Diary Seorang Istri
Part 66 - Kehamilan Palsu
“Siapa itu beb, kamu yakin perempuan tadi salah alamat.” Tanya Olivia dengan mata tajam menatap Anto.
“Ya beb, suer, aku juga gak tahu siapa dia.” Ujar Anto berusaha meyakinkan Olivia.
“Oke, kalau kamu bilang gitu, kalau aku sih gak peduli kamu mau nidurin cewek manapun beb, tapi jangan istri orang, kan aku dah pernah bilang, apa udah lupa ama kejadian di Surabaya dulu.” Ucap Olivia sambil menyalakan rokok.
“Ya itu makanya aku gak mau macem-macem lagi beb, aku dah kapok dikejar begundal-begundal serem itu.”
Olivia menghisap rokoknya dalam-dalam dan dihembuskan ke wajah Anto, Olivia tersenyum mendengar penuturan Anto tadi, perempuan itu tersenyum menatap Anto, kelebihan pria didepannya ini adalah dia jago bercinta dan hebat dalam memperlakukan perempuan, andai tak memiliki kemampuan itu, dia tak ubahnya seperti lelaki pengecut bernyali kecil.
“Beb.***k marah kan, ini Cuma kesalahpahaman aja sayang, aku tuh cinta banget ama kamu, berbulan-bulan aku tahan hasrat ku hanya ingin kulampiaskan padamu sayang.” Anto berusaha mengenggam jemari Olivia, dan perempuan itu membiarkan Anto membelai jemarinya yang lentik.
Olivia bukanlah perempuan kemarin sore yang mudah termakan oleh rayuan gombal seperti itu, dia tahu kalau perempuan yang tadi datang pasti memiliki hubungan istimewa dengan Anto, bagi Olivia kedatangan perempuan itu tak membuatnya marah, karena baginya Anto tak lebih hanya sebagai pemuas hasrat dan napsunya belaka,
“Kayaknya kamu pengen ngajar perempuan tadi To, keliatan banget dari wajah kamu yang merasa bersalah, aku yakin ada sesuatu antara kalian, dan mudah-mudahan perempuan itu bukan istri orang, andai terjadi lagi peristiwa di di Surabya maka tamatlah riwayatmu to, aku tak akan membantumu lagi.” Ujar Olivia dalam hati.
“Ya sudah, aku laper, tolong kamu cari makanan beb.apa aja deh.” Ujar Olivia yang kemudian melompat ke atas tempat tidur, Olivia sengaja membiarkan Anto mengejar perempuan yang tadi.
“Oke deh, beli nasi padang aja ya, atau mekdi?” Tanya Anto sambil mengenakan pakaiannya.
“Teserah kamu aja deh..” jawab Olivia.
“Ya udah, tunggu ya beb.” Anto bergegas pergi meninggalkan Olivia yang pura-pura tidur.
Di luar kamar, Anto celingukan mencari keberadaan Maya, namun sepanjang lorong apartemen, tak ada satupun manusia terlihat, Anto bergegas menuju lift, berkali-kali dia mengumpat karena jalan lift yang terasa lambat, sesampainya di Lobbi, Anto kembali celingukan mencari Maya, namun suasana Lobbi terlihat normal, beberapa orang tengah duduk sambil berbincang, tak ada sosok Maya di sana, Anto kemudian menuju meja resepsionis,
“Ohh tadi ada sih pak, dua orang perempuan dan seorang pria sekitar 15 menit lalu kayaknya.” Ujar Seorang wanita.
“Dua orang? Kayaknya bukan deh, ada perempuan pake hijab sendirian, kayak orang sedang sedih gitu.” Tanya Anto lagi.
“Gak ada lagi Cuma itu, kayaknya perempuan yang satu pingsan digendong lelaki, dan satu orang perempuan lagi terlihat menangis, Cuma itu aja.” Ujar sang resepsionis.
“Pingsan?” Tanya Anto.
“Ya yang pingsan kayaknya pake hijab juga, ya kan mas?” Ucap sang resepsionis mencoba memastikan pada temannya yang pria.
“Betul pak, tadi juga pak Satpam ikut bantu, coba tanya pak satpam.” Ucap resepsionis pria.
Anto kemudian bergegas menemui Satpam, dan terlihat satpam menjelaskan panjang lebar, Anto kemudian terlihat kaget dan terduduk setelah mendengar penjelasan Satpam.
“Maya Pingsan? Kenapa ya, lalu siapa dua orang yang membawa Maya? Ada apa ini.” Anto mengeluarkan Hpnya, dilihatnya ada 5 kali panggilan tak terjawab dari Maya sekitar 1 jam lalu.
***
Santoso berlari menuju ruang gawat Darurat, dengan napas terengah-engah Santoso melihat Murad yang tengah berdiri, di dekat Murad ada seorang wanita yang sedang duduk sambil menangis, di sebelah wanita yang menangis tadi ada soorang pria yang sedang merangkul wanita yang menangis tadi, Santoso mendekati mereka, Murad yang melihat bosnya datang lalu memberikan ruang.
Setelah melihat Maya yang masih belum sadarkan diri, Santoso menarik tangan Murad menjauh, mereka keluar ruangan IGD.
“Ada apa Rad, kenapa Mbak Maya pingsan kaya gitu.” Tanya Santoso.
“Saya juga gak terlalu jelas bos, pas saya datang Mbak Maya sudah pingsan, dan celananya juga mengeluarkan darah.” Jawab Murad.
“Darah?” Mata Santoso melotot, pikirannya melayang dan menduga kalau Maya keguguran.
“Ya bos, langsung saya bawa kesini, kebetulan tadi juga ketemu ama sahabatnya mbak Maya, katanya satu kantor dengan Mbak Maya.” Ujar Murad.
“Trus ngapain mbak Maya ke apartemen itu, apa jangan-jangan…” Kembali Mata Santoso melotot.
“Saya juga menduga seperti Bos, kayaknya si bangsat itu tinggal di apartemen tersebut, tapi maaf bos saya gak sempet nyari dimana dia tinggal, karena khawatir dengan kondisi Mbak Maya.” Ujar Murad.
“Ya gak apa rad, kowe malah apik, bawa mbak Maya langsung ke IGD, urusan si bangsat itu biar kita cari nanti, aku khawatir terjadi sesuatu dengan kandungan Mbak Maya.” Ujar Santoso yang kemudian bergegas masuk saat melihat seorang perawat sedang berbincang dengan Milla.
“Apa ibu ini keluarga pasien? Silahkan menemui dokter bu.” Ujar perawat.
Baru saja Milla hendak menjawab, terdengar suara Santoso menyahut. “Iya mbak kami keluarga pasien, kami akan segera kesana.” Ujar Santoso, sang perawat mengangguk dan meninggalkan mereka.
Santoso memperkenalkan diri pada Milla, begitu juga sebaliknya, “Satu-satunya keluarga Maya ya suaminya pak, setahu saya Maya adalah yatim piatu, dan gak ada sanak saudara di sini.” Ujar Milla.
“Ya saya juga tahu hal yang sama, adam sering cerita tentang istrinya ini, keluarga Adam juga sama mbak, adik satu-satunya sekarang ada di luar negeri, sedangkan orang tua Adam telah meninggal dunia sejak dia baru masuk kuliah, ya sudah kita aja yang mewakili Adam mbak, sepertinya ada sesuatu yang serius, makanya dokter ingin bertemu dengan kerabat pasien.” Ujar Santoso.
“Saya juga berpikir gitu pak, ya sudah mari kita temui dokter, ayah tunggu sini bentar ya.” Ujar Milla pada suaminya.
“Ya bun.” Jawab Andi.
“Kowe juga rad, tunggu sini dulu.” Ujar Santoso pada Murad, yang dibalas dengan anggukkan Murad. Kemudian Santoso dan Milla bergegas menuju ruangan Dokter.
***
“Silahkan duduk pak, ibu.” Seorang Dokter separuh baya mempersilahkan Santoso dan Milla, “Eghh..bapak suami ibu…Maya?” Tanya Dokter itu lagi sambil melihat data pasien.
“Ehmm bukan pak, saya hanya kerabat suaminya, kebetulan suaminya sedang mendapat perawatan dari Profesor Harso.” Ujar Santoso.
“Ohh pasien yang hibernasi itu ya..oke oke..” Ujar Dokter yang bernama Dokter Fuad, yang merupakan dokter kandungan di rumah sakit tersebut.
“Ya dok, soalnya mereka gak punya kerabat lain, jadi kami siap untuk mewakili mereka.” Ujar Milla sambil melihat Santoso, “Ya dok, apa yang terjadi dengan Bu Maya?” Tanya Santoso tak sabar.
“Ehmm begini..sebentar..” Dokter Fuad menyalakan layar monitor yang berada di ruangan tersebut, tampak dalam monitor gambar rekaman USG dari perut Maya saat pemeriksaan beberapa saat lalu.
“Bagian ini, harusnya adalah janin.” Dokter Fuad menunjuk pada satu titik bulat, “Namun, yang terpantau dalam USG ternyata ini kosong.” Dokter Fuad memandang kedua orang didepannya ini.
Milla dan Santoso saling berpandangan tak mengerti, “Maksudnya dok.” Tanya Milla.
“Kehamilan yang terjadi pada Ibu Maya adalah kehamilan palsu, atau dalam istilah medis namanya
Mola hydatidosa, orang-orang biasanya menyebutnya dengan istilah hamil anggur. Jadi walaupun disebut sebagai “hamil” tapi sebenarnya tidak ada bayi di sana. Yang ada adalah gelembung-gelembung kecil yang mudah sekali berdarah, yang mirip seperti buah anggur yang masih melekat pada tangkainya. Itu sebabnya sering dibilang hamil anggur.” Ujar Dokter Fuad.
“Sebenarnya
Mola Hidatidosa adalah sebuah bentuk tumor yang bisa berkembang menjadi ganas, namun untungnya tubuh ibu Maya memberi respon cepat melalui pendarahan tadi sehingga cepat terdeteksi, karena jika kondisi kehamilan ini tak terdeteksi maka dapat memicu pendarahan yang sangat hebat dikemudian hari sehingga bisa menimbulkan anemia atau bahkan kematian. Selain itu, tumor pada hamil anggur yang terlambat ditangani juga memiliki kemungkinan 20% berkembang biak menjadi
mola destruens atau
kariokarsinoma (kanker).” Ujar Dokter Fuad panjang lebar memberi penjelasan.
“Tapi saat diperiksa oleh dokter di Surabaya tempo hari, mereka Cuma bilang kalau Ibu Maya sedang hamil tanpa berkata soal hamil anggur ini dok.” Ujar Santoso.
“Ya memang kalau diperiksa melalui kadar Urine atau darah, hasilnya akan positif hamil, karena memang mengandung HCG yang tinggi, perlu pemeriksaan USG untuk memastikan kondisi seperti ini.” Ucap Dokter Fuad.
“Jadi gimana Dok selanjutnya.” Tanya Milla yang mulai cemas dengan kondisi sahabatnya itu.
“Satu-satunya jalan ya harus dilakukan operasi pengangkatan plasenta yang abnormal tadi melalui kuret, dan setelah itu pasien wajib kontrol selama sebulan sekali untuk memastikan jaringan abnormal tidak berkembang lagi.” Jawab Dokter Fuad.
“Apa ada kemungkinan tumbuh lagi dok?” Tanya Milla.
“Bisa saja, makanya pasien yang baru saja hamil anggur dan telah melakukan kuret wajib memantau kadar HCGnya, jika kadar HCG kembali normal setelah sebulan pasca kuret, maka kemungkinan besar sudah bersih jaringan abnormal tadi, namun jika HCG tinggi, maka tindakan yang akan diambil bisa menjadi pengangkatan rahim demi keselamatan pasien.” Jawab Dokter Fuad.
“Pengangkatan rahim dok?” Ujar Milla terkejut.
“Ya itu salah satu upaya terakhir bu, namun juga gak secepat itu, perlu dilakukan tes-tes lagi untuk memastikan jaringan yang terus tumbuh bukanlah jaringan kanker.” Ucap Dokter Fuad.
Milla dan Santoso saling memandang, mereka benar-benaar shock mendengar penjelasan dokter, “sebenarnya apa yang menyebabkan hamil anggur ini dok?” Tanya Santoso penasaran.
“Hamil anggur (
mola hydatidosa) terjadi karena awal proses pembuahan yang tidak normal. bisa karena sperma yang membuahi sel telur kosong atau terdapat 2 sperma yang membuahi satu sel telur. Seperti yang kita tahu, setiap pria yang ejakulasi dalam hubungan intim, maka akan melepaskan jutaan sperma menuju sel telur, dari jutaan sperma itu hanya boleh satu yang membuahi sel telur, jika ada dua sel sperma yang berhasil masuk ke sel telur maka akan timbul pembuahan yang abnormal, karena terjadi duplikasi jumlah kromosom pria.” Jawab Dokter Fuad, Santoso malah bingung mendengar penjelasan atas pertanyaannya tadi.
“Menurut saya secepatnya harus dilakukan kuret, karena kondisi pasien juga terlihat lemah.” Ujar Dokter Fuad.
“Baiklah Dok, lakukan saja upaya yang terbaik menurut dokter, saya siap bertanggung jawab, karena wali pasien sedang berhalangan.” Ucap Santoso tegas.
“Baiklah kalau begitu, silahkan bapak dan ibu menemui bagian perawat untuk prosedur selanjutnya.” Ujar Dokter Fuad.
Santoso dan Milla kemudian bersalaman dengan dokter lalu keluar menuju ruang perawat, seperti yang di katakan oleh dokter Fuad tersebut.
***
Maya membuka matanya perlahan, pandangannya agak sedikit kabur dan samar, perlahan Maya bisa melihat jelas wajah orang yang sedang duduk di samping ranjangnya, “Mila..”
Milla tersenyum walau sedikit dipaksakan, hatinya sungguh sedih dengan nasib yang dialami sahabatnya, tangan Milla terus mengenggam jemari Maya, “Iya say, gue disini..” Ucap Milla lirih.
“Kok lu ada disini Mil..” Maya melihat ke sekelilingnya, dan baru menyadari keberadaannya, Maya melihat ke arah selang infus yang terpasang, dan melihat ke arah Milla dengan pandangan bertanya, Milla hanya tersenyum sambil mengusap kening sahabatnya.
“Tadi lu pingsan May, trus di bawa ke sini.”
“Pingsan?” Maya kemudian kembali mengingat apa yang terjadi sebelumnya, saat dia datang ke apartemen Anto, lalu mendapati seorang perempuan setengah telanjang, dan Anto mendorongnya menjauh dari pintu, dan kemudian bayangannya hilang gelap, kening Maya berkerut, kepalanya menjadi sakit kembali, Milla yang mengawasi sejak tadi merasa cemas.
“May, May…sabar ya…” Ujar Milla meremas jemari Maya.
“Kenapa gue disini Mil, apa yang terjadi..” Tanya Maya, terlihat air mata mengembang di kelopak mata cantik itu.
Milla ragu untuk mengutarakan hal yang sesungguhnya, Milla takut kalau sahabatnya itu akan shock, dan ahh, sungguh Milla tak tahan dengan penderitaan Maya saat itu.
“Mil, gue kenapa-napa kan, ada yang salah kan, ini serius kan.” Maya bertanya dengan suara tercekat.
“Mil…please kasih tau gue, semuanya jujur, ada apa, kalau gue lihat mukalu, pasti ada hal yang serius dengan gue, Tolong jujur ama gue Mil.” Tanya Maya lagi.
Milla menghela napas, air matanya tak tertahan lagi, Milla mengusap kedua matanya, Maya memandang sahabatnya dengan penuh tanda tanya, Milla mencoba memaksakan senyumnya, Maya meremas jemari Milla dengan tak sabar.
Milla menatap sahabatnya itu dan membalas meremas jemari Maya dengan erat, Milla merasa Maya harus tahu yang sebenarnya, walau tadi Milla dan Santoso telah menandatangani prosedur kuret, namun kini Maya telah sadar, dan Maya harus tahu semuanya.
Milla kemudian dengan suara terbata dan sedikit tercekat menceritakan semua yang terjadi dengan Maya, apa yang diceritakan Milla sesuai dengan apa yang didengarnya dari Dokter Irwan, Maya menatap sahabatnya dengan tajam, ekspresi wajahnya sangat datar, namun Milla melihat genangan air mata semakin banyak menggelayut di kelopak mata Maya, dan air mata itu tumpah menyusuri pipi Maya, bibir perempuan cantik itu bergetar dan terdengar isakan tertahan Maya saat Milla selesai bercerita.
Maya berusaha menahan isakannya, namun dorongan emosional hatinya meluapkan semua, Maya terisak-isak hebat bagai anak kecil, Milla juga ikut menangis dan memeluk sahabatnya, tiba-tiba Maya mengerang menahan sakit di perutnya, peluh sebesar biji jagung bermunculan di wajah Maya, peluh itu berbaur dengan genangan air mata yang tumpah, dan Milla tercekat dan sedikit panik ketika Melihat Maya diam tak bergerak, Milla mengguncang tubuh Maya dengan pelan, namun Maya tak bergeming, sepertinya Maya kembali pingsan karena tak tahan dengan rasa sakit yang luar biasa di perutnya, ditambah hatinya yang begitu terpukul dengan apa yang terjadi, membuat Maya tak kuat dan kembali hilang kesadaran.
Milla terus mengguncang tubuh Maya, Santoso yang baru tiba dari bagian administrasi terkejut, dan ikut panik, dikiranya ada hal yang fatal menimpa Maya, Santoso bergegas mencari perawat, dua orang perawat dengan sigap berlari menuju tempat Maya, Santoso mengikuti dari belakang dengan wajah mengkerut marah, Pikirannya melayang pada sosok Anto, pria itu telah membuat damage yang fatal pada kehidupan sahabatnya, “aku tak akan melepaskanmu bangsat! Kowe harus membayar semua ini dengan mahal, bajingan!”
***
Bersambung