Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Bibi Rahma (Kisahku Mencintai Bibi dan Para MILF di Kampung)

5. Bibiku Sri, kisahku mencintai MILF (Part V)

Maaf buat semuanya, akhirnya bisa lanjut cerita lagi. Setelah sekian purnama menghilang. Soalnya terhalang aktifitas dan terkadang mager juga.
_____________________________________________________
Setelah membereskan sisa pejuh yang berceceran di lantai dan sprei kasur serta tidak lupa membersihkan kontol, dengan masih menggunakan celana boxer tanpa memakai sempak lagi, aku pun memutuskan untuk keluar dari kamar menuju ruang tamu di mana bibi sri sedang menonton tv.

Dengan mencoba memberanikan diri, aku menegur bibi sri yang masih fokus menonton tv.
"Bi, rama minta maaf ya soal kejadian tadi. Rama beneran ga sengaja ngencengin suara hp pas nonton bokep." Ucapku kepada bibi sri sambil mengambil posisi duduk di samping belakang bibiku yang fokus menonton tv.

"Iya ram gapapa ko, bibi juga ngerti kalo di usia kamu itu nafsu pasti lagi gede. Tapi jangan sampe begitu juga, volumenya kenceng. Ga enak kalo tetangga denger." Jawab bibi sri sambil tetap fokus nonton tv tanpa menengok kearahku.

"Iya bi, abis gimana ya soalnya rama juga gatau kalo tadi bibi bakal masuk ke kamar. Abis emang lagi sange banget bi jadi yaudah akhirnya tadi rama coli aja, dari pada pusing. Cuma rama ga sengaja kalo volume hp ternyata kenceng" Jawabku sekenanya.

Aku berusaha membela diri dan mulai berani frontal, tentunya itu hanya alasan dan strategi saja karena aku berambisi bisa ngentot bibi sri hari ini.

"Iya iya ram, bibi juga tau ram kalo kamu sangean, makanya kamu coli sambil nonton bokep terus suaranya dikencengin gitu. Lagian kalo ga sangean juga mana mungkin kamu ngentot sama bi rahma pas pamanmu lagi di penjara." Tanpa ku duga, bibi sri malah menyindirku.

Tapi dengan ucapannya seperti itu menandakan bahwa feelingku sebelumnya terbukti benar, dia masih ingat kejadian waktu itu.

"Maaf bi kalo kejadian waktu itu bikin bibi jadi keinget terus. Abis bukan direncanain juga, kejadian ngentot sama bibi rahma mengalir gitu aja. Tapi rama mohon ke bibi supaya jangan cerita soal waktu itu ke siapapun." Jawabku sambil meminta maaf kepada bibi sri.

Jawabanku tentu saja tidak jujur, sebab sebenarnya aku memang sudah memendam fantasi ingin ngentot dengan bibi rahma sejak lama.

"Hmm.. iya aja deh ram, bibi sih percaya aja dan bibi juga ga bakal cerita, soalnya ini aib keluarga besar kita. Bibi cuma ga abis pikir aja. Suaminya itu pamanmu, dan dia lagi di penjara tapi kok bisa-bisanya kamu ngentotin istrinya yang jelas-jelas itu bibimu." Ucap bibi sri yang masih tidak menyangka memergokiku ngentot dengan bibi rahma waktu itu.

Seketika aku merasa kikuk dan bingung menjawab apa tapi aku berusaha untuk bisa menenangkan diri dan mencari alasan lagi.

"Hmm.. abis gimana ya bi, soalnya waktu itu kejadiannya mengalir gitu aja. Rama juga gatau awalnya gimana bisa kejadian begitu tapi bibi rahma sendiri juga suka dan keenakan kok waktu rama ngentot dia." Jawabku dengan tetap mengarahkan pembicaraan soal kejadian aku ngentot bibi rahma.

"Iyalah, keliatan ko kalo dia keenakan. Buktinya pejuh kamu juga muncrat ke mulut dia. Kalo diperkosa kan ga mungkin sampe begitu. Bibi sih cukup tau aja ram, kalian bisa sampe kaya gitu." Lagi-lagi bibi berkata seperti itu yang menandakan dia tidak habis pikir dengan kejadian yang dia lihat waktu itu.

Tapi dengan ocehannya tersebut, membuatku semakin yakin dia juga nafsu saat melihat kejadian itu. Buktinya dia masih ingat dengan detail saat dia memergokiku mengentot dengan bibi rahma.

"Udahlah bi gausah bahas itu lagi, rama jadi malu dan ga enak sama bibi sri. Udah kepergok ngentot sama bi rahma dan sekarang ketauan coli juga. Rama minta maaf ya bi" Alasanku kepada bibi sri, agar ia mengira aku menyesali perbuatanku.

"Hmm.. iya ram gapapa ko, bibi mau gamau harus maafin lagian toh udah kejadian juga. Dan kalo nonton bokep tolong volumenya gausah kenceng-kenceng ram, ga enak sama tetangga." Ucap bibi sri memberi ceramah kepadaku.

"Iya bi maafin rama, rama janji ga ngulangin lagi pake volume kenceng-kenceng. Tapi soal coli, rama tetep boleh kan coli di kamar bi?" Ucapku meminta maaf sambil bertanya kepadanya, tentu sebuah pertanyaan pancingan.

"Iya boleh ga boleh ram, kalo dilarang juga kamu tetep bakal coli dan cari alasan buat coli lagi. Cuma lain kali dikonci pintu kamarnya, dan wajib dibersihin bekas pejuhnya." Jawab bibi sri dengan sebuah peringatan kepadaku.

Suasana jadi sedikit canggung dan hening, bibi sri masih fokus menonton tv. Aku yang sudah kembali nafsu mulai mencari cara agar obrolan tetap mengarah ke seks. Aku pun akhirnya punya ide nekat, karena bibi sri masih fokus menonton acara tv dengan diam-diam tanpa sepengetahuannya aku menurunkan celana boxer ku dan mulai mengocok kontolku perlahan.

"Bi.. bibi.." aku mencoba memanggil bibi sri yang masih fokus menonton tv. Jujur saja, kondisi saat itu membuatku sangat tegang tapi sekaligus membuatku semakin bernafsu. Aku sudah kepalang nekat apapun resikonya.

"Hmm.. kenapa lagi ram?" Jawab bibi sri tanpa menoleh kearahku.

"Bi.. bibi janji kan ga bakal cerita soal kejadian waktu itu? Dan rama boleh kan coli lagi?" Tanyaku kepadanya.

"Iissh.. Iya rama bibi ga bakal cerita soal kejadian waktu itu, orang itu aib ko masa diceritain. Lagian kamu kalo coli ya coli aja, pake ijin segala. Kontol kamu sendiri ko itu." Jawab bibi sri dengan nada ketus.

"Beneran gapapa nih kalo rama coli lagi? Ga marah kan bi?" Tanyaku dengan tetap mengocok kontolku yang sudah sangat tegang. Betapa tidak, aku saat ini sedang mengocok kontol persis di samping belakang bibi sri yang notabene menjadi incaranku setelah bibi rahma.

"Iiiyyyaaa rama, bawel banget sih kamu nanya melulu. Coli tinggal coli." Jawab bibi sri.

"Kalo coli di sini boleh bi? Tanyaku kembali. Aku sangat tegang menanti jawaban bibi sri, sebab aku memang benar-benar sedang coli dengan kontol yang sudah sangat tegang dan keras.

"Ga mungkinlah kamu berani coli di sini ram, kamu ini ada-ada aja." Jawab bibi sri sambil menengok ke arahku.

Degh.. bibi sri seketika terdiam sambil menatapku, keponakannya ternyata benar-benar sedang coli di depan matanya sendiri. Aku melihat ekspresi mukanya marah bercampur kaget, tapi sorot matanya mengarah ke kontolku yang sedang tegang dan keras.

"RAMAAA.. KAMU YANG BENER AJA COLI DI SINI, GATAU MALU BANGET. DI DEPAN BIBI SENDIRI MALAH COLI. DASAR PONAKAN MESUM DAN SANGEAN." Bibi sri menghardikku dengan nada marah dan suara kencang.

Dia tak peduli lagi jika anaknya yang sedang tidur akan terbangun, tapi arah tatapan matanya tetap melihat kontolku. Aku pun terkejut dengan jawabannya yang marah dan kencang seperti itu, tapi aku sudah nekat dan siap menanggung apapun resikonya. Jadi aku tetap mengocok kontolku di depannya walaupun dia memarahiku.

"Kamu gila ya ram? Bibi omelin malah tetep ngocok juga, bukannya berhenti." Kembali bibi sri menghardikku yang tetap mengocok kontol tanpa mempedulikan ocehannya. Tapi nada bicaranya sudah tidak kencang lagi dan bibi sri hanya menggelengkan kepala karena tidak menyangka keponakannya malah tetap mengocok kontolnya tanpa berusaha berhenti.

"Shhh.. maaf bi, abis tadi bibi bilang sendiri gausah pake ijin segala kalo coli, sekarang rama coli malah diomelin sama bibi. Gimana kali." Jawabku dengan enteng sambil tetap mengocok kontol dan menikmati sensasi coli di depan bibi sri.

"Iya tapi ga gini juga ram, kamu tuh ya. Mana itu kontol udah tegang dan enceng banget ram. Kamu tuh kebanyakan coli, kontol sampe kenceng begitu." Ucap bibi sri mulai terdengar ambigu. Bibi sri terus menatap dan malah mengomentari kontolku

"Aahhh.. aaahh.. aaabiis gimana bi, namanya lagi dikocok kontolnya jadi pasti kenceng. Bibi juga malah ngeliatin kontol rama aja." Jawabku menyindirnya dengan suara parau karena menikmati sensasi luar biasa ini dengan lenguhan nafas nafsu. Sungguh sebuah kenikmatan yang luar biasa, coli di depan bibi sri.

"Eehh.. ga gitu maksudnya ram, ttaapii kontol kamu itu emang kenceng banget tuh." Jawab bibi sri dengan kikuk, terlihat jika bibi sri sudah tidak konsen lagi. Tubuhnya perlahan mulai mendekatiku. Aku pun semakin menjadi untuk memancingnya lebih jauh.

"Iiiyaaa bii.. kan lagi dikocok, kalo bibi mau sih boleh ko pegang kontol rama. Deketan lagi aja bi dudukunya." Ucapku dengan entengnya sambil mulai berani kurang ajar kepada bibi sri untuk memegang kontolku.

"Iiihhh ogah, lagian ntar apa kata orang. Bibi ngocokin keponakan sendiri." Jawab bibi sri tapi tatapannya tidak lepas dari kontolku dan jarak dia semakin dekat kepadaku. Aku semakin merasa diatas angin, karena tahu kondisi bibi sri sudah nafsu.

"Kaan di sini cuma ada kita berdua, kalopun bibi ngocokin ya ga bakal ketauan. Lagian apa bibi ga kepengen?" Tanyaku mulai semakin berani sambil terus mengocok kontolku dengan intensitas yang lebih cepat.

Walaupun pada akhirnya aku belum bisa mengentotnya tapi setidaknya aku sudah punya lampu hijau dan ini akan menjadi langkah baik kedepannya. Karena bibi sri saat ini sudah masuk kedalam jebakanku.

"Yakiin nih bi gamau megang atau ngocokin kontol rama? Bantulah ponakannya ini bi," ucapku kembali memancing bibi sri.

"Hmm.. bantuin sih bantuin, tapi masa bantuin keponakan ngocok ram." Jawab bibi sri. Dia nampak masih ragu antara ingin atau tidak. Tapi aku tidak menyerah, aku tetap berusaha merayu bibi sri agar mau mengocok kontolko.

"Gapapa lah bi, sama keponakan sendiri ini." Ucapku beralasan dan merayu.

"Hmmmm.. gimana ya ram, tapi kamu janji jangan ceritain ini ke orang lain." Jawab bibi sri. Jawabannya membuatku hatiku senang dan menang. Karena bibi sri secara tidak langsung mau membantuku coli.

"Janji bi, rama ga bakal cerita. Seperti yang tadi bibi bilang, aib keluarga besar hehehe." Ucapku sambil menirukan omongan bibi sri tadi.

"Hussh.. ngebalikin aja kamu bisanya." Jawabnya ketus.

"Jujur aja ram, bibi tau ini salah tapi bibi juga pengen. Apalagi kontol kamu ini udah kenceng dan tegang. Walaupun tidak sepanjang punya om roni, tapi kontol kamu masih berfungsi. Ga kaya kontol om roni, sejak om kamu itu kena diabetes, dia udah ga bisa gaceng kontolnya." Ucap bibi sri bercerita tentang suaminya dengan jujur. Ini kemenangan besar bagiku, karena aku punya kesempatan emas nantinya untuk bisa ngentot dengan bibi sri.

"Aahhh.. aahh.. beneran bi om roni kena diabetes?" Tanyaku pura-pura tidak tahu, sambil terus melenguh nafsu dan tetap mengocok kontolku.

"Beneran ram, kamu jangan belaga gatau gitu." Jawab bibi sri ketus.

"Beneran bi. Yaudah gini aja bi, gimana kalo rama aja yang gantiin kontol om roni buat bibi? Hehe." Tanyaku kepada bibi sri.

"Hmmmm.. kamu ini makin aneh-aneh aja. Udah ah itu mah nanti aja dipikirinnya. Kamu jadi mau dibantu ga? Dari tadi ngoceh aja, lagi coli juga." Jawab bibi sri dengan ketusnya.

"Aahhh.. Mau lah bi, ini makanya ngocok di depan bibi biar dibantuin. Hehehe." Jawabku dengan sedikit ketawa.

"Yaudah sini bibi kocokin, kasian ponakan bibi yang sangean ini coli sendiri, mana udah lama ga keluar-keluar tuh peju." Oceh bibi sri meledekku.

Akhirnya bibi sri mulai memegang kontolku dengan perlahan, sungguh sebuah kenikmatan tiada tara. Walaupun targetku untuk mengentot bibi sri belum kesampaian hari ini, setidaknya aku sudah bisa mendapatkan kocokan nikmat dari bibi sri.

Bibi sri mengocok kontolku dengan lihai, dia seperti mendapatkan mainan baru. Dikocoknya dengan ritme yang agak cepat dan mulai beringas. Aku memakluminya dan menikmatinya, sebab bibi sri pasti sudah lama tidak merasakan kontol sejak suaminya menderita diabetes. Aku menikmati tiap kocokan nikmat dari tangan bibi sri. Dia pun terlihat sangat ahli dalam mengocok kontol, terlihat dari tarikan naik turun tangannya. Sungguh bibi sri sangat terlatih soal ini.

"Uuuhhhh nikmaat bi, enaaakkk. Terus kocokin kontol rama bi. Nikmat banget rasanya bi." Aku mulai meracau karena merasakan sensasi kenikmatan yang luar biasa hebat.

"Huusstt.. udah jangan berisik ram, nikmatin aja sampe pejuh kamu keluar." Ucap bibi sri.

"Iiyyaa bii.. kalo dikocok sama bibi nikmatnya kaya begini sih bentar lagi juga keluar bi.. aahh.. aahh.." jawabku sambil meracau nikmat.

Tanpa mempedulikan ocehanku, bibi sri terus saja fokus mengocok kontolku. Bahkan kocokannya semakin cepat membuatku semakin sulit menahan orgasme.

"Biii.. Rama mau keluaaarrr." ucapku kepada bibi sri.

"Hmmmm.. udah keluarin aja ram, tinggal keluar aja." Jawab bibi sri tanpa menurunkan ritme kocokannya. Sepertinya dia ingin menghukum keponakannya yang sudah berani mengocok kontol di depan dirinya yang sudah lama tidak merasakan kontol.

Bibi sri terus mengocok kontolku dengan semakin cepat, membuatku semakin tidak kuat menahan orgasme dan akhirnya aku pun keluar dan pejuhku muncrat mengenai muka dan baju bibi sri.

"Oouuhhh.. keluarin ram yang banyak sampe kosong peju kamu. Ini gegara kamu nakal berani coli di depan bibi dan bikin bibi sange. Mentang-mentang bibinya udah lama ga ngerasain kontol." Oceh bibi sri meledekku.

"Aaahhh.. Aaaahhhh.. Iya bi maaf, ini pejuh buat bibi semua. Rama mau gantiin kontol om roni buat bibi." Jawabku meracau nikmat karena pejuhku semua keluar.

"Iya kamu besok-besok harus gantiin kontol om roni, puasin bibi. Bibi udah lama ga ngerasain kontol." Ucap bibi sri tak kalah ngawurnya, karena dia sudah lama tidak merasakan sentuhan kontol.

"Udah keluar semua tuh ram pejuhnya, sampe kena muka bibi dan baju bibi. Ini mesti ganti baju deh bibi. Udah sama kamu bebersih dulu, abis itu pulang biar ga pada curiga." Perintah bibi sri sambil dia mengelap kepala kontolku dan mengelap pejuh yang bercecer di mukanya.

"Uuuuhhhh.. Siap bi, tapi besok-besok boleh kan ngentot bi? Kan gantiin kontol om roni. Hehehe." Tanyaku ke bibi sri.

"Iya harus, besok siang kamu kesini lagi ram. Kita ngentot, kalo hari ini ga bisa soalnya udah mau sore. Hera pasti bentar lagi bangun." Jawabnya.

"Iya siap bi, besok rama kesini lagi. Rama ke kamar mandi dulu bebersih dan pulang. Sampe ketemu besok ya bi." Ucapku sambil melangkah ke kamar mandi, tak lupa aku mencium bibirnya dulu.

"Dasar keponakan sangean, bibi sendiri disuruh ngocok kontol dan dicium bibirnya. Awas aja besok ga kesini." Jawab bibi sri mengoceh.

"Oke bi siaap, itu ciuman tanda sayang." Ucapku sekenanya.

"Alah sayang-sayang apaan, alesan aja itu mah. Dasar sange aja." Jawab bibi sri mengerti maksudku.

Akhirnya hari itu aku pun mendapat sebuah kenikmatan besar, yaitu bibi sri. Aku sudah tidak sabar dengan hari esok, sungguh akan jauh lebih nikmat dari hari ini. Bibi sri yang menjadi impianku setelah bibi rahma, menjadi kenyataan.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd