Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Conny Wanita ku pilih (sekuel Gairah Guru BK)

Lanjutan

Kami sampai ke tempat tinggal kami, rumah yang cukup mewah berlantai dua. “Selamat malam nyonya Conny dan Tuan Anton, kamarnya sudah siapkan demikian makanan,” kata perempuan 50 tahunan. “Selamat malam mbok, semua baik kan? Sekarang mbok bisa istirahat, besok bisa kerja kok,” kata Mbak Conny. Kami berjalan barang, berberapa orang yang menjemput kami membawa. “Bawa semua barang ke kamar utama, Ton kamu istirahat aja di Sofa. Aku mau beresin barang kita,” kata Mbak Conny. Aku diam mengikuti perintahnya, diam masuk dalam sebuah kamar lantai dua.Aku pergi ke dapur, membuat kopi lalu kembali duduk ke Sofa. Rumah ini cukup mewah, terlebih hanya aku dan Mbak Conny menempatinya.

Satu jam kemudian, Mbak Conny keluar dia sudah memakai daster dengan Bali dengan motif bunga dengan dua tali. “Anton sayang, makan yuk. Aku udah panasin,”ujarnya. “Iya mbak,’ kataku. Sambil makan, aku menanyakan tetang rumah ini, “Mbak ini rumah. Mbak beli atau udah lama?” kataku sambil menyendok makanan dimulutku. “Gak ton, ini rumah aku. Aku waktu kuliah tinggal disini, sampai menikah. Lalu cerai, aku pindah lalu kerja di Sekolah,” kata Mbak Conny sejenak berhenti.”Maaf mbak, saya bukan maksud mengulang kembali yang itu. Cuma rumahnya mewah aja,” kataku dengan jujur, aku berpikir pertanyaan mungkin menyakiti perasaannya.

“Gak papa, ton. Mbak juga udah lupakan semuanya, makanya mbak dukung kamu kuliah disini. Kamu berangkat buat siapin adminstrasi besok, pake motor. Mbak mau liat laporan di Kantor Besok juga,” terangnya. Aku mendengarkannya, aku senang sekali mendapatkan fasilitas ini. Padahal Mbak Conny, bisa mendapatkan pria yang lebih ganteng daripada aku. Dia malah memilihku, bahkan membiayaiku untuk kuliah. Aku sulit melepaskan diri darinya, karena sesungguhnya aku juga mencintainya. Makan sudah selesai, Mbak Conny membawa piring-pring ke dapur. Aku membantunya, aku tidak enak membiarkannya sendiri. Setelah menaruh, “Biar nanti, mbok Inem yang beresin. Ayo ton, Mbak mau tunjukin kamar,” ajaknya sambil mengengam tanganku.

Aku berpikir seperti apa kamarku nanti, wajar saja. Saat dirumah aku mesti berbagi kamar dengan adik-adiku. Mbak Conny naik ke lantai dua. Sebenarnya rumah ini cukup sedikit kamar hanya empat kamar, untuk ukuran keluarga Mbak Conny yang memiliki usaha hotel dan restarurant di Ibukota. Kami memasuki sebuah kamar dengan warna putih, “Ton, tutup pintu dan kunciya,” kata Mbak Conny mengatakan usai masuk delam kamar. “Mulai sekarang, ini kamar kita, semua baju kamu udah dilemari sama dengan baju mbak,” katanya dengan terseyum. Aku terkejut, “Kita berdua mbak?” kataku dengan kaget, aku terkejut akan tidur berdua dengan perempuan yang aku setubuhi 9 bulan ini, apakah percintaan panas berlanjut terus.

“Kenapa Ton, kamu mau kamar pribadi. Mbak pikir, akan lebih enak kita berdua, kalo gitu besok mbak siapin deh,” ujar Mbak Conny mengira aku tidak setuju. Sejujurnya aku cukup senang, bisa tidur dengan perempuan yang aku cintai namun bagimana tetangga dan mbak Ijah. “Gak papa mbak, jujur saya juga pengen. Tapi bagimana tetangga dan kaya pak RT juga mbak Ijah, kitakan gak ada hubungan keluarga dan pernikahan,” ujarku menjelaskan pendapatku. Ia kemudian menciumku, kami berciuman sesaat. “Gak perlu khawatir Ton, ini perumahaan elite yang isinya dulu pegawai kantor pusat. Tapi gak untungin, jadi buat istri pejabat mulai dua tahun lalu. Makanya semua aman, termasuk pak RT udah kami bayar semua,” kata Mbak Conny.

Mendengar cerita dari Mbak Conny cukup gila, bahwa ada perumahaan elite yang dibuat macam begini. Aku memikirkan kembali, bahwa ini bukan urusanku. Aku lebih mementingkan kuliah, dan dapat tinggal bersama dengan Mbak Conny sudah cukup membahagiakan bagiku. “Udah gak usah pikirin yang gimana-gimana. Bagimna kalo kita main aja sayang?” ujar Mbak Conny memecahkan lamunanku. Aku cukup terkejut dikagetkan, aku mendekap Mbak Conny dan memeluknya dengan cukup erat, kemudian aku menatap wajahnya. Secara naluriah, aku menciumnya.

Mbak Conny membalasnya, kami berciuman. Aku mengunci bibir atasnya dengan kedua bibirku, kemudian aku mengisapnya. Bibirnya aku sedot dengan pelan, ia melakukan hal yang sama. Akhirnya dia melumat kembali bibirku dan kali ini kubalas lumatan bibirnya dengan hisapan-hisapan kecil di bibir bawah dan atasnya. Lama kami berciuman dan terus selama 15 menit. Aku membopong Mbak Conny, dia tersenyum lalu mengalungkan tanganya keleherku. Kemudian kurebahkan Mbak Conny di kasur dan kami saling berciuman mesra, aku mendaratkan tanganku untuk menyentuh buah dadanya Conny.

Aku berpikir, selama ini aku memang mengenal Mbak Conny. Akan tetapi aku tidak tahu berapa ukuran yang kira-kira berukuran berapa ya…?30 kali,maka timbulah niatku untuk menanyakanya langsung. “Mbak, ukuran ini berapa ya?” kataku dengan sedikit malu, namun penuh nafsu dan berharap. “Lho kamu gak tau, tapi perlu kok. 29 B, sayang. Terusin main itu ya,” ujar Mbak Conny manja. Ku mencium wajah dan lehernya, kemudian membuka ikatan tali dibahu kanannya. Akibat membuka ikatan dibahu kanannya, badannya bagian atas menjadi terbuka, kesempatan yang baik. Aku membalikan tubuhnya, kini ia ada diatasku. Ia memakai BH berwarna kuning gading, sedikit terlihat. Aku membuka kembali ikatan tali dibahu kirinya, kini badan atasnya terbuka sehingga badannya terlihat dengan jelas. “Ih, Ton. Kamu makin nakal ya, mesti dihukum kamu,” ujarnya dengan nada yang sedikit manja.

Aku tidak memperdulikanya, karena melihat payudaranya membuat birahiku naik. Aku memeluknya, sambil membuka tali BH yang digunakan dengan satu tanga, salam satu menit aku berhasil melakukannya. “Mbak rengangin benar ya, aku mau lepasin BHnya,” kataku. Mbak Conny mengikuti kataku, BHnya jatuh ke dadaku. Payudara yang putih terlihat makin membuatku tidak tahan. Aku mengambil BHnya didadaku dan membuangnya, lalu kemudian mendudukannya. Aku juga duduk, Tanpa pikir panjang, kusedot saja buah dada Mbak Conny yang kanan dan yang kirinya aku pelintir-pelintir seperti mencari gelombang radio. Ria hanya mendesah, “Aaahhh… aaahhh… uuhhh…”Aku tidak menghiraukan gelagat Mbak Conny yang sepertinya benar-benar sedang bernafsu tinggi.

Dengan rakusnya kembali kulumat dada Mbak Conny yang tampak mula mengeras, perlahan-lahan ciumanku pun turun ke bawah ke perut Mbak Conny. Aku mulai mendorongnya hingga dia jatuh dikasur. Aku membuka dasternya yang digunakannya, kini aku melihat dan aku melihat celana dalam Mbak Conny dengan warna yang sama dengan BHnya. Celana Dalam Mbak Conny yang belum terbuka dan dia hanya telanjang dada. Pada bagian pinggir seperti ada motif bunga-bunga, aku pun menurunkanya kembali celana dalam milik Ria dan tampaklah kali ini Ria dalam keadaanbugil tanpa mengenakan apapun. Kini Mbak Conny siap aku setubuhi, ini menjadi kali pertama aku mentubuhinya. “Ton, setubuhilah aku. Sekarang aku siap kapapun. Gak ada yang larang kita, sekarang kita bebas,” ujar Mbak Conny dengan wajah memerah.

Ia bangkit dan mengadengku, kami berdiri. Ia mengambil bangku dari meja rias, kemudian duduk. “Sekarang, mbak mau layani kamu,” kata Mbak Conny. Ia membuka Celana Panjang Jeans yang aku gunakan. Kemudian Celana Pendek Serta Celana Dalam, Penisku sudah mulai tegang, Tanpa membuang waktu Mbak Conny segera memasukkan Penisku itu ke mulutnya yang mungil itu. batang Penisku tidak dapat sepenuhnya masuk karena terlalu besar, Ia memengang Pensiku dengan satu tangan, lalu megoyangkan kepala dan tangannya maju-mundur.

“Hhmpp.., emphh.. mpphh..”! begitulah suara Mbak Conny saat mulutnya dijejali dengan Penisku. Mbak Conny, mengulum Penisku dengan rajin, aku merasakan kenikmatan yang sangat ketika Mbak Conny melakukannya. “Ouh.. enak…oh….... aauhk..terusin…mbak.. aahkk..!” teriak-teriak mulutku terangsang hebat. Hal itu membuat Tami jadi ganas dalam mengocok-ngocok batang Penisku, mulanya pelan kemudian cepat. Perlakuan Mbak Conny mengocok-ngocok penisku sambil mengulum-ngulumnya. Membuatku senang dan kenikmatan saja, Penisku jadi tambah keras dan merah panas membengkak hebat. Dua puluh menit berlalu, otot-otot dipenisku mengencang ganas. Aku kian menjerit-jerit tidak kuat dan tidak kuasa lagi menahan spermaku yang hendak muncrat ini.

Cepat-cepat Mbak Conny membuka mulutnya lebar-lebar di depan moncong Penisku sambil terus mengocok-ngocok paling ganas dan kuat. “Creet.. croot.. creet.. srreet.. srroott.. creet..!” menyembur spermaku yang siap masuk ke mulutnya masing-masing. Namun tidak semua masuk, sebagian kutumpahkan ke wajah dan badanya. Setelah itu, Mbak Conny megelap Spemaku agar badannya ada spermaku. Ia menelan sprema, lalu pergi ke kamar mandi. Selagi dia dikamar mandi, aku membuka baju dan celanaku. Kini aku sama telanjang denganya, 15 menit mbak Conny keluar, aku memintanya berbaring diranjang, aku naik keranjang. Kemudian berhenti diposisi vaginanya. Kepalaku menuduk dan menjilati liang vaginanya sambil sesekali menusuk-nusukkan jarinya ke liang Memek nikmat itu. Seketika itu Mbak Conny kaget.

“Ehhgh.., iihh.. iih.. eggmhh..”! Mbak Conny pun merintih-rintih jadinya, badannya menggeliat-geliat akibat tusukan jari-jari serta jilatan lidah dariku pada vaginanya. “oh….oh….ah….mmmh…terusin….ton….oh…..oh…”tambah Mbak Conny,.Kembali Mbak Conny merasakan kenikmatan tumbuhnya meliak-liuk karena kemalunnya mendapat serangan dari tangan dan lidahku. Dari bibirnya pun terus terdengar suaranya merintih-tintih. Sekitar 10 menit aku menjilati, dan mempermainkan Vaginanya, Mbak Conny mengeluarkan cairan kenikmatanya. Semula cairan membahasi jari, aku mengetahuinya aku menempelkan mulutkudan meminumnya, kemudian setelah habis keluar aku menelannya. Keringatnya membahasi tubuhnya. Aku melihatnya, entah kenapa ia makin seksi dan cantik ketika kami bersetubuh. “Mbak, makin cantik,” ujarku “Makasih, Ton. Kamu juga ganteng. Ayo kita main lagi,” ujarnya ingin kembali bermain denganku.

Aku pun merubah posisi, kami berguling dan kini Mbak Conny berada dibawah ku, ku gesek-gesekkan kontolku ke vagina mbak Conny. Kakinya yang jenjang melingkar menjepit pinggulku sebagai reaksi gesekanku. Semakin kuat aku menggeseknya, semakin kuat pula jepitan. Sampai akhirnya seperti Mbak Conny membantingku ke sisi dan kami bersebelahan dan jepitannya makin kencang dan bergetar jambakannya juga semakin menjadi. “AaaaaaaaaaAAAAAAAAAAAaaahhhhhhh…….hhhhhhhhhhh ……..” desah Mbak Conny sedang orgasme. Orgasme Mbak Conny ditutup dengan tarikan nafas panjang Mbak Conny dan dilanjutkan dengan ciuman mesra ke bibirku. Mukaku merah padam, bahagia rasanya bisa memuaskan Mbak Conny. Aku mulai melancarkan aksiku, aku membuka kedua kakinya dan mengarahkan Penisku ke Vaginanya. Aku masukan Penisku dengan cepat, “JBLESS….” Penisku masuk Vaginanya, “AAAAAAaaaakkkkkhhhh….” jeritan keras Mbak Conny dan cakaran di punggungku menyertai tusukanku itu.

Aku perlahan mulai genjot, rasanya luar biasa, Mbak Conny terlihat menikmatinya. Matanya merem melek menikamti setiap hentakan dariku. Nafasnya bersuara tak beraturan dan seirama dengan sodokanku. “Mmmmmmhhhhh…… mmmmmmhhhh……mmmmmm…..” desah Mbak Conny waktu aku memulai permainan dengan tempo yang lambat. “Aw… ah…” aku tak kuasa untuk tidak menjerit kala penisnku melesak semuanya ke Vaginanya. “Uuhhh … “ keluh Mbak Conny waktu merasakan nikmat desakan batang Penisku yang hangat panas memasuki lubang kemaluanya. Sesak. Penuh. Tak ada ruang dan celah yang tersisa. Daging panas itu terus mendesak masuk.

Aku mengeluarkan Penisku, kemudian menggesek-geseknya diatas vaginanya dengan pelan dan lambat. Aku menarik pelan kemudian mendorongnya. Aku tarik kemabali dengan pelan kembali dan kembali kudorong. Begitu aku ulang-ulangi dengan frekewnsi yang makin sering dan makin cepat. Setelah itu, Aku makin cepat dan makin keras mengocok vaginanya, Mbak Conny sendiri sudah merem-melek tidak tahan. Ia merasakan nikmat yang terus-terusan mengalir dari dalam vaginanya. Payudaranya bergoncang-goncang, rambutnya pun terburai. keringatku, keringatnya mengalir dan berjatuhan di tubuh masing-masing. Mataku tertuju padanya, ia sedang menatap langit-langit kamarku dengan penuh kepuasan.

“AHh… aHHH… terus… ton… terus…” jeritnya panjang . Mbak Conny tidak bisa tidak mendesah setiap kali aku menggenjotk Vaginanya. Akibatnya suaraku membahana di seluruh kamar, sayup-sayup aku juga mendegar suara mendesah dari luar. Mungkin mereka melakukan hal yang sama, meski Malah terkadang Mbak Conny harus menggigit bibir atau jari untuk melukiskan kenikmatan kuciptakan. Aku semakin cepat memaju-mundurkan penisnku, hal ini menimbulkan sensasi nikmat yang terus menjalari tubuhku dan tubuhnya. Dengan mendesah-desah Mbak Conny membantunku menggoyang-goyangkan pantatnya. 7 menit kemudian Mbak Conny Orgasme.

Makin lama gerakanku makin cepat dan erangannya pun makin tidak karuan menahan nikmat yang luar biasa itu. Pada detik-detik mencapai puncak tubuhku mengejang hebat diiringi teriakan panjang. Cairan cintaku seperti juga keringatku mengalir dengan derasnya menimbulkan suara kecipak. “Plok…plok…Plok..” bunyi Penisku makin cepat. 3 jam kami melakukanya akhirnya ketika klimaks itu Datang. Kami berpelukan, kenikantan yang dahsyat yang kami peroleh. Aku masih terus mengoyangkan penisnya sehingga orgasmeku makin panjang, malah kini dia melenguh-lenguh lebih cepat. “Oh…… oookkhh… akuuuhh maauu… keluuuaaarr Mbak… “, ujarku berteriak kesetanan dan genjotanka makin bertambah cepat. “oh…akhirnya…m…didalamnya…” kata Mbak Conny. Dalam hitungan detik ku menembak Sprema menembak Rahimnya, setidaknya ada 6 kali tembakan. “Crot…crot…crot…crot…crot.” sebelum seluruh spermanku masuk semuanya kerahimnya. Kami menikmatinya, dia memintaku memasang selimut. Kami tidur berdua malam itu, paginya aku dan Mbak Conny bangun. Kami bangun bersamaan, dengan saling berhadapan. “Makasih mbak, tadi malam,” Kataku sambil mencium keningnya. “Udah pasti, dong. Kalo kamu pengen kasih tau ya, mbak siap. Asal jangan lagi mens aja,” katanya.

Kami lalu bangun dan mandi. Aku memakai pakaian kemejaku, karena mau mengurus kuliahku. Sedangkan Mbak Conny ke kantor. Kami sarapan bersama, lalu berangkat. Sejak saat itu, kami makin rajin berhubungan, meski kadang meski ditunda karena aku mesti menyelesaikan tugas kuliahku. Mbak Conny pun bersedia membantuku menyelesaikan tugasku. Mbak Conny begitu baik dan perhatian, karenanya meski aku memiliki teman kuliah perempuan, namun aku tidak bisa berpaling. Selain itu, Mbak Conny membebaskan aku membuang Spremaku dalam Vagina. Tiga bulan berlalu, aku memakirkan motorku kedalam bagasi. Mobil Mbak Conny terpakir. “Lho Mbak Conny gak kerja,” kataku dalam hati. Aku berniat pulang, untuk istirahat. Karena besok aku diajak liburan ke Malang oleh temanku. “Hoek…Hoek…Hoek…” suara terdengar dikamar mandi, aku kaget saat memasuki kamarku dan Mbak Conny.

Aku masuk kedalam kamar mandi, “Mbak Sakit ya…?” tanyalu khawatir pada perempuan ku cintai itu. Mbak Conny membersihkan mulutnya; “Gak kok, Mbak sehat-sehat aja,” katanya. Aku menarik tanganya. “Terus, kenapa mbak” kataku. “Aku Hamil anakmu,” ujar Mbak Conny.

Bersambung
 
Terakhir diubah:
ma'af ni suhu...
bukan aku mau menggurui...
aku juga nggak mahir buat cerita..
ini hanya masukan kecil..
Susunan katanya agak di rapihin dikit. Ya..
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Wah Jadi juga Bu eh mbak Conny melendung, namanya Conny kan bukan ria atau Tami? Btw oke ceritanya hu Lanjutkan ya..
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd