Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG CINTA RUMIT ANTARA STW, BINOR, MAMAH MUDA, JANDA DAN ABG by SUMANDONO

Status
Please reply by conversation.
Dua
MIRA



Tujuh tahun sudah Mira menikah dengan Dudi. Tak bisa dipungkiri jika kehidupan ekonominya sedikit berubah menjadi lebih baik. Dudi bagaimana pun adalah suami yang baik dan penyayang. Dia mencintai Mira sepenuh hati. Kedua anaknya juga, Shinta dan Shanti, baik dan menghormat kepada dirinya sebagai ibu tiri. Shinta dan Shanti kini berusia 18 dan 19 tahun, keduanya sudah lulus SMA tapi tidak melanjutkan kuliah karena berbagai alasan.

Selama 7 tahun menikah, Mira mengalami dua kali keguguran. Kata bidan Puskesmas, kandungannya lemah. Jika nanti dia hamil lagi, dia sebaiknya tidak melakukan pekerjaan yang berat-berat.

Ada satu hal yang selalu mengganggu Mira jika dia dan suami sedang melakukan hubungan sex, yaitu, Mira selalu teringat kepada kontol Sugandi yang besar dan gagah. Beda jauh dengan kontol suaminya yang mungil dan pendek. Setiap kali suaminya mengewe memeknya, Mira selalu membayangkan kontol Sugandi-lah yang sedang menusuk-nusuknya. Tapi itu hanya fantasi.

Ketika Bi Sutinah menikahi kakeknya Sugandi, dia selalu mendengar cerita Bibi tentang Sugandi. Bagaimana bekas pacarnya itu kuliah di Bandung dan berhasil meraih gelar akademik sebagai sarjana. Lalu bekerja di Jakarta. Bibi selalu memuji-muji Gagan. Kata Bibi, Gagan adalah pemuda yang hebat. Dia tabah ketika mendapat cobaan ayah ibunya dan adiknya meninggal karena kecelakaan. Dia juga sangat sabar saat kakeknya lumpuh terkena serangan stroke. Dia juga baik dengan memperbolehkan bibi tinggal di rumahnya dan mengurus rumah dengan tak lupa memberi uang belanja yang cukup. Pokoknya, di mata Bibi, Gagan adalah pemuda yang sempurna. Bibi berharap, Gagan akan menemukan istri yang baik dan penurut.

Setiap kali Gagan pulang dari Jakarta, dia selalu membawa oleh-oleh untuk bibi. Mira sering menggit bibir melihat Bibi mendapat HP baru atau baju baru dari Gagan. Tapi lebih dari itu, Mira sering merasa cemburu melihat kemesraan Gagan dengan Bibi. Secara diam-diam, Mira agak curiga dengan tingkah laku bibinya itu. Soalnya, Mira tahu, Bibi sudah menjanda 3 kali dan tak pernah merasa puas dengan mantan-mantan suaminya. Kecurigaan Mira akhirnya terbukti saat dia melihat Bibi tak memakai celana dalam di kamar Gagan.

“Pasti dia ingin merasakan kontol Gagan.” Pikir Mira saat dia ke luar dari kamar Gagan dan memutuskan untuk ke dapur lalu ke luar melalui jendela dapur dan menyisir dinding luar rumah untuk menemukan jendela kamar Gagan yang terbuka. Mira menduga Bibi pasti sudah merangsang Gagan sehingga mantan pacarnya itu mengusap-usap kemaluannya dari luar celananya. Tetapi sepertinya itu juga merupakan tanda bahwa Gagan ingin melakukan hubungan sex dengan dirinya, sesuatu yang sebenarnya sangat diidam-idamkan oleh Mira setelah menikah dengan Dudi. Ya, Mira memang mengidamkan kontol lain selain kontol suaminya untuk menembus liang memeknya dan menggalinya dengan dalam

“Inilah saatnya aku merasakan dia.” Kata Mira dalam hatinya. Saat tiba di dekat jendela, dia berbisik kepada Gagan yang akan membuang puntung rokok, meminta agar dia menyuruh Bibi pergi dan menutupkan pintu. Mira merasa sangat senang ketika Gagan meresponnya seperti yang dia harapkan.

Kini Mira tengah melihat Gagan menutup pintu kamarnya. Dia memanjat dinding setinggi duduk jendela dan masuk ke dalam kamar. Jantungnya berdebar saat Gagan membalikkan tubuhnya dan tersenyum.
“Hai.” Katanya. “Aku kangen.”

Mira terdiam. Mengatur debur jantungnya yang bergemuruh. Gagan mendekatinya, menatap matanya dengan tatapan lembut. Mira tahu, dia telah melakukan suatu kesalahan saat membiarkan Gagan menutup jendela dan menarik tirainya. Lalu kembali kepadanya dan menggenggam tangannya. Dia tahu, dia kini telah menghianati suaminya. Tapi dia merasa tidak berdaya karena sangat menginginkan kontol Gagan.
“Kamu masih cantik seperti dulu.”
“Aku sudah tua.”
“Sejak dulu aku ingin berduaan seperti ini. Di dalam kamar. Tak ada orang yang mengganggu.”
“Tapi aku sudah bersuami, Gan. Aku milik orang.”
“Aku tak ingin memilikimu, Mir, aku hanya ingin menyayangimu dengan sederhana.”

Mira terdiam saat Gagan mengangkat dagunya dan mencium bibirnya. Melumatnya dengan lembut dan penuh perasaan. Seketika Mira merasakan sensasi aneh yang sangat nikmat, jauh lebih nikmat saat dia dicium oleh suaminya. Apalagi ketika Gagan mengusap lembut belahan memeknya, dia langsung meleleh. Tanpa sadar Mira segera mengelus kontol Gagan dari luar celananya dan merasakan batangnya yang keras dan besar.

“Ah, beda jauh dengan kontol Dudi suamiku.” Bisik Mira dalam hatinya. Diam-diam dia tidak sabar ingin menelanjangi Gagan dan melihat kontolnya yang besar menegang. Dia ingin cepat-cepat merasakan batang tumpul itu menembus liang memeknya dan mengaduk-aduknya dengan ganas.

“Kamu masih ingat kejadian kita di warung dulu?” tanya Gagan setelah melepaskan bibirnya dari bibir Mira.
“Aku ingat.”
“Waktu itu aku berpikir bahwa suatu saat kau akan menjadi istriku.” Gagan berkata sambil menarik kaos gombor yang dikenakan Mira, meloloskannya melewati kepalanya. Kemudian tangan Gagan yang terampil melepaskan BH mamah muda yang belum punya anak itu dengan pelahan-lahan. Seluruh pori-pori Mira merinding. Kedua putting susunya mengeras. Walau Mira tidak memiliki payudara sebesar pepaya tapi dia memiliki bentuk mangga gedong yang antik. Saat jari jemari Gagan meraup kedua buah payudaranya, meremasnya dengan lembut sambil mengecup keningnya, mendadak saja Mira sadar jika ujung memeknya telah basah oleh tetesan cairan lendir kenikmatan yang tak tersadari. Tetesan itu merambat ke area lunas antara ujung memek dan anus. Membuat Mira merasa gatal dan ingin melepaskan celananya.
“Maafkan aku Gan, aku menikahi Dudi demi kepentingan keluarga.”
“Aku bisa mengerti, Mir. Kamu gadis baik.”
“Apakah kamu sakit hati?” tanya Mira sambil mendongak, menatap sepasang mata Gagan yang coklat terang.
“Sedikit.” Jawab Gagan sambil tersenyum, “dulu, di warung itu aku hanya ingin menempelkan kontolku ini ke memek kamu, aku takkan mencecabkannya… tapi kamu waktu itu takut hamil. Sekarang apakah kamu masih takut hamil?”
“Tidak, Gan.” Jawa Mira sambil meraih pinggiran celana pendek batik Gagan dan mendorongnya ke bawah bersama dengan celana dalamnya hingga ke pertengahan paha. Mira tidak sabar ingin melihatnya. Sebatang daging keras sebesar pisang ambon muncul sambil mengedipkan mulutnya yang terkatup. Mira mempermainkan batang kontol Gagan dengan kedua tangannya dengan lembut. “Ah, akhirnya, aku bisa mengelus batang kontol ini.” Kata Mira dalam hatinya. Lalu dia berkata, “kontol kamu gede.” Kata Mira dengan bibir tersenyum. Senyumnya itu sama seperti bibir-bibir memeknya yang juga ikut tersenyum. “Entah bagaimana rasanya jika kontol ini mengewe aku.” Kata Mira dalam hatinya. “Apakah akan…”

Tak sempat meneruskan jalan pikirannya, mendadak Gagan mendorongnya hingga terduduk di bibir ranjang. Gagan kemudian membungkuk untuk melepaskan celana pendek dan celana dalamnya sendiri, kemudian dia menarik celana pendek dan celana dalam Mira hingga terlepas melalui kakinya.
“Gan…” Mira mendongak menatap Gagan, kedua telapak tangan Mira hinggap di pinggang pemuda itu yang kuat.
“Ya? Apa?”
“Bolehkah aku mengisap kontol kamu?”
“Tentu saja.” Kata Gagan dengan senyum, “aku tadinya ingin memintamu melakukannya.”
“Tapi setelah itu gantian.”
“Gantian apa?”
“Kamu jilatin aku ya.”
“Oke.” Jawab Gagan sambil menyorongkan kontolnya ke mulut Mira. Tetapi Mira tidak langsung membuka mulutnya, dia malah menatap batang kontol yang gagah itu dengan mata tak berkesip.
“Kepalanya besar dan gagah.” Kata Mira dalam hatinya, “biar kuciumi dan kuemut dulu kepala botaknya yang gundul dan halus ini.”

Saat Mira pertama kali mengemut kepala kontol Gagan, aneh sekali dia merasa sangat enak. Sangat jauh dengan kontol suaminya yang bau dan memuakkan. Rasa kontol Gagan begitu kenyal, keras dan gurih. Seandainya ada abon cabe, mungkin Mira sedang merasa sedang mengunyah seblak tulang ayam, bukan sedang mengemut kontol.

“Agkhhh…” Gagan mengerang saat Mira mencucup-cucup kepala kontolnya dengan bibir-bibirnya yang dikatupkan dan dengan lidah menari-nari di bagian dalam mulut di mana kepala kontol yang botaknya yang mirip helm Jerman itu berada. Sepuluh jari jemari Gagan kini hinggap dikepalanya dan meremas-remas kulit kepalanya dengan cara yang tepat dan aneh. Tadi ketika Mira berada di dapur, dia sedikit merasa sakit kepala. Dan masih merasa sakit kepala saat berada di kamar Gagan. Namun remasan-remasan itu entah bagaimana bisa menghilangkan rasa sakit kepalanya.

Saat lidahnya menutul-nutul mulut kontol Gagan, Mira sedikit terkejut merasakan cairan precum yang manis sedikit asin. Dia terkejut karena menyukainya.
“Aku takkan bisa dihentikan untuk terus mengemut kontol ini.” Kata Mira dalam hatinya sambil tangannya secara reflek melingkar di pantat Gagan yang kokoh dan kenyal. Telapak tangannya meremas pantat itu dan dengan sekali sentak, Mira berhasil menekan batang kontol itu masuk seluruhnya ke dalam mulutnya.

“Miraaaa…” Gagan mengerang.

Kepala kontol itu cukup besar untuk masuk ke tenggorakannya dan Mira hampir saja tersedak jika tidak segera menarik kepalanya menjauh. Namun mulutnya yang terkatup itu segera menahan laju gerakan batang kontol Gagan yang bergerak mundur sehingga seakan-akan batang kontol itu ditahan oleh jepitan bibir-bibir mulut Mira.

Gagan mengerang sekali lagi sambil mencengkram kepala Mira yang berrambut hitam lebat.

Mira sedikit banyak merasa heran juga. Biasanya, suaminya Dudi bila diperlakukan seperti itu dia akan mengecrot di dalam mulut Mira. Lututnya akan lunglai dan tubuhnya akan tumbang. Dia akan terkapar sambil memuji-muji Mira. Namun ewean akan berhenti di situ karena Dudi akan langsung ngorok setelah ngecrot.

Tapi Gagan tidak. Dia hanya meringis-ringis keenakan saat Mira mengocok kontolnya dengan mulut. Itu berlangsung hampir sepuluh menit. Andai Gagan tidak menahan kepala Mira, mungkin Mira akan melakukannya semalaman atau hingga kontol Gagan ngecrot. Terpikir oleh Mira untuk menelan bagaimana rasa sperma Gagan. Tapi pikiran itu tertunda sebab Gagan melepaskan diri dan membungkuk. Tangannya mendorong Mira hingga rebah dan Mira secara otomatis membuka pahanya lebar-lebar.

Gagan tersenyum. Di depan matanya kini terpampang jenis memek berapem tembem. Bentuknya seperti huruf V yang di tengah-tengahnya menggurat secara melengkung, yang merupakan pertemuan dua bilah daging tebal yang gemuk, yang berhias rumbe-rumbe bulu jembut yang jarang berwarna hitam. Cukup kontras dengan kulitnya yang kuning langsat seperti daging buah nanas yang masih muda.

“Ini adalah salah satu jenis memek lokal yang aku sukai.” Berkata Gagan dalam hatinya sambil menjulurkan lidahnya yang panjang bagai lidah ular. Ujung lidahnya menyisir sepanjang belahan memek Mira yang mulai merekah. “Sayang baunya kurang wangi.” Kata Gagan dalam hatinya lagi.

Dulu, waktu masih remaja, dia pernah melihat memek Mira. Gagan ingat, dia mencium bau lembabnya yang segar dan enak. Tapi sekarang beda. Bagaimana pun, waktu telah mengubah segalanya. Tujuh tahun bukan waktu yang pendek untuk merubah memek tembem yang yang segar menjadi kue apem yang agak masam.

“Tapi setidaknya liangnya masih cukup sempit.” Berkata demikian Gagan membeliakkan bibir-bibir luar memek Mira. Kelentitnya yang tersembunyi kini mengintip dan bibir-bibir memek bagian dalamnya terkuak.

Lidahnya menyusuri bibir-bibir memek bagian dalam lalu mempermainkan klitorisnya hingga berdenyar.

Mira mendesis-desis karena sensasi nikmat yang ditimbulkan oleh jilatan lidah Gagan yang terampil. Dia menggelinjang-gelinjang dan kedua tangannya mulai menjambaki rambut Gagan yang semakin gondrong karena sudah hampir 6 bulan tidak dipangkas.

Gagan ingin memasukkan jari tengahnya ke liang memek Mira dan mengocoknya, tapi dia berubah pikiran saat Mira merintih memintanya untuk dicuki dengan kontol.
“Gan… sekarang… masukin.” Pintanya dengan lirih.

Gagan pun menjauhkan mukanya dari memek Mira yang tersengal-sengal minta ditusuk. Dia menatap sejenak liang memek yang mulai merekah itu untuk beberapa saat. Kemudian dia menempelkan ujung kepala kontolnya dan bermain perosotan di sepanjang jalur belahan yang kini mulai dibanjiri cairan lendir kenikmatan Mira. Gagan menggeser-geserkan kepala kontolnya di sepanjang celah itu untuk merasakan denyutan nikmat yang dirasakan Mira. Lalu kelentitnya yang mulai menongol, dipukul-pukulnya dengan kepala kontolnya sampai kelentit itu memuncratkan sebuah cipratan cairan kenikmatan.

Mira melenguh seperti kerbau yang akan disembelih. Wajahnya menjadi merah padam dan kedua bukit kembar di dadanya semakin mengeras.

“Gan… masukin.” Mira memohon dengan sangat memelas. Tetapi Gagan seakan tidak mempedulikan. Dia terus bermain-main dengan belahan yang merekah itu hingga akhirnya dia bisa melihat bagaimana kelentit Mira benar-benar tegang dan ngaceng. Dengan beberapa kali sundulan menggunakan kepala kontolnya yang sangat hobi menyeruduk akhirnya Gagan berhasil juga membuat kelentit Mira menyemburkan orgasme dengan cara menanduk kelentit yang tegang itu dengan kepala kontolnya. Lalu menekannya.

Crit! crit! Crit!

“Aaakkhhhhghghhhh…. “ Mira mengerang keras. Pantatnya terangkat 3 cm dari atas ranjang, mencoba melakukan tekanan yang lebih keras lagi ke kepala kontol Gagan. Dia menginginkan lebih. Namun itu sudah merupakan puncaknya. Salah satu G-spot-nya telah meledak. Seumur hidupnya yang sudah mencapai 1/4 abad, baru sekarang dia merasakan sensasi ngecrot seperti itu. Padahal itu baru permulaan. Ya, Gagan hanya mengoles-oles belahan memeknya dengan kontolnya tapi nikmat sungguh selangit. Mira merasakan pengecrotannya yang seakan-akan membebaskan seluruh beban dan rasa pusing yang menggelantung di dalam kepalanya selama ini.

Mira bertanya-tanya dalam hati, bagaimana Gagan bisa sepintar itu dalam memuaskan dirinya. Koq bisa. Ah, Seandainya Mira tahu dari dulu, tentu sampai mati pun dia takkan mau berpisah dengan Gagan.

Perasaan rileks yang sangat nikmat pelahan-lahan merayapi seluruh tubuh Mira. Liang memeknya kini merekah, menunggu aksi Gagan berikutnya. Dia menatap Gagan dengan mata sayu saat lelaki itu tersenyum sambil menunduk, menodongkan kepala kontolnya ke arah liang yang menganga.

Clep! Gagan menusuk liang memek Mira dengan kegembiraan yang meluap. Sudah lama sekali dia ingin merasakan memek mantan pacarnya ini, tapi baru kali ini kesempatan itu datang.

“Agkh!” Mira mengeluh nikmat saat kepala kontol itu masuk dan membelah bibir-bibir memeknya yang tebal berjembut jarang. Dia menekan sikutnya ke kasur lalu bangkit setengah duduk. Kepalanya melongok ke arah sebatang kontol yang kepalanya masuk menancap dalam liang memeknya.
“Kenapa?” tanya Gagan melihat reaksi Mira.
“Aku pingin lihat…” katanya sambil tangannya meraih pergelangan tangan Gagan dan menggenggamnya. Lalu dengan sedikit tarikan, dalam keadaan kaki mengangkang, Mira mencondongkan punggungnya ke depan untuk melihat dengan jelas bagaimana liang memeknya menelan kepala kontol Gagan.
“Dorong dikit.” Pinta Mira. Gagan pun mendorong kontolnya hingga batang ikut masuk.
“Aghhh… Gagan… enaak banget….” Mira berkata dengan nada sedikit gemetar. Soalnya dorongan batang kontol itu telah membuat dinding di dalam liang memeknya tergesek, yang menimbulkan kenikmatan luar biasa.
“Lagi.” Kali ini Mira berkata dengan sedikit tersengal, “sampai pollll...”

Gagan memenuhi permintaan Mira. Dia mencecabkan seluruh batang kontol hingga pubisnya dengan pubis Mira bersentuhan.

“Gagan… tahan dulu… tekan… terusss… yang dalam….” Mira berkata dengan tersengal. Mendadak kedua tangannya mencekal pergelangan tangan Gagan dengan sangat keras. Sedetik kemudian dia mengejan sangat keras.

“Euuugggkkkhhhhh!!!”

Tahu-tahu dari sela-sela liang memek yang tersumbat batang kontol muncrat sebuah cairan berwarna putih seperti susu.
“Ougkh… Gagan… aku muncrat lagi….”
“Genjot jangan?”
“Tunggu sebentar…. Eugkh! Eugkh!”
“Enak Mir?”

Orang yang ditanya malah memejamkan mata dengan dada tersengal-sengal.

“Hm, kalau kugenjot tanpa henti selama lima menit, dia pasti akan kelojotan seperti orang terkena penyakit ayan… he he he… memeknya legit juga… lebih legit dari memek Bibi…” Gagan berkata dalam hatinya.

Pada saat Gagan akan melakukan penyerbuan penggenjotan yang liar dan brutal, mendadak saja pintu diketuk dari luar.

Tok! Tok! Tok!

“Gagan, ini bibi. Ada Kang Dudi sama Bu Kades mau ketemu. Katanya penting.” terdengar suara Bibi dari luar.

“Buang…. Saaatttttt!!!!” maki Gagan dalam hatinya. Sementara itu, Mira malah membelalakkan matanya dengan penuh kekagetan.
“Apa? Kang Dudi…”

Seketika Mira melepaskan cekalan tangannya dari memegang pergelangan tangan Gagan. Dia menarik mundur pantatnya hingga kontol Gagan terlepas dari caplokan memeknya.

Plop! Batang kontol terpental dari liang memek dalam keadaan masih sangat tegang.


“Gan, ada kang Dudi… aku harus cepat pergi.” Berkata demikian Mira dengan sangat gesit mengenakan BH, celana pendek dan kaosnya. Tidak sampai satu menit, dia melangkah rusuh ke jendela, membuka tirainya dan mendorong daun jendela. Sebelum dia meloncat ke luar, kepalanya menoleh ke arah Gagan yang wajahnya tampak merana.

“Kapan-kapan kita terusin lagi.”

Gagan tidak menjawab. Dia menarik nafas dalam-dalam. Dia kemudian melihat jam dinding, pukul 10.15 menit.
“Sial! Dua kali kentang aku!” katanya sambil mengenakan pakaiannya.


(bersambung)​
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd