Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Berbagi Kehangatan Bersama Adik Ipar

Bimabet
Pagar Makan Tanaman 2

Begitu suamiku menghilang dalam kegelapan malam, aku tutup pintu. Kulihat Akhyar menggeletak di kursi panjang. Tidak bergerak. Berarti tidak jadi dia mengintip aku?

Maka aku pun berlalu. Kembali ke kamar tidurku. Masih pulas anak-anakku tertidur. Tersenyum aku melihat kasur yang tadi aku dan suamiku pakai untuk bergulat. Kusut masai. Daster dan celana dalamku berserak di lantai. Begitu pula celana dalam suamiku. Waduh! Tidak pakai celana dalam dong suamiku saat ke warung tadi?

Lantas aku buka lemari pakaian. Aku ingin mengganti dasterku. Sekalian juga kuambil celana dalam. Sambil berdiri didepan kaca hias, aku kenakan celana dalam. Setelah itu, kulepaskan kain sarung yang melilit tubuhku dan menggantinya dengan daster yang tadi aku ambil dari lemari.

Setelah memunguti celana dalam-celana dalam bekas pertarungan tadi dan juga dasternya untuk aku letakkan di ember tempat pakaian kotor, naik aku ke atas tempat tidur.

Tapi, tidak mengantuk aku. Mataku masih segar, sementara jarum jam hampir menunjuk ke angka satu. Sambil menunggu datangnya kantuk, pikiran pun melayang. Dan wajah Amir muncul. Wajar wajah Amir muncul malam ini karena aku rindu dia. Aku rindu kehadirannya di kamar ini. Merindukan saat dia sentuh tubuhku atau saat kami menyatu dalam birahi. Sudah satu bulan Amir tidak mengunjungiku. Amir sedang mudik ke Medan. Sedang apa engkau di sana, Amir? Ah, pasti engkau sedang memikirkan aku. Pasti rindu engkau denganku?

Akhirnya hujan pun turun. Deras. Airnya menerpa dinding kamar tidurku. Angin yang sama kencangnya berhembus, menembusi ventilasi kamar tidurku, membelai tubuhku. Dingin. Bangun aku. Kuambil selimut dan aku selimuti kedua anakku.

Setelah menutupi diri dengan selimut, kembali aku berbaring. Kupejam mata ini. Rerintik air terdengar menjatuhi atap rumahku dan perlahan menjadi hening, lalu menggelap. Hei, ada Amir di kejauhan sana. Disela-sela titik-titik air, dia mendatangi aku yang berbaring di teras belakang rumahku. Amir tersenyum. Sudah telanjang dia. Perutnya berlemak. Lebih gemuk dia.

Dia ikut berbaring di teras belakang rumahku, menindih aku. Diciuminya aku, bertubi-tubi diciuminya aku. Merayap jari-jari tangannya merabai tubuhku yang ternyata juga sudah telanjang. Geli tapi aku suka.

Dapat aku rasakan hembusan nafasnya di leherku. Merinding aku karena bibirnya menempel di kulit leherku. Lembut diciumnya leherku. Maka aku raih kepala itu. Kujamah rambutnya. Aneh. Rambut Amir begitu tebal dan bergelombang.

Kubuka mataku. Karena silau akibat terpaan cahaya lampu, maka kukerjap-kerjapkan mataku dan betapa terkejutnya aku karena didepanku ada Akhyar yang berbaring disampingku. Ternyata Akhyar yang mendatangi aku, yang menciumi aku. Tapi, aku ada di kamar tidurku. Tidak sedang berbaring di teras belakang. Saat ini belum bugil aku, meski pun sudah acak-acakan pakaianku, dan tidak ada Amir yang telanjang itu. Kemanakah dia?

Rupanya aku hanya bermimpi. Amir yang aku harap, ternyata Akhyar yang menjamahku. Terbersit rasa kecewa. Maka memiring aku membelakang. Mata aku pejamkan kembali. Aku ingin tidur dan kembali bermimpi bertemu Amir. Ingin bersetubuh dengannya walau hanya dalam mimpi.

Tapi, dari arah belakang, Akhyar memeluk aku. Batang kontolnya yang sudah mengeras, dia tempelkan di pantatku yang sudah tidak tertutup itu. Ditekan-tekannya, digesek-gesekannya, dan nafasnya menerpa leherku. Geli.

"Akhyar, saya mengantuk,"ucapku pelan.

Kucoba untuk menyingkirkan tangannya yang memeluk aku dan bergeser ke depan. Sebenarnya aku tidak mengantuk, tetapi aku malas melayaninya. Saat ini dipikiranku hanya ada Amir. Aku ingin bersama Amir malam ini.

Tapi Akhyar nakal. Dia geserkan tali dasterku dari pundak. Pundakku pun dia ciumi, tangannya menyelinap ke dalam daster dan payudaraku dia belai-belai manja, beberapa kali puting susuku dia kelitiki. Sementara itu, dengan sengaja pantatnya dia maju mundurkan, sehingga kontolnya menabraki pantatku. Akhyar gelo, umpatku dalam hati.

Akhyar menarik tangannya dari dalam daster dan dibelainya pipiku, dimainkannya bibirku, dan, hei, terkejut aku. Refleks aku pepetkan dua pahaku merapat karena tangan Akhyar menempel di selangkanganku, selangkanganku yang masih tertutupi celana dalam. Kupegang tangannya untuk menariknya menjauhi selangkanganku, tapi tangan itu begitu kuat. Jari-jari tangannya merapat di celana dalamku. Mencengkeram kuat telapak tangannya. Ingin aku berontak, tapi aku takut anak-anakku terbangun.

Belahan memanjang kemaluanku yang masih tersembunyi dibalik celana dalam mulai dia elusi. Geli-geli enak. Sambil terus menekan-mengelusi memekku, masuk paha Akhyar di antara dua pahaku, lalu dinaikkannya tinggi pahanya, sehingga terangkat pula pahaku. Dengan posisi pahaku yang terbuka lebar, jari tangan Akhyar mengelus celana dalamku, celana dalamku yang mulai basah. Ditekan-tekannya belahan memanjang memekku. Menjengit aku karena kelentitku dia pilin-pilin, meskipun hanya dari luar celana dalam dan aku menikmatinya.

"Saya haus,"ucapku disela gerayangan Akhyar di tubuhku.

Akhyar menghentikan aksinya. Aku gesr mundur tubuhnya yang memeluk aku, lalu bergeser aku menuju pinggiran ranjang. Turun aku dari ranjang. Aku pegangi dasterku agar tidak merosot. Akhyar menyusul turun. Disusulnya aku yang berdiri di depan meja hias. Dibiarkannya aku yang sedang mengisi gelas dengan air yang aku tuang dari botol. Dibiarkannya aku meminumnya.

"Akhyar haus?"sambil memandang dia melalui cermin meja hias, aku bertanya.

Menggeleng dia. Dua tangannya jatuh dipundakku. Diciuminya rambutku.

"Masih mengantuk?"tanyanya dengan nada bercanda.

Hanya tersenyum aku. Bagaimana tidak hilang kantukku kalau kau ganggu terus? batinku.

Aku hanya diam ketika Akhyar menggeser tali dasterku dari pundakku. Daster pun merosot jatuh. Dua payudaraku yang mungil menggantung, tapi belum bugil aku karena celana dalam masih menutupi selangkanganku.

"Banyak sekali cupangnya, Ceu?"Mata Akhyar tertuju ke cermin kaca hias, tertuju ke payudaraku yang dipenuhi tanda-tanda merah hasil karya suamiku.

Hanya bisa tersenyum aku. Melalui cermin meja hias itu, dapat aku lihat tangan Akhyar menyentuhi tanda-tanda merah yang bertebaran di kedua payudaraku."Malam ini aku bisa menyupang tetek Eceu, dong."

Dengan genit, kututupi kedua payudaraku dari pandangannya, tapi membiarkan tangannya tetap menjamah payudaraku. Sama seperti kepada Amir, aku pun melarang Akhyar meninggalkan jejak di tubuhku. Bakal curiga suamiku apabila dia menemukan cupang atau tanda lain yang mencurigakan di tubuhku. Tapi, malam ini aku biarkan. Aku biarkan leherku yang juga sudah penuh barisan cupangan, dia kecupi.

Akhyar melepaskan pelukannya di tubuhku. Dibalikkannya aku, hingga berhadapan kami. Tidak seperti Amir yang menjulang, Akhyar tidak begitu tinggi. Jadi, aku tidak perlu mendongak agar dapat bertatapan kami.

Setelah tangan kirinya merangkul leherku, merunduk dia. Dikejarnya payudaraku. Dikecupinya payudaraku. Balas dendam dia malam ini. Dipuaskannya hasratnya untuk menyupangi payudaraku yang sudah penuh cupang itu. Hanya bisa menggeliat aku karena geli sekali bibir itu mencumbui payudaraku, mengecupinya.

Menjengit aku karena, sambil tetap bibirnya mengemuti payudaraku, jari tangannya menyelusup masuk ke dalam celana dalam, menyentuh kemaluanku, mengelusi belahan memanjang itu. Sambil lidahnya memainkan bola coklat di atas payudaraku, jari tangannya menusuk masuk ke belahan memanjang kemaluanku, merabai itilku.

Menegak kepala Akhyar, meninggalkan payudaraku. Begitu pula dengan jari-jari tangannya yang tercabut dari lubang kemaluanku dan keluar dari dalam celana dalam.

"Kita baring, Ceu."Ditariknya tanganku menuju kasur yang melebar di lantai.

"Sebentar,"cegahku,"Dirapikan dulu seprainya."

"Nanti juga berantakan lagi,"balasnya.

Bersimpuh aku. Seprai pun aku rapikan. Bantal-bantal aku tumpuk di kepala kasur. Setelah selesai merapikan kasur, duduk aku. Kulipat kakiku dan kudekapkan tangan di kaki untuk menutupi tubuh bugilku.

Naik Akhyar ke atas kasur. Bersimpuh dia. Setelah menarik lepas pegangan tanganku dari kakiku, didorongnya aku berbaring. Kuangkat paha kananku untuk menutupi selangkangan dan kututupi payudara dengan lengan. Akhyar mengambil bantal. Kutinggikan pantatku ketika Akhyar mengangkat pantatku. Diletakkannya bantal dibawah pantatku, sehingga menjulang selangkanganku. Memekku tambah mengembung.

Masuk Akhyar di antara dua pahaku. Diturunkannya celana dalam yang menutupi selangkanganku. Menjadi terangkat meninggi dua kakiku karena Akhyar terus meloloskan celana dalam itu.

Tersenyum aku karena dia ciumi celana dalamku. Setelah itu, dilemparkannya celana dalam itu. Setelah itu, dia turunkan kembali kedua kakiku untuk mengapit tubuhnya. Dia merunduk. Didatanginya selangkanganku. Memekku dia tiup-tiup. Entah apa maksudnya.

Terangkat pantatku begitu lidahnya menjilati memekku. Bibir Akhyar mengusel-usel kemaluanku. Dikulumnya bibir kemaluanku dan aku bergoyang geli.

Lidah Akhyar menyelusup ke belahan memanjang kemaluanku, menjilati kedalamannya, menjilati kelentitku, menjilati lubang kemaluanku, sementara aku hanya bisa menggeliat geli.

Kemaluanku Akhyar tinggalkan. Dibukanya lebih lebar dua pahaku dan beringsut dia mendekat. Kembali dia belai memekku dan kembali aku menggeliat.

Oleh jari-jari tangan Akhyar, bibir-bibir memekku dia kuakkan. Lalu, maju Akhyar ke depan. Menempel kepala kontolnya di lubang kemaluanku. Mendesah aku dan terpejam mataku karena kepala kontol itu mulai menusuk masuk. Lubang kemaluanku menjadi penuh dan makin sesak akibat batang bulat besar itu secara pelan tapi pasti terus menekan masuk, hingga akhirnya hilang batang kontol itu tenggelam di lubang kenikmatan milikku.

Tertarik mundur batang kontol itu, lalu,"Ah...,"mendesah aku karena batang kontol itu kembali menusuk. Setiap kali kontol itu menusuk masuk, aku mendesah. Desahan makin sering karena makin sering pula maju mundurnya batang kontol itu di lubang kemaluanku.

Sungguh aku menikmatinya. Telapak tanganku mengepal, menggenggam seprai karena Akhyar makin cepat memajumundurkan kontolnya. Bergoyang-goyang kedua kakiku yang mengapit tubuh Akhyar. Bergoyang seirama tusukan batang bulat besar itu di lubang kemaluan, seirama dengan desahanku."Ah-uh, ah-uh, ah-uh..."

Berhenti Akhyar menusukkan kontolnya di kemaluanku dan terhenti pula desahanku. Kuatur nafasku, tapi dengan posisi batang kontolnya yang terhujam dalam lubang memek, Akhyar menaikkan paha kirinya menimpa paha kananku, lalu diambilnya paha kiriku dan dipeluknya meninggi di dadanya dan kembali batang bulat besar miliknya dia gerakkan menusuk cepat.

"Ah-ah-ah, ah-ah-ah, ah-ah-ah!"Desahanku menjadi kuat dan cepat karena tusukan kontol itu menjadi cepat dan kian cepat. Buas sekali tusukan kontol itu, membuat aku bergerak bak cacing kepanasan, menggeliat ke kiri dan ke kanan dengan disertai desahanku yang makin mengeras.

Aku berteriak pelan karena batang kontol Akhyar terhujam dalam-dalam dan akhirnya percikan air hangat mengenai kedalaman lubang kemaluanku. Mulai memenuhinya.

Terkulai lemas aku di kasur itu, tapi Amir masih menduduki pahaku, masih memeluk kaki satunya. Nafasnya ngos-ngosan. Dadanya berkilau akibat keringat. Lemak perutnya naik turun, tapi kontolnya tidak lagi menyemprotkan spermanya.

Akhirnya dia lepaskan kakiku. Pelan diletakkannya di kasur. Setelah itu, berbaring dia menimpa aku. Berat tubuhnya. Lemak perutnya menindih perutku. Geli begitu kepalanya jatuh di pundakku. Geli karena nafasnya menerpa leherku, tapi aku biarkan. Aku elus punggungnya yang basah, aku belai rambutnya yang tebal bergelombang.

Sudah tidak sesak lagi lubang memekku. Sudah mengecil batang kontol itu. Akhyar mengangkat pantatnya dan terlepas kontol itu dari memekku. Ada cairan keluar dari memekku, hangat mengalir.

Bangkit Akhyar meninggalkan tubuh telanjangku. Duduk dia bersandar di dinding kamar sementara aku masih berbaring. Kuambil bantal yang menyumpal dibawah pantatku. Paha Akhyar yang melurus aku jadikan sebagai bantal, sedang paha satunya dia tekuk melintas di atas tubuhku yang masih telanjang.

Hihihi! Geli aku tertawa melihat rudal Akhyar yang menguncup kecil. Tidak gagah lagi batang itu. Tidak menarik lagi untuk aku kulum. Maka aku alihkan pandanganku.

"Ceu,"panggil lelaki itu.

Menoleh aku, memandang wajahnya yang meninggi dihadapanku dengan setengah bertanya.

"Pernah tidak Eceu main bertiga?"

"Maksudnya?"Tidak faham aku dengan pertanyaannya.

"Eceu, pacar Eceu itu, dan Aa main bareng?"

Nyaris tersenyum aku mendengar Akhyar menyebut Amir sebagai pacarku, tapi aku tahan. Aku takut Akhyar tersinggung.

"Main apa?"tanyaku tidak faham.

"Ngewek, ngentot bertiga?"

"Gila kamu ini,"ucapku,"Aa-mu saja tidak tahu saya punya hubungan dengan dia."

"Kalau misalnya pacar Eceu meminta untuk main bertiga, apa Eceu mau?"

"Tidak mau,"tukasku cepat.

"Kenapa, Ceu?"

"Terlintas saja tidak pernah di fikiran saya,"jawabku,"apalagi membayangkannya."

"Kalau pacar Eceu yang memintanya?"ulang Akhyar.

Bingung aku. Memang tidak pernah aku memikirkannya. Geli bercampur takut membayangkan aku yang bugil dikeroyok oleh dua orang lelaki. Hiii.... Tapi kalau Amir yang meminta, apa jawabku?

"Sudah, ah. Tidak usah dibahas,"ucapku akhirnya.

"Enak lho, Ceu, ngentot bertiga tuh,"cecarnya.

"Enaknya dimana?"terpancing juga aku akhirnya.

"Ya, enaklah,"sambutnya cepat,"Eceu bisa merasakan dua kontol yang berbeda di saat bersamaan."

Membulat mataku mendengarnya.

"Eceu yang telanjang berjongkok didepan kami yang berbaring. Bebas Eceu memegang kontol aku atau kontol pacar Eceu tuh. Eceu bisa meremasnya, mengocoknya, dan mengulumnya. Bergantian, Ceu. Seru, kan?"

Diam aku mendengarnya. Tapi bisa aku bayangkan bagaimana sibuknya aku melayani kedua lelaki itu bila aku menerima tantangan Akhyar.

"Di tempat tidur, aku berbaring terlentang dengan Eceu menungging di atas aku. Sambil mengulum kontolku, pacar Eceu menyodok-nyodok memek Eceu,"lanjut Akhyar,"Wih, pasti keenakan Eceu dibuatnya."

Bergidik aku jadinya membayangkan bagaimana, didalam kamar tidurku, kedua orang lelaki itu memperebutkan tubuh aku.

"Terus gantian. Pacar Eceu yang berbaring dan Eceu mengulum kontolnya, sedangkan aku yang ngentot Eceu yang menungging. Pasti puas Eceu dibuatnya."

Bahaya. Kontol itu sudah membesar. Akhyar sudah membelai-belainya. Aku harus menghentikannya sebelum Akhyar kembali menerkam aku.

"Sudah, sudah,"ucapku kemudian."Setop ceritanya."

Kuangkat kaki Akhyar yang berada di atasku, lalu duduk aku. Karena daster berada di dekat meja hias, maka aku mengerondong menuju ke sana. Kuambil daster dan mengenakannya."Sudah hampir pagi. Akhyar cepat keluar, tidurlah. Aa-mu bentar lagi datang."

"Bentar, Ceu,"jawab Akhyar yang masih duduk, yang masih mengelus selangkangannya."Burungku bangun gara-gara Eceu minta diceritakan tentang gaya ngentot bertiga."

"Kapan saya minta diceritakan?"Sambil berkacak pinggang, meradang aku mendengar tuduhannya.

"Pokoknya Eceu harus bertanggung jawab."Akhyar bersimpuh di atas kasur itu. Dimajukannya selangkangannya, ditunjukkannya batang kontolnya yang sudah mengembang panjang dan membulat besar.

Hampir tertawa aku melihat kontol Akhyar yang menegang panjang, tapi berbelok sedikit.

"Sebentar saja, Ceu."Sambil tetap bersimpuh, didatanginya aku yang masih berdiri didepan meja hias."Secelup dua celup saja."

"Bisa jebol memekku, Akhyar,"ucapku setengah bercanda."Sudah berapa ronde aku melayani kalian malam ini."

Masih dengan posisi bersimpuh, dipeluknya kakiku. Mukanya tepat didepan selangkanganku.

"Saya capek. Saya mau tidur."Kucoba melepaskan kakiku dari dekapan tangannya, tapi kuat sekali tangannya. Hampir jatuh aku dibuatnya.

"Hei,"berteriak tertahan aku ketika dia berdiri dengan aku yang dipanggulnya di pundaknya.

"Turunkan,"ucapku perlahan karena takut membangunkan anak-anakku.

Tapi, Akhyar nakal. Dengan masih memanggul aku, dibawanya aku keluar dari kamar tidur. Kucubiti punggungnya agar dia menurunkan aku, tapi tetap dibawanya aku ke ruang tengah. Untung ruang tengah gelap.

Di depan televisi, diturunkannya aku. Kujitak pelan kepala Akhyar yang merunduk itu. Lalu melangkah aku untuk kembali ke kamar tidurku, tapi Akhyar menangkap aku. Karena aku tetap melawan, maka dipeluknya aku.

"Jangan di sini,"pintaku pelan.

Dia abaikan permintaanku. Malah dijambaknya rambutku. Ditariknya ke belakang rambutku, hingga mendongak aku. Lalu, dalam temaramnya ruang tengah dengan hanya mengandalkan lampu teras yang menerobos ventilasi jendela, bibirnya mencari bibirku. Kubiarkan dia kulum bibirku.

"Kita ke kamar saja,"ucapku lagi ketika dia lepaskan bibirku.

Akhyar malah meloloskan tali daster dari pundakku. Kini telanjang aku, sepeti juga Akhyar yang sedari tadi sudah telanjang. Sayangnya aku tidak bisa melihat Akhyar yang telanjang. Hanya siluet tubuhnya yang gendut itu terpampang di mataku.

"Hampir subuh,"ingatku pada Akhyar.

Maka berbaring kami di lantai. Dalam remangnya ruang tengah, ditindihnya aku. Dapat aku rasakan kontolnya yang mengeras menempel di area kemaluan, menggesek-gesek lubang kemaluanku.

"Ah!"lenguhku begitu benda bulat besar itu menerobos masuk. Ada rasa sakit yang aku rasakan karena belum basah lubang kemaluanku.

Dasar anak muda, geramku dalam hati. Sudah tahu memekku belum siap menerima kontolnya, tapi tetap dia hujamkan. Untungnya memekku cepat beradaptasi. Seiring maju mundurnya batang bulat besar itu didalam lubang kemaluanku, lubang kemaluan mulai penuh lendir dan aku mulai bisa menikmatinya.

Mulai mendesah aku karena batang bulat panjang yang menyesaki lubang kemaluan itu mulai lancar menggagahi kemaluanku. Seiring maju mundurnya kontol itu, desahanku mulai terdengar."Ahh-ahh-ahh..."

Tanpa memperdulikan temaramnya ruang tengah, tubuh kami menyatu, menggeliat seirama untuk meraih kepuasaan bersama. Desahanku dan dengusannya bersaing susul menyusul untuk mencapai kepuasan bersama.

Hingga akhirnya terdengar teriakan pelan Akhyar, hingga akhirnya terhujam kontolnya di dalam lubang kenikmatan milikku, hingga akhirnya air hangat itu memercik memenuhi kemaluanku, hingga akhirnya terkapar tubuh Akhyar di atas tubuhku.

Sementara di luar sana hujan masih deras turunnya, di ruang tengah yang temaram, didepan televisi, berbaring kami menikmati kebersamaan kami. Seperti juga dengan Amir, aku pun pernah berbagi kehangatan di tempat ini, meneguk indahnya birahi.​
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd