnya sendiri, dia hanya bisa mengalah dan menghindari perdebatan, Maya memiliki perasaan yang sensitif, hal kecil saja bisa membuatnya emosional, dan dari itu semua Anissa mulai paham kenapa Anto begitu mudah memperdaya perasaan perempuan cantik ini.

Anissa hanyalah seorang wanita biasa, seperti wanita lainnya tak ada yang ingin dan rela membagi kasih sayang dari pria yang dicintainya, namun Anissa merasa dia tak ubahnya seperti Anto, dan sungguh dia tak ingin orang lain beranggapan seperti itu, apalagi Anissa merasa kisah Adam dan Maya belumlah usai, dan Anissa tak ingin terjebak dalam status yang tak jelas, Anissa juga gak yakin kalau suaminya benar-benar sudah melupakan Maya, untuk itu dia merasa yakin kalau mencari dan mengajak Maya pulang adalah sesuatu yang harus dilakukannya, bukan karena Adam atau Maya, tapi lebih untuk dirinya sendiri, karena jika dia tak melakukan semua ini, maka dia akan terjebak dalam masa lalu suaminya untuk selamanya.

***

Mobil Adam berhenti di depan sebuah rumah yang cukup asri, rumah ini tak terbilang besar, namun terlihat sejuk dan asri dengan tanaman yang tertata rapih di pot-pot yang tergantung di teras, Adam teringat beberapa saat lalu ketika Anissa menolak untuk ikut bersamanya menemui Maya.

“Mas aja yang kesana ya, kalau ada aku nanti ngobrolnya gak leluasa ya kan..” ujar Anissa.

“Aku gak enak beb kesana sendirian, gak apa-apa kok, aku malah leluasa kalau ada kamu.” Balas Adam.

Anissa mengenggam jemari Adam, di perbaikinya kerah baju suaminya, “Mas…aku tahu banyak hal yang ingin mas obrolin ama mbak Maya, dan aku harus mundur saat ini untuk memberi kesempatan kalian berdua bicara, sungguh aku gak apa-apa mas, aku percaya sama kamu sayang, mas gak usah kuatirkan aku ya.., sudah pergi sana, Mbak Maya sudah menunggu.”

Adam menatap istrinya dengan penuh kekaguman, Anissa tampak begitu dewasa dan bijaksana, “Ya sudah aku pergi ya sayang..” Adam mengecup kening Anissa.

Anissa mencium tangan suaminya, “Semangat ya mas, bujuk mbak Maya untuk pulang bersama kita..”

Adam hanya tersenyum dan kemudian pergi, Anissa melambaikan tangan pada suaminya, lalu menutup pintu kamar hotelnya, Anissa terdiam beberapa saat di balik pintu, lalu tiba-tiba berjongkok sambil menutup wajahnya, terlihat pundaknya bergerak seiring isak tangis tertahan di balik tangannya.


Adam membunyikan bel yang ada di depan pintu, tak lama terdengar suara langkah mendekat, Maya tertegun dan salah tingkah saat melihat Adam berdiri di balik pagar, “aku boleh masuk gak yank..” ujar Adam, seketika Maya terkejut dan membuka pagar rumahnya, “Silahkan maaf ya yank..” Ucap Maya.

“Ehmmm ini semua pasti kamu yang tanam ya…” Ujar Adam saat melihat taman kecil yang asri di depan teras rumah.

“Ya mas, eh..yank..” Maya terlihat gugup, sungguh hatinya berdebar kencang dengan kehadiran lelaki yang sangat dirindukannya ini.

“Silahkan masuk yank..” ujar Maya kemudian, Adam membuka sepatunya dan masuk ke rumah, didalam rumah ada sebuah sofa tamu dan sebuah lemari kaca kecil yang berisi buku-buku dan hiasan, tak banyak perabotan di rumah Maya.

“Kamu beli rumah ini yank.” Tanya Adam.

Maya menggeleng, “aku masih ngontrak yank, belum kepikiran untuk membeli rumah.” Jawab Maya, “eh ya sebentar aku buatkan minum, tapi maaf aku gak ada kopi, teh aja ya..”

Adam tersenyum dan mengangguk, Maya kemudian berlalu ke belakang untuk membuatkan minuman, Adam kemudian berdiri melihat lihat foto yang berada di rak TV, diambilnya sebuah figura yang berisi foto dirinya dan Maya, Adam ingat foto itu diambil saat pernikahan dulu, lalu ada sebuah figura yang telungkup, Adam melihat foto dirinya dan nenek Maya di figura itu, Adam terdiam sambil terus melihat foto tersebut.

“Maaf yank, kemarin aku beres-beres rumah, tadinya foto-foto itu aku taruh di rak kaca..” Ujar Maya sambil meletakkan gelas minuman di meja, Adam meletakkan kembali figura tersebut, lalu duduk berhadapan dengan Maya.

“Aku minum ya..” Ucap Adam kemudian meminum teh yang dibuatkan Maya, “Besok aku akan kembali ke Jakarta Yank..” lanjut Adam kemudian.

“Bukan di Surabaya ya?” Tanya Maya.

“Sebenarnya di Surabaya, namun tiga bulan lalu pindah ke Jakarta untuk sementara, karena aku banyak dinas ke luar negeri dan juga ke luar daerah, dan penerbangan langsung ke Surabaya terbatas, maka aku putuskan untuk sementara di Jakarta, sepertinya 10 hari atau maksimal dua minggu lagi balik ke Surabaya.”

“Kasian Anissa ya, kesepian di rumah..” Ujar Maya.

“Anissa ditemani ibunya kok yank..” Jawab Adam.

“Ohhh…kamu sekarang keliatan gemukan yank…” Ujar Maya, Adam menatap tajam Maya, perempuan cantik didepannya ini terlihat lebih kurus daripada saat bersamanya dulu, tiba-tiba Adam menyadari perasaannya yang sesungguhnya saat ini, kerinduannya pada Maya bukanlah kerinduan yang sama yang dimilikinya untuk Anissa, kerinduan Adam pada Maya lebih besar karena rasa bersalahnya karena gagal menepati janjinya pada nenek Maya, bukankah harusnya kerinduan ini dibarengi dengan percikan gairah, namun Adam bingung mengapa perasaannya pada Maya kini biasa saja, bahkan saat berdua seperti ini, bukankah harusnya dia memeluk Maya dan memagut bibirnya melepas semua rindu dan hasrat yang terpendam? Namun mengapa tidak ada percikan api gairah di hatinya, rasanya dia tak lagi membenci Maya, namun mengapa….Adam sungguh bingung..

“Kok Malah liatin aku kayak gitu…” tanya Maya mengejutkan lamunan Adam.

“Tadi Anissa sudah meminta salinan rekaman medis kamu yank, biar kamu nanti bisa kontrol di Jakarta, Tim Dokter yang merawat kamu juga siap untuk berkoordinasi dengan dokter di Jakarta nanti.” Ucap Adam sambil mengambil kembali minumannya

“Hmmm…jadi kamu akan membawaku pulang yank? Apa kamu yakin melakukan itu?” tanya Maya tiba-tiba.

“Ughkk..Ughhkkk.” Adam tersedak mendengar kata-kata Maya tadi. Maya memberikan Tissue yang segera diambil Adam untuk melap pakaiannya yang terpercik teh.

“Kok kamu ngomong gitu sih? Tentu aja aku yakin yank…mari kita pulang yank…Anissa juga menginginkan itu, malah dia yang begitu keras ingin mengajakmu pulang, Anissa perempuan yang baik yank…dia begitu perhatian ama kamu, bahkan dia menolak dan seolah memberikan aku kesempatan untuk melepas rinduku padamu, emang benar-benar anissa itu..” Ucap Adam.

Maya hanya diam tak bicara apa-apa, dia melihat senyum pria yang dicintainya ini sangat tulus saat membicarakan hal-hal tentang Anissa.

Adam mengeluarkan sesuatu dari saku celananya, “Ini e ticket buat kamu yank, besok aku akan jemput kamu di sini, kita sama-sama berangkat ke Bandara ya, soal pekerjaan kamu, Anissa udah bicara pada Bu Dini, dan semuanya udah clear, jadi gak ada halangan lagi dari pekerjaan..” Ucap Adam, tangan Adam kemudian meraih jemari Maya, dielusnya jemari itu dengan lembut, “Mari kita mulai lagi perjalanan kita Yank, kita tinggalkan semua kepahitan masa lalu, kita rajut lagi asa kita yang tertunda..”

Maya membiarkan jemari besar Adam meremas lembut jemari lentiknya, matanya terpejam, wajahnya tertunduk, bibirnya seolah kelu dan tak tahu apa yang harus dikatakannya.

Adam melepaskan genggamannya, kembali tangannya mengambil sesuatu dari sakunya, kini sebuah kotak kecil terlihat ditangannya, Adam lalu meraih jari manis Maya, tertegun Maya menatap Adam ketika pria itu memasangkan sebuah cincin di jari manisnya.

“Ini cincin kamu yank, sampai saat ini ikatan pernikahan kita masih ada, kamu jangan pernah melepaskan cincin ini lagi ya..” Ucap Adam sambil tersenyum.

“Udah hampir malam yank, sebaiknya aku pulang, besok aku jemput ya..” lanjut Adam.

“Gak usah yank, aku akan pergi sendiri ke sana, kamu dan Anissa tunggu aja disana ya..” Ujar Maya, Adam menatap tajam Maya, “aku akan kesana yank..” ujar Anissa lagi meyakinkan Adam.

“Ya sudah, aku balik dulu ya..” Ucap Adam, Maya kemudian mencium tangan Adam, “Makasih ya yank kamu bawakan cincin aku ini..” Ujar Maya, Adam mengangguk dan tersenyum, “Hati-hati di Jalan yank..” ujar Maya sambil melambaikan tangan ketika mobil yang membawa Adam berlalu meninggalkan rumahnya.

***​

“Duh Mbak Maya kok belum datang juga sih mas, ini 45 menit lagi udah boarding loh, mana hpnya gak aktif lagi, apa jangan-jangan…” Anissa merengut sambil mondar mandir resah di dalam lounge ruang tunggu.

“Mungkin dalam perjalanan beb, kemarin dia bilang kita suruh tunggu disini..” Sahut Adam sambil membalas chat dari koleganya.

“Mas kemarin bener-bener ngeyakinin mbak Maya gak sih untuk ikut pulang…aku punya perasaan gak enak ini…” Anissa mendengus kesal dan membanting pantatnya di sofa lounge.

“Kamu sendiri udah kasih tau belum nunggu di lounge garuda ini?” Tanya Adam.

“Udah aku chat mas tadi malam, duhh..” Anissa mendengus tak sabar.

“Sabar ya beb, kita kan udah usaha, kita udah menemukan Maya, dan kita udah bicara tentang semua hal, dan sekarang biarkan Maya yang menentukan langkahnya, kita gak bisa memaksakan diri, kita tunggu saja, Maya mengatakan akan kesini, ya kita tunggu aja..” Adam merangkul bahu istrinya dengan lembut.

“Hmmm hampir 20 menit lagi nih mas boarding, tuh lihat..” ujar Anissa dengan wajah masam sambil menunjuk papan pengumuman pesawat yang ada di lounge.

Tiba-tiba seorang pemuda yang mengenakan seragam petugas Lounge mendekati tempat duduk Adam dan Nissa, “Maaf pak, bapak yang namanya pak Adam?” Tanya pemuda itu.

“Ya mas, kenapa ya?” Tanya Adam, Anissa hanya memeperhatikan tanpa bicara.

“Maaf pak, ini ada titipan surat.” Pemuda tersebut memberikan sebuah amplop pada Adam.

Adam dan Nissa saling memandang lalu menerima amplop tersebut, “Siapa yang nyuruh kasih surat ini mas?”

“Tadi ada mbak-mbak minta saya untuk memberikan surat ini pada bapak.” Jawab Pemuda itu lagi.

“Mbak-mbak? sekarang dia dimana?” Tanya Anissa yang berdiri menghampiri petugas tersebut.

“Sepertinya sudah pulang bu, soalnya dia memberikan surat ini setengah jam lalu, dan saat saya hendak kasih ke Bapak, Mbak itu minta surat ini jangan dikasih langsung, tapi tunggu setengah jam lagi, untung saja saya gak lupa..” Jawab pemuda tersebut.

“Hmmmm..”Anissa menghela napas kesal, kembali dihempaskan pantatnya di sofa lounge.

“Ya sudah terima kasih ya mas, ini buat mas..” Ujar Adam tersenyum sambil memberikan selembar uang ratusan ribu.

“Gak usah pak…” Jawab pemuda tersebut sungkan.

“Gak apa, ambil aja..” ucap Adam, pemuda tersebut akhirnya menerima uang tersebut, setelah mengucapkan terima kasih pemuda tersebut segera berlalu meninggalkan Adam.

Adam memandang istrinya yang tengah kesal, raut wajah Anissa semakin cantik saat sedang merengut seperti itu, Adam hanya tersenyum kecil, lalu membuka amplop yang diberikan pemuda tadi, dan mulai membacanya.

***

Untuk Mas Adam dan adikku Nissa

Saat kalian baca surat ini, mungkin kalian sudah terbang ke Jakarta atau bahkan masih di lounge, tadinya aku ingin memberikan surat untuk kalian satu persatu, tapi kemudian aku putuskan untuk mengutarakan isi hatiku kepada kalian di surat ini saja

Pertama Tama aku ingin minta maaf atas semua hal yang kurang berkenan selama kalian di Balikpapan, aku memenuhi janjiku untuk datang ke bandara, tapi aku mohon maaf tak bisa memenuhi keinginan kalian untuk ikut bersama-sama ke Jakarta.



Buat mas Adam

Sungguh aku bahagia bisa bertemu kembali denganmu yank, semua kerinduanku selama ini telah terpenuhi oleh kedatanganmu, kamu gak tau betapa senang hatiku melihat kamu sekarang telah sukses, aku bangga sekali padamu yank..

Yank aku bahagia disini..aku menemukan jati diriku selama disini, berkumpul dan bercengkrama dengan anak anak tadinya kupikir hanyalah pengobat luka hatiku, namun kini malah aku senang dengan hidupku sekarang, kamu yang paling tahu bagaimana diriku kan, perempuan manja, rapuh, dan selalu takut untuk mengutarakan keinginanku, tapi sekarang aku mulai bisa mandiri, lebih tegar, dan lebih kuat.

Bukan aku tak ingin berkumpul dan pulang menjalani sisa hidupku denganmu, tapi aku juga ingin hidupku lebih berarti yank, disini anak anak membutuhkanku tapi rasanya malah aku membutuhkan mereka, yank berikan aku waktu lebih lama lagi...suatu saat aku akan pulang..

Yank...aku senang sekali saat kemaren kau sematkan cincin kawin ku lagi, selamanya cincin ini tak akan pernah kulepas kecuali kamu menghendaki lain, yank...aku akan tetap menjadi istrimu sampai kapanpun.hingga mungkin nanti kamu bosan, selama kamu menginginkanku jadi istrimu, selama itu pula aku akan ridho dan ikhlas menjalaninya.

Yank...biarkan aku disini lebih lama lagi menjalani hari-hariku, aku gak akan kemana-mana yank...andai suatu hari kamu ingin bertemu, maka kamu bisa datang ke kota ini, aku tak akan kemana-mana.

Yank melihat kehadiran Anissa sebagai pengantiku mengurusmu, aku sungguh senang, mungkin terdengar aneh ya, tapi demi Allah aku senang ada Anissa yang mengurusmu, cintanya padamu melebihi semua yang bisa kukorbankan untukmu, dengan ikhlas mengandung darah daging kita sudah menunjukan betapa tulus dirinya.

Andai aku menjadi dia, belum tentu aku bisa setulus dia yank..seminggu lebih kami bercengkrama, aku semakin yakin dia adalah perempuan yang tepat untukmu..aku sangat yakin Nissa akan membuatmu bahagia..

Yank....hanya itu yang aku inginkan melihatmu bahagia, betapa banyak air mata yang tumpah di masa lalu, dan lukapun masih terasa perih, dan rasanya waktu yang berlalu belum cukup untuk menyembuhkan luka, berikan diri kita waktu untuk diri kita masing-masing untuk bisa memaafkan, aku gak ingin dikasihani olehmu, aku juga tak ingin kembali karena aku merasa bersalah, aku ingin saat kita berkumpul kembali adalah saat perasaan kita saling sayang dan membutuhkan bukan karena iba atau bersalah..

Yank...mudah-mudahan kamu memahami apa yang aku rasakan...di Jakarta atau Balikpapan aku tetaplah wanitamu yang sama, namun Disini aku merasa bahagia sekali..



Buat Anissa

Nissa yang cantik...terima kasih atas ketulusan hatimu, tak sulit bagi setiap orang untuk menyayangimu nis, kamu adalah paket komplit bagi mas Adam, kamu jauh lebih tegar lebih hebat dan lebih galak (hehehe), dan semua itu dibutuhkan mas Adam saat ini.

Aku yakin kamu akan membuat mas Adam bahagia sayang...Nis...kalau kamu pikir aku membencimu kamu salah, aku kagum padamu, aku mulai terlanjur sayang Ama kamu nis..seolah aku mendapat sahabat sekaligus adik dari dirimu, maukan kamu anggap aku kakakmu..., Kalau kmu kangen kan kamu bisa datang ke kota ini nis..jangan marah ya kalau aku belum bisa ikut pulang

Nis...aku tahu betapa besar cintamu pada mas Adam, aku mengaku kalah dengan kebesaran hatimu itu, rasanya tak ada yang bisa mengalahkan ketulusanmu mencintai mas Adam, dan anehnya itu membuatku bahagia nis..,

Nis, aku mohon jaga mas Adam ya..marahi dia kalau melenceng, itu yang gak pernah bisa aku lakukan dulu, andai aku punya sedikit keberanian saat itu, maka surat ini mungkin tak pernah ada..

Nis terima kasih atas semua yang telah kamu lakukan, mungkin secara biologis anak yang kamu kandung adalah anakku, tapi sungguh tak ada lagi yang lebih tepat dari pada kamu yang pantas melahirkannya, aku sangat bangga nis, kamu adalah ibu dari anakku juga, dan rasanya jika kamu meminta apapun aku akan ikhlas memberikannya.

Kita mungkin tak bisa bersama untuk saat ini, hari ini bukanlah perpisahan nis, tapi ini adalah awal kehidupan kita yang baru, andai.suatu saat kamu kangen, toh kamu bisa datang menemuiku..

Selamat jalan orang-orang tercintaku, kalian sangat berarti bagiku..sampai jumpa lagi.. i love you both..

Dewi Maya


***


Anissa benar-benar kesal dengan keputusan Maya itu, walau dia sudah tahu kemungkinan akan seperti ini, namun tetap saja Anissa kesal setengah mati.

Adam di lain pihak tersenyum, bukan karena senang Maya tak datang, dia senang karena merasa Maya telah berubah banyak, Maya semakin dewasa dan tak rapuh lagi, apalagi sekarang dia tahu dimana Maya berada, kapanpun jika rindu dia bisa menemui Maya, Adam mengerti keputusan Maya ini, “Beb, gak usah kecewa seperti ini, toh kita bisa nemui Maya kapanpun kita mau, aku yakin ada masanya kita akan bisa berkumpul bersama, kasih dia waktu ya…toh kapanpun kamu kangen bisa ketemu dia ya gak…” Ucap Adam sambil mencoba membujuk Anissa yang tengah kesal.

“Maksudnya kapanpun mas kangen ya…” Anissa mencibirkan bibirnya yang menggemaskan. Sayup-sayup terdengar suara panggilan bagi penumpang pesawat untuk segera naik pesawat..

“Hahahah…tuh bibir kamu bikin gemes tau.., yuk kita pulang…” Adam menjulurkan tangannya pada istri cantiknya itu, Anissa menatap wajah suaminya, tak lama senyumnya kembali menghias wajah cantiknya, di rengkuhnya tangan suaminya, kedua pasangan itu saling bergandeng tangan menuju pintu keberangkatan, Anissa memeluk lengan suaminya sambil menyenderkan kepalanya dengan manja…

***​

“Dek Maya…kamu dimana…mas sangat merindukanmu dek.., maafkan mas ya, mas tahu mas udah jahat ama kamu dek…maafkan mas ya…., sekarang mas udah berubah dek, mas akan menjemput kamu suatu saat nanti, bukankah dek Maya juga ingin berpisah dengan suami dek Maya, tunggu mas ya…nanti mas akan jemput dek Maya, dan kita hidup berdua selamanya, gak ada Olivia dan monyet-monyet itu lagi…Cuma kita berdua saja…” Lamunan Anto terhenti saat temannya mengguncang pundaknya.

“Gua kirain kesambet lu, eh lu gak takut naik pesawat kan?” Tanya temannya yang bernama muklis.

“Gak Bang…” jawab Anto singkat.

“Bagus lah gue kira lu kesambet soalnya merem kaya orang aneh gitu sambil komat-kamit..” Ujar Muklis.

“Bang, saya lupa nanti kita di kalimantan sebelah mana kerjanya ya?” tanya Anto.

“Kayak udah aki-aki aja lu, di Balikpapan! kalo gak salah kalimantan timur ya, tau ah..gua juga belum pernah kesono…udah kita mah ngikut aja to.., omong-omong lo gak mabok kan naik pesawat, awas kalo sampe muntah ya..” Ujar Muklis.

Anto hanya menggeleng kepalanya, dan memejamkan mata lagi, “Walau mas jauh di Kalimantan, suatu saat nanti mas akan kembali ke Jakarta untuk jemput kamu dek, tunggu ya…mas akan bawa kamu jauh dan kita bisa bahagia selamanya..” ucap Anto dalam hati…



***

TAMAT
 
Terakhir diubah:
Demikianlah saya akhiri cerita ini, segera akan rilis Diaru Seorang Istri season 2 hari minggu tanggal 26 juni mendatang, pastinya akan lebih seru dan "menegangkan"

terima kasih sekali lagi atas atensinya, atas komen, like dan cendol, mohon maaf atas segala kekurangan, sampai jumpa kembali di cerita-cerita yang akan datang, jika ada pertanyaan atau sekedar bilang thanks secara pribadi, silahkan dm saja..

selamat beristirahat semoga terhibur...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd