Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Delusi Di Dalam Delusi (TAMAT)

sondosong

Kakak Semprot
Daftar
26 Dec 2017
Post
156
Like diterima
1.237
Lokasi
medan
Bimabet
Chapter 1


Malam ini adalah malam paling berkesan di hidupku. Akhirnya aku bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai. Dia adalah safira, perempuan yang selalu menutup tubuhnya dengan pakaian takwa. Dengan gamis hitam menutupi aurat yang selalu dia jaga, hijab panjang dan cadar yang menutupi wajah indah yang membuat setiap lelaki penasaran. Ah safira, aku berdecak kagum saat malam pertama. Detik-detik cadar yang menutupi wajahnya terbuka. Duh begitu indah, mata indahmu ternyata mengisyaratkan bahwa dibalik cadarmu tersimpan mutiara. Hidung yang mbangir dengan ujung lancip, bibir tipis berwarna merah merona. Ku kecup perlahan, safira malu-malu. Dia tertunduk tersipu saat kupuji kecantikan wajahnya.

Kamu cantik dek, dia tertunduk.

Kok menunduk gitu? Aku malu kak.

Kenapa malu sayang? Kan kita sudah halal.

Eng-enggak, a-adek emm. Kupegang wajahnya lalu kembali kukecup bibirnya.

Kukecup, sedikit kupagut bibir bawahnya. Dengan sedikit aku kulum lembut.

Aku basahi dengan lumatan membasahi bibirnya.

Kak? Dia menatap mataku, saat kulepas pagutan dari bibirnya.

Kenapa dek? Emm, Elm, dia membalas lumatanku.

Kita saling kecup, lumat, sampai bibir kita sama-sama basah.

Aku coba aku keluarkan lidahku menyentuh bibirnya yang terbuka. Dia mulai dengan agak-agak kikuk mengeluarkan lidahnya.

Lidah kita saling bertemu, bersentuhan seperti sepasang kekasih yang saling bersenggama. Lalu saling mengulum satu sama lain.

Kak?

Iya sayang?

Aku cinta kakak, aku sayang kakak.

Hijab aku buka, perlahan. Jantungku semakin berdetak kencang. Rambut pendeknya mulai terlihat. Cantik banget kamu fira, kataku dalam hati. Lalu aku buka gamis, terpampang bh putih yang menutupi payudara mungil tetapi bulat sempurna.

Kemaluanku langsung on sempurna. Aku lanjutkan dengan membuka bh putihnya. Ternyata payudara fira lebih besar dari dugaanku setelah keluar dari sarangnya.

Payudara fira berayun. Kucium lehernya, aku jilat. Beralih ke kuping lalu kembali aku cium bibirnya.

Ah kak, payudaranya aku remas perlahan. Aku mainkan puting berwarna coklat tuanya. Geli kak.

Tapi enak kan? He'em, Fira mengangguk.

Lalu mukaku turun untuk menghisap payudaranya. Jantung Fira berdetak kencang. Dengan dada naik turun.

Dadanya semakin kencang, dengan puting mengacung sempurna. Ntah sejak kapan gamis Fira sudah terlepas. Kini tubuh indahnya begitu sempurna terlihat begitu menggairahkan.

Celana dalam putihnya terlepas. Vaginanya dengan bulu kemaluan yang bersih tanpa bulu, membuat aku menelan ludah berkali-kali.

Pergumulan kita dimulai dengan posisi missionari, dengan aku di atas Fira di bawah. Darah segar keluar bersamaan dengan orgasme Safira yang pertama.

Lalu berganti fira berada di atas aku dibawah. Dengan posisi wot, safira memacu birahinya. Tubuhnya yang terpampang indah, dengan payudara seukuran tangkupan tanganku bergetar. Bibir vaginanya yang mungil, berwarna coklat, dengan rongga berwarna merah sempit merenggang, kempis. Kemaluanku sepanjang 16cm keluar masuk. Bunyi ceplak ceplok membahana memenuhi ruangan kamar kecil kami.

Kak, enak kak. Remas payudara adek.

Rambut safira yang sepundak, menampakkan keindahan leher jenjangnya.

Kita berganti posisi, ah ah kak. Dalam posisi doggy style pinggul safira yang ramping dengan panggul yang lebar, pantat yang bulat putih bersih menambah nafsuku semakin tinggi.

Ntah berapa jam pergumulan panas kami. Tak ada bosannya, penisku menggenjot lubang sempit safira.

Berkali-kali Safira menyemburkan cairan kenikmatan.

Kak adek mau pipis.

Itu cairan kenikmatan, keluarin aja sayang. Enak kan?

He'em, enak kak.

Ntah berapa kali Safira orgasme, dengan squrting berkali-kali juga. Sampai kita lupa waktu. Dan terbangun hingga menjelang subuh.

Bangun sayang, udah mau subuh nih.

Emmm, safira mengulat. Mengusap muka dan matanya.

Jam berapa kak?

Jam 03.30 sayang. Ayuk mandi junub dulu.

Ayok kak, safira tanpa sadar keluar kamar dalam kondisi telanjang bulat.

Eh, aku lupa. Saat itu safira sudah dalam posisi membuka pintu. Dan saat itu juga ayahku dan ibuku melongo saat melihat menantunya secara tak sengaja keluar kamar dalam posisi telanjang bulat.

Duh, maaf pak, maaf Bu, Fira lupa. Fira menunduk malu lalu membuka pintu kamar dan menghambur dalam pelukanku.

Aku malu kak, ayah dan ibu melihatku telanjang. Kepalanya ditempelkannya ke dadaku.

Udah, udah, aku usap-usap punggungnya. Aku besarkan hatinya agar dia tak merasa bersalah. Namanya juga lupa dek. Udah gapapa, ayah dan ibu kan udah jadi orang tua Fira juga.

Eh iya ya, Fira lupa. Lalu Fira tersenyum. Yaudah deh, Fira gak malu lagi.

Loh, Fira keluar lagi dalam kondisi telanjang bulat. Eh dek, kok... Kata-kataku terputus.

Aku kejar safira, dek Safira kenapa sih, kataku dalam hati.

Kok gak ada, aku cari ke kamar mandi sudah gak ada.

Oh iya aku dedi, anak pertama dari 5 bersaudara. Adek-adekku ke empat-empatnya cowok. Yang pertama kelas 12 SMA, yang kedua kelas 11 SMA. Dan yang ketiga dan ke empat kembar kelas 10 SMA.

Aku mendengar suara teriakan tertahan, seperti mulut sedang disekap. Ternyata berada di belakang rumah kami. Kuintip dari balik kamar mandiku yang terletak di luar rumah. Kebetulan rumah kami berada di kampung.

Sssst, mbak jangan teriak. Sssstt.

Istriku mengangguk ketakutan.

Yaudah, mbak manut kami ya.


Bersambung
 
Chapter 2

Istriku kembali mengangguk. Adekku toni memanggil adekku ridwan. Wan ambil mukena di dalam.

Oh iya kak, Ridwan sedikit berlari. Dia tak tau kalo aku mengintip di balik tembok kamar mandi.

Lalu Ridwan memberikan mukena kepada Toni. Pake mbak, jangan telanjang begini.

Sepertinya Fira bernafas lega, dia fikir Toni dan Ridwan akan berbuat senonoh padanya.

Mukena berwarna putih dipakai Safira tanpa dalaman.

Yauda mbak Fira pake aja kamar mandinya duluan.

Eh, iya iya. Makasih ya.

Lain kali jangan gitu lagi ya mbak, aduh masak akhwat bercadar seperti mbak telanjang bulat gitu. Gimana coba kalo ada orang lain yang lihat, untung ada kita aja.

Tenang aja mbak, kami gak akan berbuat macem-macem ke mbak.

Makasih ya. Sama-sama mbak.

Sebentar mbak, aku ambilkan handuk ya. Ridwan mengambil handuk kecil untuk Safira.

Aku pun yang awalnya cemburu, marah jadi tenang. Ternyata adek-adekku bukanlah orang bejat, yang mampu menahan gejolak hasratnya. Meski di depannya terpampang daging segar yang bisa saja memuaskan nafsu kelaki-lakiannya.

Aku pun akhirnya pergi lalu berwudhu. Sekeluarga sudah siap sholat berjama'ah dengan ayahku menjadi imam sholatnya. Setelah diakhiri dengan dua salam, kami bergantian bersalaman dengan ayahku.

Ibuku melepas mukenanya, dilipat lalu diletakkan disisi ruang sholat keluarga.

Kok mukenanya masih dipake nak? Eh iya Bu, Fira kebingungan karena Fira gak memakai dalaman sama sekali.

Fira membuat alasan, sebentar bu. Istriku berdiri ingin keluar dari ruangan sholat. Yauda ibu mau ke pasar dulu ya, ibuku cepat-cepat keluar ruangan.

Di dalam ruangan tersisa 6 laki-laki, termasuk aku.

Loh nak Fira kok masih disini? Tanya ayahku.

Emm anu, Emm. Gapapa yah. Safira keluar ruangan dalam keadaan masih memakai mukena dalam kondisi sedikit berlari. Permisi.

Kulihat istriku berbalik, sekarang memakai cadarnya.

Loh kok balik lagi mbak? Tanya si kembar Adi dan Rudi?

Ibu biasanya ke pasar lama gak dek?

Gak tau kak, sepertinya agak lama sih. Jawab Rudi.

Emm bagus deh.

Kak, fira memanggilku.

Iya dek, ada apa?

Istriku kembali masuk ke ruangan sholat. Yah kok keluar? Safira memegang tangan ayahku yang hendak keluar dari ruang sholat.

Eh, istriku menarik tangan ayah masuk kembali ke dalam ruangan lalu menutup pintunya.

Fira lupa melepas mukenanya, maaf ya.

Aku, ayah dan adek-adekku dibuat bingung oleh tingkah istriku kecuali Toni dan Ridwan.
Keduanya tersenyum aneh saat tiba-tiba Safira membuka cadarnya.

Kak? Istriku memanggilku dengan suara agak parau.

Iya dek?

Sini? Istriku memanggilku agar mendekat menggunakan kode jari telunjuknya. Karena tinggi badan istriku lebih pendek dari aku, kira-kira sebibirku. Fira tiba-tiba merangkulkan kedua tangannya ke pundakku. Kita saling berhadap-hadapan, muah, Fira mengecup bibirku sekilas.

Mata Fira melirik ke 5 lelaki di dalam ruangan itu. Ya meski Adi dan Rudi termasuk di bawah umur. Dan kondisi Safira sekarang masih merangkulkan kedua tangannya ke pundakku dengan tersenyum nakal melirik dengan tatapan menggoda.

Aduh, kalian apa-apaan sih. Di ruang sholat malah seperti itu. Udah ayah keluar dulu, gila istrimu ded.

Muka istriku berubah murung, 😔 Lalu menurunkan kedua tangannya dari pundakku.

Maaf yah, maafin Safira. Gak tau Safira kesambet apa hari ini. Muka sedih Safira tiba-tiba berubah menjadi ceria.

Ayah membuka pintu ruang sholat keluar dari ruangan. Disusul dengan si kembar tetapi Ridwan dan Toni masih di dalam ruangan.

Mbak mukenanya gak dilepas? Ridwan cengengesan.

Ini mau dibuka, Fira mengerlingkan matanya. Jangan kaget ya.

Fira membuka mukenanya, di dalam mukena Fira memakai hijab panjang dan gamis hitam. Lalu melipat mukenanya, ditaruh di sisi belakang ruangan sholat.

Kedua adekku kecewa, mereka pikir Safira gak memakai apa-apa lagi.

Bersambung.....
 
Chapter 3


Mulustrasi Safira As Zahra.


Ehm, kok muka kalian begitu sih? 🤔 Ada yang salah sama penampilan mbak? Tanya istriku.

Gak ada sih mbak. Ayok kak, kata istriku menggandeng tanganku keluar ruangan.

Kedua adekku membuntuti aku dan istriku.

Eh eh kok kalian membuntuti mbak sih? Kak kenapa tuh adek-adek kakak, aneh?

Kalian kenapa? Minta uang jajan, bilang aja kali, gapapa.

Emm anu mas, anu. Sambil Ridwan menyikut lengan Toni.

Ayok minta apa, bilang aja. Kata istriku tegas lalu cekikikan.

Kamu kenapa sih dek, ketawa sendiri? Aku heran. Aku pikir ada yang gak beres dengan kejiwaan istriku.

Istriku melangkahkan kaki menuju ke adek-adekku. Fira berada di tengah, tinggi-tinggi banget sih kalian. Istriku berusaha merangkul keduanya dari kanan kiri.

Yeee mbak sendiri yang mungil, ya gak rid?

Iya bener, mbak Fira sendiri tuh yang pendek. Ledek Ridwan.

Tapi kan manis, ya gak kak? Melirik ke arahku.

Manis emang gula dek? Aku pun ketawa.

Menurut kalian mbak gimana? Manis gak? Mata Safira kedip-kedip centil.

Emm gimana ya, Toni pura-pura berpikir. Gimana rid, mbak kita manis gak?

Ya gak tau aku, manis gak mas? Kan mas yang udah rasain? Aduh keceplosan.

Aku melotot ke arah Ridwan, lalu tetap menanggapi obrolan yang gak jelas kami. Nano nano sih, ada manisnya, ada gurihnya, semuanya ada deh. Yang jelas enak.

Jadi kepo deh, respon si Toni. Mana buktinya kalo mbak manis? Tantang Toni.

Nih, Fira membuka cadarnya. Gimana-gimana manis gak? Safira kedip-kedip, imut banget Safira kalo kedip-kedip gitu.

Gak manis tuh, ya gak mas ton?

Iya gak manis, Toni ketawa cengengesan.

Fira cemberut, masak gak manis sih? Manis gak kak? Melihat ke arahku?

Aku ikut ketawa melihat candaan kami berempat. Ya gak tau dek, tanya tuh sama Toni sama Ridwan.

Kata mereka kan aku gak manis, wajah Fira cemberut makin memperlihatkan keimutannya. Yauda aku pergi aja deh.

Ya kan ada rasanya mbak, jadi aku kan gak tau manis apa gak.

Betul tuh kata mas Toni, Ridwan cengengesan.

🤔 Emm gitu ya, gimana kak caranya mereka tau aku manis apa gak kak? Fira tanya padaku dengan muka serius.

Lah tanya aku lagi, gimana ton rid caranya kalian tau gimana mbak kamu manis? Aku tau arah pembicaraan ini tapi tetap aja aku ladenin. Padahal dadaku berdesir.

Gimana mas? Harus tau rasanya kan? Tanya Ridwan sambil melirik istriku.

Yup betul harus tau rasanya, lalu bagaimana mbak supaya tau rasanya? Kan mbak bukan permen. Mata Toni melirik ke arahku.

Eh permen 🤔 biar tau rasanya permen berarti diemut. Jadi harus dicobain dulu kan, permennya diemut supaya tau rasanya permen manis apa gak. Gitu gak kak? Fira memandangku dengan tatapan polos.

Eh, aku gugup mau jawab apa bingung. Waduh otak kalian ini mesum ya. Padahal istri mas sendiri, mikirnya macem-macem.

Toni dan Ridwan tertawa bareng. Bercanda mas, aduh. Serius amat.

Rudi ikut nimbrung berdiri diantara Toni, Ridwan dan Safira. Mbak manis kok.

Nah kan aku manis. Terima kasih ya sayang, muah. Safira mencium pipi Rudi. Muka Rudi memerah seperti udang rebus. Secara dicium mbak iparnya yang cantik.

Ah bohong, celetuk Ridwan. Kok tau mbak Fira manis, kamu kan gak pernah ngerasain rud?

Hah? Aku nggak ngerti mas. Gimana sih mas ded? Rudi kebingungan.

Oh mungkin ini, Fira menyodorkan pipinya ke arah muka Rudi. Cium pipi mbak rud.

Eh cium, Rudi melihat ke arahku.

Aku sedikit melotot, tapi jawabanku kebalikannya. Tuh disuruh mbak cium pipinya, katanya mau rasain.

Emang boleh mas? Rudi menatapku takut.

Pipi safira ditempelkan ke muka Rudi. Gimana rasanya?

Bersambung...
 
Terakhir diubah:
Chapter 4
Update tipis


Aduh mbak, harum banget. Tapi kan harum bukan rasa. Harusnya kalo pengen tau rasanya harus diemut, dijilat. Rudi cengengesan mesum.

Oh gitu, ayah kemana? Tanya Fira.

Tuh ayah, yauda biar kalian tau gimana rasanya mbak kalian harus mencicipi mbak. Gitu kan? Jadi mumpung ibu belum pulang, mau gak cicipin mbak? Ajak ayah gih.

Ayah mendekat, ada apa nih pagi-pagi udah ngumpul disini.

Rudi melongo. Toni dan Ridwan menjawab bareng. Mau mau.

Kakak kan udah tau rasa adek, jadi kakak duduk disitu aja ya. Ntar malem giliran kakak.

Ayok sini-sini, jangan rebutan ya. Toni mau cicipin bagian mana? Ridwan ayok sini dong. Gimana rud? Aduh, Adi dimana ya. Ayah sini, Fira menggandeng tangan ayah mendekat.

Ah gila kamu dek, dadaku berdesir campur aduk. Gila pikirku Safira.

Safira duduk di atas karpet, masih dengan outfit lengkap. Bahkan tangannya masih dibalut dengan handshock. Gamisnya yang lebar saat dia bersimpuh jadi seperti gaun. Anggun banget batinku. Ah paling ini cuma mimpi.

Hijab lebar Fira udah tersampir ke pundak. Kini bagian dadanya yang masih tertutup gamis terlihat. Gak terlihat, karena payudara Fira kecil. Apalagi gamisnya lebar.

Fira ingin membuka resleting di bagian punggungnya. Ayah sini, tolong bukain resleting Fira, susah nih.

A aku? Aduh, ini apa-apaan sih Fira. Ayah tetap dalam kondisi waras.

Huh, ayah gak mau ini kayaknya. Jadi mau gak nih cicipin Fira? Kesel deh.

Toni mendekat ke arah Fira, mbak? Muah, Toni mencium bibir Fira sampai Fira tertidur di atas karpet. Manis banget mbak. Mata Toni melirikku.

Aku yang melihat ciuman panas istriku hanya diam mematung. Libidoku jadi naik, dadaku pun berdesir. Antara cemburu dan nafsu.

Tangan toni kini berada di dada Fira, mereka berciuman sangat panas. Saling kecup awalnya, lalu berubah menjadi lumatan. Bertukar ludah, yang paling membuat panas dingin, Fira menghisap, menyedot-nyedot lidah Toni.

Emmm, muah, muah, cup, cup, ah. Suara desahan Fira membuat yang lain mendekat.

Kini mereka berdua ciuman dalam posisi duduk, tangan toni membuka resleting Safira. Gamis Safira perlahan turun, dibantu dengan tangan toni. Terpampang sudah, pundak, lengan, payudara Fira yang masih dibalut bh putih.

Bersambung..
 
Chapter 5
Update tipis


Bh Fira perlahan dibuka, dibuang ke sembarang tempat oleh Toni.

Toni tetap melumat bibir Fira, hijab yang tersampir ke belakang dengan gamis terbuka menampakkan payudara fira. Rudi mendekat menghisap payudara Fira seperti bayi. Dan Ridwan menjilati leher Fira yang terpampang.

Bergantian, mereka menggilir mencium bibir Safira. Gak peduli bibir Safira bekas ludah yang lain.

Kini Fira sudah telanjang bulat mengangkang, terlentang di atas karpet. Celana dalam putihnya juga sudah terlepas memperlihatkan memek Fira berwarna coklat kemerahan. Rudi menetek di dada Safira, menyedot, menghisapnya.

Enak ya rud? Gimana rasanya?

Enyak, mbak, enyak. Elm.

Ridwan juga menetek di dada Fira sebelah kanan. Elm, sambil meremas-remas dada Safira seakan-akan bisa keluar air ASI-nya.

Bh Fira perlahan dibuka, dibuang ke sembarang tempat oleh Toni.

Toni tetap melumat bibir Fira, hijab yang tersampir ke belakang dengan gamis terbuka menampakkan payudara fira. Rudi mendekat menghisap payudara Fira seperti bayi. Dan Ridwan menjilati leher Fira yang terpampang.

Bergantian, mereka menggilir mencium bibir Safira. Gak peduli bibir Safira bekas ludah yang lain.

Uhh, aku merinding. Sambil menjambak rambut Rudi dan Ridwan.

Toni menjilati bibir, wajah, leher, kuping Fira.

Emm, aunch, cup, cup, ludah Toni dan Fira tersambung seperti tali yang mengikat. Lalu saling tatap, ciuman lagi. I love you Fira.

Love you too Toni, ahhhh, fira mengobel-obel memeknya sendiri. Clok, clok clok.

Dadaku bergejolak. Aku pun mendekat ke arah istriku.

Kakak mau juga, nanti ya sayang. Ahhhh. Fira menjerit, ahhhh enakkkk. Cairan cintanya muncrat kemana-mana.

Nafas Safira ngos-ngosan, aw, ayah mendekat ke memek Safira menjilati cairan cinta yang muncrat, meluber sampai membasahi paha.

Fira tersenyum, gimana rasanya yah? Enak?

Ayah, ahhhhh aduh. Pelan, pelan yah. tiba-tiba ayah menggenjot istriku.

Aku shock melihatnya. Tapi aku gak bisa berbuat apa-apa.

Maafin ayah ded, ayah gak kuat.

Eh, eng eng enggak papa yah. Dadaku panas melihat istriku yang selama ini terjaga dengan outfit takwanya sedang digenjot laki-laki yang bukan pasangan halalnya. Dan itu adalah mertuanya sendiri.

Safira kini duduk dipangkuan ayah berhadap-hadapan. Mereka berdua saling lumat, hisap dan kecup. Leher, kuping, pipi Fira gak luput dari hisapan ayahku.

Yah, kok gak ada orang ya. Ibuku kebingungan sepulang dari pasar.

Wah ibu sudah pulang, ayah cepat mencabut kemaluannya dari memek Fira menantunya. Dan Fira buru-buru merapikan bajunya kembali.



Bersambung
 
Terakhir diubah:
Chapter 6


Pagi itu seperti tidak terjadi apa-apa. Aku, ayah setelah sarapan pagi bersama pamit berangkat kerja. Toni, Ridwan, Rudi, Adi juga pamit berangkat ke sekolah.

Di kantor hatiku berkecamuk, seperti dalam mimpi. Anehnya aku justru terangsang. Istriku sungguh-sungguh binal. Aku membayangkan apa yang akan terjadi nanti malam.

Setelah jam pulang kerja, aku buru-buru pulang ke rumah. Sesampainya di rumah aku buru-buru mencari istriku.

Dek, assalamualaikum. Dimana nih istri kakak.

Aku disini, kangen ya sama istri manisnya? Fira ketawa cekikikan.

Istriku begitu mempesona, malam itu Fira memakai outfit longdress berwarna hitam, longgar. Dengan handshock hitam, cadar, hijab lebar hitam yang menambah istriku mempesona. Mata indahnya membuat semua mata lelaki di rumah ini penasaran. Seperti apa wajah di balik cadarnya. Dan lebih dari itu, seperti apa tubuh dibalik outfit yang menjaga Fira dari tatapan nakal lelaki.

Sesuai tradisi keluargaku, setiap sore hari kita selalu berkumpul di ruang keluarga. Menonton tv bersama, di atas karpet yang terhampar di lantai berwarna merah.

Fira duduk sebelahan dengan ibu, yang cowok duduk bergerombol sambil ngobrol-ngobrol.

Ayah dan ibu mengobrol tentang keinginan ayah untuk poligami.

Emang ayah udah ada calon? Ibu sih terserah ayah aja sih.

Ada, ada sih.

Siapa, siapa? Ah ibu jadi penasaran.

Aduh aku juga pengen nikah. Mata Toni melirik Fira istriku.

Hush, masih kecil, belum waktunya nikah. Fokus sekolah dulu ya sayang. Celetuk ibuku.

Ah ibu, udah gede juga. Kan udah SMA. Ya gak rid?

Iya gak ya. Ridwan menggoda.

Ah kamu gak cs lagi rid. Toni kesel.

Nggak terasa malam begitu cepat, tv dimatikan dan kita siap-siap tidur. Ternyata gak terjadi apa-apa malam ini. Apakah menunggu ibu tidur, batinku.

Aku melihat ibu mengendap-endap keluar rumah, terdengar suara pintu di buka. Ah iya, itu pintu belakang rumah. Aku lihat laki-laki tua berkumis masuk pekarangan belakang kami.

Loh itu kan pak RT. Ibu dan pak RT berciuman.

Ibuku hanya berhijab simple, berbeda dengan Safira yang memang seorang akhwat.

Kalian ngapain? Ayah memergoki ibu dan pak RT.

Wah bisa perang dunia nih batinku.


Bersambung..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd