Bonus Gan
Chapter III
Di sebuah kosan elit
“aah, ah, ah”, suara desahan terdengar sampai keluar kamar. Untungnya penghuni kosan tersebut lagi banyak yang keluar.
Gue cuma bisa diam diluar sambil mendengarkan suara kenikmatan tersebut.
Dua bulan setelah berita ayah gue, gue memutuskan untuk pulang kampung bertemu dengan ibu untuk melihat keadaannya. Tapi timbul permasalahan dimana gue tidak punya uang. Gue masih dikirim uang saku oleh keluarga gue yang lain, Cuma untuk ongkos pulang kampung gue masih tidak punya. Didorong rasa ingin bertemu ibu, gue menebalkan muka untuk meminjam uang ke satu-satunya teman (sahabat) gue yang tajir dan selalu mendukung gue. Bagas.
Disinilah gue berdiri di depan pintu kosannya.
“ah ahh, enak sayang, masukin dong, dedeknya udah ngaceng-ngaceng gitu tuh”, gue mendengar suara wanita secara jelas dari dalam.
Anjir baru mulai.
Gue melihat keadaan sekitar, sejauh ini aman sih. Kosan Bagas termasuk kosan elit, berbentuk cluster dengan beberapa rumah di dalamnya. Setiap rumah memiliki 8 kamar, kamar Bagas salah satunya. Seperti yang Bagas ceritakan, kosannya itu termasuk bebas dan campur. Tidak jarang ketika gue ke kosan Bagas, gue mendengar suara persenggamaan atau sekadar melihat cewe setengah telanjang keluar mengendap-ngendap mengambil air minum di dispenser ruang tengah. warga sekitar juga tidak terlalu peduli dengan apa yang terjadi di cluster ini karena pihak pengelola sudah membayar upeti yang banyak untuk jawara kampung ini. jadi kegiatan apapun asalkan tidak termasuk narkoba dan minuman keras, semua diizinkan.
Gue Cuma bisa duduk di kursi depan pintu kosannya, menunggu permainan mereka selesai.
“nanti dulu, kalau mau masukin harus basahin dulu kontolnya hehe”, suara Bagas kini terdengar.
Suara desahan kini berganti bunyi celup benda tumpul ke tempat yang basah.
Klok klok klok klok klok
“hmmph, hmmphh”, suara erangan Bagas terdengar, gue ingin menutup kuping tapi penasaran dengan siapa cewek yang kini bersama Bagas.
“enak banget mulut lo Sarah, ahli banget looo”, kata Bagas.
Ooh Sarah si bodi bohay, Makasi Gas udah ngasi tau
“hmmph hmmph”
Klok klok klok klok
“puahh, slurppp”
“udah basah tuh, sekayang macukin dong”, kata Sarah
Manja banget suaranya
“iye, iye”, kata Bagas.
.
“Ooooh”, teriak Sarah dari dalam kamar.
“Oooooh, ooooh, ooooooh”, desahan merdunya keluar dari mulut Sarah berbarengan dengan suara kasur.
Kuping gue mulai panas. Gue membayangkan Sarah yang setiap harinya duduk di bangku depan saat kuliah, bertanya ke dosen sambil membusungkan dadanya, dengan bibir sensualnya. Sehari-harinya dia sering memakai baju dengan warna cerah dan ketat, sehingga sejak hari pertama kuliah pun dia sudah menjadi bahan pembicaraan di angkatan. Pembicaraan tentang keseksiannya pastinya. Kini, Sarah si bohay dengan rambutnya yang sebahu dan tatapannya yang sayu sedang dipacu oleh teman gue Bagas.
“Ooooh, enak Gas, enak”, terdengar suara Sarah kembali
Fuck, gue jadi ngaceng
“memek lo juga enak banget Sarah, rapettt”, kata Bagas sambil mengeluarkan nafas berat karena sedang memacu Sarah.
“Sar, balik badan sekarang”, suara kasur terhenti.
“Ooh, oh iya Gas”
Anjir, ganti gaya nih
Suara kasur sedikit berdenyit.
“UUUUUUH”
“BAGASSSSSS”, jerit Sarah
“UUUUH”
“Hmmphhh”, erangan Bagas terdengar.
“hosh hosh, aaaaaaah, sakit Gas, kenapa disituuuuu”, teriak Sarah.
Anjrit, anal nih?
“Hosh hosh, hehe, penasaran gue sama lubang mungil ini”, kata Bagas.
“tapi kan sakitttt, Sarah belum pernah, auuuuuh”, Suara Sarah lagi.
“hosh hosh, penasaran hehe”
“auhhh, oooh, ooooh”, gue hanya mendengar desahan Sarah yang menjadi-jadi dan suara kasur kembali bergoyang.
Kini terbayang di kepala gue, pantat Sarah yang sekal dan mengetat di celana jeans yang ia pakai saat kuliah. Kini lobang pantatnya sudah dijebol oleh Bagas.
Gue mulai resah di tempat duduk. Udah 15 menit gue mendengar persenggamaan mereka. Ingin hati menggrebek mereka dan untung-untung gue diajakin gabung. Tapi gue masih menahan karena kepikiran orang tua gue.
Anjritttttt..... itu lobang bo’ol Sarah gimana anjir dijebol gitu
Gue masih mencoba tahan.
“oooh, ooooh, ooooh”
“hmphh hmphh”
“oooh”
“ooh”
“aaaaaaaaaah”, teriak Sarah panjang dan suara kasur mulai berhenti.
“enak gak? Hehe, dua penetrasi langsung?”
Ha? Dua? Ada cowok lain?
“hehe iya yang, gak pernah Sarah diginiin”
Diginiin? Diginiin apaan?? Fuck gue penasaran.
“Sekarang keluarin gue dong Sar hehe”
“siap bos!”
Tunggu, tunggu gue masih penasaran sama yang tadiiii.
Fix, gue harus gerebek
Gue perlahan maju ke pintu kosan Bagas.
Klok klok klok klok klok
Suara blowjob Sarah kembali terdengar.
“Ahh, enak banget Sar”
Gue mikir ulang, yakali gue rusak suasana Bagas lagi enak-enak.
“iya dong kan Sarah ahlinya hihi”, Suara Sarah yang emang udah seksi kayak bodinya makin bikin gue merinding dan pengen masuk.
“nanti kapan-kapan gituin Sarah kayak tadi lagi yah”, Suara seksi Sarah meruntuhkan tembok pertahanan gue.
Cukup, gue harus tau Bagas habis ngapain Sarah.
Dok dok dok
“Gasssssss”, teriak gue manggil
“Anjir anjir anjir”, suara panik Bagas terdengar dari dalam. Disusul oleh suara gemerasak gemurusuk.
“Gassss, Gassss, oi Gas”
Anjir gak sopan banget manggil orang, padahal mau pinjem uang
“kepada Bapak Bagas yang terhormat, harap dibuka pintunya”, kata gue memeragakan suara polisi campur MC.
Apaan sih gak jelas.
Bruakkk. Pintu dibuka.
“Apaan sih lo gak jelas”, kata Bagas yang bertelanjang dada.
“hehe”, gue Cuma bisa nyengir. Karena jujur aja, gue blank.
“ketawa-ketawa lagi, sendirian kan lo?”, tanya Bagas.
“Iya Gas, gue sendirian”
“yaudah masuk buru”.
Oke, sebenarnya gue bingung kenapa gue bisa senekat ini buat ngegedor dan masuk. Lalu apa yang gue harus lakukan? Langsung ke intinya mau pinjam? Ya enggak dong, kan gaenak soalnya gue habis ganggu dia main. Terus gue harus ngapain? Gue penasaran dengan apa yang Bagas perbuat dengan Sarah. Masa langsung gue tanya juga “Gas, lo habis ngapain?”, ya ngewe lah jawabannya. Tapi, di dalam lubuk hati gue yang paling dalam, gue sangat dan pengen banget bilang kalimat ini.
“Gas, boleh join ga?”
Untungnya gue gak bilang kalimat tersebut. gue Cuma bisa berdiri dan memandang takjub ke arah wanita yang sedang mecoba menyelimuti setengah bagian tubuhnya dengan selimut. Wanita yang selama ini jadi pembicaraan di angkatan, wanita yang baru aja dijebol analnya beberapa menit yang lalu. Sarah. Gue ngiler abis.
“Bentar Gung, lo duduk aja disitu, gue mau keluarin dulu”, kata Bagas santai.
“eh eh, iya Gas”, kata gue.
“atau lo mau gabung hehe, gak papa kan sayang”, kata Bagas kepada gue dan Sarah.
“hmm, Agung jago gak? Hihi”
Gue hanya bisa menelan ludah.
“jago sih, Cuma nanti dulu deh hehe”
WHATTTT
GOBLOKKK
Gue sendiri kaget malah keluar kalimat itu. tapi yaudah deh, gue Cuma duduk.
“oke”, kata Bagas cuek. Mungkin dia sadar kondisi hati gue lagi gak enak karena kejadian ayah gue.
“Sar, lanjutin dong hehe”
“Siap tuannn hihi”, kata Sarah antusias.
Bagas kini tiduran dikasurnya dengan Sarah memosisikan dirinya di bagian selangkangan Bagas.
“Jadi Gung, lo ngapain kesini?”, tanya Bagas.
Klok klok klok klok
Gue yang sedang menghadap ke jendela mau enggak mau harus memutar kursi dan menghadap Bagas yang sedang diservis Sarah. Langsung pemandangan gue ke Sarah yang sekarang posisinya seperti orang bersimpuh di selangkangan Bagas dengan pantatnya mencuat keatas.
“hehe, bo’olnya abis gue jebol tuh”.
Plakk, Sarah menepuk paha Bagas.
“Apaan sih kamu”, kata Sarah.
“hehe”, tawa nyengir dari Bagas yang kini menyilangkan tangannya di belakang kepala.
Klok klok klok, Sarah melanjutkan aktivitas naik turun kepalanya.
“Jadi gung, lo kenapa kesini”, tanya Bagas.
Gue mencoba fokus ke tujuan kenapa gue disini, soalnya dari tadi gue merhatiin bagian belakangnya Sarah yang mulus banget.
“jadi Gas, gue mau..”
“AARGH”, teriak Bagas
“Kena gigi”, protes Bagas.
“hihi, maafin dunn, cayang cayang”, kata Sarah
Chup, kepala kontol Bagas dicium oleh Sarah.
Gue kembali Cuma bisa menegak ludah.
Klok klok klok klok
“Ahhh, terus kayak gitu, Sar”, Bagas kembali terbuai, lupa sama gue.
Tiba-tiba Sarah berhenti dan menengok ke arah gue.
Sarah
“Agung, gak mau ikutan hihi”, tanyanya menggoda. Tangan Sarah masih memegang kontol Bagas dan mengocoknya sesekali.
Sarah lalu semakin menurunkan badannya dan mendongakkan pantatnya.
“lubang yang ini nganggur lho, gung”, kata Sarah tajam, memikat, seolah mencincang seluruh tembok pertahanan gue. Perlahan tangannya mengarah ke lubang Vaginanya. Jempol dan jari telunjuknya lalu melebarkan lubang vaginanya yang kini terlihat jelas di depan gue.
Sarah menn, nungging, posisi minta disodok banget.
Tatapannya yang sayu membius gue. Ohh Sarah, primadona kampus
“tusuk aku dong Gung”, kata Sarah kembali sambil mengigit bibir bawahnya. Sarah tidak berusaha centil. dia malah terkesan memerintah. suaranya yang tegas seperti membuat Junior sudah tidak tahan untuk masuk ke sarangnya yang menganga lebar di depan gue.
Bodo amat, tembok pertahan sudah runtuh
Gue lalu berdiri membuka celana gue.
“Nah, gitu Gung, lanjutin kayak pas di kafe XX”, kata Bagas menyemangati gue, yang ternyata memberikan dampak negatif ke gue.
Sial
Andai saja...
1
2
3
Ucapan Bagas melempar gue ke memori ketika mendengar kabar dari Ibu soal ayah. kejadian di Cafe. Telfon itu. Kabar yang disampaikan. Semua kejadian setelahnya seperti bertubi-tubi menyerang ingatan gue dan membuat gue sadar kondisi gue yang sekarang. Gue mengurungkan niat untuk membuka celana. nafsu gue menurun tapi gak hilang.
Gue tetap manusia men
“huft”
Sarah dan Bagas sama-sama terdiam melihat perubahan di gue.
“Gas, nanti deh, gue tunggu diluar aja ya”, kata gue langsung keluar. Selagi keluar gue dengan sekuat tenaga menutup seluruh memori tentang tubuh Sarah dan menekan nafsu sedalam mungkin. bukan saatnya gue kayak begini. Ayah lagi di tahanan menunggu pengadilan, ibu di rumah nenek sedang depresi. Engga. Jangan sekarang, pikir gue.
Ketika gue menutup pintu, gue melihat Bagas yang masih bengong melihat kearah gue. Bukan hal yang besar sih, karena selanjutnya gue masih mendengar aktivitas mereka.
“Hah, yaudah deh”, kata Bagas.
“Kamu duduk di lantai Sar”, Suruh Bagas.
“minum yang banyak dulu, biar gak kering hehe”
“Siap ya Sar”
Lalu suara itu kembali terdengar,
Klok klok klok klok
“hmmph, hmmphh, hmphh”, desahan dari mulut Sarah seperti tersumpal sesuatu.
“hmmph, hmmph, hmmphh”
“Ayo Sar, deepthroat Sar, yang dalam Sar”
“hmmphh, aahhh”
“napas dulu Gas, jangan kuat-kuat jambakin rambutnya”, protes Sarah.
“iye, lanjut dong”, kata Bagas lagi.
Klok klok klok klok
“hmmmph, hmmph, hmmph, puahhh”
“hhmmmpph, hmmph, hmmph, hmmpph, puahh”
Suara Sarah beritme yang bisa gue artikan, kulum kulum kulum yang dalam lalu lepas, begitu terus. layaknya Slow motion, terbayang di kepala gue bagaimana Sarah sedang di ewe mulutnya oleh Bagas. Bibir Sarah mengulum lepas kontol Bagas dan menyelimutinya dengan air liur. Sungguh pemandangan yang indah dengan melihat wanita seseksi Sarah bersimpuh dibawah dengan mulut yang tersumpal kontol.
Klok klok klok
“Gokil, Sar, toket lu kenyel banget, pentilnya ngacung begini”, suara Bagas lagi.
“mmph mmph, mmph, mmph, mmph”, suara sumpalan mulut Sarah makin sering terdengar.
“Anjing lo Sar, mulut lo enak banget, gue sodok sodokin nih”
“mmph, mmph, mmph”
“Bikin gue keluar Sar, bikin gue keluar Sar”
“hmmmm, mmph, mmph, mmph”
“ooh, oooh”, desahan Bagas mulai terdengar.
“mmph mmph mmph”
Klok klok klok
“hmmmm, mmmm, mmm”, terdengar seperti suara penolakan dari Sarah
“mmm, mmmp, mmp, mmp, mm, m”,
“mmph, mmmph”
“mmph, phuaahhhh”, suara puah yang besar seperti tanda pertarungan mereka telah usai.
“telen Sar”
Glup
“aaah”, desar Sarah lagi.
Plakkk, suara tepokan.
“sakit tau, kamu lama banget, hampir gak bisa nafas aku”
“hehe, enak kan”, kata Bagas lagi.
“tau ah”, lalu terdengar pintu tertutup, sepertinya Sarah ke kamar mandi membersihkan dirinya.
Beberapa saat kemudian, Bagas keluar dan gue mengutarakan permintaan gue. Bagas yang mengerti langsung memberikan pinjaman tanpa batas waktu. dia juga sepertinya mengerti kenapa gue gak ikut bergabung dengannya tadi. Ketika gue mau pulang Bagas masih menawarkan Sarah yang masih gue tolak, walaupun Junior sepertinya penasaran. Di akhir perbincangan ada satu hal yang masih bikin gue penasaran,
“Gas, lo tadi ngapain si Sarah, gue denger dua penetrasi maksudnya apaan?”, selidik gue.
“ooh, lo dari tadi denger toh, haha, gue kasi tau rahasianya”, kata Bagas sambil kembali masuk ke kamarnya.
“yaiyalah gue denger kan suara lo gede bang.... hiiiiy”, teriak gue ketika Bagas melemparkan sesuatu berbentuk lonjong ke arah gue.
Sebuah dildo berurat berwarna hitam yang gue kira ular. Dan dia bergetar sendiri
“Anjriitttt”, teriak gue menghindar. Karena gue serem melihatnya
“Hahahaha”, tawa Bagas.
“kapan-kapan join lah biar dia ngerasain kena sodok dua daging asli”, kata Bagas lagi.
“iyanih Gung, penasaran hehe, kok bisa-bisanya lo nolak” kata Sarah centil setengah telanjang dibalik badan besar Bagas.
“engga-engga, makasih, gak dulu kalo sekarang”, kata gue masih ngilu melihat Dildo hitam berurat yang gede banget.
“kan kapan-kapan gue bilang, Gung”
“iye-iye liat nanti Gas, makasi Gas, Sar tawarannya”, kata gue sebelum akhirnya pamit karena masih geli melihat dildo tadi.