Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERITA IDA (Story of Teh Ida)


Nama : Aditya Pratama
Umur : 8 tahun
TB/BB : 118cm/40kg
Deskripsi : Sahabat anaku


Namanya Aditya Pratama, biasa dipanggil Adit dan dia adalah teman sekelas anaku Alif. Adit adalah salah satu "korban" kenakalanku. Anaknya gemuk, putih, lucu dan menggemaskan. Anak ini sepintas, mirip karakter Russel dari filem kartun berjudul Up.

Aku yang sejak dulu memiliki penyakit eksibisionis ini, sejak menikah mencoba membatasinya. Tidak sembarang laki-laki bisa menikmati tontonan tubuh indahku ini. Paling tidak, hanya kepada anak lelaki belasan tahun ke bawah saja aku melakukannya. Bukan karena aku seorang pedofil ataupun penggemar “brondong”, Aku punya alasan yaitu demi keamanan.

Jika aku memamerkan buah dadaku misalnya kepada seorang lelaki dewasa, aku khawatir akan diartikan berbeda. Dalam pikiranku, lelaki itu akan punya sangkaan bahwa aku menginginkannya. Lebih celaka lagi kalau dia tertarik dan ada hati padaku, bisa membahayakan keutuhan rumahtanggaku tentunya. Dan tentu saja aksi pamer diri ini kulakukan seolah-olah secara tak sengaja. Aku tak mau sasaranku tahu bahwa aku sengaja mempertontonkan tubuhku. Aku adalah tipe perempuan setia, yang selama ini aku hanya berhubungan seks dengan suamiku seorang.

Jika misalnya ada pertanyaan bagian tubuhku yang mana yang paling kusukai, tanpa ragu aku akan menjawab buah dada dan kakiku. Aku bangga dengan bentuk buah dadaku yang ranum dan mulus, meskipun ukurannya termasuk kecil. Blouse atau kaus yang ngepas di badan akan makin mempertegas ramumnya buah dadaku ini. Bila aku sedang jalan-jalan di mall misalnya, tidak sedikit lelaki yang berpapasan denganku selalu “tertangkap” oleh mataku sedang menatapi dadaku. Selain dada, aku menyadari memiliki sepasang paha mulus dan jenjang. Paha mulus yang ditopang oleh pehampang berupa dua bongkahan yang indah.

Dan kedua penampang paha inilah yang menjadi senjata pamungkas utamaku. Sepasang bongkahan pantat yang kencang berbentuk lingkaran yang nyaris sempurna. Bila sedang bertelanjang, ketika mandi atau ganti pakaian di kamar, tak puas-puasnya aku mengagumi tubuhku sendiri di depan cermin. Mungkin ini jenis kelainan lagi? Semacam narsis atau apa gitu?

Siang itu aku terjaga dari tidurku terdengar suara ribut dari ruang tengah. Kudengar suara percakapan anaku dengan sahabatnya, Adit. Siang itu adalah hari minggu, Aceng dan Evi sedang jalan-jalan ke luar. Hanya ada aku, anaku Alif dan sahabatnya yang bernama Adit itu. Dengan malas Aku bangkit dari tempat tidur, ingin ke kamar kecil.

Aku keluar kamar, di ruang tengah memang ada anaku dan temannya yang sedang asyik bermain Playstation.

“Udah pada makan belum?” sapaku.
“Udah” jawab mereka berbarengan, lalu mereka kembali asyik dengan kegiatan mereka. Aku berjalan menuju kamar mandi di belakang.
Selesai dari kamar mandi aku ke dapur membuat minuman es teh manis kesukaanku. Selesai bikin teh aku duduk di salah satu sofa di ruang TV, menikmati minumanku. Kebiasanku menikmati es teh secara perlahan, aku seruput sedikit demi sedikit. Es teh manis berkhasiat menyegarkan tubuh yang sedang lesu, begitulah paling tidak pengalamanku selama ini.

"Dit, maen GTA aja yuk!"
"GTA kan gak bisa berdua, Lif?

"Kita gantian aja. Kalo aku mati giliran kamu."
"Oke deh.."

Ketika aku mengalihkan pandangan ke Adit yang sedang santai ini, ternyata matanya tak sedang ke arah TV tapi menatap kakiku. Tapi secepat kilat matanya kembali ke TV setelah “tertangkap” olehku. Kelihatannya anak ini dari tadi menatapiku, ketika sedang membuat teh tadi pun aku merasa ada sepasang mata yang memperhatikan gerakanku.

Ah, dasar laki-laki! Padahal anak ini seusia dengan anaku Alif yang pada saat itu masih duduk di bangku kelas 3 SD.

Aku baru sadar telah membuat kesalahan. Bangun tidur tadi aku tak mengganti pakaian tidurku. Pakaian tidur berupa piyama tipis berwarna putih , pendek pula dan berkancing di dada. Aku tidak mengenakan celana tidur maupun pakian dalam di baliknya. Sehinga menyebabkan ketika Aku duduk di sofa, hampir seluruh pahaku dan kakiku yang jenjang terbuka. Bahkan mungkin pandangan anak ini bisa menerobos ke sela-sela paha ku untuk menatapi celana dalamku. Sebentar, celana dalam? Kadang Aku tak mengenakan pakaian dalam ketika tidur.

Aku melirik, ah untunglah … Aku mengenakannya, hanya menang aku tidak mengenakan bra. Sehinhga kedua puting susuku akan terlihat menerawang dari balik piyamaku.

Kuletakkan gelasku ke meja kecil, aku turun dari kursi dan ke kamar hendak berganti pakaian. Ekor mataku menangkap anak itu terus menatapiku sewaktu aku berjalan menuju kamar.

Kulepas baju tidurku dan kuambil daster dari lemari pakaian. Seperti biasa sebelum mengenakan pakaian aku mengagumi tubuhku di depan cermin. Buah dadaku yang masih ranum dengan sepasang puting yang masih terlihat indah walaupun sudah pernah aku menyusui anakku, dan suamiku sampai sekarang hehe. Sepasang pahaku yang mulus dan berpenampang nyaris lingkaran sempurna.

Mendadak ada perasaan aneh menyelinap, dadaku berdesir, teringat akan adegan film JAV “Female Teacher” yang dibintangi oleh Yui Hatano. Cerita tentang anak lelaki remaja yang suka ngintip perempuan dewasa yang sedang berganti pakaian.

Suatu saat perempuan itu menangkap basah si pengintip. Bukannya dia marah tapi malah menyuruh anak itu masuk ke kamarnya disuruh duduk. Mulailah perempuan itu mencopot bra-nya dan memamerkan buah dadanya. Hari berikutnya tak hanya bra yang dilepas, tapi celana dalamnya juga. Lalu kesempatan berikutnya dia jadi ‘guru’ yang mengajarkan anak polos itu bagaimana caranya berhubungan seks.

"Sshhhh.. Aahhhh.."
Ingatan pada adegan film itu menjadikan Aku untuk berbuat agak nekat. Aku tak jadi berganti pakaian. Dengan tetap berbaju tidur ini aku keluar kamar menenteng majalah dan duduk di sofa tadi, pura-pura membaca. Dari balik majalah aku menangkap anak tadi menatapi pahaku. Dan aku pun mulai merasakan “nikmatnya” eksibisi seksual. Aku terrangsang justru ada lelaki lain yang matanya menikmati tubuhku. Kusilangkan kakiku sehingga membuat bagian bawah pakaian tidurku semakin naik dan makin banyak pahaku yang terpampang. Melakukan gerakan tadi dengan mataku tetap tertuju pada majalah. Aku tak perlu khawatir anaku yang sedang bermain PS, sebab dia duduk membelakangiku.

Duduk di sofa dengan posisi kaki menyilang begini mustinya celana dalamku terlihat sedikit. Tapi aku tak yakin. Aku ingin dia bisa melihat celana dalamku juga. Untuk meyakinkannya aku menurunkan kakiku yang menyilang, duduk biasa dengan paha sejajar. Lalu beberapa saat kemudian aku menggoyang-goyangkan kaki kananku, layaknya dilakukan orang kalau sedang asyik membaca. Gerakan yang membuat pahaku membuka dan menutup bergantian dengan cepat. Dengan begitu anak itu bisa mengintip kelebatan celana dalamku berulang-ulang.

Kuberi kesempatan kawan anaku itu menikmati pangkal pahaku lebih leluasa. Dari tepi majalah kuintip sekejap mukanya. Benar, pandangan matanya lurus ke arah pangkal pahaku. Wajah itu merah padam. Usahaku berhasil ….!!

Mendadak suatu aliran hangat menyebar ke seluruh tubuhku. Kurasakan mukaku juga menghangat, dadaku berdesir. Beberapa saat kemudian seluruh tubuhku terasa panas. Aku mengenali perubahan tubuhku yang seperti ini adalah ketika aku terrangsang. Ini sungguh suatu reaksi yang tak kuduga sama sekali. Aku jadi terangsang ketika sedang beraksi memamerkan tubuhku kepada anak lelaki yang seumuran dengan anaku itu. Selangkanganku membasah. Aku begitu menikmati kondisi seperti ini. Ingin rasanya aku mencopoti pakaianku sekarang juga di depan anak itu. Untunglah, Aku masih mampu mengendalikan diri. Ada anaku di situ.

"Adit, nih giliran kamu!"
Aank itu seperti tersadar lalu segera menoleh ke arah anaku. Dia pun mengambil joystick PS yang diberikan anaku. Namun....

"Eh, kamu terusin dulu aja deh. Aku nonton aja dulu." tiba-tiba dia mengembalikan joystick itu ke anaku.

"Beneran nih, Dit? "
"Iya beneran, aku nonton aja dulu."

"Oke deh."
Anaku kembali melanjutkan permainannya. Tak kusangka, rupanya Adit lebih menikmati pertunjukan paha mulus milik ibu sahabatnya ini.

Dalam keadaan terangsang begini kadang muncul bermacam ide nakal. Aku tak ingin anak itu hanya melihat celana dalamku, Aku ingin dia bisa melihat lebih. Membuka kaki lebar-lebar? Ah, akan kelihatan sekali pamernya. Kuingin aksi pamer ini terjadi seolah-olah Aku tak sengaja. Masuk kamar dulu, lepas celana, dan duduk lagi di sini ? Ini juga akan terkesan sengaja. Jadi bagaimana? Aha!

Pahaku tetap membuka sedikit dan Aku tetap pura-pura membaca. Tangan kanan memegang majalah sementara tangan kiriku mulai membuka kancing-kancing di dada. Gerakan tanganku membukai kancing ini tentu saja tak terlihat oleh anak itu karena sengaja kututupi majalah. Hanya dua biji kancing yang kubuka, dan hanya satu sisi belahan baju saja yang kuturunkan, agar memberi kesan tak sengaja. Walaupun begitu buah dada kiriku cukup terbuka dengan sedikit ‘penampakan puting susu yang berwarna pink ini. Siap Action!.

Kuturunkan majalah dan kuletakkan ke pahaku untuk tetap membaca, sehingga tubuhku sedikit membungkuk. Ini akan memperjelas penampakkan sebelah buah dadaku kepada anak itu. Sebenarnya aku ingin melihat wajahnya untuk menangkap reaksi atas aksiku ini, tapi tak usahlah, biarkan saja dia menikmati suguhanku.

Lagi-lagi kurasakan desiran di dada serta aliran hangat yang menjalar ke seluruh tubuh. Kali ini rangsangannya lebih hebat. Ingin rasanya Aku bertelanjang bulat sekarang juga di depan anak itu. Ada yang meledak-ledak di dalam tubuhku. Aku ingin kelembaban di bawah sana bisa “diselesaikan”.

Aku menginginkan suamiku! Ah… kemanakah dia? Masih lamakah dia lautan lepas? Tak tahan Aku bila membara terus seperti ini. Akupun gelisah. Aku turun dari kursi. Tanpa kusengaja tepi pakaian tidurku ada yang nyangkut di kursi sehingga sewaktu kakiku mendarat di lantai seluruh tubuh bagian bawahku terbuka, di depan anak itu! Cepat-cepat aku tutup kembali pakaian yang tersingkap itu. Mataku refleks menatap anak itu, dan dia tertangkap sedang melotot fokus ke celana dalamku yang tadi seutuhnya terbuka….

Aku melangkah masuk kamar. Aku ingin tahu apa saja yang telah terlihat oleh anak itu. Kusingkap pakaianku di depan cermin. Kira-kira tadi tersingkap sebatas ini, berarti anak tadi sempat melihat sebagian perutku yang putih, dan… tentu saja termasuk celana dalamku yang membasah di bagian bawahnya yang membuat memek ku kelihatan jelas. Aku tak tahu gimana reaksi anak itu. Yang jelas justru sekarang aku yang horny…

Dalam kondisi yang gelisah dan “megap-megap” begini apalagi yang bisa aku harapkan selain menylakan mainan kontol-kontolan yang aku beli di Toko Online langgananku.

Bersambung....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd