Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Diary Seorang Istri

Pelajaran deh hati hati aja, file cerita hilang sih gak apa, semua master file.ada di kepala, tinggal bikin lagi, yang disayang foto2 kenangan anak anak, waktu liburan, momen2 terpenting
 
Wahh....ane pernah menangani ini di PC nya temen...
Intinya ga bisa balik file nya..
Kalau id gak ada t1 belakangnya gak bisa balik, kalau ada t1 bisa balik
 
DIARI SEORANG ISTRI

PART 21 - Anissa Rahmawati



“Thanks To, kapan-kapan kalau ke Surabaya lagi gue mampir ke rumah lo.” Adam turun dari Lexus milik Santoso.

“Oke bro, kayaknya bulan depan gue ada urusan ke Jakarta, kita ketemu lagi disana ya, hati-hati bro, salam buat Maya.” Ucap Santoso.

Adam melambaikan tangan pada sahabatnya itu, perlahan mobil Santoso mulai meninggalkan area bandara, Adam melangkah masuk ke terminal keberangkatan, dilihatnya jam masih pukul 6.45 pagi, Adam membeli sebotol air mineral dan 2 buah roti, lalu masuk ke kounter check in.

Di ruang tunggu keberangkatan, Adam mengirimkan chat pada Maya, kalau dia sudah di ruang tunggu, semalam Adam berpesan pada Maya agar tak menjemputnya, Adam merasa kasian pada istrinya jika harus menjemputnya pagi-pagi seperti ini, rumahnya dengan bandara cukup jauh, sebuah informasi terdengar di ruang tunggu, ternyata pesawat yang akan menerbangkan Adam ke Jakarta mengalami delay, karena ada informasi cuaca sedikit buruk diatas pulau Jawa bagian Tengah. Menurut informasi delay kemungkinan akan berlangsung selama 1 jam.

Adam membuka bungkus rotinya, perutnya terasa lapar, Adam merasa malas untuk makan di kafetaria bandara, Tiba-tiba terdengar suara lembut menyapanya.

“Maaf Om, bisa pinjam chargernya? Saya lihat Om pakai Iphone, cahrger saya tertinggal di rumah.”

Adam menoleh, seorang gadis berparas manis dengan menggunakan hijab tersenyum padanya, “Ohh ya ya mbak..” Adam mengeluarkan charger dari tas selempangnya.

Kebetulan kursi ruang tunggu yang diduduki Adam berhadapan dengan terminal charger, “Terima kasih om,” Gadis itu menyolokan charger ke hpnya, dan kemudian menaruh hpnya di box terminal charger tersebut, gadis itu duduk disamping Adam.

“Dah buru-buru sampai ketinggalan, malah di delay.” Terdengar gumaman gadis itu.

Adam menawarkan roti pada gadis itu, “Terima kasih om, gak usah.” Jawab gadis itu.

“Gak apa kok, gak ada racunnya juga atau biusnya heheh, katanya terburu-buru pasti belum sempat sarapan kan.” Ucap Adam, gadis itu tersipu, apalagi kemudian terdengar suara aneh di perutnya, semakin tersipu malu gadis manis itu.

“Nih, daripada masuk angin, kan delaynya lumayan loh 1 jam.” Ucap Adam menyodorkan sebuah roti pada gadis itu, sedikit ragu namun akhirnya gadis manis itu menerima roti pemberian Adam, dia yakin pria yang didepannya itu orang baik-baik.

“Kuliah di Jakarta?” Tanya Adam.

Gadis itu menggeleng, “saya dapat panggilan kerja om.”

“Emangnya saya keliatan seperti om-om ya.” Tanya Adam tersenyum, dia merasa jengah dipanggil dengan sebutan om oleh seorang gadis.

“Ehh, maksud saya…” gadis itu salah tingkah mendapat pertanyaan seperti itu, Adam tertawa melihat kepolosan gadis manis didepannya ini.

“Gak apa, nama saya Adam, panggil aja mas atau kak, kalau om-om kayaknya tua banget.” Ucap Adam.

“Eh ya om, eh mas..” Jawab gadis itu salah tingkah.

Adam tersenyum geli, gadis ini terlihat menggemaskan, terlihat polos dan manis, sepertinya attitudenya juga baik.

“Kok jauh-jauh ngelamar kerja di jakarta, dek…” Tanya Adam membuka obrolan kembali.

“Nisa mas, nama saya Anisa rahmawati..” jawab Nisa

“’Saya adam.” Balas Adam.

“Saya ngelamar di Surabaya Mas, sudah training sebulan lalu, lalu saya mendapat surat keputusan untuk ditempatkan di Jakarta.” Ujar Nisa.

Adam menganggukan kepalanya, tak lama keduanya mulai terlibat obrolan seru, delay yang dialami keduanya sungguh tak terasa, Nisa cukup percaya dengan pria yang ada didepannya ini, sehingga dia merasa nyaman mengobrol dengan pria itu, begitu juga dengan Adam, kehadiran Nisa menemaninya ngobrol membuat kekesalannya akibat delay menguap, apalagi banyak kebetulan demi kebetulan yang bermunculan setelah itu, rupanya kursi yang ditempati Nisa bersebelahan dengan kursi pesawat Adam, obrolan keduanya berlanjut hingga pesawat mendarat di bandara Soekarno-Hatta.


***


Adam berjalan keluar berdampingan dengan Nisa, keduanya masih asik mengobrol, Adam mendapat chat kalau Maya sudah menunggunya di pintu keluar, Adam tersenyum membaca chat istrinya, Adam membalas kalau dia sedang berjalan keluar.

Di pintu keluar Adam celingukan mencari Maya, tak lama senyumnya tersungging melihat sosok perempuan yang di rindukannya itu melambaikan tangan padanya, “Itu istri saya menjemput, kamu mau bareng sekalian? Rumah tante kamu kan searah ama rumah saya.” Ucap Adam pada Nisa.

Nisa menggeleng, “Gak usah mas, ngerepotin, saya kayaknya di jemput tante, nah tuh Tante saya.” Nisa menunjuk pada seorang perempuan setengah baya yang melambaikan tangan padanya.

Adam mengangguk pada perempuan itu, “Ya udah hati-hati yah, selamat datang di jakarta.” Ucap Adam kemudian melambaikan tangan pada Nisa, Adam bergegas menghampiri Maya.

Nisa melihat punggung pria yang menemaninya selama di pesawat, sekilas ada perasaan aneh saat melihat perempuan yang menjemput Adam, ada perasaan tak suka berkelebat di hati Nisa, entah kenapa hatinya merasa kesal saat melihat Adam bercipika-cipiki dengan wanita itu, apalagi saat wanita itu mengamit lengan Adam dan berjalan meninggalkan bandara.


***​

Anissa Rahmawati, gadis manis berusia 23 Tahun, dia baru saja menyelesaikan kuliahnya di sebuah Universitas negeri di Surabaya, Nisa panggilan akrab gadis itu, berasal dari keluarga sederhana, Ayah dan ibunya berjualan Angkringan tak jauh dari rumahnya, Anissa adalah putri semata wayang di keluarga tersebut, sejak kecil Nisa selalu meraih rangking pertama, Nisa juga gadis yang berbakti terhadap orang tua, di sela waktu luang saat libur sekolah, Nisa selalu membantu orang tuanya di angkringan.

Dengan kecerdasannya Nisa mendapat beasiswa untuk kuliah di universitas negeri impiannya, dia mengambil study Management perusahaan, selama kuliah Orang tua Nisa tak pernah mengeluarkan uang sepeserpun untuk biaya kuliah anak perempuan mereka itu, Nisa selalu mendapatkan beasiswa selama menempuh pendidikannya.

Nisa adalah gadis polos yang berasal dari keluarga bahagia, ayah dan ibunya selalu dekat dengannya, Nisa bisa bicara apapun dengan orang tuanya, setiap mengalami masalah, tempat curhatnya adalah ibunya, Nisa tumbuh menjadi pribadi yang periang, pribadi yang selalu berpikir positif terhadap semua hal.

Paras nisa yang cantik dan manis, serta kepribadiannya yang periang membuat banyak teman-teman prianya menaruh hati pada Nisa, baik teman di lingkungan rumah atau di lingkungan sekolah dan kampus, namun bagi Nisa, asmara adalah urusan yang tak pernah menjadi prioritas dalam hidupnya, dia bertekad untuk fokus menempuh pendidikan setinggi mungkin, lalu bekerja di perusahaan besar, bisa membanggakan orang tuanya yang hanya penjual angkringan, impian Nisa adalah membahagiakan kedua orang tuanya, Nisa berangan-angan sejak kecil ingin mengajak orang tuanya liburan di luar negeri, bisa memberikan rumah yang bagus untuk mereka, dibalik kepribadiannya yang polos, Nisa memiliki ambisi yang sangat besar.

“Nah ini kamar kamu nduk..” ucap Bulik Harti, perempuan setengah baya ini adalah adik kandung dari ayahnya Anissa, “sejak kemarin sekar semangat sekali menantikan kamu datang, dia loh yang merapihkan kamar ini.” Lanjut Bulik Harti.

“Sekarnya pundi lik.” Tanya Nisa.

“Hus, disini kowe ndak boleh manggil bulik, kamu harus panggil bunda sama koyo sekar.” Ucap Bulik Harti.

“ihh bulik co cweet…eh bunda…” Nisa memeluk Buliknya, sudah lama Nisa tak bertemu buliknya ini, seingatnya terakhir dia bertemu bulik saat suami bulik, yaitu paklik heri meninggal dunia, Bulik Harti memiliki dua orang anak, yang besar adalah Agus sekarang kerja di jepang, Agus lebih tua setahun dari Nisa, dan Sekar adalah putri bungsu bulik Harti yang masih kelas 2 SMP.

“Tadi Sekar mau ikut jemput kamu, tapi saat terakhir dia ternyata harus ke sekolah, katanya ada latihan Paskibra.” Ujar Bulik Harti.

“Wah rumah bulik eh bunda nyaman juga ya, bunda masih buka Salon?” tanya Anissa.

“Sudah setahun Bunda gak ngapa-ngapain nis, Mas Agus melarang bunda untuk kerja, katanya bunda harus fokus ngurusin sekar.” Jawab Bulik.

“Wah hebat ya mas Agus bund, Nisa juga punya cita-cita kaya mas Agus, pengen bapak dan ibu istirahat gak perlu kerja lagi.” Ujar Nisa.

“Kamu pasti bisa sayang, bunda yakin itu, kamu pasti jadi orang hebat, buktinya kamu langsung dapat kerja di perusahaan jakarta.” Bulik harti mengelus kepala keponakan satu-satunya ini.

“Oh ya kamu mau makan sekarang atau mau mandi dulu?” tanya Bulik.

“Makan entar aja deh bun, biar barengan sama Sekar, kalau mandi juga ntar aja kan masih pagi.” Jawab Anissa.

“Kamu kenapa datangnya mepet banget, besok kan masuk kerja? Coba datang seminggu sebelumnya, kan istirahat dulu, dan juga bisa survey lokasi kantor kamu dulu..” ujar Bulik.

“Niat Nisa sih gitu bun, tapi bapak sakit, Nisa gak tega ninggalin bapak yang lagi sakit.” Jawab nisa.

“Bapakmu itu sakit karena kebayang kangen nduk, bapakmu itu sangat bangga sama kamu, tiap hari bapakmu nelpon bunda, wanti-wanti segala macem hahahah..tambah cerewet bapakmu.” Ujar Bulik.

“Ya emang gitu bapak..” ucap Nisa pelan.

“Yo wis, kamu istirahat dulu, ganti pakaian, bude hangatin makanan dulu, biar nanti sekar pulang kita langsung makan.”

“Ya Bun, Nisa juga mau nelpon bapak dan ibu kalau Nisa sudah sampai.” Ujar Nisa.

“Nah ya benar, tadi aja sudah 6 kali kayaknya bapakmu nelpon bunda, sudah sampe belum, sudah sampe belum..hahaha..”

“Ya ampun, aku lupa nyalakan hp,” Nisa mengambil hpnya dari tas, dan mulai menyalakan, “dia kaget melihat charger milik Adam terbawa olehnya, “aduh, ini kan punya mas Adam.” Gumam Nisa.

Mas Adam sopo? Ohh lelaki yang keluar bareng ama kamu di bandara tadi toh? Siapa itu hayooo..” Bulik Harti menggoda Nisa.

Nisa terkejut tak menyangka gumaman tadi terdengar oleh bulik harti, wajahnya merona merah, “bukan siapa-siapa kok bund.” Jawab Nisa salah tingkah.

“Yakin? Kok pipi kamu jadi merah haahaha.” Ujar Bulik terus menggoda.

“Apaan sih bunda..” Anissa memegang pipinya dan bergegas masuk ke dalam kamar.

“Duh, kok aku jadi deg-degan gini, kenapa sih…pasti mas Adam marah-marah nih chargernya kebawa, chargernya ini kan mahal, duh…ini juga, kenapa sih malah berdebar.” Nisa memegang dadanya yang bergemuruh.

-----------------------------------------------

BERSAMBUNG
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd