Milfzzz
Suka Semprot
- Daftar
- 25 Jul 2019
- Post
- 13
- Like diterima
- 1.288
Setelah sekian lama aku menjadi pembaca setia cerita sedarah, akhirnya aku memberanikan diri menceritakan kisahku. Ini adalah kisah nyataku dengan bibiku sendiri. Kisah yang membuatku mencintai dan terobsesi dengan MILF. Dari bibiku ini, akhirnya aku menjadi petualang seks dengan para MILF di kampungku. Kisah yang tak akan pernah bisa dilupakan dan masih tetap terjadi sampai hari ini.
Cerita ini memiliki latar waktu 2012 sampai saat ini.
Perkenalkan, namaku Rama Damar (bukan nama sebenarnya). Aku saat ini berusia 27 tahun dan sudah menikah. Aku bekerja di perusahaan swasta di Kota Tangerang. Perawakanku biasa saja dengan tinggi 167 cm dengan kulit sawo matang dan rambut ikal, hanya saja aku dikaruniai kemampuan berbahasa yang baik. Lebih tepatnya jago gombal. Dan aku bersyukur memiliki kelebihan ini, karena dengan kemampuan ini aku mampu menaklukan para MILF impian di kampungku. Dan dari kemampuan itulah cerita perjalanan menaklukan MILF ini dimulai.
1. Bibiku Rahma, awal mula aku mencintai MILF (Part I)
Cerita bermula saat aku kelas 1 SMA atau sekitar usia 15 tahun. Aku adalah seorang remaja yang memiliki nafsu seks tinggi, terutama dengan wanita yang umurnya lebih dewasa dari umurku. Bahkan dari akhir SMP aku sudah mengenal istilah coli dan sudah sering melakukannya.
Ini sepertinya dimulai saat aku seringkali bermain dan menginap di rumah pamanku. Untuk kalian ketahui, pamanku fajar (adik ayahku) saat itu berusia 38 tahun memiliki istri yang namanya Rahma 37 tahun dan dua orang putri, Wati 14 tahun dan Hera 2 tahun. Bibiku ini memiliki kriteria sempurna untukku. Dengan perawakan ideal, ditambah toketnya yang bulat berisi. Dan bibiku ini tipikal wanita supel tapi sedikit judes, cuma yang membuatku selalu sange saat bertemu bibiku ini karena dia seringkali berbicara menjurus ke arah seks.
O iya, rumah pamanku ini termasuk bebas. Pamanku tidak sungkan untuk minum-minuman keras di depan ku keponakannya, bahkan pernah suatu ketika aku melihatnya menghisap *****. Tapi ini yang membuatku betah bermain atau menginap di rumahnya. Karena selain membuatku nyaman, juga karena aku bisa leluasa memandangi bibiku rahma.
Awalnya aku tidak terlalu menghiraukan sifat bibiku yang berbicara menjurus kearah seks. Tapi seiring berjalannya waktu, ditambah ada satu momen saat aku tak sengaja melihat bibiku dalam keadaan bugil. Dari situlah cara pandangku tentang bibiku berubah 180 derajat.
Rumah pamanku ini sebenarnya kecil, dengan jumlah ruangan hanya 3 petak. Ruang tamu, kamar tidur, dan dapur+kamar mandi. Antara ruang tamu dan kamar tidur hanya dibatasi oleh sekat gorden. Sore itu sekitar jam setengah 5, seperti biasa aku sudah di rumah pamanku. Sembari menonton tv aku bermain dengan anak pamanku Hera yg masih berusia 2 tahun. Saat itu kebetulan pamanku sedang ada kerjaan di luar, dan anaknya yang pertama sedang main bersama temannya.
"Rama, tolong jagain adik kamu ya!! Bibi mau mandi." Seru bibiku di balik gorden kamar tidurnya.
"Iya bi." Jawabku singkat, sambil terus bermain dengan anaknya Hera.
Sehabis aku menjawab perintah bibiku, tanpa sengaja anaknya Hera yang berusia 2 tahun menarik gorden pembatas ruangan. Dari situ aku kaget sekaligus deg-degan, karena dari hal yang tidak sengaja itu aku malah melihat tubuh bibiku yang seksi tanpa sehelai benang alias bugil. Aku ingat sekali toketnya yang bulat berisi dengan bagian memeknya yang ditumbuhi bulu jembut halus. Kami berdua saling terpaku sejenak, tapi dengan segera bibiku berlari ke kamar mandi sambil tangannya menutupi toketnya yang bulat montok. Aku sekilas melihat roman mukanya yang memerah karena menahan malu. Aku pun ikut memalingkan muka, supaya dia tidak sadar jika aku memandangi tubuhnya dari atas sampai bawah.
Semenjak kejadian itu aku masih bermain di rumah pamanku seperti sebelumnya, hanya saja sekarang keadaan berubah. Aku datang kesana bukan sebagai keponakannya yang polos, tetapi sebagai keponakan yang terobsesi dengan tubuh bibinya. Bibiku sendiri masih bersikap biasa saja, bahkan seolah tak terjadi apa-apa.
Beda halnya denganku, dari kejadian itu obsesiku dengannya semakin besar. Aku mulai sering mencuri pandang ke bibiku, tapi tanpa dia sadari. Agar dia tidak risih, dan aku pun mulai sering coli di kamar mandi rumahnya dengan menggunakan celana dalam atau bh yang bekas dipakai olehnya sambil berfantasi tentang bibi Rahma. Itu kulakukan sebagai pancingan untuknya, aku yakin dia sadar mulai dijadikan objek seks oleh keponakannya, karena aku sering memuntahkan pejuhku di celana dalam atau bh nya. Tapi dia masih bersikap biasa saja.
Cerita ini memiliki latar waktu 2012 sampai saat ini.
Perkenalkan, namaku Rama Damar (bukan nama sebenarnya). Aku saat ini berusia 27 tahun dan sudah menikah. Aku bekerja di perusahaan swasta di Kota Tangerang. Perawakanku biasa saja dengan tinggi 167 cm dengan kulit sawo matang dan rambut ikal, hanya saja aku dikaruniai kemampuan berbahasa yang baik. Lebih tepatnya jago gombal. Dan aku bersyukur memiliki kelebihan ini, karena dengan kemampuan ini aku mampu menaklukan para MILF impian di kampungku. Dan dari kemampuan itulah cerita perjalanan menaklukan MILF ini dimulai.
1. Bibiku Rahma, awal mula aku mencintai MILF (Part I)
Cerita bermula saat aku kelas 1 SMA atau sekitar usia 15 tahun. Aku adalah seorang remaja yang memiliki nafsu seks tinggi, terutama dengan wanita yang umurnya lebih dewasa dari umurku. Bahkan dari akhir SMP aku sudah mengenal istilah coli dan sudah sering melakukannya.
Ini sepertinya dimulai saat aku seringkali bermain dan menginap di rumah pamanku. Untuk kalian ketahui, pamanku fajar (adik ayahku) saat itu berusia 38 tahun memiliki istri yang namanya Rahma 37 tahun dan dua orang putri, Wati 14 tahun dan Hera 2 tahun. Bibiku ini memiliki kriteria sempurna untukku. Dengan perawakan ideal, ditambah toketnya yang bulat berisi. Dan bibiku ini tipikal wanita supel tapi sedikit judes, cuma yang membuatku selalu sange saat bertemu bibiku ini karena dia seringkali berbicara menjurus ke arah seks.
O iya, rumah pamanku ini termasuk bebas. Pamanku tidak sungkan untuk minum-minuman keras di depan ku keponakannya, bahkan pernah suatu ketika aku melihatnya menghisap *****. Tapi ini yang membuatku betah bermain atau menginap di rumahnya. Karena selain membuatku nyaman, juga karena aku bisa leluasa memandangi bibiku rahma.
Awalnya aku tidak terlalu menghiraukan sifat bibiku yang berbicara menjurus kearah seks. Tapi seiring berjalannya waktu, ditambah ada satu momen saat aku tak sengaja melihat bibiku dalam keadaan bugil. Dari situlah cara pandangku tentang bibiku berubah 180 derajat.
Rumah pamanku ini sebenarnya kecil, dengan jumlah ruangan hanya 3 petak. Ruang tamu, kamar tidur, dan dapur+kamar mandi. Antara ruang tamu dan kamar tidur hanya dibatasi oleh sekat gorden. Sore itu sekitar jam setengah 5, seperti biasa aku sudah di rumah pamanku. Sembari menonton tv aku bermain dengan anak pamanku Hera yg masih berusia 2 tahun. Saat itu kebetulan pamanku sedang ada kerjaan di luar, dan anaknya yang pertama sedang main bersama temannya.
"Rama, tolong jagain adik kamu ya!! Bibi mau mandi." Seru bibiku di balik gorden kamar tidurnya.
"Iya bi." Jawabku singkat, sambil terus bermain dengan anaknya Hera.
Sehabis aku menjawab perintah bibiku, tanpa sengaja anaknya Hera yang berusia 2 tahun menarik gorden pembatas ruangan. Dari situ aku kaget sekaligus deg-degan, karena dari hal yang tidak sengaja itu aku malah melihat tubuh bibiku yang seksi tanpa sehelai benang alias bugil. Aku ingat sekali toketnya yang bulat berisi dengan bagian memeknya yang ditumbuhi bulu jembut halus. Kami berdua saling terpaku sejenak, tapi dengan segera bibiku berlari ke kamar mandi sambil tangannya menutupi toketnya yang bulat montok. Aku sekilas melihat roman mukanya yang memerah karena menahan malu. Aku pun ikut memalingkan muka, supaya dia tidak sadar jika aku memandangi tubuhnya dari atas sampai bawah.
Semenjak kejadian itu aku masih bermain di rumah pamanku seperti sebelumnya, hanya saja sekarang keadaan berubah. Aku datang kesana bukan sebagai keponakannya yang polos, tetapi sebagai keponakan yang terobsesi dengan tubuh bibinya. Bibiku sendiri masih bersikap biasa saja, bahkan seolah tak terjadi apa-apa.
Beda halnya denganku, dari kejadian itu obsesiku dengannya semakin besar. Aku mulai sering mencuri pandang ke bibiku, tapi tanpa dia sadari. Agar dia tidak risih, dan aku pun mulai sering coli di kamar mandi rumahnya dengan menggunakan celana dalam atau bh yang bekas dipakai olehnya sambil berfantasi tentang bibi Rahma. Itu kulakukan sebagai pancingan untuknya, aku yakin dia sadar mulai dijadikan objek seks oleh keponakannya, karena aku sering memuntahkan pejuhku di celana dalam atau bh nya. Tapi dia masih bersikap biasa saja.