Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Darah Binal yang Kental!(wild stories)

Genre apa saja selain murni incest, yang pembaca inginkan dalam cerita ini? (Dapat memilih 2)

  • BDSM (Master dan Sex Slave)

    Votes: 105 34,5%
  • NTR (Protagonis terkhianati)

    Votes: 75 24,7%
  • Romance (Melodrama)

    Votes: 102 33,6%
  • Guro ( Pembunuhan, Mutilasi, Kanibal)

    Votes: 8 2,6%
  • Magic (Sihir, Hipnotis)

    Votes: 54 17,8%
  • Scat & Urination (Feses dan Kencing)

    Votes: 27 8,9%
  • Abstain ( terserah penulis )

    Votes: 46 15,1%
  • Lainya (sampaikan dengan replay)

    Votes: 8 2,6%

  • Total voters
    304
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
kasih link indeks di pejwan om.. biar yg mw baca gampang carinya..
 
kasih link indeks di pejwan om.. biar yg mw baca gampang carinya..
 
Wuiii mantap Ibunya makin binal bikin Rudi kentang trus. Sepertinya ibunya ngasih latihan nih biar Rudi mainnya nanti bisa lama dan puas
 
Chapter 6: Memang Demikian

(Rini)

Ini hari ke 5 semenjak adiku Rudi mendapat perlakuan spesial di rumah kami. Tepatnya hari Sabtu. Ya dia dipingit didalam kamar, kamar yang terpisah dengan kamar utama. Rumah kami memiliki 6 kamar, 3 kamar kami masing2, 2 kamar tamu dan 1 kamar utama. Kamar kami masing2 bisa dikatakan hanya formalitas. Tempat menyimpan barang2 pribadi kami, seperti pakaian dan perlengkapan sekolah dan hanya digunakan pada saat2 tertentu saja untuk kebutuhan khusus. Seperti ketika ada tamu asing menginap atau lainnya seperti sekarang. Rudi tidak diperbolehkan untuk keluar kamar pribadinya, dan juga tidak diperbolehkan untuk mengeluarkan isi dalam zakarnya. Tepatnya dipaksa tidak bisa. Aku kasihan padanya, tapi apa daya karena itu sudah keputusan orang tua kami.

Kami tidak boleh menengoknya, Aku dan Yuni, karena dikhawatirkan kami tak akan kuasa menerima rengekan pintanya ataupun perintahnya.

Adiku memang spesial, dia anak baik, penurut, manis dan penyayang terhadap kami semua. Tapi kalau dia sudah ada maunya dan tidak terkabul maka dia akan merengek, atau marah, dia bisa menjelma jadi binatang buas tak terkendali, mengamuk dan juga tidak peduli akan konsekuensinya. Bila ia mau sesuatu yang tak bisa didapatkannya maka dia akan terus memendam hasrat itu bagai sebuah dendam. Semakin lama semakin dalam keinginannya. Hanya menunggu momen untuk bom waktu itu meledak. Mengingat hal itu membuat bulu kuduku merinding. Apa yang akan terjadi ketika dia terbebas dari masa tersangkarnya. Dia memang layak dijadikan kandidat sebagai seorang pejantan tangguh yang akan memimpin kami wanita2nya kelak sebagai penerus Ayah. Itulah mengapa dia dispesialkan dalam pendidikanya.

Dia mendapatkan perawatan khusus dari ibuku. Setiap hari terhitung 5 hari yang lalu, ibu memberikan obat2an kepada dia. Saat sarapan dan saat makan malam. Obat-obatan itu ada 3 jenis, terdiri dari vitamin, perangsang hormon tetosteron dan obat penenang. Obat-obatan itu berguna untuk pelatihannya, itu kata ayahku menjelaskan situasi adiku Rudi. Vitamin untuk menjaga asupan gizinya, perangsang hormon untuk membentuk kejantanannya, sedang penenang untuk meredam sisi buas yang berdiam dalam tubuh milik adiku itu. Tak ayal ibu harus membujuknya setiap ingin diminumi obat dengan berbagai cara. Bujukan halus, kasar, maupun seksual. Ibuku paham betul cara2 yang tepat untuk membimbing anak lelaki kesayangannya itu. Ibuku wanita sedang rudi adalah pria, lebih tepatnya seorang betina dan jantan, barang tentu ketertarikan itu ada. Kadang ada sedikit perasaan cemburu dariku untuk ibuku atau untuk Rudi. Kadang, aku cemburu sebagai seorang anak akan cinta ibunya, kadang aku cemburu sebagai seorang wanita, akan cinta Rudi. Mungkin memang konyol, tak seharusnya aku memiliki rasa cemburu pada sesama anggota keluargaku, tapi itulah kenyataannya. Aku sempat berpikir, akankan Rudi mencampakanku dan lebih memilih Ibuku untuk dijadikan wanita utamanya?

Ping pong peng pong... Pong ping peng pong....

"Ya anak2, halaman 56-58 dikerjakan dirumah, hati2 di jalan..selamat siang"

Ucap perpisahan guruku, membuyarkan anganku yang lalu lalang tak perhatian.

3 tahun lagi Rudi akan seperti aku kelas 2 smp sekarang, entah seperti apa jadinya dia kelak. Sedangkan aku saat itu akan menjadi gadis belia kelas 2 sma. Saat itu, sudahkah keperawanan tempiku ini dimilikinya? Bagaimana kondisi hubungan kami? Pikiranku terus melayang sembari aku kemasi buku2 dan peralatan tulisku bersiap untuk pulang.

"Pulang bareng yuk Rin..!

Ucap teman sebangkuku, namanya Sabrina, panggilannya Ina, sahabatku.

" Ok.. Ayuk.." Jawabku..

Sabrina bertubuh sedikit lebih mungil dariku, tepatnya 10 cm lebih mungil, tetapi badannya lebih berisi dariku untuk anak seumuran kami, tentu yang kumaksud adalah urusan dada dan pantat dan juga secara umum. Warna kulitnya jawa tulen tetapi tak mengurangi kecantikannya. Rambutnya sebahu agak berombak. anaknya baik dan lembut juga perhatian, terhadapku maupun adik2ku.

Sekolah kami milik sebuah yayasan swasta dimana PAUD-SD-SMP-SMA nya berada dalam satu lokasi. Apalagi terdengar kabar kalau pihak yayasan sedang membangun untuk jenjang yang lebih tinggi juga disekitar lokasi sekolah kami.
[HIDE][/HIDE]
Jarak dari rumah kami sekitar 10 km yang lokasinya terletak di jantung kota kami. Setiap hari aku diantar ayah, dan pulangnya naik angkot.

Jam 12.20 tepat aku berjalan beriringan dengan sahabatku Ina ke arah pemberhentian angkot yang berjarak 100m dari gerbang sekolah.
[HIDE][/HIDE]
"Kamu kok akhir2 ini banyak ngelamun ya..? Cerita deh ke aku.. Sapa tahu aku bisa bantu..." Ucapnya membuka obrolan

"Gak papa kok aku cuma kasihan sama si Rudi.. In.."

"Cieeh... Yang begitu sayangnya ama adiknya.. Emang Rudi sakit apa sih kok sampe seminggu?

" Sa..Sakit.. Anu... Itu... Hemm... Sakit kepala" jawabku terbata.. Di dalam pikiranku.. Aku berpikir tentang sakit kepala Rudi dan kepala kontholnya karena libido yang tak bisa tersalurkan. Pipiku memerah.

"Emang parah ya.. Kok sampe seminggu ijinnya?"

"Enggak sih cuman sekalian rehabilitasi ama latihan.."

"Latihan? Latihan apaan..?!"

"La..latihan untuk sehat kembali... Haha.." Aduh.. Ganti topik deh kayaknya, pikirku

"Ina.., gimana kabar Ibu dan kakak kamu?

" Baik2 aja Rin.. Oh iya ya..ngomong2 tentang Mas Ari, dia nanyain kamu lho.. kok kamu gak main2 ke rumah katanya.."

Mereka 2 bersaudara, Ari handoko kakaknya berusia 15 tahun kelas 1 sma yang juga bersekolah di tempat yang sama, dan adiknya Sabrina Handoko 12 tahun, sahabat dan juga teman sebangkuku. Ibunya Aryani Handoko seorang single parent sejak Ina berusia 3 tahun. Dia menghidupi keluarganya dari sawah peninggalan suaminya, seluas 2 hektar yang pengerjaannya di serahkan kepada ayah kami dengan sistem sewa dan bagi hasil. Itulah awal mula kedekatan kami. Mas Ari memang menaruh perhatian lebih kepadaku sejak dulu.

"Ya .. Lagi belum aja In.. Kapan2 pasti mampir.." Jawabku

"Gimana kalau sekarang aja.." Lanjutnya

"Jangan deh... Aku masih mau nemenin Rudi yang belum sembuh..."

"Heemm, benar2 ya.. Kamu itu memang sayaang banget ama si Rudi.. Awas ntar dia jadi manja dan gk bisa lepas dari kamu lho.."

"Ah masak sih..? Jawabku sambil senyum2 malu, dihatiku aku mengaminkan sindiran itu. Aku ingin Rudi tak bisa lepas dariku.

"lha emang kalau Mas Ari sakit, kamu gimana.. Emang kamu gak sayang sama Mas Ari..?" Balasku menggodanya..

"Sa..sayang lah.. Ya juga sih.. Tapi Mas Ari kan sudah punya Ibu...!"

"Breemmm.. Breemmm.. Rrremm..." Suara angkot mengejan sudah mulai terdengar, kami telah sampai di pangkalan angkot.

Kamipun menaiki angkot tersebut, duduk bersebelahan. Rumah Ina satu jurusan dengan rumahku tetapi lebih dekat dari sekolah. Obrolan kami pun berlanjut tentang berbagai hal. Mulai ngrumpi tentang teman2, gosip2, pelajaran dan lainnya. Kami memang nyambung dalam pembicaraan.

"Kiri Pak.."
"Duluan ya Rin... Yakin ni gak mampir? Gak kangen ama Ibuk atau Mas Ari?"

"Nggak deh makasih.. Salam aja ya, bilang ke Mas Ari, untuk jagain sahabatku Sabrina, jangan digodain mulu.." Candaku kepadanya..

Diapun turun dan masuk ke pekarangan rumahnya. Dia melambai hangat ke arahku dan kubalas dengan senyum dan lambaianku.

Kembali anganku teringat akan adik laki2 kesayanganku Rudi. Sungguh aku rindu dengannya, 5 hari tak bertegur sapa membuat hatiku terasa hampa. Teringat olehku pemandangan mengejutkan ketika kami menemukan Ibu dan Rudi terkapar telanjang di ruang tamu. Sungguh aku kaget dan marah kepada mereka. Kenapa aku tidak diajak serta? kenapa aku tidak dibangunkan? kenapa Rudi tidak mengajaku? Kenapa Ibu mengambil dia dari pelukanku diam2? Bukankan konthol itu memang untuku? Bukankan tempik ini harus kujaga kesucianya untuk konthol itu? Apa ini, Apa itu? Ditambah lagi sekarang seolah hanya ibu yang dapat leluasa bermain cinta dengan Rudi. Dan dia menyiksa adiku tersayang dengan rayu binalnya lalu meninggalkannya meronta-ronta konak setiap pagi dan petang. Menggantung leher kenikmatannya di tepian jurang birahinya. Kalau aku jadi ibuku...

"Eh.. Kiri pak... " aduh rumahku terlewat..
Untung tidak jauh.. Aku membayar angkot itu lalu berjalan menuju rumahku.

"Aku tadi mikir sampe mana ya..?" Ujarku terlupa.. Ah sudahlah.. Aku bergegas berjalan menuju rumah.

"Tok..tok..tok.. Aku pulang.." Ketokan dan ucapan formalitas ketika aku sampai rumah..

Aku masuk ke dalam rumah.. Kutemukan adikku Yuni di ruang tamu sedang duduk bersila dilantai. Bermain-main dengan crayon serta buku gambarnya. Aku tiba di rumah jam 13:05.
[HIDE][/HIDE]
"Adeek... Ngapain dek..?"

"Gambar pemandangan Mbak... !" Ujarnya singkat lalu menggambar kembali. Aku melempar tasku ke sofa, tas berisi buku2 pelajaran dan beberapa alat kewanitaan itu. Aku pun mengambil air minum lalu duduk di sofa disebelahnya sambil mengistirahatkan tubuhku. Menemani adik manisku Yuni.

Dia memang suka menggambar, mungkin itu bakatnya. Pernah dulu di sekolah dia menggambar Ayah dan ibu yang sedang kenthu saat dia masih PAUD.. Gambar sesosok manusia bertonjolan dada sedang naik ke sosok manusia lainnya. Dia lalu membubuhkan tulisan "Ayah dan ibu" Untung saja gurunya memandang dari sudut pandang portrait dan menyangka kalau itu gambar Ayah dan Ibu yang sedang berdansa untuk mengajarkanya kepada Yuni. Padahal itu adalah gambar saat Ibu melakukan WOT dengan Ayah dari sudut pandang landscpe.
[HIDE][/HIDE]
Hihihi.. Geli rasanya mengingat momen tersebut.

"Ibu mana dek?" Sambil duduk rebahan di sofa.

"Biasa mbak.. Lagi ngelonin Mas Rud.." Jawabnya tanpa memandangku..

"Heemmf.. Haaahh.. " Aku menghela nafas sebagai pertanda lelah. Lelah dari sekolah dan lelah akan kenyataan bahwa Ibu memonopoli Rudi. 5 hari sudah dia memonopoli cintaku itu.

"Ayah mana dek..?" Tanyaku kembali mencari sosok pemimpin keluarga kami.

"Ke rumah Mbah Uti Mbak, sekalian njenguk bulik Lastri..."

"Wajarlah.." Responku..

Ayahku memiliki 2 saudara. Beliau anak pertama, Paklik Joko, 32 tahun adiknya bekerja diluar negeri, jepang tepatnya, menetap dan berkeluarga disana, sedangkan bulik Lastri, 28 tahun mengasuh anak laki2nya, adik kami yang berusia 5 tahun bernama Eko, sambil merawat nenek kami Haryani, 50 tahun. Ya Mbah Uti dan Bulik juga wanita2 ayahku. Dulu Neneku menikah muda dengan Kakek yang sudah lanjut usia. Kakek meninggal saat Bulik berusia 10 tahun. Dimulai dari saat itu beliau berusaha keras menjadi tulang punggung keluarga. Memberi nafkah lahir batin bagi anggota2 keluarganya. Keluarga besar Setiawan.

Ibu terlalu fokus ke Rudi, ayah pasti juga rindu akan hangatnya tempik2 wanita. Disamping juga melaksanakan kewajiban rutinya. Tempiku dan tempik Yuni masih tersegel dan hanya untuk Rudi kelak sehingga belum bisa dipakai olehnya. Aku hormat dan patuh kepada Ayahku yang kusayangi. Kami semua begitu, karena memang beliau layak mendapatkannya. Kalau saja tidak ada larangan untuk aku dan Yuni bertemu dengan Rudi, mungkin aku sudah mencumbui adiku itu sebagai pelepas penatku. Konthol itu kembali terbayang di benaku, membuat tempiku gatal seperti ingin digaruk.

"Sssshhh.." Desahku pertanda bahwa aku ingin dijamah seseorang... Terlalu capek aku untuk bermasturbasi atau lebih tepatnya ada keengganan diriku untuk menjamah diriku sendiri. Aku ingin orang lain mempermainkan tempiku ini.

"Dek.. Jilatin dan mainin tempik Mbak dek..mbak lagi pingin nih.." Ucapku nakal kepada gadis imut cantik itu..

Dia menoleh kepadaku dengan tatapan imut itu.. Mencoba mencerna ucapanku.

"Oke Mbak.. " dia datang menghampiri ke arah rok biru tua seragam sekolahku yang sudah kukangkangkan menyambutnya..
[HIDE][/HIDE]


(Bersambung)

[HIDE]
Klik untuk lanjutan>>>

Next
Chapter 7: Memang Sudah Waktunya (Eka)

[/HIDE]
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd