Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Cinta atau Nafsu? (Paman dan Keponakan)

Bimabet
PART V (End)
Metamorfosa Mila II - Hari Bahagia Adimas

Genre : Young & Old, Tied Up, Big Boobs, Drama

...

Mila masih termenung memandang keluar jendela kamar apartemennya, apa yang dikatakan Jessica tadi pagi menghantui pikirannya seharian ini.

Sakit hati yang ia rasakan, serta kegilaan yang terjadi malam itu membuat Mila tidak bisa berfikir jernih. Dirinya tentu tidak ingin salah mengambil langkah.

Ditariknya nafas panjang dan dihembuskannya dengan berat. Air mata mengalir dipipinya.

______________

(Pagi hari itu)

Mila's POV

Kepalaku terasa berat, hawa dingin membangunkanku karena tubuhku yang hanya dibalut dengan lingerie transparan. Ingatan malam kemarin membuat hatiku berpacu cepat. Segera kuambil kimonoku dan menggunakan pakaian lengkap, aku harus pergi dari sini.

Kulihat Om Dimas masih tertidur lelap dalam pelukan Jessica tanpa busana. Hatiku sakit. Meskipun malam tadi kami bertiga melakukan... argh, kepalaku sakit memikirkannya. Meski dalam hati aku tidak bisa berbohong bahwa pengalaman itu, sangat luar biasa.

Saat aku bergerak menuruni kasur, hendak pergi saat itu juga, terdengar suara Jessica memanggil namaku.

"Udah mau pulang Mila?"

Aku hanya diam, mengangguk, bahkan tidak berani menatap matanya.

Jessica berdiri dan mengajakku ke ruang depan, memberiku secangkir kopi hangat.

"Do you love him?"

Aku tersentak, Jessica menatapku dengan tenang, Ia bertanya apakah aku mencintai tunangannya dengan setenang itu. Lagi-lagi aku hanya bisa mengangguk.

"Aku nggak nyalahin kamu Mila. Aku tau Dimas memang sesayang itu sama kamu sejak kamu kecil." Jessica menatapku, tatapannya masih tenang, Ia menyeruput kopinya.

"He's a nice guy. Hidupnya sejak kecil, nggak mudah kan?" Lanjut Jessica, aku mendengarkan dengan seksama.

"Aku yakin kalian juga tau kalau kalian gak bisa sama-sama.", hatiku terasa ditusuk, kenyataan pahit ini lebih pahit dari kopi ditanganku. Aku hanya diam menyetujui pernyataan itu.

"Hubungan Dimas dengan kakaknya mungkin akan langsung hancur kalau mereka tau apa yang Dimas lakuin... mama kamu, satu-satunya keluarga kandung yang Dimas punya bukan?"

Cangkir ditanganku serasa bergetar, kutahan nafasku agar air mataku tidak membuncah saat itu juga. Kalimat Jessica yang sedari tadi berupa fakta terasa menggali lubang didalam hatiku.

"Come with us Mil", Aku terdiam, menatap Jessica bingung. "Kemana?" Kutanya dengan suara yang hampir tidak terdengar

"Aussie. Setelah menikah, aku akan ajak Dimas kerja di Aussie, dia udah setuju" Jessica mengangkat alisnya, mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal semudah itu karena aku sama sekali tidak tau rencana ini sebelumnya. Jessica terlihat memahami kebingunganku.

"Kalau kamu ikut, kamu bisa bilang mau sekolah di Aussie ke keluarga kamu. Disitu...kita bertiga bisa ngejalanin poliamori*"
*love relationship lebih dari dua orang

Nafasku terasa tercekat. Jessica memberiku pilihan, namun...tentu saja aku tidak bisa... aku tidak mau seperti ini. Bukan ini hubungan yang aku harapkan dengan Om Dimas. Tiba-tiba kilasan memori saat Om Dimas masih tinggal dirumahku, kebersamaan kami, muncul di otakku. Aku tidak ingin kehilangannya...

"Kalau kamu gak bisa... aku minta kamu jangan berhubungan dengan Dimas seperti ini lagi." Jessica tegas. Nada ucapannya berbeda dengan sebelumnya. "Demi Dimas"

Skakmat.

__________________________

- Di kampus Mila

Sudah dua hari sejak kejadian itu, aku masih terasa linglung dan lemas. Sakit hati didalam dadaku serta kepalaku membuatku tidak semangat untuk melakukan apapun. Aku ingin menangisi, meneriakkan kegalauanku namun tidak ada satupun orang yang mungkin bisa aku ceritakan tentang ini. Rasanya aku bisa gila.

Tepukan orang dibahuku mengagetkanku. Itu Arland. Teman kuliahku.

"Mil? Sorry kalau ngagetin.. hehe, gue cuma mau ngasih tau kalau yang lain udah terlanjur pada ngumpulin tugas Pak Richard, kemarin gue cek punya lo gaada"

Ah, sial... karena perkara ini aku sampai lupa mengumpulkan tugasku yang cukup penting. Kalau tidak mengumpulkan itu bisa-bisa IPK-ku jatuh semester ini.

"Mila?", lagi-lagi suara Arland mengagetkanku. "Kayanya lo lagi ga fokus ya?, tadi gue bilang, coba lo kumpulin langsung aja ke Pak Richard, mungkin dia masih mau terima.."

"Ah, iya, oke, makasih ya. Nanti gue kumpulin langsung ke Pak Richard. Gue duluan ya?" Ucapku sambil lalu. Meninggalkan Arland yang kebingungan melihat tingkahku.

_______________________________

Dokter Richard adalah dosen kuliah kami, dia dia sebenarnya orang bule inggris, tapi setahuku dia sudah lama menetap di Indonesia, menjadi dokter senior di salah satu rumah sakit tempat kami praktek. Setahuku statusnya duda karena bercerai dengan istrinya yang juga seorang dokter, jangan tanya aku kenapa bisa tau, gosip tentang Dokter Richard memang sudah jadi rahasia umum khususnya di kalangan mahasiswi yang menganggap beliau sebagai duda keren. Aku setuju sih, paras dan tubuhnya memang, walaupun sudah tua, tapi tetap tampan dan terlihat bugar, namun yang hebat menurutku adalah sifat hangatnya setiap mengajar, sama sekali tidak menunjukan dirinya sebagai dokter senior, ia cenderung membuat mahasiswanya nyaman mendengar kuliahnya.

Aku melihat Dokter Richard sedang duduk di sofa restoran tempat dia menyuruhku datang mengumpulkan tugas. Dia hanya sendiri, dimejanya terlihat sepiring salad dan sebotol minuman. Sempat ragu dan takut untuk menghampirinya, namun beliau terlanjur melihat ke arahku. Aku pun menghampirinya.

"Permisi Pak Richard, Saya Mila jurusan kedokteran angkatan 2020, Saya izin mengumpulkan tugas yang kemarin.., maaf Saya terlambat"

"Eh, iya iya.. Mila ya, duduk dulu Mila. Kamu kenapa gak kumpul bareng yang lain?"

"Eh, itu Pak... Saya kurang enak badan kemarin.. jadi Saya langsung pulang"

"Loh kamu lagi sakit?, kalau gitu kenapa kamu paksain kesini, nanti kalau pingsan gawat dong!" Ujar Pak Richard dengan mimik yang serius, aku sontak tertawa pelan

"Nah, Mila, kamu udah makan belum?, makan dulu aja, biar gak sakit" Ujar Dokter Richard, wajahnya masih serius

"Eh, belum Pak.. tapi gapapa Pak, Saya makan dirumah aja"

"Gakpapa, pesan aja, sekalian Saya koreksi tugas kamu sekarang, habis Saya makan. Kamu makan juga ya. Waiters!" Dokter Richard memanggil pelayan dan menyuruhku memesan makanan. Karena tidak enak akupun memesan caesar salad, aku pun baru ingat belum makan dari kemarin sore.

Dokter Richard memesankan kami buah sembari mengoreksi tugasku, tak kusangka dokter Richard perhatian sekali. "Mila, kamu kok Saya lihat jarang kumpul dengan teman-teman ya?" Ujar Dokter Richard sambil mengoreksi tugasku

"Em..Saya lebih suka belajar dirumah Pak.."

Dokter Richard berhenti mengoreksi tugasku, beliau menghadapku dan mengerutkan dahinya. "Gaada masalah dengan teman-teman yang lain kan Mila?"

"Nggak Pak..", Aku menjawab dengan lesu, seharusnya aku sedikit lebih meyakinkan dia tapi entah mengapa aku merasa sangat lelah dan ingin mengeluhkan perasaanku

"Kalau ada apa-apa, kamu boleh cerita ke Saya"

Aku hanya tersenyum. Beliau menutup tugasku, memberinya nilai A- disitu.

"Good job Mila, karena kamu telat Saya harus tetap beri minus. Sekarang mari kita makan dulu"

Aku tersenyum, "Terima kasih Pak Richard", pembawaannya yang ramah dan santai membuatku tidak merasa canggung lagi untuk mengobrol dengannya, kami membicarakan banyak hal, kebanyakan mengenai kedokteran.

"Mantan istri Saya adalah spesialis anak. Sama seperti cita-cita kamu Mila" Dokter Richard terdiam sesaat, kulihat ada semburat kesedihan dalam wajahnya, kemudian dia mengambil botol miras diatas meja dan menuangkannya ke gelas kaca.

Dokter Richard menoleh ke arahku, "Mau Mila? japanese whisky". Entah mengapa aku hanya terdiam dan tersenyum sampai Dokter Richard menganggap itu adalah 'iya', ia menuangkan segelas whisky, padahal sejujurnya aku belum pernah minum miras seumur hidupku, ini pertama kali aku memegangnya.

Kuminum whisky itu karena tidak ingin menolak tawaran Pak Richard yang sudah baik menerima tugasku. Rasanya cukup aneh dimulutku, rasanya berubah-ubah setiap aku mengecap. Hangat terasa menjalar di tubuhku.

Tak sadar kamipun terus bercerita tentang banyak hal, bahkan Dokter Richard bercerita tentang perceraiannya dengan istrinya. Bagaimana Ia bisa pindah ke Indonesia, Ia yang kehilangan hak asuh anak gadisnya yang masih kecil. Aku merasa empati kepada Dokter Richard, tak terasa akupun juga menceritakan kisahku dan kegelisahanku akhir-akhir ini. Bagaimana aku dikucilkan dan sering dilecehkan saat masih sekolah, serta hatiku yang sedang galau karena....kubilang pacarku berselingkuh dengan wanita lain (yah, meskipun kenyataannya aku lah selingkuhan itu). Aku merasa sangat nyaman bercerita dengan Dokter Richard, aneh, baru kali ini aku merasa nyaman dengan lelaki yang bukan keluargaku. Semakin lama duduk kami semakin mendekat. Dokter Richard merangkulkan tangannya dipundakku, aku merasa nyaman, aku hanya berfikir Ia juga nyaman dengan suasana ini dan menganggapku teman bercerita.

Aku bersender pada dada duda 59 tahun yang bidang ini, kurasakan tangannya bahkan masih berotot, kuhirup wangi parfumnya yang maskulin, aku merasa sangat nyaman. Kami terus bercerita, aku merasa sudah mabuk, namun aku masih merasa nyambung dengan obrolan kami. Kurasakan tangan besar Dokter Richard mengelus-elus lenganku, seperti bapak yang menghangatkan badan anaknya yang kedinginan, aku merasa semakin nyaman, kurapatkan pelukanku pada pinggang Dokter Richard, sepertinya aku lupa bahwa dia adalah dosenku, payudaraku penempel didadanya, aku sudah tidak perduli. Aku lupa obrolan selanjutnya, namun tiba-tiba Dokter Richard mengadahkan daguku, dan memanggut bibirku lembut. "Mmmh...", nikmat sekali, rasa whisky yang manis, pahit itu bercampur dikedua lidah kami yang berpanggutan, saling menjilat, aku telah kehilangan kontrol diriku, kusedot bibir dokter richard dan kumainkan lidahku dimulutnya, Dokter Richard menyedot-nyedot lidahku, permainan lidah kami dengan cepat meningkatkan libido kami hingga kepuncak.

Kemudian Dokter Richard menghentikan ciuman kami dan mengajakku keluar dari restoran, kami menaiki lift yang membawa kami ke apartemennya. Dokter Richard menciumku dengan lembut dan dalam didepan pintu kamarnya, Ia ciumi leherku, bagian terlemahku. Aku merasa dipuncak kenikmatan. Serta aku merasa sangat nyaman diciumi seperti ini oleh orang tua yang kukagumi. Dokter Richard membuka kamarnya, kemudian kami melanjutkan ciuman kami yang memanas di kasurnya.

Dokter Richard mengulum bibir bawahku, bibir atas, kami saling mencium, Dokter Richard sangat pandai membuatku nyaman dan terbawa suasana, tangannya mengelus-elus punggungku sambil meremas-remasnya pelan, kemudian turun kepahaku, ke leherku, semua ia lakukan perlahan hingga nafsuku sudah ingin meledak, tanpa mabuk pun aku rasa aku akan menggila.

Tangannya kini mulai merambah ke payudaraku, sangat nikmat aku rasakan remasannya dikedua payudaraku. Aku telentang dikasurnya, Dokter Richard menatapku dari atas sambil meremas-remas kedua payudaraku. "Oooh.. ohh.." "Aaah..mmhh...yeah.." Desahan kami saling bersautan, Dokter Richard memeluk dan menciumku dikasur sambil terus meremas-remas payudaraku, dibukanya kancing kemejaku, lalu kubantu membuka kaitan bra ku karena aku sudah tidak tahan.
Dokter Richard terlihat tertegun kagum melihat payudaraku, sedetik kemudian ia seperti kalap dan melahap payudaraku dengan rakus, wibawa dan ketenangannya tiba-tiba hilang, "Ouuh...yes..." aku merasa sangat nikmat saat dia mengulum pentil payudaraku dan memainkan lidahnya. Dokter Richard membenamkan wajahnya didalam payudaraku, dikenyoti payudaraku seperti anak bayi yang menetek.

Kemudian tanganku menemukan satu benda yang keras dan besar dibalik celananya, vaginaku seolah mengilu geli yang enak membayangkan benda besar itu. Kubuka kaos polo yang Dokter Richard gunakan, kemudian kujilati bagian selangkangannya yang gemuk itu, padahal belum dibuka celananya. Alkohol membuatku bertingkah semakin liar dan binal, seperti seorang pelacur yang gila penis aku jilati penis Dokter Richard dari luar celana hingga kulucuti satu persatu celananya. Saat aku menarik celana dalam dokter richard, tiba-tiba sebuah penis besar yang putih dengan kepala pink dan batang gemuk berurat mencuat lurus, bahkan lebih besar dari punya Om Dimas, aku merasa menggila dan haus, kujilati dan kusedot penis Dokter Richard seolah benda itu dapat mengeluarkan minuman, "Slurp...Aahh...emmhh.." Aku menatap Dokter Richard yang menatapku nafsu sambil mengelus-elus rambutku, kutatap ia dengan tatapan nakal menggoda. Kujilat perlahan penisnya dari buah zakar hingga kepala penisnya, kuputar-putar dan kumainkan lidahku disana.

"Ooouhh...nice Mila...good girl..", kemudian tangan Dokter Richard yang besar mengangkat badanku naik ke atasnya dan kami kini pada posisi 69, kuludahi penis Dokter Richard dan kukocok sambil kukulum kepala penisnya yang besar, "Aaaahhhhhh..." Aku mendesah nikmat saat lidah Dokter Richard yang lincah menjilati vaginaku dan menyedot-nyedotnya, klitorisku yang sangat sensitif ditekan dan dikocoknya dengan cepat kemudian ia jilati lagi. Aku sudah tidak tahan. Kucium bibir Dokter Richard, kemudian kuberikan kode meminta izin untuk memasukkan penisnya kedalam vaginaku dengan posisi aku di atas, dokter richard mengangguk, kumasukan penis besar itu kedalam vaginaku, setiap cm yang masuk kedalam memekku terasa sangat enak, sengaja perlahan kumasukan untuk merasakan kenikmatannya pelan-pelan. "Ooh...ahhh...engghh" aku terasa seperti melayang, kemudian tiba-tiba Dokter Richard menghentakkan penisnya masuk kedalam liang vaginaku, "Ooohhhh ahhh Pak Richard..ahhh..owhh" aku meracau manja, kuikuti irama pompaannya didalam vaginaku, "Ahh..call me daddy Mila" tak kusangka tiba-tiba Pak Richard menampar payudaraku hingga membuatnya memerah, namun aku tidak keberatan karena rasanya memberikan kenikmatan tersendiri. Penis besar ini menggesek-gesek dinding vaginaku dengan kasar, urat-urat tebal dipenisnya menggesek-gesek memekku dengan sungguh nikmat. Aku terus bergerak naik turun diatas penis Dokter Richard, "Oooh, ooh...ahh...ahh...yesh dady...ohhh...aaah...emmhhh...aaahhh daddy ouuhh", Dokter Richard menarik tanganku sambil terus memompa penisnya didalam memekku, Ia memintaku memberinya susu-ku. Sambil terus memekku dipompa, Dokter Richard menyedot-nyedot payudaraku.

Kemudian Dokter Richard membalikkan badanku sehingga kini aku dibawahnya, mengangkangkan kedua kakiku, dijilatinya betisku, dan lanjut Ia jilati memekku, membuatku ingin keluar, kemudian ia sodok memekku kembali dengan kocokan cepat, "Ooooohhhh...Aaahhhh daddyy...faster daddy....oouuhhh...aku keluarrr...."

Dokter Richard mencabut penisnya dan menyemburkan spermanya ke payudaraku, bersamaan dengan semprotan cairan bening dari memekku, aku squirt hampir mengenai wajah dosenku. Sperma Dokter Richard sangat banyak hingga wajahku terkena belepotan sperma.

Kami berciuman dengan lembut, Dokter Richard masih meremas-remas payudaraku, jarinya memoleskan spermanya kebibirku dan kujilati spermanya hingga bersih, aku masih bernafsu. Kemudian dokter Richard mengambil sesuatu didalam kotak kecil di laci meja, Ia mengeluarkan obat seperti pil dan menaruhnya dilidahku, oleh karena pengaruh mabuk sepertinya aku tidak perduli apa yang Ia berikan, kami berciuman dan merasakan obat itu bersama.
Aku merasa semakin pusing, namun merasa 'segar' dalam waktu yang sama, rangsangan-rangsangan yang dokter richard berikan semakin terasa lebih nikmat.

Kemudian dokter richard mengikat tanganku dengan...entah tali atau kain, tanganku diikat pada tiang tempat tidur sehingga dua payudaraku kini menyembul ditengah ketiakku yang terbuka, dokter richard juga mengikat kakiku sehingga mengangkang dan memekku terbuka bebas. Tangannya mengelus-elus wajah dan rambutku, membuatku tetap nyaman dalam posisi seperti ini, namun aku sangat tidak tahan ketika Ia memainkan jarinya didalam vaginaku dan vibrator! yang entah dia keluarkan darimana, vibrator itu bergetar diatas klitorisku, "Oooouuhhhh...aahhh..stop daddy..ahhh..pleasee..Aaaaaaaahhh..." sensasi rasanya sungguh berbeda, aku merasa seperti diperkosa dan tidak berdaya, rasa nikmat dan geli yang kurasakan menjadi berkali-kali-kali lipat. Kemudian Dokter Richard memasukkan penisnya kedalam mulutku, kusedot dan ku jilati penis Dokter Richard, Ia memasukkan penisnya semakin dalam hingga rasanya masuk ke tenggorokannku "Ooghh...ohhmm..mh" kuemut penis itu saat ditarik keluar dari mulutku. Akhirnya Dokter Richard memasukkan penisnya kedalam vaginaku, yang kutunggu-tunggu, Ia genjot perlahan semakin cepat, sungguh nikmat sampai ke awang-awang "Ooouhh...yeaaah...eenghhh...yes daddy...ouuh...", Dokter Richard terus memompa dan menggenjot vaginaku dengan hentakan-hentakan yang cepat, sambil menciumi bibirku, hingga beberapa menit berlalu dan Dokter Richard menyemburkan spermanya kedalam vaginaku.

_____________________________________


Sudah hampir dua minggu aku melakukan hubungan seks dengan Dokter Richard secara sembunyi-sembunyi. Setiap kali aku ingin melupakan bayang-bayang Om Dimas, aku datang ke apartemen Dokter Richard dan merayunya, sebelumnya tentu aku membuat mabuk diriku dengan miras. Terkadang jika Dokter Richard sedang menginginkanku, dia juga menghubungiku, kami seperti partner seks disaat saling membutuhkan, setidaknya dengan Dokter Richard, aku bisa nyaman dan dapat melupakan Om Dimas sesaat.

Hingga hari pernikahan itu datang.

__________________________________

Om Dimas terlihat sangat tampan, disampingnya Jessica juga terlihat sangat anggun, aku merasakan sakit di hatiku. Namun perasaan ini berbeda, aku bahagia, aku senang melihat Om Dimas terlihat bahagia di atas altar bersama Jessica. Sakit hatiku karena menyadari, kini Om yang paling kusayang, yang dulu selalu menjagaku, harus pergi dan menjaga orang lain. Namun aku sudah lega.
Malam-malam setelah bersama Dokter Richard, aku masih terjaga dan memikirkan hal ini. Mungkin aku tidak mencintai Om Dimas.
Aku hanya takut kehilangannya. Aku hanya takut kehilangan sosok pelindungku. Serta nafsu yang telah melingkupiku. Nafsu yang sama disaat Dokter Richard juga menjamahku. Kenikmatan yang sama. Perasaan pasrah dan keinginan akan kenyamanan yang diberikan oleh seseorang itu juga aku rasakan dari Dokter Richard.
Aku tidak berfikir bahwa aku mencintai Dokter Richard juga. Aku tidak ada perasaan padanya selain kagum dan nyaman karena dia sosok yang mengayomi dan berwibawa, meski dengan kegilaannya diranjang, namun itu yang menyadarkanku bahwa aku tidak mencintai Om Dimas.

Suatu malam saat aku menginap di apartemen Dokter Richard, setelah melakukan seks dikamar mandi denganku, mandi bersama denganku, kudengar Dokter Richard mengigaukan nama istrinya, memanggil-manggilnya dalam tidur. Aku tersenyum mendengarnya. Barangkali suatu saat, akan aku temukan seseorang yang akan membuatku merasakan perasaan yang istimewa, hanya untukku, dan membuatku tidak bisa mengingat nama orang lain selainnya.

.
.
.
Om Dimas menatapku dari jauh, aku memberi dia senyuman manis, dan isyarat "selamat"

The End

Note From Author : Halo suhu-suhu yang sudah mau baca cerita Nubi dari Part I - Part V, makasih banget udah ngeluangin waktunya, semoga tulisan Nubi bisa menghibur, mohon maaf apabila ada kekurangan-kekurangan didalamnya, Nubi masih belajar. Paling susah adalah maintain komitmen nulisnya, karena takut mengecewakan jadi pengen cepet tapi takut jelek. hehehe. begitulah. Maybe next Nubi research dulu :)p) atau belajar-belajar dengan cerpen supaya gak lama putus-putus ceritanya. Sekali lagi terima kasiiiiih. Mila sayang Om Om sekaliaaan ♡♡ *smooch

xoxo,
Author
Makasih suhuuu...
 
Makasih updet terakhirnyanya @Babymila
Selamat atas titel tamat ceritanya..Terus berkarya & di nanti cerita terbarunya
Moga tetep sehat,bahagia & sukses selalu :rose: :beer:
Terima kasih Ooom suhu yang sudah memanggil om-om suhu lainnya untuk mampir ke thread Nubi😆🙏 doa yang sama untuk Om Suhu💖
Selamat :beer: dengan titel TAMAT cerita nyah @Babymila
Matursuwun banget udah berbagi cerita ke mesumers dimari.
Ditunggu karya baru nyah
Tetap semangat berkarya & sehat selalu.
Sami sami Om, terima kasih kembali.. sehat selalu juga😄💕
Mau ngucapin SELAMAT DAN MAKASIH kepada @Babymila atas Tamatnya cerita ini dan update terakhir di cerita ini....
Ditunggu cerita barunya mbak....
Terima kasih kembali Suhu😊 Saya fikirkan dulu yah next project yang seru apa😆
Duuh tamat deh .. Ini sih bakal kangen mila terus ...
Makasih updatenya @Babymila , selamat atas titel tamatnya
Ditunggu karya berikutnya
👏👏👏👏💟💟💟
Mila lagi fokus kuliah Om, sambil fokus kuliah praktek malam juga 😝 belum ada yang seriusin nih. Terima kasih kembali ❤❤
Makasih @Babymila sudah berbagi ceritanya bersama kami sampai Tamat.
Kami nantikan cerita selanjutnya.
Tetap semangat dalam bekerja dan berkarya.
Stay Safe n Keep Healthy.
Doa yang sama kembali suhu, terima kasih kembali 😊
 
Om om Suhu kalau berkenan boleh memberikan saran untuk project yang seru bisa Nubi dibuat di sini 😆 lanjutan cerita Mila/Adimas, cerpen, fake chat sex, atau yang lain 😋 trims xx
kalau menurut saya dilanjut saja suhu, lompat 5 tahun, lokasi Ausi.
Mila
ambil specialisasi, jadi tinggal bersama Adimas dan Jessica, ternyata Jessica agak bisa punya anak, jadi anak Mila-Adimas, tapi yuridis (aktenya) anak Adimas-Jessica.

Sekedar usulan.

:Peace: :Peace: :Peace:


BTW,
terima kasih atas ceritanya dan selamat sampai TAMAT
:ampun: :mantap: :ampun:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd