Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Catatan si Iqbal: Pengemudi Penikmat Perempuan (Update Series)

Laras Series : Bali, Pandemi, Adaptasi (Part 6)​

Mulustrasi

Laras

Selesai sudah pekerjaan ku di Bali 2 hari yang cukup padat untuk membagi waktu urusan kerjaan di jakarta, dan sesi photoshoot konten di bali yang berlokasi di berbagai titik. Puncaknya adalah mengejar sunrise di Gunung Batur, yang menjadi final photoshoot dan video creation yang dikejar oleh tim.

Laras: It’s a wraaappp!!! Thank you to all the crew.. Udah selesai semua stock shootnya!!!​
Joshua: Kelar juga ya boookkk.. Harusnya jadinya sesuai sama moodboardnya.. tapi lain kali jangan naik gunung book, betis bekonde neikk…​
Laras: Ya namanya juga produk sports fashion kak, ya aktif lah kegiatan. Kan kalo disini dapet sunrise-nya.​
Iqbal: By the way, nanti buat first draft dari video sama photo session ini bisa dilihat kapan?​
Laras: Based on timeline by maximum 1 week sih, tapi kalau in parallel udah bisa di share aku info ya.​

Karena sesi produk fashion yang ku urus sudah selesai, aku memilih kembali ke hotel di Nusa Dua dan berpisah dengan rombongan. Selain untuk istirahat dan mempersiapkan keberangkatan besok pagi menuju luar negeri karena urusan mendadak, aku juga harus mengurus mobilku yang akan di-towing menuju Jakarta.

Ternyata dengan sendirian berada di kamar hotel, juga ada baiknya untuk fisikku. Aku bisa tidur pulas tidak terganggu maupun tergoda untuk enak-enak. Hanya saja saat ku terbangun, jam sudah menunjukkan 1 malam dan sudah ada 3 telepon miss call dari Laras. Baru ku lihat pesan terakhir 15 menit yang lalu, dimana Laras minta di jemput di sebuah bar di kawasan Seminyak, Bali.

Untung saat itu dari pihak hotel menyediakan kendaraan yang bisa dipakai urgent untuk ke tengah Bali, dimana mobil tersebut sudah dilengkapi dengan driver yang bisa menunjukkan keberadaan lokasi bar tersebut.

Iqbal: Malam bli, mohon diantar ke MxxWxxx Bar ya bli. Itu katanya di seminyak, kira-kira berapa lama ya?​
Driver: Paling 30 menit pak kalau tidak ada traffic. Ini bapak mau di drop off saja ato ditunggu?​
Iqbal: Oh tunggu, saya cuma mau jemput pacar saya aja.​
Driver: Ohh jemput pacar. Cowoknya di situ ya pak?​
Iqbal: Kenapa tuh bli? Pacar saya cewek by the way.​
Driver: Astaga maaf saya gak sopan. Soalnya itu club terkenal kumpulan pasangan gay, terkenal “Jalur Gazza”. Saya soalnya biasa ada tamu anter jemput kaya begitu.​
Iqbal: Aman bli, pacar saya untungnya saya cek masih wanita..​
Driver: Misal bapak gak nyaman takut ke dalem, saya bisa bantu jagain pak sambil bantu cari pacarnya.​
Iqbal: Boleh banget bli, gak paham saya skena club di bali. Mending sama bli saja yang sudah hapal tempat.​

Benar saja, ternyata baru selangkah mendekat di depan club itu, sudah terasa aura-aura yang agak kurang nyaman buatku. Ya, club yang Laras datangi adalah club yang terkenal menjadi tempat berkumpulnya kaum-kamu pria gay. Pantas saja dibilang jalur Gazza!


Joshua: Eh paaakkk.. Bentar, kok main kesini sih. Jangan-jangannnn, eh bawa siapa itu?​
Iqbal: Laras mana? Sama kamu ya tadi kesini?​
Joshua: Oh Laras, tuh di dancefloor deh diajakin orang. Sini aja dulu pak chill mimican dulu, ajakin temannya juga..​

Aku agak kurang memperhatikan Joshua yang dalam kondisi setengah mabuk, ditemani “partner” pria bule yang masih saling enjoy dengan dentuman musik trance yang menggelegar. Dengan pemandangan yang menurutku “kurang nyaman” itu, aku harus bisa mencari dimana Laras berada.

Sungguh pemandangan di depan mataku di luar nalar. Laras berdansa di apit oleh 2 pria kekar, satu keturunan Arab dan satunya dari Eropa. Kedua pria ini awalnya kukira bakal melakukan tindakan asusila pada Laras, apalagi keduanya hanya menggunakan celana pendek, sedangkan laras dengan hot pants, top kemeja putih semi menerawang melihatkan bikini warna kuning terang.

Rasanya ingin segera kutarik Laras dari dance floor itu. Tapi disisi bersamaan, sungguh liar sekali Laras bisa menari bebas mengikuti gerakan kedua pria yang sedang menjepit erat dirinya. Jika mengacu standar pria normal, pasti aksi ini sudah membakar nafsu kedua pria tersebut, apalagi ini Laras sedang liar-liarnya. Tapi aku baru sadar, ini gay club, bisa jadi kans mereka nafsu sama Laras merosot jatuh ke jurang terdalam.

Laras: Iqbal, ihh dateng jugaaa.. Sini-sini ikutan.​
Iqbal: Pulang yuk udah…​
Laras: Masih enaaak. Eh kenalin ini Pedro sama Albar.. Besties, this is my hunny bunny Iqbal.. Gapapa kok mereka couple gak bakal jailin aku..​
Iqbal: Udah jam berapa ini, yuk pulang.. Sorry guys, I took her out ya..​

Akhirnya ku berhasil menarik Laras dari dance floor, dan dibantu driver tersebut harus membawa Laras dalam kondisi mabuk. Sepertinya Joshua dan pasangannya sudah tidak ada di meja club tersebut, atau mungkin sebenarnya mereka lagi di tempat lain, tak peduli. Yang penting Laras sudah bisa diselamatkan dari club tersebut, dan kini sudah berada kembali di kamar hotel dengan aman selamat sentosa.

Laras: Kamu sebel ya aku tadi turun?​
Iqbal: Kamu tuh kalo mabok out of control, Laras. Kudu dijagain. Untung aja tadi pada gak jailin kamu.​
Laras: Gak mungkin laaahh. Makanya asyik tau kalo main kesana, and ada Joshua kookk.. tapi tadi lupaa…​
Iqbal: Terus kamu ngapain call aku 3 kali? Untung kebangun..​
Laras: Oh ya? Lupaaaa… Kayaknya aku pencet emergency call jadinya kamu..​
Iqbal: Udah yuk tidur..​
Laras: Gak mauu.. Mau minum dulu…​


Diambilnya botol rose wine di kulkas dan langsung diminum langsung dari botolnya. Dari bibir Laras, mulai tumpah air wine yang meluncur sampai ke badannya. Saat Laras mencoba memberikan wine itu padaku, saat itu pula Laras mulai menari sensual dan menanggalkan pakaiannya satu per satu.

Harusnya dengan tingkat mabok seperti ini, pilihannya hanya jackpot atau langsung tidak sadar diri. Tapi ini Laras. Ia justru makin binal dan makin liar dalam menggoda pria yang ingin ditungganginya.

Mengikuti dentuman lagu, pinggul Laras mulai menari diselingi gesekan pantatnya ke sekitar area selangkanganku yang masih terlindungi celana. Kendati di tangan kiri masih firm memegang botol rose wine, namun tangan kanan sudah mulai mencoba mengeluarkan senjataku dari sarangnya.

Iqbal: Ras, kamu yakinnn?​
Laras: Bisa kok.. Nih udah ready.. Punya kamu udah keras.. Mau aku iseeppp duluuu​

Rasanya sungguh dingin plus sedikit sensasi tersengat listrik, saat kontolku berada di dalam mulut Laras. Entah apa ini efek rose wine dingin yang dia coba habiskan, atau sekedar sensasi aku yang terpancing akan aksi Laras yang membuat tubuhku panas dingin bersamaan. Rasanya ingin langsung segera ku hajar lubang memeknya dengan kontolku

Iqbal: Berdiri kamu Ras.​
Laras: Kok galak siii? Laras takuuttt… Ehhh… Auuhhh aku belum siapp yanggg​
Iqbal: Aku gak tahann…​
Laras: Aaahh Iqballl anjiiinggg!!!!​
Iqbal: Enaaakk?​
Laras: Jambak aku bal.. Anjingggg bangsaatttttt aaaahhh….​

Sungguh sebuah pemandangan gila jika kulihat aksiku bersama Laras dari sudut kaca di kamar hotel itu. Terlihat Laras menungging dengan kepala mendongak ke atas karena kutarik rambutnya, tapi bersamaan pantatnya bergoyang kencang karena dihajar oleh tubuhku.

Laras: Iqball gantiaann!! Aku mau liat kamuuu…​
Iqbal: Liat aku?​
Laras: Iya, mau liat kamu… Pas aku goyang dari atas kaya gini…​

Ohhh sungguh cara main yang sangat berbahaya kali ini. Pinggul Laras makin tak terkontrol bergoyang di atas senjataku. Semakin terlihat kebinalan Laras yang memang baru bisa keluar potensinya saat bertemu air suci memabukkan.

Tatapan sayu namun penuh nafsu juga semakin membakar gairahku untuk mencium bibirnya, mencium setiap area di leher dan kedua payudaranya. Sesekali gigitan manja pada area puting membuat Laras berteriak kencang tanda kenikmatan.

Laras: Sayang… gak kuattt…​
Iqbal: Dikit lagi ras, barengan…​
Laras: Gak bisaaaa… Ahh sayaaanngggg…​
Iqbal: Barengannn….. Hahhhh wahhh.. banjir yang..​
Laras: Ahh gila cape aku yang…​
Iqbal: Aku mandiin deh biar segeran, soalnya aku mau sekalian mandi juga, flight aku pagi jam 7 loh, ini udah jam 4..​
Laras: Ahhh sebel gak bisa temenin kamu..​
Iqbal: Gapapa, cuma 2-3 hari aja kan, nanti di Jakarta ketemu..​

***

Adaptasi menjadi kata yang tepat menggambarkan perjalanan hidupku bersama Laras. Memadukan persepsi hidup dan perilaku antar dua manusia ini memang membutuhkan proses yang tidak sebentar, kendati kedekatan kini semakin erat. Salah satu upaya yang dilakukan untuk merekatkan jalinan romansa ini, ialah dengan menetap dalam satu atap.

Ratusan jam berlalu antara ku dengannya, semua yang terjadi antara ku dengannya semakin terasa transparan. Sifatku dan sifatnya, cara pandangku dengannya, hal yang disuka dan tidak disuka, termasuk love language antara kami berdua semakin terang benderang.

Dalam logika, Laras resmi menjadi tokoh sentral dalam tahta wanita di dalam hidupku. Namun dalam lubuk hati, nama Stephanie masih melekat erat dan takkan pernah hilang. Mungkin inilah jalan yang harus kulalui, melepas bintang terindah nun jauh disana dan menggenggam bumi yang masih bisa kutapaki.

Keputusan ini bukan tanpa berpikir panjang. Ada satu momen dimana akhirnya aku seakan sadar bahwa “Laras adalah orangnya”. Dan momen ini berkaitan dengan momen dimana nyawaku sudah hampir di ujung tanduk.

Terbaring dalam kasur rumah sakit, di ruangan yang semuanya menggunakan pakaian hazmat, terbaring aku bersama Laras yang sama-sama terkena virus covid. Kami sama-sama berada di kondisi cukup kritis, sampai tiada satupun yang berani mendekati kami dan seluruh komunikasi antar keluarga hanya melalui video call semata.

Laras: Bal, kayaknya kalo kita berdua mati gegara virus sialan, fuck up banget ya rasanya.​
Iqbal: Hahaha, mang anjing si virus ini. Tapi walaupun sudah waktunya mati, ya terjadilah.​
Laras: Aku gak mau mati, kamu juga jangan mati. Ayo kita bertaruh, harus cepet-cepetan sembuh.​
Iqbal: Kayaknya yang covid macem kita, sudah di isolasi di rumah sakit begini, mau pake acara bertaruh tuh.. diluar nalar.​
Laras: Gak mau, gak bisa. Ayo bertaruh. Kita harus sembuh. Siapa yang sembuh duluan, dia yang menang. Taruhannya bebas.​

Bisa-bisanya Laras optimis dalam situasi menyakitkan ini. Di saat aku sudah merasa “ambil saja ini nyawaku”, tapi Laras menyadarkanku bahwa ini bukanlah akhir. Jadilah…

Iqbal: Okay, kamu dulu, apa taruhannya?​
Laras: Kalo aku sembuh duluan, aku mau kamu gak kemana-mana. Cuma buat aku. Gak ada cewek lain lagi, cuma aku..​
Iqbal: Ada jaminan gak kamu juga gak ada cowok lain?​
Laras: Lebih ada bakat selingkuh tuh kamu ya bal, daripada aku.​
Iqbal: Owkayyy, now my turn. Kalo aku yang sembuh duluan, well.. aku gak bisaa.. Kayaknya aku gak bisa deh taruhan gini.​
Laras: Berarti kebalikannya aja, kalo kamu yang sembuh duluan, ya.. kamu bebas jalan sama cewek lain.​
Iqbal: Yakin?​
Laras: Enggak si, tapi aku harus bisa. Doanya aku sekarang adalah aku sembuh duluan dari kamu.​

Sebuah taruhan yang sungguh diluar nalar, bagi insan mencinta diluar logika. Saling bertaruh dengan nilai nyawa, demi sebuah nilai kesetiaan. Namun taruhan adalah taruhan, siapa yang menang dia yang mendapat hadiah.

Siapa yang menang?
Seminggu berlalu, dan jawabannya….


Laras: Kamu sudah di lobby bawah yang?​
Iqbal: Udah nih, sama mama sama Lea.​
Laras: Yaudah untung aja aku udah kelar rapihin apart, masakan dari aku juga udah ready semua. Aku turun yaaaaa sayangku 💋

Ya, taruhan dimenangkan pihak Laras. Selayaknya pria yang konsisten memegang janji, ini adalah momen dimana akhirnya aku harus menyerahkan diri seutuhnya pada Laras. Akhirnya pria bandel ini bisa menghentikan petualangannya pada Laras.


Momen itu pun tiba. Pertemuan kedua keluarga, saling tukar janji sebagai pengikat pertunangan, semua terlaksana dengan begitu lancar. Meski dilakukan terbatas, namun kekhusyukan acara ini begitu terpatri di hati.

Untuk kesekian kalinya, aku terpukau oleh cara Laras berusaha meyakinkan diri dan menempatkan posisinya sebagai wanita yang tepat mengisi hidupku hingga masa tua. Terlebih ketika ada momen dimana Laras secara khusus membacakan sebuah surat, yang langsung dibalas pelukan hangat mamaku, sebagai "kunci" restu bahwa kami bisa melangkah hingga ke jenjang pernikahan.

Aku masih jauh dari wanita yang sempurna,
Namun bersama Iqbal, Aku merasa jadi sempurna.
Aku sayang kamu karena kedewasaan mu. Aku sayang kamu karena kamu selalu ada. Dan aku sayang kamu karena hanya kamu yang perlakukan aku layaknya wanita satu-satunya.
Terima kasih, untuk kamu yang rela bersabar, menyayangi, dan menghadapi wanita ini. Kamu bisa menerima aku, baik di masa lalu, dan di masa kini.
Terima kasih, kamu bersedia ada di samping aku, membimbingku menuju hal baik, menjadi partner yang saling mengisi. Aku hanya bisa berusaha memantapkan diri untuk menjadi pasangan terbaik untuk kamu.
Benar kata kamu “Ada hal yang di aku ga bisa, kamu bisa. Ada yang kamu ga bisa, aku bisa”. Semoga niat kita kali ini menjadi jalan yang direstui semua pihak, dan membawa berkah buat kita berdua.
Iqbal, mohon jaga hati aku dan kepercayaan aku yang seutuhnya kini untukmu. Aku juga akan jaga kepercayaan kamu dan belajar jadi sosok pendamping kamu nantinya.
Tante, saya mungkin bukanlah calon terbaik buat Iqbal. Tapi saya akan terus berusaha memantaskan diri untuk menjadi yang terbaik untuk iqbal.
Ibu & Ayah, mohon doa restu dan izin karena Laras ingin menentukan nasib Laras sendiri. Termasuk pilihan bersama Iqbal.

***

Akhirnya, proses penentuan pernikahan pun ditentukan, bahwa awal tahun 2021 menjadi momen sakral pernikahan aku dengan Laras. Selama momen tersebut, bisa dikatakan baik aku dan Laras saling melarutkan diri dalam euforia ingin memulai hidup baru bersama.

Laras: Akhirnya jadi konsepnya sama wedding organizernya. I'm so happy babe.​
Iqbal: Aman kan, urusan printilan begini bisalah aku. Sekarang aku lapeeerr banget.. Mau dong ramen yang biasa kamu bikin.​
Laras: Tapi kamu mandi dulu dong.. Mentang-mentang gak keluar seharian, males mandi ya kamu.​
Iqbal: Siap bu boss.​

Menikmati Jakarta yang sedang dirundung hujan memang paling pas diselingi dengan makanan hangat, salah satunya adalah ramen. Apalagi harus diakui urusan masak memasak, Laras tiada dua. Malah harusnya Laras punya bisnis restoran jika masakannya seenak ini.


Harusnya selesai aku mandi, ramen yang dimasak Laras sudah lengkap tersaji dengan segala kondimen berstandar restoran jepang. Namun entah mengapa, selain lapar perut, bagian bawahku juga lapar menginginkan Laras. Tak ada salahnya kan untuk bisa keduanya.

Iqbal: Udah jadi ramennya yang?​
Laras: Belum, masih bikin kuahnya baru nanti masak mie-nya. Tapi karaage sama yang lainnya udah jadi. Kenapa?​
Iqbal: (memeluk laras dari belakang) Gapapa, aku nanya aja.​
Laras: Ih masih basah kamu.. Jangan aneh-aneh deh..​
Iqbal: Bakal berapa lama jadi?​
Laras: 5-10 mins sih jadi.. Ih kamu apa sih?​
Iqbal: Quickie yuk..​

Tanpa meminta jawaban atau konfirmasi, sehelai kain kemeja dress hitam yang menutupi badan Laras pun jatuh ke lantai. Dari belakang, kuciumi leher Laras yang begitu bersih wangi, dan meluncur ke pundak sembari melepas bra yang melindungi kedua aset indah yang menggantung di dada Laras.

Laras: Bal, nakal deh kamu… Aku lagi masak..​
Iqbal: Just quickie babe, bisa dong..​
Laras: Jangan.. aku nanti jadinya main sama kamu enggak masak nih..​
Iqbal: Only 5 mins, gapapalah.. Muah..​

Ohhh.. Laras pun kalah dalam godaanku. Usai kedua bibir ini bertemu, tanpa komando Laras langsung melepas handuk yang mengikat tubuhku. Digenggamnya senjata pamungkasku untuk kemudian ia cium dan ia lumat dengan penuh kasih. Ohhh…

Laras: Kenapa cepet banget si bangunnya..​
Iqbal: Aku lagi pengen.. hehe​
Laras: Gantian, coba bikin aku basah bisa cepet nggak.​

Dengan posisi menungging, aku harus duduk berlutut untuk bisa menyambut vaginanya yang tak kalah memikat. Hanya dengan permainan lidah dan sedikit kulakukan fingering, lubang kenikmatan itu sudah basah dan siap untuk dimasuki oleh kontolku..

Laras: Ahhh balll.. Shittt…​
iqbal: Masih seret ya? Mau aku ambil pelumas?​
Laras: Enakkk.. aahh gak konsen..​
Iqbal: Aku juga gak tahan goyangin kamu…​
Laras: Don’t stop… ahhh hhh hhh…​

Memainkan gaya sex berdiri, memang pemandangan yang bisa kulihat dari tubuh Laras pada saat itu adalah punggungnya saja yang mulus. Namun jika melihat ke sisi kaca di ruang apartemenku, terlihat sudah kedua payudara itu bergerak mengikuti hentakan dari area tubuh bawah Laras.

Ekspresi penuh nafsu juga terpancar ketika aku menggenjotnya, apalagi ketika tanganku yang awalnya berada di pantat Laras, kini memegang rambut Laras dan sedikit melakukan jenggutan..

Laras: Ball.. gak kuatt…​
Iqbal: Gak kuat apaa…​
Laras: Aaahahh hhhhh… akuhh dapet tadi..​
Iqbal: Gakk bisa gituu… Aku juga mauu…​
Laras: Terusin yangg.. Bebass…​

Makin cepat goyangan yang kulakukan ke Laras. Makin ingin rasanya kumuntahkan semua lahar putih yang tertahan di kontolku. Makin ingin cepat aku mencapai puncak kenikmatan. Makin ingin….

Iqbal: Laras… aaahhh gila.. hah hahhhh hahhhh​
Laras: Ihhh ayannggg. Penuuh nih di dalemm..​
Iqbal: Makasih yang…​
Laras: Pelan-pelan cabutnya…​
Iqbal: Siap yang.. Kamu gak sakit kan tapi tadi mainnya?​
Laras: Suka kok aku, yang penting kamu keluar udah bikin aku happy..​

Dilepasnya senjataku yang tadi baru saja memuntahkan lahar banyak di dalam memek Laras. Meski hanya quickie, tapi karena hampir seminggu aku tidak menggarap Laras bisa jadi itu adalah stok yang sedari tadi berharap dikeluarkan.

Iqbal: Kayaknya kamu kudu ke toilet deh,​
Laras: Bentar.. Ihhh kok bocor.. Kamu masukin mie ramen aku ya, aku ke kamar mandi!!​
Iqbal: Sorry​
Laras: Lagi banyak banget si keluarnyaaaa….​

***
ting
ting
ting.


Sebuah pesan dari nomor yang tak kukenal masuk ketika ku sedang bekerja di kantor.

“Laras telah berbohong padamu.​
Apart xxx no xxx, Jam 21:00. Access card @ locker.​
Datang sendiri, diam”​

(Bersambung)
NEXT


Note penulis:

Sebelumnya selamat merayakan lebaran buat para pembaca setia thread ane yang merayakan. Semoga lebarannya banyak berkah dan penuh bahagia.

Back to story, kira-kira siapa yang mengirim pesan ini? Apa maksudnya ya?

Minggu depan ane akan rilis part akhir dari Laras Series, dan nantinya ane akan balik bikin cerita Iqbal yang cosplay jadi taxi online driver. Sedikit clue, final cerita Laras sedikit banyak berkaitan sama cerita-cerita Iqbal sebelumnya, dan mempengaruhi perjalanan Iqbal kedepannya.

So, monggo banget buat para suhu-suhu untuk kirim like dan cendol kalo suka, ato misal mau kirim komentar lagi me-review atau cocoklogi perjalanan Iqbal juga dengan senang hati ane baca dan bales jika sempat.
 
Terakhir diubah:
Steph......
Keren rapi, tapi kasian Steph :(

Wah fans setia Stephanie nih.. Sabar ya hu,

Menjawab banyak yang pada komen dan pengen ada lagi story Stephanie, ane cuma bilang akan ada waktunya Iqbal sama Stephanie punya final ending sendiri. Tapi kapan ane rilis? Ya nikmatin dulu story2 iqbal yang lain yaaa hehehehe...
 
Terakhir diubah:
Keren 👍 penulisan punya karakter dan terkesan jujur.. Lanjut👍
Thank you hu. Semoga biarpun fiksi tapi masih agak realistis yaaa :p

Menarik pembawaan cerita iqbal
Semoga tidak bosan dengan cerita-cerita Iqbal nantinya ya..

asli keren banget alur ceritanya, ditunggu update selanjutnya om.
Ijin mantau hu
Mantap lah ..
Izin marathon hu :mantap:
Mantap hu lanjutkan updatee
Ijin merantau
Siapp suhu-suhu ane.. Terus stay tune aja tungguin setiap update cerita dari Iqbal yaaa..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd