Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Change?

Bimabet

Dina Primrose Amarantha


Dini Amarantha Mikaghaliya


Iliana Desy Prameswari
Brugh....

"Eh, ka ka kamu siapa?" ucapku terkejut ketika seorang gadis menabrak entah sengaja atau tidak

"Ssssttt... dah lu diem aja, kalau ada yang nanyain lu ntar, ngaku aja lu cowok gue, oke?" ucap seorang gadis berkerudung modis ini, aroma parfumnya sangat terasa di hidungku

"Ta.. tapi" ucapku bingung, ketika tangannya langsung memeluk tangan kiriku

"Sudah, diam! Ayo jalan..." ucapnya seperti beauty and the beast, dan dia menarikku untuk berjalan.

"Dini!" teriak seorang laki-laki dan gadis disampingku ini kemudian berhenti

"ke kelihatannya kamu dipanggil" ucapku

"Dah cepet jalan aja!" ucap perempuan yang belum pasti namanya

"Dini..." ucap seorang lelaki yang kemudian menggenggm tangan kiri perempuan disampingku

"Lepasin?!" ucap perempuan disampingku

"Maafin gue din, pliisss. Gue ngaku salah, pliss din..." ucap lelaki tersebut, aku hanya memandang bingung

"Balikan? Setelah lu tidur sama cewek gak jelas itu? heh! gue beritahu lu ya, gue udah punya pacar dan lebih baik lu pergi sekarang!" ucap perempuan yang disebut dini

"Pliss din, gue khilaf din, semalam gue benar-benar dalam keadaan gak sadar" ucap lelaki tersebut

"Frans! tidur bareng khilaf? Terus kalau jalan-jalan ke toko buku pas jumat malam, terus yang ngomong katanya kecapekan eh lagi nonton bioskop pas sabtu malem. Itu semua juga khilaf ya frans? Kita sudah sejak SMA frans, gue kira lu itu cowok yang baik buat gue frans, tapi ternyata iiih ogah gue balikan ma lu..."

"Plis, biarkan gue hidup dengan hidup gue sendiri tanpa elu yang udah buat hidup gue muak! thanks"

"Ayo sayang..." ucap perempuan yang disebut dini

"I.. iya..." ucapku

"Gue gak bakal lepas lu din, sampe kapapun gue bakal kejar lu, lu bakal nyesel din" ucap lelaki yang disebut sebagai frans

Melewati bagian dalam gedung, dengan tergesa-gesa. Kulirik wajah wanita ini tampak sedikit sedih, aku hanya bisa diam dengan gaya culunku ini. Walau sedih dia tetep tampak kelihatan cantik dan galak, menurutku. Selang sesaat, melewati sebuah pintu, susana menjadi lebih terang dari sebelumnya, sebuah tanah lapang dari paving dengan taman dimana-mana. Setiap pohon besar ada tempat duduk, beberapa mahasiswa tampak disana. Jumlahnya minim kelihatannya satu angkatan hanya terdiri dari 100 orang, menurutku. Aku terus berjalan dengan tangan kiriku masih ditarik oleh perempuan ini hingga kami berdua duduk di bawah pohon.

"Eh, makasih ya, siapa nama lu? jurusan apa?" ucap perempuan

"Na.. namaku, Ar.. Arta Byantara Aghastya, aku mahasiwa baru ju.. jurusan kimia" ucapku

"Santai saja kaleee... lengkap bener. Jurusan kimia? tapi kok gak pernah lihat lu? gue kan juga baru?" ucapnya

"ee... kemarin salah ikut pengenalan kampus" ucapku

"Owh.. ha ha jadi lu itu yang diceritain sama kakak tingkat kalau ada mahasiswa baru yang salah ikut pengenalan kampus? Untung gak dihukum, lu" sejenak dia memandangku dari atas kebawah

"Bener juga ya, gimana mau hukum lu, secara lu itu hi hi..." ucap perempuan yang disebut dini ini, tertawa menertawakan penampilanku. Aku menunduk dan diam.

"Oia, kenalin gue Dini Amrantha Mikaghaliya, dan tadi mantanku namanya frans. Tapi buat apa ya gue kenalin mantan gue ke elu hadeeeeh... ya dah kalau tuh orang nyamperin elu, lu cuekin aja secara dia iiih... najis" ucap dini

"I.. iya..." ucapku

"Lu kelas apa??" ucap dini

"Ke kelas C" ucapku

"Lho berarti lu sekelas ma gue, ha ha ternyata ada juga anak kaya lu, gue kira cuman di tipi-tipi doang hi hi hi" ucapnya tertawa sembari menutup mulut. Aku kelihatan gugup dan tidak rileks

"Lu darimana? Gaya bahasa lu asing banget buat gue" ucapnya, memandangku dengan wajah yang masih terlihat geli

"Da.. dari desa mbak eh din..." ucapku

"Rileks tenang, santai arta... okay hi hi hi lucu banget sih lu hi hi hi" ucap dini, aku hanya menunduk dan melihat ke arah tanah.

Terdengar teriakan memanggil perempuan disebelahku, aku dan dini kemudian menoleh ke arah asal suara tersebut. Aku melihat seorang gadis berlari ke arah kami, dengan menggunakan celana jeans legging, tang-top yang dirangkap dengan kaos longgarnya. Semakin dia dekat semakin terlihat kecantikannya sama seperti gadis berkerudung disampingku ini.

"Hash hash hash din, tolongin gue" ucap peremuan tersebut dengan satu tangan memeluk buku dan satu tangannya memgang lututnya

"lu dikejar anjing?" ucap dini

"Gila lu ya, mana ada anjing di kampus... tuh mantan kampret ngejar gue!" ucap perempuan dengan rambut panjang ini

"Eh, dah lu duduk disini saja tuh sebelah sana" ucap dini, menunjukan bangku kosong disampingku

Aku semakin diam tak berkutik dengan dua gadis disampingku. Yang satu berkerudung nan cantik dan satunya lagi tak berkerudung tapi, ouh cantiknya ndak kalah. Sedikit aku mengangkat kepalaku tiba-tiba sudah berdiri seorang laki-laki tak begitu tinggi tapi terlihat gagah.

"Dina, plis kenapa sih lu lari-lari terus, gue udah jelasin ke elu kalau dia itu cuma temen gue" ucap laki-laki tersebut

"Heh... itu mau pacar elu, emak elu, nenek elu, mau istri elu! Gue gak peduli lagi, kita udah putus, lu gue end! Dan gue kasih tahu elu, gue sudah ada gandengan jadi lu mending pergi!" ucap perempuan yang baru datang, semerbak wangi parfum perempuan ini berbeda dengan parfum dini

"Ndak mungkin lu dah punya gandengan, kita baru saja putus semalem, plis dinaaaa..." ucap lelaki tersebut

"Nah, lu udah bilang tadi kan, kita udah putus semalem terus ngapain lu ngejar-ngejar gue? Sadar bapaaaaak... lu ndak sadar apa kemarin sore lu ngapain sama yang lu bilang cyuma temen gue dyina! Gue lihat lewat mata kepala gue sendiri, gak pake mata orang! lu ciuman, lu peluk-peluk tuh cewek! Mending sekarang lu pergi!" ucap perempuan yang disebut dina

"Itu, itu... pokoknya gue gak terima lu putusin, pokoknya kita harus balikan lagi!" ucap lelaki tersebut sambil menggenggam pergelanagan tangan yang disebut dina ini

"Bernard lepasin! Gue sudah punya gandengan sialan lu Ber!" ucap perempuan yang disebut dina ini

"Bernard, lu jadi cowok kasar banget sih!" ucap dini

"Jangan ikut campur lu din! Buktiin ke gue kalau lu punya cowok! Buktiin ke gue" ucap lelaki yang disebut bernard ini. Aku sedikit melirik kearah perempuan yang disebut dina, dina terlihat kebingungan. Tiba-tiba...

"Ini pacar gue!" ucap perempuan yang disebut dina melepaskan tangannya dan langsung memeluk tanganku, kepalanya bersandar pada bahuku.

"Gue gak percaya!" ucap lelaki yang disebut bernard

"Sayang capek sayang? Maafin dina ya sayang..." ucap perempuan disebut dina mengelus pipiku

"ARGH! Heh lu culun! Awas lu" ucap lelaki yang disebut bernard itu kemudian pergi dengan mengancamku

"Huft... lega deh, makasih ya, ni pacar lu din?" ucap perempuan yang disebut dina ini ke dini

"Bukan, kaya lu tadi na' hi hi hi... eh ini yang kemarin diomongin sama kakak tingkat, yang salah ikut ospek hi hi hi" ucap dini

"Eh elu yang kemarin salah ikut ospek ya?" ucap dina kepadaku, aku mengangguk

"Hi hi hi hi siapa nama lu?" ucap dina

"Ar.. Arta.. Byantara Agasthya" ucapku

"Ciyeee lengkap bener, ya deh gue juga lengkap Nama gue Dina Primrose Amarantha, mirip tuh sama dini cuma satu kata doang tapi, Amarantha-nya" ucap dina

"Bunga yang tidak pernah layu..." ucapku pelan

"Heh... lu tahu artinya" ucap mereka bersamaan, aku mengangguk

"Beneran itu artinya?" ucap dina, dan aku mengangguk

"Terus arti nama panjang gue apa?" ucap dini

"Eh... itu anu..." ucapku gugup

"Cepetaaaan gue pengen tahu!" ucapnya sedikit membentak dan kelihatan galak sambil memukul tas yang dipangkunya

"I.. iya, Dini Amarantha Mikaghaliya, Di.. dini i itu.." ucapku gugup dan gagap

"Kalau kamu kelamaan, gue lempar lu ke kolam itu!" ucap dini, sembari menunjuk sebuah kolam

Ssshhh... huuuuffffttthhh.... hela nafasku

"Dini berarti agamaku dalam bahasa arab, tapi jika di kaitkan dengan nama belakang setelahnya maksud dari orang tua kamu bukan agama melainkan dini untuk nama seorang perempuan. Amarantha memiliki arti bunga yang tidak pernah layu dan Mikaghaliya kelihatannya itu dua kata dalam satu kalimat, jika dilihat dari kata didepannya Mika dalam bahasa jepang berarti harum sedangkan ghaliya dalam bahasa arab juga memiliki arti harum, jadi arti dari nama kamu Dini bunga yang tidak pernah layu dan selalu harum mewangi, mungkin itu artinya" ucapku tanpa sadar dini memandangku dengan simpati

"kalau gue..." ucap dina

"Dina Primerose Amarantha, Dina dalam bahasa arab juga berarti agama tapi jika dikaitkan dengan nama dibelakangnya, bukan agama melainkan nama untuk seorag perempuan. Primerose berarti Bunga mawar yang pertama sedangkan amarantha sama dengan punya dini. Jadi arti namanya Dina bunga mawar pertama sebagai bunga yang tidak pernah layu" ucapku, tanpa sadar mereka antusias melihatku

Aku jadi bingung ketika melihat ke arah mereka berdua yang menyangga dagunya dengan kedua tangan dan memandangku. Sikunya di letakan di paha yang mereka lipat, aku benar-benar bingung. Sejenak aku diam dan baru sadar kalau sikapku tidak menunjukan aku yang sebelumnya, langsung saja aku membungkuk kembali.

"Kelihatannya elu gak culun-culun banget..." ucap dini

"dan kelihatannya elu anak yang pintar..." ucap dina

"Eee... aku anak yang bodoh..." ucapku

"Arta sayang..." ucap dina memegang ke dua pipiku dan mengarahkan pandanganku ke wajahnya

"Jangan pernah merendah kalau pada kenyataanya elu memang mampu..." ucap dina

"Hi hi hi... serius banget, ntar jatuh cinta lho na' kamu sama arta hi hi hi" ucap dini

"ntar lu iri sama gue kalau arta jadi pacar gue" ucap dina

"Aaaa... gak boleh gak boleh arta punyaku hi hi hi... gak lah, ambil aja ha ha ha" ucap dini sembari menarik salah satu lenganku

"segitunya lu din hi hi hi" tangannya mendorong bahu dini yang berada disampingku

"lu dari mana sih Ar?" ucap dina

"da.. dari desa din" ucapku

"yaelah, kalau manggil gue na' saja, kalau din itu buat dini..." ucapnya sambil menyenggol bahuku

"i.. iya..." ucapku, menunduk kembali

Aku hanya diam tatkala mereka bercanda sendiri, mendekati jam 8 pagi. Mereka meninggalkanku dan pamit kalau mereka hendak ke kelas terlebih dahulu. Aku mengiyakan tapi dasar bodohnya aku, yang malah hanya diam tanpa mengikuti mereka. hilangnya mereka, aku bingung, sekarang aku malah kebingungan dengan kondisi kampusku sendiri. aku berjalan ke arah dimana aku datang.

"Artaaaaaa..." teriak suara perempuan yang aku kenal, dini. Aku menoleh ke arah atas gedung dimana dina melambaikan tangan

"Mau kemana?" ucap dini dari tingkat dua

"Ku.. kuliah..." ucapku sedikit keras

"Ini gedungnya sayang, sini sayang..." ucap dina sembari membuka tangannya seperit orang hendak memeluk

Aku celingukan ke kanan dan kekiri, kemudian dina dan dini berteriak kembali dan menunjukan aku tangga naiknya. Dengan langkah cepat tapi tetap memperlihatkan culunku aku menaiki tangga. Disana ada dini dan dina begitu juga dengan perempuan lainnya, mereka semua memandangku dan tertawa terpingkal pingkal. Entah apa yang mereka tertawakan tapi kelihatannya mereka menertawakan kebodohanku. Aku masuk ke kelas dengan wajah menunduk dan masuk mecari tempat duduk yang kosong dibagian belakang, duduk sendirian. Semua berpasangan dan memang sialku setelah aku hitung jumlah mahasiswa didalam kelas ini 21 orang.

Ruang kelas dengan susunan kursi mirip sekali dengan ketika aku duduk di SMA, dengan perbedaan kalau dulu 2 bangku satu kursi sekarang 2 bangku kursi yang jadi satu. Aku dibelakang sedangkan semuanya tampak saling kenal dan saling bercanda, tak apalah. Selang beberaapa saat dosen masuk.

"Selamat pagi..." ucap seorang dosen wanita dengan kulit putihnya, wajahnya telrihat ke ibu-ibuan

"Sebelum saya memperlkenalkan diri, ada baiknya kalau kalian perkenalkan diri kalian dulu dimulai dari anda mas yang ada didepan" ucap bu dosen

Satu persatu mereka memperkenalkan nama mereka. Kulihat mereka sudah tidak asing satu sama lain, mungkin karena mereka sudah bertemu ketika ospek kemarin. Dari semua anak, ada lima mahasiswa termasuk aku dan 16 mahasiswi. Dan benar ternyata perhiutnganku di awal, aku kira ada yang terlewati ternyata tidak. Kelas ini dipimpin oleh seorang komting dan itu adalah andrew, yang pertama kali memperkenalkan diri.

Hening sesaat...

"mas-nya yang dibelakang kok malah diam?" ucap ibu dosen

"I i iya bu... ada apa?" ucapku berdiri, dan semua mahasiswa tertawa terbahak-bahak

"Sudah duduk saja tidak apa-apa, silahkan perkenalkan diri" ucap ibu dosen dan aku kembali duduk disertai malu

"Sa... saya Arta Byantara Agasthya bu, dari Desa Bajak Tani" ucapku

"Bajak tani? Yang dibajak sawah bro he he he..." ucap seorang lelaki

"Andrew sudah..." ya dia andrew yang tadi aku dengar namanya ketika berkenalan, mendapat teguran dari bu dosen

"Ya sudah, mas arta ya, yang salah ikut kegiatan pengenalan kampus? Ibu dengar dari panitia katanya ada yang salah ikut" ucap bu dosen

"i.. iya bu, tapi kemarin diperbolehkan ikut disana" ucapku

"Nanti kalau di suruh ikut sini, ke sasar lagi ha ha" ucap Johan, dan mereka semua tertawa

"Sudah, sudah, cukup bercandanya"

"sekarang giliran ibu, nama ibu anglina purnama, biasa dipanggil ibu anglin, untuk semester kalian ibu mengampu kimia dasar dan untuk semester ke depannya ibu akan mengampu beberapa mata kuliah dan akan terus ketemu dengan kalian, jadi jangan bosen ya?" ucap bu anglin

"Mana bisa bosen bu he he" ucap Irfan

"betul tuh..." ucap Johan

"huuuu dasar!" teriak mahasiswi lain

Aku berada di belakang merasakan sedikit kebahagiaan, keakraban mereka dan tawa canda mereka bak sebuah keluarga yang harmonis. Semoga saja aku bisa bersatu dengan mereka, tertawa dengan mereka dan menjalani kehidupan baruku bersama dengan mereka. dan harapanku aku bisa menjadi bagian dari jalan hidup mereka. Ah, Semoga semuanya akan berjalan baik-baik saja untuk jalan yang akan aku tempuh.

"okay, kita mulai. Sebelumnya ada yang tahu arti dari kesetimbangan kima?" ucap bu anglin

Semua hening...

"mas arta bisa?" ucap bu anglin, gara sikap culunku aku malah hanyut sendiri sialan.

"i.. iya, bu... kesetimbangan kimia bisa juga disebut sebagai reaksi bolak-balik atau reversible dimana ketika laju reaksi ke kanan sama dengan laju reaksi ke kiri, dimana reaksi ke kanan menghasilkan produk dan reaksi kekiri merupakan pembentukan kembali reaktan. Secara makro atau kasat mata reaksi terlihat telah berhenti atau tidak terjadi perubahan tetapi secara mikromolekul reaksi masih berlangsung terus menerus" ucap ku yang berdiri

"Mas arta, silahkan duduk lagi..." ucap bu anglin

Plok... plok... plok...

Aku hanya menunduk dan terdiam...

"Mas arta bagus, benar apa yang dikatakan oleh mas arta, itu namanya kesetimbangan dinamis ya. dan...." bu anglin kemudian menerangkan kembali dan menjelaskan lebih detail, setiap penjelasan bu anglin membuatku sangat paham kuliah hari ini.

Kuliah selesai...

"okay class, see you next week" ucap bu anglin, kemudian meninggalkan kelas

"yes... ma'am" ucap semua mahasiswa menjawab

Selang beberapa saat, setelah beberapa mahasiswa keluar dari ruangan...

"Ar! lu keren juga... siiip pokoknya elu!" ucap Andrew yang datang dan menepuk bahuku

"eh... cu.. cuma beruntung ndrew" ucapku

"Beruntung? beruntung itu kalau lu main lotre bro, tapi next time ajarin gue ya" ucap andrew

"i.. iya..." ucapku

"oia bahasa lu diperbaiki tuh, jangan terlalu formal kalau bisa siiih. Oia gue mau ke kantin ikut kagak?" ucap andrew,

"Arta kok bengong..." suara lembut seorang gadis teman sekelasku

"Eh, ndak kok wind, ndak kekantin dulu" ucapku

"Andrew, winda ayo... sudah laper ni" ucap dini di depan kelas

"Andrewww... itu sayangku arta di ajak sekalian dong, kasihan sendirian di kelas" ucap dina

"Ayo ar.." ucap andrew

"Ndak ndrew aku di kelas saja nunggu kuliah selanjutnya" ucapku sambil menggelengkan kepala

"Ya sudah kalau begitu..." ucap winda

Andrew memiliki perawakan tinggi, tapi jika aku lihat ketika dia berjalan tidak terlalu tinggi juga, normal orang negara ini. kulitnya lumayan putih, potongan cepak rambut kaku tegak. winda, gadis cantik berhijab ini selain wajahnya imut juga menggemaskan.

Kelas menjadi sepi, kulihat ruangan yang sangat bersih dan moderen. Sebuah kotak yang mengeluarkan hawa dingin persis dengan yang ada di ruang kepala sekolahku, lupa aku namanya entah AC atau ASE. Rasa malas menyelimuti diriku, Aku rebahkan keningku di tumpukan tangan, lelah.

"Arta..." ucap seorang gadis

"Eh iya, siap bu" ucapku dan langsung berdiri

"artaaa, santai... ini bukan bu dosen hi hi" ucap seorang gadis dan aku menoleh ke arahnya

"Eh i iya..." ucapku, aku kembali duduk

"Roti?" ucapnya sambil mengulurkan sebuah roti

"Te.. terima kasih tapi..." ucapku

"Sudah makan saja, nyante aja kali. kamu ternyata pintar juga ya?" ucapnya

"Endak juga Des..." ucapku, ya nama gadis disampingku ini desi

"Tapi bener lho kamu itu pinter..." ucapnya dengan senyum, aku sedikit heran karena dia tidak seperti yang lainnya bahasanya maksudku.

"Ko kok kamu beda des? bahasa kamu..." ucapku menyadari akan perbedaan ketika dia berbicara, beda dengan yang lain

"Aku dirumah juga sudah biasa bicara pakai bahasa seperti ini, gak kaya yang lain"ucapnya dengan senyum tipis di bibirnya

"I.. iya" ucapku yang kemudian membuka roti darinya, terasa sangat bahagia aku mendapatkan makan gratis

"Kamu lapar ya? ni minumnya" ucapnya memberika sebotol air mineral. Aku mengangguk.

"Kenapa gak makan tadi?" ucapnya, aku hanya tersenyum menjawabnya. Dia memandangku.

"boleh aku minta tolong kamu artikan namaku?" ucapnya dan aku terkejut

"Sudah santai, tadi dini dan dina yang cerita" ucapnya, aku mengangguk dengan senyuman. Desy kemudian menuliskan nama lengkapnya.

"Iliana Desy Prameswari... Iliana aku lupa itu darimana yunani atau romawi, tapi itu memiliki arti cahaya. Untuk prameswari mungkin itu sedikit plesetan dari prameswati yang berarti tentram. Jika dilihat dari kata depan dan belakangnya, berarti desy disini berarti bulan desember. Secara keselauruhan nama kamu Cahaya di Bulan desember yang menentramkan, mungkin" ucapku

"Benar kata dini dan dina ya, seperti ada dua orang dalam tubuh kamu hi hi" ucapnya, ternyata dia menjebakku.

"Eh... ndak begitu..." ucapku

"Iya iya, sudah santai saja arta... lagian bukan kata dini dan dina kok, tadi dia cuma bilang kamu bisa mengartikan nama. Penasaran aja ma kamu, cara kamu jawab pertanyaan dan tingkah kamu diawal beda banget" ucapnya, aku hanya mengangguk melanjutkan makanku

"Iiih... Desy gitu deh, itu kan sayangku masa lu rebut, jahat deh desy" ucap dina

"Apaan sih kamu na' yee...." ucapnya

"Tuh lihat si arta mukannya merah gara-gara lu tuh na'.." ucap dini, wajahnya tetep ja kelihatan galak

Setelah Dini dan Dina masuk, beberapa teman sekelasku pun masuk. Hanya selang beberapa saat dosen masuk dan mulai menerangkan mata kuliahnya. Dosen yang kali ini kelihatan tidak begitu menyenangkan. Walau begitu aku tetap mengikutinya dengan antusias karena aku ingin menjadi mahasiswa seutuhnya ndak setengah-setengahlah. Dosennya dari jurusan sebelah, biasa kalau mata kuliahnya bukan murni dari jurusan biasanya pakai dosen jurusan sebelah kata andrew yang pada saat itu duduk bersamaku dibelakang.

Tepat pukul 3 sore akhirnya semua perkuliahan selesai, saatnya untuk pulang. Semuanya tampak bergegas untuk pulang, kampus sudah terlihat sepi sekali. Tak ada hiruk pikuk mahasiswa, mungkin mereka semua sudah selesai kuliah sebelum jam 3 sore ini. langkah kaki terasa berat dan rasa kantuk sudah merangkul mataku. Iseng-iseng aku melewati jalan lain selain jalan utama masuk ke kampus bukan lewat hall raksasa tadi.

"Waaah lapangannya luas sekali, berbeda dengan yang di SMA-ku dulu" ucapku

Bugh...

"Arghh..." rintihku dan aku tersungkur

"Dasar sialan lu!" aku memiringkan tubuhku, kulihat frans dengan bernard dengan amarah.

Bernard melancarkan sebuah tendangan ke perutku. Aku mengaduh kesakitan, beberapa injakan mendarat di tubuhku. Kututupi kepalaku dengan kedua tanganku, injakan dan tendangan semakin keras aku rasakan. Darah yang aku rasakan mengalir didalam darahku mulai mendidih. Semakin keras hantaman yang aku rasakan, Tanganku menggenggam keras. Bathinku berteriak mencoba menahan panas dalam tubuhku, mencoba menahan amarahku. Teriakan caci maki dan hinaan keluar dari mulut mereka berdua.

"Hentikan!" teriak suara perempuan yang sudah tak asing lagi, Dini dan Dina. Seketika itu mereka berhenti, darahku kembali menjadi dingin.

Dini dan Dina memapahku berdiri.

"Arta, lu gak papa kan?" ucap dini, aku mengangguk

"kalian gak gentle tahu gak?! Dasar cowok penipu! Apapun yang kalian lakukan tidak akan mengubah keputusan kami" ucap dina

"tapi na'.." ucap bernard

"lebih baik kalian pergi atau aku teriak?!" ucap dini

"culun! awas lu!" teriak frans dan bernard

Mereka pergi dan aku dipapah menuju ke bangku kecil...

"maafin kita ya ar, gara-gara kita lu jadi begini" ucap dini

"erghh... nd-ndak papa, sudah biasa kok" ucapku. Biasa? Itu memang kebiasanku di SMA

"gue antar pulang aja ya?" ucap dina

"nd nd ndak usah terima kasih banyak... aku ditunggu temanku dari jurusan lain yang kuliah disini juga" ucapku

"ya udah, lu calling gue ya kalau ada apa-apa?" ucap dini

"i iya..." ucapku

Mereka memaksaku untuk mengantar pulang tapi aku terus menolaknya. Dini dan dina kemudian memberikan aku nomor hape mereka, sebelumnya mereka menanyakan PIN BBM tapi aku sendiri tidak mengerti BBM. Sejenak mereka menertawaiku karena melihat hape jadul yang aku tunjukan kepada mereka. Setelah mengobrol sejenak, akhirnya mereka pulang terlebih dahulu karena memang sudah terlalu sore dan kulihat wajah mereka sedikit lelah.

Setelah mereka menaiki mobil mereka dan pergi baru aku kembali melanjutkan langkahku. Kulihat ATM BANTAL (Bank Tabungan Langgeng), segera aku menuju ke ATM tersebut. Kulihat ada seseorang yang sedang berada didalam ATM, ah ini kesempatanku untuk bertanya, maklumlah tahu alatnya tapi tidak tahu cara makainya. Oia, jangan penasaran kalau setelah diinjak-injak aku masih bisa berdiri, sudah aku bilangkan itu biasa, waktu SMA lebih parah dari ini. ketika pintu terbuka...

"lho, arta..." ucap Desy

"Eh, desy..." ucapku sedikit terkejut

"Mau ambil uang ya, silahkan" ucapnya tersenyum, aku mengangguk dan dia melangkah meninggalkan aku

"Des... tunggu..." ucapku

"Ada apa?" ucapnya

"Boleh minta tolong?" ucapku, dia mengangguk

"Cara ambil uang di ATM bagaimana? Bisa ajari aku?" polos dan langsung terdengar suara tawa keras dari desy yang dia tutupi dengan tangan kanannya

"Hi hi ada PIN?" ucapnya

"Aku cuma dapat ini" kutunjukan sebuah amplop dan kartu ATM

Amplop tersebut kemudian dibuka, ditunjukan nomor pinku. Desy mengajakku masuk ke dalam box ATM yang dingin ini, aroma wangi tubuhnya menyebar di box ATM ini. benar-benar wangi. Pelan-pelan dia menunjukan cara mengambil ATM. Akhirnya setelah lama menunggu aku bisa mengambil uang di ATM.ha ha ha...

"makasih ya des" ucapku

"Sama-sama, dasar kamu itu lucu hi hi hi" ucapnya, aku hanya mengangguk dan tersipu malu.

Desy kemudian melangkah pergi dan aku senang sekali rasanya ada uang tambahan untuk hari ini. Dengan langkah riang aku menuju halte bis untuk pulang, walau sebenarnya aku berbohong jika ada teman menungguku tapi daripada mereporkan orang lain.



-------

Aku dan dini sebenarnya tidak begitu yakin saat harus langsung pulang. Aku mengajak dini setelah keluar dari kelas untuk melihat keadaan arta. Dia anak baru, dan aku sadar akan kesalahan yang tadi aku lakukan bersama dini. Sama saja kan memasukan arta ke dalam lubang buaya, apalagi arta adalahh orang desa yang baru datang ke kota.

Dan dugaanku benar, bernard dan frans menaruh dendam kepada arta yang sebenarnya tidak menahu tentang apa yang dia alami. Untung kami datang tepat waktu, hufth, kalau saja tidak, mungkin dia sudah babak belur. Aku dan dini masih mengamati dari jarak kejauhan, memastika kalau arta baik-baik saja. Setelah yakin keadaan aman, aku dan dini meninggalkan arta yang sudah berada di halte bis untuk pulang. Jelas aku khawatir terhadap si culun itu, kalau-kalau bernard dan frans masih mau menghajarnya.

"Haaaah... akhirnya bisa berbaring..." teriakku bersama dini menjatuhkan tubuh kami di kasur empuk kos

"Enaknyaaaaaaaaaaa...."

"Tahu lu na', lu bayangin coba 1 minggu pengenalan kampus, libur cuma sehari langsung kuliah, huh!" ucap dini

"Hu'uh... males banget" ucapku

"Lu mau mie gak? Aku mau buat" ucap dini

"Iiih temenku yang cantik baik banget, hu'uh buatin juga ya..." ucapku

"Yeee... dari dulu gue cantik..." ucapnya

"Cantik tapi di bo'ongin sama pacar hi hi" ucapku

"Yaelah... ngaca mbak ngaca ha ha" ucapnya sembari menuju dapur.

"Senasib dong hi hi..." candaku, tak ada balasan dari dini yang sedang asyik membuat mi.

Kos ini luas, sekali masuk ke dalam kamar kos sudah lengkap fasilitasnya. Tempat tidur untuk dua orang, kamar mandi, dapur kecil dan ada ruang didepan tempat tidur untuk nonton TV. Satu ruang full tanpa sekat, hanya kamar mandi yang disekat. Asyiknya kuliah, kamar mandinya juga ada bath-up jadi bisa memanjakan diri.

"Nih" ucap dini menyerahkan mi kepadaku

"Asyiiik... cantik deh..." ucapku

"Yeee..." ucapnya

Sambil makan memang paling enak nonton TV...

"Tapi aneh gak menurut lu tuh si arta?" ucap dini

"Ada sih dikit..." ucapku

"Apa?" ucap dini

"Gak tahu tapi aneh saja tuh culun, gak tahu kenapa tuh anak kelihatan aneh..." ucapku

"Ya, kalau gue, tuh anak tahan banting banget" ucap dini,

"Benar juga lu din...jarang orang culun tahan banting hi hi hi" ucapku

"Bener kan?" ucap dini, kulihat matanya yang memandang TV

"Lu suka?" ucapku

"Ngimpi lu" ucap dini santai

"Gue kira hi hi, secara lu ngomongin dia tiba-tiba..." ucapku

"Somplak lu hi hi..." ucap dini

"Sama aja kaya lu weeek..." ucapku

------​



Ssshhh... ssshhhh.... gaya samo mengendus-endus

"Jus, baunya batang (mayat) tikus?" ucap samo

"iya bener ssshh sshh..." ucap justi, gaya mereka ketika aku datang dan sedang melepas sepatu

"Asu! (anjing!)... dasar kopet (sisa tinja di anus)!" ucapku

"ha ha ha... " tawa mereka

"gimana tadi kuliahnya? Ada yang bisa dijadikan bahan cokli ndak cuk?" ucap samo kepadaku

"ah, matamu cuk!"

"yah begitulah, kamu ndak bisa lihat apa?" ucapku, memperlihatkan baju belakangku yang memar kepada samo dan justi di ruang kumpul kita. Sejenak mereka langsung terdiam melihatnya.

"sabar?" ucap samo

"iya..." ucapku

"fyuuuuh.... untunglah..." ucap samo dan justi

Obrolah kecil pengalih masalah, itulah yang dilakukan mereka. sejenak aku dan mereka berada di rang tamu ini dan kemudian aku mandi dan bersih-bersih badan. Setelahnya aku dan mereka kembali melewatkan malam ini dengan tiga kelas kopi hitam juga rokok kesukaan kami bertiga.

"Eh su! Kalian dah tahu cara ambil uang di ATM belum?" ucapku

"Weits jangan salah..." ucap samo

"ATM sing ndi? (yang mana?)" ucap justi

"Diam kamu jus, merusak suasana saja" ucap samo

"Sudah bro? Kalau sudah ya sudah... aku tadi minta bantuan temenku dan dah bisa" ucapku

"Jangan salah kalau kita belum bisa pak dheeeee... ha ha ha" ucap samo

"Owalah pak dhe... pak dhe, besok tak ajari. Besok aku pulang siang kok" ucapku

"Nah gitu, jadi kita ndak perlu lagi pusing mikir makan ha ha" ucap samo

"Dah ah... dah malam ayo tidur" ucap samo,

"Tidur sendiri kali, masa kamu ajak-ajak justi, mau pedang-pedangan?" ucapku

"Lha iya to ya, masa mau bobo bareng, takut ah apalagi itu tuh ada justi, bisa-bisa silitku (anus) longgar tanpa perlu ngeden (mengejan ketika BAB) ha ha" ucap samo diikuti tawa kami berdua

"Gundulmu su!" ucap justi

Ya tidur, sudah malam. aku melangkah ke kamarku merebahkan tubuhku. Lampu aku matikan tapi mataku masih terbuka, mengingat apa yang telah mereka lakukan kepadaku, mereka sahabat-sahabatku. Tepatnya setelah aku pulang dari sekolah, selepas aku menemui guru BK-ku.

oOo

"Ar, semenjak dia pergi kamu sering sekali tidak bisa mengendalikan emosi kamu. Ini kita mau ke ibu kota, bagaimana kalau kamu disana sama saja dengan di desa? Bisa jadi masalah akan bertambaha banyak. Didesa kita masih bisa selamat, tapi nanti dikota? Lihat saja barusan, Cuma kecipratan air gara-gara ada anak sekolah lain naik sepeda saja, sudah mau kamu hajar..." ucap samo yang saat itu masih marah karena tindakan cerobohku. ketika itu kami duduk bersama di depan warung selepas pulang dari sekolah, karena mendapat panggilan kalau kita mendapatkan beasiswa.

"Aku tidak tahu..." ucapku menunduk dengan rokok sebatang di tangan kananku

"Jangan bilang ndak tahu, ndak tahu begitu! Kalau kamu masih seperti ini, senggol sedikit saja kamu bacok mereka. apa bedanya dengan kita yang sekarang, itu ibu kota ar! bukan desa! Kamu mau mati disana?" bentak samo, aku hanya menggeleng dan menundukan kepala. Justi hanya diam saja

"Lihat, jurusan kita sudah beda. Siapa yang bakal jaga kamu! aku dan justi saja kewalahan! Cobalah kamu mulai sekarang, jika ada sedikit masalah berusahalah untuk tenang! Ingat sebelum dia pergi, kamu adalah orang yang selalu bisa kami andalkan, selalu bisa menasehati kami, tapi lihat sekarang, apa?!" bentak samo

"Lebih baik kita kerja saja didesa ar..." ucap samo

"Maafkan aku, aku saja yang tinggal didesa dan kalian tetap kuliah. Sayang jika harus dilepas beasiswa itu" ucapku kala itu

"******! Lha terus siapa yang jaga kamu didesa?!" bentak samo, aku masih menunduk dan justi hanya diam saja

"Lha terus gimana?! Kamu ndak bisa nerima aku seperti ini?! begitu salah, begini salah! Apa kalian tidak merasa sedih setelah dia pergi?!" teriakku ke samo sambil berdiri

"Kita juga merasa sedih ar, tapi bukan berarti kita harus menjadi orang yang mudah marah! Dia juga tidak ingin kita menjadi seperti ini! Ingat ar ingat! Ingat kejadiannya dari awal!" bentak samo berdiri memandangku dengan wajah garangnya. Aku langsung terduduk kembali...

"Aku, awalnya adalah aku... aku yang membuatnya pergi..." ucapku memegang kepalaku dan menuduk, Kriiiit.. samo duduk disampingku...

"Maaf ar... bukan maksudku mengingatkanmu... lebih sabarlah, kamu adalah lelaki bijaksana bagi kami ar, yang selalu bisa menasehati kami. Sabarlah... mungkin saja, kalau kamu masih seperti ini... bisa aku, bisa saja justi..." ucapnya, aku terbelalak lalu memandangnya

"Jaga omongan kamu sam!" bentakku

"Kenapa?" ucapnya santai

"A... aku tidak ingin lagi" ucapku lirih dan menunduk kembali dengan siku tanganku bertemu dengan lututku

"Kalau kamu bisa jaga emosi kamu, kita berdua ikut ke kota tapi jika tidak lebih baik kita disini" ucap samo, aku sedikit gelisah. Ini adalah kesempatan seumur hidup dan aku tidak akan melewatkannya apalagi sampai mengorbankan kesempatan sahabat-sahabatku juga.

"Kita tetap berangkat... tapi bantu aku..." ucapku lirih

Hening sesaat...

"Bagaimana kalau kamu dandan culun saja, kaya di tipi-tipi itu ar" ucap justi

"Kamu itu bicara apa to jus? lagi serius kok malah bercanda!" ucap samo, aku memandang justi

"Begini... si arta, suruh saja dandan culun. Biar orang menganggap dia remeh, lha terus si arta suruh ngaca setiap hari dia itu siapa, biar ndak emosian gitu lho maksudku..." ucap justi

"Lha kalau diculunkan, banyak meremehkan yo malah dia mudah emosian" ucap samo

"He'e yo? Bentar-bentar... kan sudah tak suruh ngaca dia itu siapa, kalau setiap hari dia culun, lama kelamaan dia akan sadar kalau dia adalah orang culun. Yang berarti dia orangnya ******" ucap justi

"ndak masuk akal itu..." ucap samo

"Akan aku coba... asal kita tetap kuliah..." ucapku, mereka berdua saling berpandangan dan kemudian memandnagku

"Beneran ar, itu saran diluar akal sehat alias sarannya orang pekok" ucap samo

"Ah, matamu sam... gini-gini aku yo orang pintar" balas justi

"Pinter nglonthe yo?" ucap samo

"Sudah... benar apa yang dikatakan justi, mungkin benar, dengan aku berdandan culun berarti aku harus sadar akan diriku yang culun dan harus bisa menahan emosiku. Mungkin diawal aku harus menyeseuaiakannya, tapi nanti lama-kelamaan aku pasti bisa dan benar-benar menjadi culun seutuhnya. Namanya juga batu, pasti akan berlubang oleh tetesan air dan itu butuh waktu. Apa yang dikatakan justi mungkin adalah salah satu dari cara agar aku bisa meredam emosiku, menjadi... culun..." ucapku

oOo

Ah, mengingatnya aku menjadi malu sendiri. kenapa aku harus marah dengan samo waktu itu, apa yang dikatakan samo benar adanya. Warung itu, adalah warung dimana aku dan mereka berdua selalu bersama, nongkrong bersama. Aku jadi kangen dengan desa. Rasanya aku ingin pulang tidak ingin disini lama.

"aku juga kangen dengan kamu..." bathinku, pejaman mataku mengantarku ke alam yang selalu aku datangi ketika malam...

.

.

(Suara seorang wanita)

"jadilah pintar dan kuat agar kamu tidak disepelekan"
 
Terakhir diubah:
Buat Suhu dan agan, yang tidak bisa ane balas satu-satu komennya,

cerita ini cuma cerita khayalan semata,
ane mau nyante ketika nulis ini cerita,
Konflik, SS, dan lain sebagainya, entahlah nubie tidak tahu dimana letaknya,
Incest? :kaget:
itu kan di wild love????
di change? nubie belum merabanya,

Buat suhu rezzo, tulisan tebal, nubie juga tidak tahu, itu nebal sendiri,
editingnya pake Go Advanced hu, nanti juga nebal sendiri

Buat Suhu Pai,
oke siap, suhu, mngkn ke depan akan ada perubahan,

Buat suhu nostra,
:takut::kaget::kacau:
Foto itu...
Foto itu...
Tidak, aku mohon, jangan...
aku, aku, :takut:
Lepinya belum update anti virus

To All,
terima kasih buat apresiasinya,
kalau ada saran dan kritik, lontarkan aja hu, gan :)
 
Terakhir diubah:
Siapa dia yg telah pergi tu,, ibu arta y om DH??

Ijin nenda dulu deh om, buat ngadem sambil mantengin ni crita :beer:
 
Mulai menarik nih. Dah ada misteri di dlmnya. Nice suhu. Menanti lanjutan. Thks
 
Suhu DH turun gunung lagi,pake multi pov gak kayak dulu,semoga bs sebagus wild love :hore:
 
suhu DH sih gak perlu diragukan lagi kelihain merangkai alur ceritanya :D kalo dadakan ngetik gini, ada baiknya pembacanya diem aja, gak usah nebak-nebak. Karna begitu tebakannya ngepas, suhu DH langsung putar arah ke jalur yang belum ketebak :D kalo udah gitu, pembacanya bakalan makin puyeng dan penasaran banget banget ama jalan cerita selanjutnya
 
mantabpp shu slalu bkn pnasran ,btw dkira ane dina.dini ntu sudara kembar trnyta tman sj to he
tnks updte y hu
 
Bung DH suka pakai tokoh dengan nama depan "Ar" ya...cerita sebelumnya Arya yang sekarang Arta...jangan2 nama asli Bung DH depannya ada "Ar" nya juga.. :bingung:
 
Terakhir diubah:
ceritanya khas suhu DH banget, ga pake nama penulis juga dah ketahuan sapa yang buat. cerita yang keren suhu, semangat :banzai:
 
Satu cerita lagi dari suhu DH ijin gelar tenda ya suhu... Pasti mantapppp seperti wild love... Alur ceritanya ane suka... Bravo suhu DH...
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
G kehilangan sentuhan sampeyan DH sensei...Flashback si Arta jd culun diceritain dengan pas. Tp mang dasarnya Kang DH suka ngenalin karakter buanyak jadi kadang sering lupa..
 
Asyik ada cerita baru gan DH
 
ceritanya ngalir, enak banget bacanya..

ada beberapa typo sih suhu, semoga update selanjutnya bisa lebih joss lagi..

:cendol:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd