Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Diary Seorang Istri

Diary Seorang Istri
Bagian 44


3 Hari Sebelumnya

“Gila..bener-bener sudah jadi binal tuh perempuan hahahhaha….tapi untuk membuktikan dia benar-benar takluk ama gue, musti ada pembuktian berikutnya…..” Anto menatap Hp yang baru saja ditutupnya, dia benar-benar tak menduga kalau perempuan berhijab yang anggun dan cantik itu telah berubah total menjadi binal, bahkan kini perempuan itu mulai berani mengajaknya phone seks, Anto sedikit penasaran apakah suami perempuan itu ada di rumah atau tidak, kenapa Maya bisa seberani itu, seulas senyum licik tersungging di bibirnya.

Anto berjalan menuju balkon, angin malam cukup kencang berhembus, matanya menatap lampu kendaraan yang terlihat indah di bawah sana, sebuah ide muncul di benaknya, kembali senyum licik mengembang di wajah Anto.

Anto kemudian memesan layanan transportasi motor Online, kemudian diambilnya jaket kulitnya dan Anto segera pergi meninggalkan kamarnya, sampai di Lobbi apartemen, seorang Satpam menegurnya, Anto memberikan kode agar Satpam tersebut mendekat.

“Jak, gua mau pergi sebentar, kalau besok-besok ada yang nyari gua, terutama perempuan yang waktu itu gua bawa kesini, lo bilang aja gua pergi buru-buru sambil bawa tas pakaian, hmm..gini lu bilang kayaknya pulang kampung…inget ya bilang gitu..” Ujar Anto dengan raut wajah serius.

“Ohhh oke siap bos, ane paham..” Sahut Rojak manggut-manggut.

“Jangan lupa apa yang gua bilang tadi ya, nih buat lu.” Anto memberikan 3 lembar uang seratus ribuan pada Satpam tersebut.

“Siap Bos, gak usah kuatir, pasti akan saya sampaikan sesuai yang bos bilang tadi.” Satpam yang bernama Rojak itu senyum sumringah menerima uang pemberian Anto.

Anto melihat seorang pengemudi ojek online tengah celingukan mencari penumpangnya, Anto melaambaikan tangan pada pengemudi tersebut, dan segera berjalan menghampirinya. “Ayo bang..” Ucap Anto setelah naik ke atas motor Ojol tersebut.

“Lo mau nunggu gak bang, sekalian aja antar gua lagi abis ini, tenang aja gak bakal lama kok, nanti gua lebihin..” ucap Anto pada Pengemudi ojol tersebut.

“Gak lama kan bang?” Pengemudia Ojol balas bertanya.

“Gak! tenang aja..tuh ntar berenti di warung itu.” Ujar Anto.

Motor ojol tersebut berhenti disepan sebuah warung remang-remang, Anto menyerahkan helmnya sambil berpesan agar pengemudi Ojol menunggunya.

Pengemudi tersebut mengangguk sambil memperhatikan Anto yang bergegas masuk kedalam warung., tak lama Pengemudi Ojol tersebut melihat Anto keluar lagi dengan seorang pria yang berperawakan seram, terlihat Anto sedang bercakap-cakap serius dengan pria seram itu, pria seram itu terlihat mendengarkan dengan penuh perhatian, sesekali pria itu mengangguk-anggukan kepalanya, lalu terlihat Anto menyerahkan sejumlah uang pada pria itu, tak lama setelah itu, pria seram itu berjabatan tangan dengan Anto dan masuk kembali kedalam warung, Anto berjalan menuju pengemudi online yang menunggunya.

“Stop disini bang!” Motor pengemudi online berhenti didepan rumah kontrakan Anto, suasana kompleks sudah sepi, hanya terlihat beberapa bapak-bapak sedang duduk-duduk mengobrol, Anto melambaikan tangan pada mereka, dan dibalas dengan lambaian tangan mereka.

“Ini pak. Terima kasih ya.” Anto memberikan selembar uang seratus ribuan pada pengemudi ojol tersebut, tentu saja raut wajah pengemudia ojol tersebut menajdi sumringah, pengemudi itu mengucapkan terima kasih berkali-kali pada Anto.

Anto melemparkan tubuhnya ke atas sofa di ruang tamu, setelah membuka jaketnya, dia kemudian mengambil hpnya dari saku celana, terlihat di notifikasi, ada puluhan kali miscall dari nomor yang kita semua sudah duga.

Anto kembali menyeringai, di lihatnya kalender di dinding, “sekarang hari rabu, baiklah akan aku kasih waktu sampai jumat, mari kita lihat apa yang akan terjadi 3 hari mendatang.”

Anto berjalan ke kulkas, di dalam kulkas yang terlihat kosong ada beberapa botol bir hitam yang belum dibuka berjejer rapih di pintu kulkas, Anto mengambil sebuah botol dan membawa botol tersebut ke kamar tidur, jam dinding sudah menunjukkan pukul 4 dinihari, terdengar sayup-sayup suara orang mengaji menjelang subuh, Anto menenggak habis birnya, lalu berbaring terlentang, tak lama suara dengkurannya telah terdengar.

*****​

Anto menoleh menatap hpnya yang berbunyi nyaring, dengan mata terpicing dan pandangan setengah berbayang, Anto melihat jam dindingnya menunjukkan pukul 10 pagi, Suara hpnya yang nyaring memabngunkan tidurnya, Anto menjangkau hpnya, dilihatnya sebuah nama memanggilnya, Anto tersenyum melihat nama itu, “Hmmm, rupanya benar dugaanku, pasti perempuan itu akan penasaran dan kebingungan, sori ya sayang…aku gak bisa menjawab panggilan kamu sementara, tunggu beberapa hari lagi ya..” Anto tersenyum dan meletakkan hpnya kembali.

Anto beringsut untuk turun dari kasur dan berjalan ke kamar mandi, Di kamar mandi, Anto melepaskan celana yang dipakainya, dipegangnya kontolnya yang menegang karena desakan kandung kemihnya, Anto memperhatikan kontolnya sendiri, kontolnya ini telah menjadi modal dan aset yang paling berharga buatnya, kembali Anto teringat pada masa kecilnya, disaat dia begitu malu memiliki ukuran kontol yang jauh di atas ukuran teman-teman sebayanya, saat mandi disungai, teman-temannya sering meledeknya, sehingga Anto merasa minder dengan dirinya sendiri.

Namun saat menginjak bangku SMP, Anto baru menyadari kelebihan yang dimilikinya, saat itu Anto memiliki seorang sahabat yang bernama Ridwan, Anto sering sekali menginap di rumah Ridwan, sahabatnya itu adalah orang yang berkecukupan, Ayah Ridwan bekerja sebagai awak kapal pesiar yang hanya pulang setiap 3 bulan atau 5 bulan sekali, sehingga setiap hari Ridwan hanya berduaan dengan ibunya.

Anto suka menginap di rumah Ridwan, karena Ridwan punya segalanya, dia punya perangkat console game terkini dan punya tv sendiri di kamar, apalagi kamar Ridwan juga sangat besar dan sejuk karena AC, Anto yang masih remaja tanggung usia 14 tahun saat itu sangat senang dengan kemewahan yang dimiliki Ridwan, apalagi ibunya Ridwan sangat baik padanya.

Namun tak diduga oleh Anto, awal hidupnya sekarang justru dimulai dari rumah Ridwan, suatu malam, Anto yang sedang asyik bernain games tiba-tiba kebelet ingin kencing, setengah berlari Anto membuka celananya menuju kamar mandi, Anto tak menyadari ada Ibunya Ridwan sedang berada di Dapur yang kebetulan dekat dengan kamar mandi.

Setelah selesai kencing Anto keluar kamar mandi hanya mengenakan celana Dalam, saat hendak mengambil celana pendeknya yang terserak dilantai, Anto sedikit terkejut melihat keberadaan ibunya Ridwan, perempuan setengah baya itu hanya melotot menatap gundukan dibalik celana dalam Anto.

Anto yang masih polos, tentunya tak sungkan dengan keadaannya yang hanya mengenakan celana dalam, ibunya Ridwan, sudah dianggapnya ibunya sendiri, dengan senyum malu-malu Anto mengambil celananya dan bergegas kembali ke kamar Ridwan untuk melanjutkan permainan gamesnya.

Biasa bagi Anto, tak sama dengan yang dirasakan ibu Ridwan, sekian lama tak disentuh, membuat gairah perempuan itu meletup-letup saat tak sengaja melihat gundukan besar di balik celana dalam anak ingusan yang merupakan sahabat anaknya sendiri.

Singkat cerita, ibu Ridwan berhasil menggoda Anto dan mengajak bocah ingusan itu bercinta dengannya untuk pertama kali, walau secara permainan, Anto masih belum pengalaman, namun Ibu Ridwan sangat menyukai permainan yang disuguhkan bocah ingusan itu.

Tak butuh lama bagi Anto untuk bisa menguasai teknik bercinta yang membuat wanita tergila-gila padanya, termasuk dengan yang dirasakan perempuan itu, Anto yang ingusan kini malah yang membuat wanita setengah baya itu menjerit-jerit di ranjang.

Perselingkuhan Anto dengan Ibu Ridwan berakhir saat keluarga Ridwan pindah ke luar kota, namun petualangan seks Anto tak berakhir di situ, Malah inilah awal permulaan baginya.

Anto memiliki semacam pesona sendiri untuk membuat lawan jenisnya tertarik, Anto bukanlah pria tampan seperti Opa-opa Korea, tampangnya biasa saja seperti kebanyakan lelaki Indonesia, namun Anto memiliki postur tubuh yang bagus, semenjak SMP Anto sangat menggandrungi olahraga bersifat ketahanan Fisik, setiap pagi dia rutin lari pagi sejauh 5 kilometer pulang pergi, selain itu dia rutin berlatih renang setiap 2 minggu sekali, Tak heran bentuk tubuhnya sangat sempurna, perutnya sixpack, serta otot lengannya yang menonjol bagai Atlit profesional.

Walau banyak teman sekelasnya saat SMA menaruh perasaan padanya, Anto sama sekali tak tertarik untuk berkencan dengan perempuan sebayanya, alasannya dia tak tertarik untuk menjalani percintaan yang mendayu-dayu romantis, baginya hal itu sangat membosankan, Anto tertantang untuk menaklukan perempuan dewasa.

Berbagai tipe dan usia perempuan telah berhasil ditaklukannya, entahlah Anto lebih menyukai menaklukan perempuan yang memliki suami atau pacar, membuat perempuan-perempuan itu tergila-gila dan melupakan pasangannya membuat Anto merasa puas.

Anto menatap keluar jendela kamarnya, terlihat aktifitas ibu-ibu yang tengah berkumpul didepan rumahnya memilih sayur di gerobak abang penjaja Sayuran keliling, Anto menutup kembali gordyn jendela kamarnya, Anto melompat kembali ke atas kasur, Anto telah memiliki rencana untuk membuktikan kalau Maya, perempuan cantik dan seksi itu telah menjadi bucin padanya, yang dia butuhkan hanya beberapa hari untuk mengabaikan perempuan itu, dan Anto yakin kalau rencananya ini akan berjalan sesuai dengan keinginannya. Yang perlu dilakukannya hanya menunggu beberapa hari ini saja, Anto tersenyum kembali, senyumnya terlihat licik.


***​


“Dam, kamu dimana, apa sudah di lounge?” Tanya Susanto melalui sambungan telpon.

“Ya To, gue udah di Lounge, lo dimana?” Jawab Adam sambil balas bertanya.

“Oalah..telat ya, aku baru saja mendarat, ini lagi jalan ke luar, oke bro, nanti aku tunggu di Jakarta wae, kabari kalau kamu sudah pulang, oh ya hati-hati bro, semoga selamat sampai tujuan.” Ucap Santoso kemudian mematikan hpnya, Santoso memberikan hpnya kepada seorang wanita cantik yang mengikutinya di belakang, wanita itu merupakan sekretarisnya selain itu di belakang Santoso juga berjalan dua orang berbadan tegap yang merupakan body guardnya.

Hp santoso kembali berdering, Dona sang sekretaris memberikan hp yang dipegangnya ke pada bosnya, “Dari Pak Dharma koh.” Ucap Dona.

“Hallo Pak Dharma, ya ini saya baru mendarat, ohh gitu, oke nanti saya segera keluar, oke langsung ke carita aja ya, siap-siap, thank you pak Dharma, I’ll see you soon..” Santoso kembali menyerahkan hpnya ke Dona.

“Don, coba nanti perhatikan ada orang yang akan menjemput kita, coba nanti kamu lihat ada orang yang mengacungkan tulisan nama saya ndak.” Ujar Santoso pada sekretarisnya itu.

“Nggeh Koh.” Sahut Dona.

“Walah adoh tenan iki jalane, wes pegel kaki aku, kowe masih kuat jalan don?” Tanya Santoso yang mengeluh luasnya terminal 3.

“Masih pak.” Jawab Dona singkat, Santoso melirik sambil tersenyum, lalu kemudian berjalan kembali.

“Itu pak mungkin yang jemput kita.” Dona menunjuk pada seorang pria yang mengacungkan secarik karton bertuliskan Santoso.

Santoso menghampiri orang yang memegang tulisan Namanya, dan benar kalau orang itu adalah orang yang menjemput rombongannya, setelah berbasa basi sebentar, Santoso berjalan dibelakang Orang tersebut menuju mobil yang telah disediakan.

Ada dua buah mobil, satu berjenis sedan, Susanto dan Dona naik mobil itu, sedangkan tiga orang pengawal Susanto mengikuti dengan mobil berjenis SUV di belakang mobil Di Santoso.

“Kita mau langsung ke Anyer atau mau makan dulu pak, tadi pak Hermawan menyuruh kami untuk melaksanakan apapun keinginan Pak Santoso.” Tanya Orang yang menjemput tadi yang tengah duduk di depan di samping Supir.

“Makan dulu aja kali ya, kayaknya laper nih, betul kan Don?” Santoso melirik ke arah sekretarisnya, sang sekretaris hanya tersenyum menjawab bosnya itu.

“Aduhh..djancuk!!!” Tiba-tiba mobil yang di tumpangi Santoso berhenti mendadak, ternyata dari arah samping ada sebuah mobil Pajero putih yang hampir menyeruduk mobil yang ditumpanginya.

Santoso melihat pengemudi Pajero itu adalah seorang wanita, terlihat wanita itu mengangkat tangannya sebagai simbol permintaan maaf, sang Supir mobil Santoso terlihat agak kesal, dan hendak turun dari mobil, namun Santoso mencegahnya dan menyuruh pengemudi untuk melanjutkan perjalanan.

Sang sopir menuruti permintaan tamunya itu, dan kembali menjalankan mobil melewati Pajero tersebut, Santoso kembali menoleh ke belakang menatap Pajero yang hampir terlibat insiden dengannya, Santoso merasa pengemudi Pajero itu tak asing baginya, namun Santoso tak terlalu jelas melihat sosok wajah perempuan itu, Dona sekretarisnya mengejutkan lamunannya, Dona menyerahkan hp kepada bosnya, rupanya Pak Hermawan menelpon Santoso.

Santoso memang tak salah, perempuan pengemudi Pajero itu sangat tak asing baginya, dia adalah Maya yang terlalu senang mendapatkan kabar dari pria yang dirindukannya, sehingga Maya ingin cepat-cepat menuju ke tempat sosok pria itu….

------------------------

Bersambung
 
Bimabet
Diary Seorang Istri
Bagian 45 - 100 Juta


“Duh Maya, tenang aja, jangan grasa grusu gini, untung gak kena.” Maya menarik napas lega, wajahnya terlihat pucat karena hampir saja mobilnya menabrak mobil yang melintas didepannya tadi.

Maya mengangkat tangannya meminta maaf, dia tak berani turun, dilihatnya pengemudi mobil yang hampir ditabraknya menurunkan kaca mobilnya, sekilas pengemudi itu terlihat seperti orang sangat, apalagi mobil SUV dibelakang mobil tersebut juga ikut berhenti, namun Maya menarik napas lega saat kedua mobil tersebut kembali berjalan.

Maya menenangkan dadanya yang bergemuruh hebat, bukan hanya faktor insiden tadi yang membuatnya terkejut, chat dari pria yang dirindukannya juga membuat hatinya bergemuruh tak karuan.

Maya mengambil hpnya, dibalesnya chat dari Anto, namun segera dihapusnya chat itu, Maya memutuskan untuk menelpon pria tersebut, sungguh tak sabar rasanya Maya mengetik pertanyaan apalagi kemudian menunggu jawabannya, Maya memencet nama Anto segera hpnya dalam mode panggilan, terlihat tulisan berdering pertanda kalau Anto sedang online.

“ Ya dek, kamu dimana?” tanya Anto.

“aku segera menuju ke tempat kamu mas, kamu dimana mas.” Jawab Maya.

“Aku di sini (Anto menyebutkan nama suatu tempat) nanti aku sharelok dek,” ujar Anto.

“kamu kok tiba-tiba menghilang mas, kamu kemana mas, aku....aku khawatir banget.” Suara Maya terdengar parau menyiratkan kegalauan dan kegundahan hatinya yang dipenuhi banyak pertanyaan.

“Panjang ceritanya dek, nanti mas cerita semua, dek Maya konsentrasi aja nyetir dulu ya, mas akan tunggu di sini.” Ujar Anto dengan suara lembut seolah khawatir dengan Maya.

Maya menutup hpnya dan menyambungkan kabel charger, Maya mengambil tissue dari dashboard, perlahan diusapnya matanya yang berair, Begitu berat sepertinya beban kerinduannya terhadap pria yang tak seharusnya dia rindukan.

***

“Rasanya aku kok kenal dengan perempuan pengemudi mobil itu, kayak sosok Maya, eh ya juga, bukankah Adam memang terbang ke Surabaya hari ini, mungkin aja itu memang Maya, pasti dia antar Adam kan,” Santoso menoleh kebelakang, namun yang dilihatnya hanyalah mobil SUV yang di tumpangi anak buahnya, mobil yang tadi hampir terlibat insiden tak terlihat di belakangnya.

“Pak ada telpon, dari pak Adam.” Suara Dona sekretarisnya mengejutkannya.

Santoso mengambil hp dari tangan Dona, dan menjawab panggilan dari Adam.

“Udah sampe Surabaya Dam?” tanya Santoso

“baru mau naik pesawat, lu dimana bro udah sampe hotel.” Jawab Adam.

“Lagi otw ke resort bro, eh ya istri kamu tadi antar ke bandara kan?” tanya Santoso lagi.

“Ya, emang kenapa bro?” Adam balas bertanya.

“pajero putih bukan? Tadi kayaknya aku lihat istri kamu saat mau keluar parkiran, papasan Ama aku.” Jawab Santoso

“Ya bener Pajero putih, parkiran? Perasaan tadi di drop off point, eh bro, ini gue udah mau take off, nanti gue telpon lagi..” ujar Adam.

“Ok bro, semoga selamat sampai di tujuan, nati kita sambung lagi.” Ucap Santoso mengakhiri pembicaraannya.

Diatas pesawat Adam menyimpan hpnya ke dalam saku jaketnya, keningnya sedikit berkerut, “Mengapa Maya malah masuk lagi ke parkiran? Pasti Santo salah orang kayaknya, Pajero putih kan banyak, lagian dia kan udah lama gak pernah ketemu Maya, pasti salah orang..” benak Adam.

Nissa yang duduk di samping Adam hanya diam memperhatikan bosnya yang sepertinya sedang memikirkan sesuatu, Nissa tak berani bertanya karena khawatir dianggap kurang ajar dan sok ikut campur, Nissa pura-pura memejamkan matanya, namun telinganya masih awas mendengar setiap percakapan bosnya melalui telpon, dan dari pembicaraan barusan Nissa tahu kalau bosnya ini sedang berbincang dengan temannya, bukan denga istrinya.

Nisa tersenyum sinis saat teringat dengan istri bosnya ini, Nisa yakin perempuan itu akan menemui selingkuhannya saat suaminya gak ada di rumah, “Pak Adam di depan mata saja, dia berani kaya gitu, apalagi Pak Adam gak ada.”

“Hmm..Kamu ngomong apa Nis.” Tanya Adam yang mengejutkan lamunan Nissa.

“Ehh saya gak ngomong apa-apa kok pak.” Jawab Nissa.

“Ohh gitu ya.., saya kira tadi kamu nanya apa.” Ucap Adam llau merebahkan dirinya di kursi pesawat.

3 orang pramugari sedang memperagakan tindakan darurat yang harus dilakukan saat pesawat mengalami masakah, namun perhatian Nissa tidak terfokus ke sana, Matanya memandang wajah bosnya yang sedang memejamkan mata, muncul rasa iba pada diri bosnya itu, kenapa orang sebaik pak Adam harus mengalami ini, apa aku harus memberitahunya? Lalu apa? Apa pak Adam akan percaya? Duh..yang ada nanti pak Adam akan menganggapnya wanita yang suka ikut campur.

***

Maya menoleh ke kanan kiri sambil melambatkan laju mobilnya, dia berupaya melihat keberadaan sosok Anto, dan akhirnya sosok itu muncul melambaikan tangannya, Maya menghentikan mobilnya di dekat Anto, tak lama Anto masuk ke mobil, sambil mengibaskan butiran hujan yang menempel di pakaiannya.

Anto tersenyum memandang Maya, dan Maya hanya diam tersipu, Maya bagaikan seorang Abg yang tersipu dan salah tingkah bertemu dengan sosok pria pujaannya, “Kita makan dulu yuk Mas.” Ujar Maya, Anto mengangguk setuju.

Maya membelokkan mobilnya masuk ke rumah makan yang tak jauh dari tempat Anto tadi, Anto terus memandang Maya yang semakin tersipu, Wajah perempuan cantik itu terlihat merona merah, entahlah Maya merasa saat berada didekat pria ini, gairahnya selalu meninggi, apalagi kini gairah itu bercampur dengan rasa rindunya, dan itu sungguh membuatnya berdebar tak menentu.

Maya dan Anto turun memasuki rumah makan, Maya tersenyum dan membiarkan jemari lentiknya digenggam oleh Anto, tubuh mereka kini berdekatan, dan siapapun akan mengira kalau mereka adalah pasangan yang sedang di mabuk cinta.

“Mas rindu banget ama dek Maya.” Bisik Anto lirih yang semakin membuat jantung Maya berdegup kencang.

“Aku juga mas..” Balas Maya pelan, Anto merengkuh Maya semakin dekat padanya, dan Maya tanpa malu meletakkan kepalanya dengan manja di bahu kekar pria itu.

Pelayan restoran menyambut mereka dengan ramah, sambil menyerahkan menu, pelayan itu meninggalkan pasangan tersebut untuk memilih.

“Mas mau makan apa.” Tanya Maya sambil melihat daftar menu.

“Teserah dek Maya aja, Mas ikut aja.” Ujar Anto yang kembali menggapai jemari lentik Maya, perempuan cantik itu hanya tersenyum dan membiarkan jemari lentiknya di genggam lembut pria yang membuatnya berdebar tak karuan.

“Dek Maya darimana? Kok tumben bawa mobil.” Tanya Anto, Maya kemudian bercerita kalau dia habis mengantar suaminya ke Bandara.

“Ohh jadi suami dek Maya ke Surabaya 3 hari, wahh…” Anto menghentikan ucapannya.

“Wah apa kok gak diterusin.” Maya merengut manja.

“Kita makan dulu..tuh pesanan kita sudah tiba,” Anto menunjuk pada pelayan yang mulai menyajikan pesanan Maya tadi.

Sambil makan mereka berdua terlibat obrolan ringan, keduanya terlihat sangat mesra, terkadang Maya mengelap noda makanan diujung biir Anto, terkadang gantian Anto yang melakukan hal sama, bahkan Maya tak malu untuk menerima suapan Anto dengan alasan ingin mencoba makanan yang di makan oleh pria tersebut.

Setelah selesai menyantap hidangan, Maya bertanya tentang kepergian Anto yang tak ada kabar beberapa hari ini, Anto kemudian dengan nada serus menjelaskan dengan panjang lebar, Maya mendengar penjelasan Anto dengan penuh perhatian, tiba-tiba wajah Maya terlihat murung setelah mendengar cerita dari Anto tersebut.

“Jadi anak mas kecelakaan dan perlu operasi?” Tanya Maya terkejut.

“Betul dek, sekarang masih koma, dan Dokter meminta untuk selekasnya di operasi karena ada pendarahan di kepalanya, makanya mas kembali dek, mas juga bingung mau pinjam ke siapa, apakah mungkin ada yang mau memijamkan uangnya? Tapi daripada terus-terusan di kampung malah semakin gak ada solusi, makanya mas balik ke jakarta, mas mau minta bantuan sama teman-teman mas di jakarta, walau sepertinya sulit dek, karena biaya operasinya juga sangat besar.” Ujar Anto lirih, suaranya terdengar parau seolah menahan kesedihan dan putus asa.

“Emang berapa mas biayanya.” Tanya Maya.

Anto memandang Maya, “Besar dek, kurang lebih 100 jutaan, perkiraan dokter sebanyak itu dek, makanya mas bingung dan putus asa dek, mas takut kehilangan anak mas itu..” sungguh pandai Anto memanipulasi pikiran perempuan itu, suara Anto terdengar begitu parau dan menyedihkan di telinga perempuan yang telah terbuai napsu dan gairah yang salah.

“100 juta mas?” Ulang Maya.

Anto mengangguk, “Mas bingung dek, oh ya mas mohon maaf ya kemaren-kemaren gak angkat telpon dan balas chat dari dek Maya, pikiran mas kalut dek lihat anak terbaring tak berdaya.” Ujar Anto sambil menutup wajahnya, Anto terus menyerang rasa iba dari perempuan yang duduk didepannya ini.

“Mas..jangan terlalu putus asa mas..” Maya memeluk kepalan tangan Anto dengan kedua telapak tangannya.

“Mas bingung dek.” Ucap Anto.

“Pasti ada jalan keluar mas, tenang ya…” Maya terus menenangkan Anto.

“Kemana mas cari uang 100 juta dek, kalau mas bisa pinjam dari teman-teman, mas yakin jumlahnya gak akan cukup juga, jual motor juga sama, mas sungguh bingung dek.” Anto sungguh aktor yang hebat, inotasi nada suaranya membuat Maya ikut menitikkan air mata seolah merasakan penderitaan pria didepannya ini.

“Aku akan bantu mas, tenang ya..” Ucap Maya. Anto seolah tak percaya dengan apa yang didengarnya barusan.

“Maksud dek Maya..?” Tanya Anto

“Mas gak perlu cari bantuan kemana-mana, nanti aku akan bantu mas, besok aku akan transfer 100 juta itu, dan mas bisa secepatnya mengupayakan operasi untuk anak mas.” Maya menepuk punggung tangan pria didepannya.

Anto menatap Maya, sungguh dia tak menduga secepat itu Maya merespon positif apa yang disampaikannya tadi, Anto terus menjaga sikapnya yang terlihat galau dan putus asa, padahal hatinya bersorak senang.

“Jangan dek, uang itu sangat besar, mas..mas.***k bisa nerima itu, bagaimana kalau suami dek Maya gak mau?” Ujar Anto lirih.

“Mas tenang aja, ini uang pribadiku, bukan uang suamiku, aku ingin bantu mas…” Maya sudah terjebak permainan pikiran yang dimainkan sempurna oleh sang aktor kawakan.

“Kenapa dek Maya mau bantu mas.” Tanya Anto tercekat.

“Karena mas kekasih aku, mas tau gak, aku begitu putus asa saat tak mendengar kabar mas, aku sangat khawatir terjadi apa-apa, kenapa mas malah kabur dan tak cerita padaku..” Suara Maya bergetar.

‘Maaf dek, maaf, mas gak mau menjadi beban dek Maya, makanya mas gak cerita apa-apa, saat mendapat berita itu, mas begitu kalut, orang pertama yang terlintas di benak mas sesungguhnya adalah dek Maya, mas ingin menumpahkan kesedihan dan kekalutan mas saat itu, namun mas takut menganggu dek Maya.” Anto memainkan nada suaranya menjadi parau dan bergetar.

“Maafkan mas ya dek, sudah membuat dek maya khawatir, tapi apa benar ucapan dek Maya tadi?” Ucap Anto berusaha meyakinkan kemenangannya.

Maya hanya mengangguk dan tersenyum manis tanpa tahu kalau sedang dimanipulasi oleh Don Juan didepannya ini, melihat anggukan Maya, hati Anto meledak senang, namun dia berusaha menjaga sikapnya.

“Besok aku transfer ya mas, kalau sebanyak itu musti transfer lewat bank langsung. Mas tenang saja ya…gak usah sedih lagi..” Ucap Maya berusaha menghibur Anto, walau sebenarnya terlihat seperti Ayam yang sedang membujuk musang.

“Terima kasih banyak ya dek atas ketulusan hati dek Maya, sekarang mas gak khawatir, sebentar ya biar mas cerita sama mantan istri mas, biar dia lega juga..bentar ya dek.” Anto bergegas meninggalkan meja menuju ke depan sambil menelpon seseorang.

Maya melihat pria yang sedang menelpon itu dengan tersenyum, Maya sungguh tak tahu kalau saat ini dirinya telah terjebak dalam permainan Anto.

Di sisi lain, Anto yang pura-pura menelpon, melihat ke arah Maya sambil bersorak gembira dalam hati, dia benar-benar yakin kini, kalau perempuan cantik itu telah takluk 100% padanya, Anto kemudian menyimpan hpnya ke saku, dihampiri kembali meja tempat Maya menunggu.

“Ehmmm udah malam dek, abis ini dek Maya mau kemana?” Tanya Anto sambil menatap tajam Maya. Anto pun sungguh rindu dengan kehangatan tubuh perempuan cantik didepannya ini.

“Ehmm..ke Carita lagi yuk mas..” Ujar Maya sambil tersipu malu.

“Carita? Mau ngapain kita disana dek.” Goda Anto sambil terus menatap tajam Maya.

“Ihh mas…ahhh…” Maya dengan manja mencubit lengan Anto, sehingga membuat Anto menjerit kesakitan.

“Mas tau..dek Maya pengen ngompol lagi ya….” Goda Anto lagi.

Maya menatap Anto dengan pandangan yang mulai bergairah, kepalanya mengangguk setuju dengan pertanyaan terakhir Anto barusan, dengan binal Maya memasukkan jempolnya kedalam mulut dan menjilati telunjuknya sambil menatap tajam ke arah Anto.

“Yuk kita berangkat…” Anto berdiri dan menarik lengan Maya, mereka bergegas menuju mobil sambil tertawa-tawa, Anto mengambil kemudi, dan maya duduk disampingnya sambil merebahkan kepalanya di bahu Anto, keduanya saling menatap dan saling tersenyum, senyum yang penuh arti dari benak dan sanubari mereka masing-masing.

****

Bersambung
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd