Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Cinta atau Nafsu? (Paman dan Keponakan)

Part III Mila's and Adimas's POV (Meski Aku Tau ini Kesalahan)
Genre : Selingkuh, Paman x Keponakan, Big Boobs, Family, Slow Seduction
Timeline : Setelah Part 1

Mila's Pov

Rasanya aku sedikit sempoyongan. Detak Jantungku begitu cepat sampai aku takut dada ini akan meledak. Aku mencium Om Adimas... satu hal yang sejak SMP aku bayangkan akan terjadi hanya didalam khayalku.

Sampai di kamarku aku tidak bisa tidur, aku masih berusaha mengatur nafas hingga payudaraku naik nurun, aku menggeliat mengingat apa yang baru saja Om Dimas lakukan dengan payudaraku... apa yang baru saja kami lakukan.

Masih sangat jelas terbayang badan Om Dimas yang kekar, padat, punggungnya yang lebar hangat memelukku seraya menggenjot penisnya masuk keluar lubang kewanitaanku. Matanya yang sayu menatapku, tidak terlihat seperti Om Dimas yang biasa sangat fokus dan ceria, malam ini Aku melihatnya seperti dihipnotis, seperti laki-laki yang sangat bernafsu dengan lahap menyantap payudaraku...

"Ahh..." Aku memegang vaginaku yang masih berdenyut dan kini terasa sedikit perih, namun perih itu kalah dengan ingatan rasa nikmat yang tiada tara saat penis Om Dimas masuk vaginaku, terasa sangat penuh dan keras dilubang vaginaku, penisnya yang tebal dan berurat menggesek-gesek bagian terdalam dan paling sensitif dari diriku.

Dan saat kami mencapai puncak bersama, aku merasa seperti melayang, duniaku berpusat pada penisnya dan vaginaku yang mengalirkan cairan hangat kami dengan kuat, mengisi penuh rahimku.

___________________

Adimas's Pov

Pagi ini terasa sangat hening, aku hanya dapat terdiam saat Mila turun dari kamarnya dan makan satu meja makan denganku dan keluarganya. Dari sisi mataku aku menatapnya tenang memakan sarapannya. Mila memang wanita yang elegan, 'bagaimana bisa dia tenang-tenang saja?' fikirku, bahkan saat makan pun dia terlihat sangat cantik.

"Mas, kata kamu kemarin ada oleh-oleh tea set dari Jepang buat kakak" Ucapan kakakku, Bundanya Mila memecahkan lamunanku.

"Eh, iya Kak, ada kok, cuman Aku dari kemarin belum sempet mampir, besok ya, mumpung masih cuti"

"Okedeh"

_______________

Saat perjalanan pulang, kami berhenti di rest area. Kakakku mengurus si kecil Kezio di toilet dan Suaminya ingin beli ngopi sejenak. Aku dan Mila tinggal sendiri di mobil, Aku merasa tidak bisa berdiam diri mengenai hal kemarin, hal ini harus aku luruskan.

"Mila"

Mila menoleh, menatap mataku, kini dia terlihat gugup, tidak tenang seperti tadi. "Iya om.."

"Soal kemarin...Om minta maaf, rasanya Om terbawa suasana...jadi kita sampai ngelakuin hal kaya gitu, Om sangat minta maaf"

Mila terdiam, matanya terlihat sedikit berkaca-kaca. "Maaf juga Om..."

"Maaf kenapa Mila?, Mila gak salah, Om yang--"

"Mila kangen Om Dimas" Ucap Mila cepat memotong omonganku

Pov : https://ibb.co/fXM2L6Y

Mila menarik nafas, "Mila kangen Om. Semenjak Om pindah apart, dan... tunangan... Mila jadi gapernah bareng-bareng Om kaya dulu lagi. Mila kangen Om...yang dulu selalu ada buat Mila." Air mata Mila mengalir dipipinya yang mulus, Mila menahan isaknya.

Aku terkejut, hatiku sedih, tidak menyangka Mila yang dulu selalu manja, ceria dan lucu di mataku, dapat mengutarakan kekecewaannya padaku sesedih ini.

"Mila...Om kan selalu ada buat Mila" Aku menggenggam tangan Mila, mengusap pipinya, menghapus air matanya yang terus mengalir, "Om akan selalu ada buat Mila, kapanpun Mila butuh Om"

Mila menoleh ke arahku, semakin sakit hatiku melihat tatapan kecewanya semakin jelas. "Selalu ada?, bahkan disaat Mila paling butuh Om, Om gaada disamping Aku. Sampai aku... sampai ada orang yang jahatin Mila" Mila menangis

Aku kaget mendengar ucapannya, "Kamu di apain Mila? Sama siapa?"

"Hiks...Bapak Kost... waktu itu..." Mila berusaha menghapus air matanya dan mengatur nafasnya

Dari kejauhan, Kakakku dan Kezio datang, Mila segera menyeka matanya, "Jangan bilang apa-apa ya Om ke bunda"

Kami berdiam berdua. Kakakku masuk ke dalam mobil "Duh Mas, Kezio kayaknya gak enak badan, malam ini gaakan kekejar berobat. Besok kakak mau bawa kedokter, kamu gausah jadi ke rumah ya"

"Aduh kasian.. iya anget nih badannya"

"Iyanih sikecil... tadi udah dikasih obat sih. Kakaknya masih in progress jadi dokter nih, jadi masih harus ke rumah sakit deh"

Mila diam saja mendengar godaan Bundanya.

"Eh, mending Mila aja deh yang ke apartemen kamu ya? Kakak baru inget ada titipan juga dari Eyang yang di Bandung buat kamu Mas. Daripada dipaket nanti rusak, mending sekalian Mila anterin"

Aku dan Mila sama-sama terdiam mendengar ucapan Kakakku. Aku berusaha tenang, agar tidak mencurigakan.

"Boleh Kak. Aku juga belum selesai ngobrol sama Mila."

Mila menoleh kaget ke arahku.

"Bagus deh kalau gitu...besok kakak siapin barangnya, sama beberapa makanan buat kamu." Ujar kakakku, tanpa curiga sedikitpun.

____________________________________

"DING DONG"

Suara bel kamarku berbunyi. Aku menarik nafas. Aku sudah menyiapkan apa saja yang aku ingin katakan ke Mila. Bagaimanapun apa yang kami lakukan kemarin adalah kesalahan. Walaupun... semalam suntuk aku terjaga membayangkan tubuhnya yang sangat seksi dan indah. Serta, aku juga kepikiran mengenai hal yang ingin Mila katakan kemarin. Apa yang terjadi padanya?

"Siang Om..ini titipan dari Bunda, ada makanan sama mangga juga"

"Wah, kebetulan banget Om lagi pengen mangga.." Kataku asal, menutupi grogiku dihadapan Mila. Aneh sekali merasa segrogi ini didepan keponakan yang aku jaga sejak kecil.

Mila tersenyum, manis sekali, semakin membuat hatiku tidak karuan melihat bibir dan wajahnya, bibir yang pink alami dan ranum itu, dengan rasa yang manis... ah.. fokus Adimas!

"Boleh Mila kupasin yah Om"

Mila kembali terlihat sangat tenang saat mengupas mangga disofaku seperti saat sarapan di villa, tapi aku tau kini, Mila hanya menyembunyikan perasaannya. Aku kembali teringat hal yang membuat dia kecewa padaku, membuat hatiku sedih.

Mila memberikan potongan-potongan buah mangga manis dipiring. Aku mengambil beberapa dengan tanganku saja, lalu melahapnya.

"Manis.." Kataku sambil melihat wajah Mila yang juga manis

Mila tersipu, "Ih..Om..kok gak pake garpu sih ambilnya, jorok deh"

Aku terkekeh, memperlihatkan jari-jariku yang lengket manis dari buah mangga. "Waduh, dimarahin Bu Dokter deh Om."

Mila tersenyum lalu kami berdua tertawa, kemudian tanpa aba-aba Mila mengambil tanganku dan menjilat jari-jariku dengan mulutnya. Dia membersihkan sisa-sisa mangga yang lengket di jariku.. jantungku berdegup sangat kencang, ya...aku tau bahwa ini adalah kebiasaan kami saat Mila masih kecil, aku menjilat bekas es krim yang menetes di jari-jarinya. Namun saat ini... situasi yang sangat berbeda, jariku kini Mila jilati satu persatu hingga lenganku menempel pada payudaranya, lidahnya dengan lembut menyeka jariku didalam mulutnya, terkadang bahkan Mila menyedot-nyedot jariku perlahan.

Nafasku semakin cepat melihat pemandangan dihadapanku, Mila sangat syahdu menjilati jari-jariku bahkan yang tidak terkena bekas mangga.

Setelah beberapa saat yang kurasakan waktu berhenti, Mila menyudahi kegiatannya dan diam, tersenyum kepadaku.

"Mila seneng dua hari ini bisa deket lagi sama Om Dimas"

Hatiku bergetar, perasaan aneh yang kurasakan campuran antara sedih, sayang dan nafsu yang mulai membara dalam dadaku. Tentu saja sapuan lidahnya yang lembut pada jariku telah membangunkan kobaran birahi yang kucoba lawan sedari kemarin.

"Mila...kemarin apa yang mau Mila ceritain?"

Mila terdiam, raut wajahnya sedih namun Ia tersenyum. "Mila udah lupain itu kok Om...sebetulnya Mila gamau bahas ini..."

"Tapi Om mau tau apa yang buat Mila sedih..dan buat Om ngecewain Mila" Kataku, berharap Mila mau mencoba terbuka

Mila menghembuskan nafas panjang, kemudian Ia mulai bercerita. Kisah yang sangat membuatku marah, kecewa dengan diri sendiri, Aku yang dari kecil selalu menjaga Mila, ternyata telah gagal dan membiarkan Mila digerayangi oleh laki-laki tua brengsek.

Mila menceritakan secara detil bagaimana Bapak kostnya meremas payudaranya, menjilati putingnya, memainkan klitorisnya, serta menjilati telinganya yang membuatnya merasa tidak berdaya, serta perasaannya yang dipengaruhi obat perangsang, yang membuat tubuhnya juga sangat menginginkan sentuhan-sentuhan kotor itu.

Entah bagaimana cerita Mila membuatku kesal, sekaligus semakin membangkitkan nafsuku. Aku sudah tidak tahan mendengar cerita Mila, aku menghentikan ceritanya dan memeluk Mila dengan hangat, kudekap Mila dengan erat, Mila pun membenamkan wajahnya di pundakku, kami lama berdiam sambil berpelukan di sofa.

Aku menatap mata Mila, "Maafin Om Dimas Mila", lalu tanpa berfikir, melihat matanya menatap kedalam mataku, aku mendekatkan wajahku dan mencium bibir Mila dengan lembut. Kugenggam wajahnya dengan lembut.

Basah, Mila sedikit menangis, namun kami lanjut berciuman dengan lembut dan dalam. Mata Mila tertutup, kecantikannya seakan bersinar. Kupagut lembut bibir bawahnya yang ranum, manis, dan kupagut juga bibir atasnya bergantian. Mila pun membalas pagutan ciumanku, gerakan bibir kami seirama, lidah kami mulai saling jilat dan mengulum.

Semakin lama ciuman semakin dalam dan cepat, nafas Mila semakin berat, "Mmmh...emmh...mmmhh", kuangkat tangan Mila melingkari leherku, tangannya kini menahan kepalaku seolah tak ingn berhenti berpagutan. Dadanya menusuk-nusuk dadaku. Kuelus elus pundak dan punggungnya dengan lembut, nafas Mila sudah terengah-engah, aku rasa gairahnya sudah memuncak sama sepertiku.

Tangan kananku mulai menelusup ke dalam kemeja putihnya, kuelus lembut kulitnya yang mulus, hingga sampai pada gundukan besar yang lembut dan kenyal, ditutupi bra tanpa busa sehingga aku dapat merasakan putingnya yang telah mengeras. Kuremas lembut payudara Mila. Kudengar suara dering handphoneku, ku abaikan, namun handphone itu terus berbunyi.

Dengan berat aku cek siapa penelfon pengganggu itu, dan nafasku sedikit tercekat melihat Jessica, tunanganku yang memanggilku melalui skype. Sedetik kemudian aku tersadar bahwa aku adalah tunangan seseorang.

Aku dan Mila sama-sama memandangi handphone yang berdering nyaring itu. Dengan berat aku mengambil handphone yang seakan meneriakiku. Ku angkat telfon dari Jessica sambil memberi kode pada Mila 'sebentar'.

"Halo? Mas? Kok lama banget sih angakatnya, where are you from?"

"Sorry, Jess, Aku sambil ada kerjaan. Ada apa?" kataku berbohong

Mila menatapku, tatapannya sulit dibaca, namun ada guratan kesal dalam wajahnya, tentu saja, Adimas, sejak kapan aku menjadi cowok brengsek seperti ini.

"Oh.. okay, sorry kalau aku ganggu yah Mas, soalnya aku lagi seneng, makanya mau kabarin kamu, suddenly supervisor aku disini ada project di mexico, so, aku diminta untuk bimbingan online aja, which means, aku bisa balik ke indo! yay!"

Aku terdiam, sama sekali tidak tau mau bereaksi seperti apa, nyawaku masih melayang bersama Mila di langit-langit apartemenku. Kupandangi ekspresi Mila, tatapannya kosong sesaat, kemudian menoleh ke arahku dan....

"Halo? babe?"

Mila bergerak mendekat ke wajahku, Aku tidak tau apa yang akan dilakukannya. "Halo, iya, babe, good, kapan kamu sampai sini?" Aku tidak fokus, fikiranku melayang saat Mila mulai menjilati telinga dan leherku.

"Yeah right? aku udah kangen banget sama kamu!, sekarang lagi urus document, maybe next week, i'll tell you kalau aku udah pesan tiket, okay?"

Aku diam saja, berusaha menahan desahan yang tertahan oleh rangsangan-rangsangan lidah Mila yang liar menjilati telingaku.

"Helo Mas? are you there?" Suara Jessica memecahkan fokusku pada tangan Mila yang mulai bergerak mengelus batang kejantananku dari luar celana santaiku.

"..hh, yeah, Jess, nanti aku jemput kalau kamu sampai di Indo"

Mendengar jawabanku seolah Mila semakin menggila, dia turunkan celana santaiku dengan satu tarikan dan melepas penisku bebas dari celana dalam. Hingga penis itu kini berdiri tegak dihadapan wajah cantiknya.

"Kamu lagi sibuk banget yah Mas? kayaknya kok ga excited sih mau ketemu tunanganmu ini?"

Wajah Mila semakin menunjukan ketidak sukaan, Aku rasa...dia cemburu, namun responnya yang sangat liar ini tidak pernah aku bayangkan. Dengan satu tangan Mila membuka tiga kancing kemejanya! sehingga terpampang didepan wajahku payudara Mila 'ditempeli' BH kecil dan tipis yang sama sekali tidak membantu, hanya menambah keseksiannya saja. Mila mulai menjilati kepala penisku dengan sangat bernafsu, seperti menjaga lelehan es krim agar tidak menetes, Mila menjilati seluruh bagian kulit penisku, sambil tangannya meremas-remas buah zakarku lembut

"Aku...aku lagi gaenak badan Jess", nafasku berat, badanku lemas seolah habis tersetrum dari pangkal kepala penisku, kenikmatan ini sungguh tiada tara. Mila! kamu benar-benar keponakan yang sangat seksi dan nikmat, tidak Om sangka kamu sebinal ini, fikirku dalam hati.

"Oh my god, kalau gitu kamu istirahat aja--Mas, i have to go juga, sorry for bother you, bye bye love, get well soon!"

"Me too Jess."

Kututup telefon itu.

"Aaaahhh.." aku melenguh, melepaskan sensasi nikmat yang tertahan pada penisku.

Mila tiba-tiba berhenti melakukan kegiatannya, dia terlihat kaget dan bingung dengan apa yang dia lakukan sendiri. Dia bingung sambil menggigit bibirnya.

Terlambat Mila, nafsuku sudah di ubun-ubun, aku menarik tangan Mila dengan cepat ke arah kasurku, ku tidurkan dia di kasur, lalu kubuka seluruh pakaianku.

Aku mengatur nafas, nafsu telah mengambil alih pikiranku. Mila...kamu yang memulai ini.

Kupandangi Mila telentang di atas kasurku, dengan payudara yang menyembul menantang. Pentil payudaranya yang telah keras itu terceplak jelas pada BHnya yang tipis. Tangan kananku mengocok pelan penisku yang telah tegang dibuat Mila sebelumnya.

Detik selanjutnya ku tindih tubuh Mila yang putih mulus itu, dengan cepat kubuka sisa kancing kemejanya dan kutarik BHnya hingga terbuka seutuhnya, sepasang payudara yang akan membuat semua orang bernafsu untuk langsung menyergapnya, kubenamkan wajahku, ku remas-remas payudaranya dengan kuat, kusedot sedot pentilnya yang telah megeras dan memainkan putingnya dengan lidahku.

"Aaaaahh...Ouuhh....Dimass...Aaah...yesss...ahh.."

Sambil cepat kulepaskan celana jeans dan cd Mila, menunjukan vagina dengan bulu halusnya, "Dimas?...dimas? Mila..kamu nakal ya sekarang, kamu udah jadi keponakan Om yang nakal" kataku seraya menggesekan jariku dengan klitorisnya dan memainkan jariku didalam vaginanya, vagina itu telah banjir.

Kuemut payudaranya sambil terus memainkan vaginanya, kugigit-gigit kecil puting susunya. Detak jantungku bertalu-talu. Mila semakin mendesah dengan kuat. "Aaahh...Dimass...Om Dimas...terus mass... Ouhh ahh.. terus.. terus entotin Mila...untuk sekarang aja.. Ahh.."

Akal sehatku semakin melayang, Mila, keponakanku yang polos kini mendesah dan mengucapkan godaan kotor kepadaku. Aku merasakan jiwaku membara, nafsuku semakin dibakar oleh Mila. Aku tatap wajahnya yang kini sangat binal, mulutnya terbuka, mengeluarkan desahan desahan, kadang dia gigit bibirnya, matanya sayu menatapku penuh nafsu.

Kuhentakkan satu jariku masuk dengan cepat ke vaginanya, "Kamu suka ini Mila?, yeah? you like it?, kamu nakal banget Mila.. kamu hampir ngentot dengan bapak tua brengsek dan kamu sepong Om kamu pas Jessica telfon...kamu suka ini Mila" kini kuhentakkan dua jariku dengan kuat dan cepat dalam vaginanya.​

Ilustrasi : https://ibb.co/bHt3VmQ

"Ooouhhh ahhhhh...mmmhhhaahhh...yessss..uhhh..aahh ahhh" Mila benar-benar melepaskan kepolosannya. Kini aku sudah benar-benar tidak ingat Mila sebagai keponakanku yang polos. Kini Mila adalah wanita nakal dan binal yang ingin aku setubuhi setiap hari.

"Yes...terus ngedesah Mila...Om suka dengernya, kamu suka ini kan Mila, jawab Mila.."

"O..oouh..ah...ahhhh..Mi..Mila suka Omm...Mila cinta Om!, Mila mau dientotin Om...Aaahh..Mila mau ngomong kasar ke Om! Mila nafsu banget sama Om... Please masukin kontol Om ke memek Mila Om!!"

Kata-kata yang betul-betul menghapus memori indah dan polosku dengan Camila Ariesta, keponakanku yang kini sudah menjadi partner seksku, partner seks yang sangat nikmat!

Kukangkangkan kedua kaki mila, sehingga kini vagina sempit dan pink itu merekah dihadapanku, dengan cepat ku jilat klitoris Mila yang indah seperti biji berwarna pink, setiap sapuan lidahku membuat Mila melenguh kencang sambil mengangkat pantatnya dan menyodorkan memeknya kemulutku. Kumasukkan lidahku kedalam lubangnya, kumainkan lidahku didalam sana. Mila menggelinjang hebat dan menjambak rambutku "AAAAaaaaahh.....Om Dimaaaaaaaas", Mila mencapai orgasmenya sampai squirt sambil meneriakkan namaku.

Mila seperti kehabisan nafas, payudaranya naik turun seirama dengan nafasnya. Aku merasa bangga dan seolah ingin menyiksanya yang sudah ngos-ngosan, aku menciumi bibirnya. Kuangkat kedua tangannya keatas sehingga ketiaknya terbuka, mulus sekali, kuciumi ketiak tanpa bulu itu, harum parfum dan wangi keringatnya sungguh menambah gelora birahiku.

Kumiringkan badan Mila, sehingga payudaranya seperti tumpah kesamping, kemudian ku elus pelan pantatnya, lalu dengan tepat dan cepat kutampar pantat Mila, "Kamu suka ini Mil, hah, Kamu suka?"

"Awh!..iyaaah...Om... Mila suka...aww!..mmmhh.." ucap Mila. Ia menggoyang-goyangkan pinggul dan pantatnya setiap aku memukulnya, nafsu birahinya telah mendominasi. "Masukin..Om...Mila gatahan...genjot Mila Om...siksa Mila...Aah"

Aku semakin merasa berkuasa, nafsu, dan nafsu, aku dan Mila benar-benar sudah tenggelam dalam gelombang kenikmatan syahwat kami.

Kukangkangkan kembali kedua kaki Mila, kugesekkan kepala penisku pada bunga memeknya yang merona dan merekah. Penisku yang sudah pada ukuran maksimal, tebal panjang dan besar ini sudah sampai pada gerbang kemaluan Mila, seperti kentongan hitam merah yang siap merobek vagina Mila lagi.

dalam sekali hentakan kumasukkan penisku kedalam vagina Mila. "Ooooohhhhh.....enak Om...kontol Om enak banget..Mila gatahan, genjot Mila Om.." Mila memohon kepadaku. Kuremas payudaranya sambil mulai ku pompa memek Mila dengan hentakan hentakan, Mila semakin menggila dibuatnya.

"Aaaahh...yesss...aahhh.. Dimas... teruss...teruus"

Kuelus wajah Mila sambil mempercempat pompaanku, "Ternyata kamu maniak seks ya Mila.. Memek kamu nikmat banget.. Penis Om terasa dihimpit dan dipijit-pijit, licin dan enak banget Mila..Ouh....Aaah.."

Desahan kami bersautan, "Ahh...Om Dimas...kontol Om...gede banget..memek Mila penuh..enak banget Omm..terus Om"

Kuhentakan dengan kuat dan kupercepat ritme sodokan-sodokan kontolku pada memek Mila. Sensasi cengkraman memek Mila membuatku melambung, melayang ke langit.

Mila meliuk-liuk, menggeliat, mendesah dan menyebutkan kata kata kotor seperti "Aaahh..Ouuh...fuck...yesss daddy...oouhh...terus entot aku Om..jangan berhenti...ohh fuck..enghh..."

Dengan gerakan cepat kubalikkan tubuh Mila sehingga kini dia diatasku, tanpa kebingungan Mila menggoyang-goyangkan tubuhnya diatasku seperti layaknya profesional, maju mundur..naik turun..

"Plok, plok, plok, plok, plok" suara tepokan antara memek basahnya dan kontolku menggema dikamar apartemenku.

Payudara Mila memantul-mantul seperti bola air jumbo yang sangat nikmat untuk disedot. Sambil aku menetek pada Mila, dia terus mengenjot kontolku. Kenikmatan ini membuatku melambung...hingga aku merasa ingin menembakkan dengan kuat seluruh spermaku kedalam memeknya.

"AAaaahh...Oooh..Om mau keluar Mila..." Kataku sambil meremas tete Mila.

"Yess..Dimas..come...come.. good daddy...ayo semprot memek Mila..Aaahh...yess.." Mila semakin mempercepat gerakannya diatas kontolku, tangannya membantu tanganku berpegangan dengan payudaranya yang besar. Pemandangan terindah didunia.

Aku merasakan gelombang listrik kenikmatan yang besar siap keluar dari penisku, dengan kubantu menghentakkan kontolku kedalam memek Mila, kutembakkan spermaku sangat banyak kedalam vagina Mila. "Aaaahhhhh....."

Kami berdua langsung terdiam, Mila berbaring dalam pelukku, tanpa melepaskan penisku didalam vaginanya. Kami berdua mengatur nafas.

Aku menatap Mila, kukecup keningnya. Mila menatapku, kemudian tersenyum dan memejamkan matanya diatas dadaku. Entah bagaimana, tidak ada perasaan menyesal atau ragu, meski ini sangat berbeda dari apa yang aku rencanakan. Aku merasa keberadaan Mila didalam pelukanku ini adalah hal ternyaman yang pernah aku rasakan selama hidupku. Meski aku tau, ini adalah kesalahan.

Next coming soon part VI : Adimas's POV (Jessica dan Mila - Hadiah atau Masalah)

Nb : Suhu-suhu semua, terima kasih mau mampir membaca coretan aku yang masih Nubi ini, masih balita di dunia penyemprotan hihi. Mohon bersabar untuk update part VInya karena ada pekerjaan diluar kota. Mungkin baru bisa update 3/4 hari kedepan. Nubi senang sekali kalau ada yang mau nungguin hihi.

Love from Nubi <3
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd