Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Bangkai Tikus

Update...


Tante Mer membungkuk melihat aku memasang regulator ke tabung gasnya. Ia tidak pelit untuk aku melihat teteknya yang menggelantung di dadanya, yang biasa ia tutupi kalau lagi membungkuk.

Dan entah aku yang beruntung atau Tante Mer yang tidak bisa memasang, di tanganku api kompor Tante Mer bisa menyala dengan lancar.

"Untung ada kamu, Qi... kalo Tante nggak ketemu kamu, hari ini Tante bisa gak masak..." kata Tante Mer.

"Selamat memasak, Tante... Rifqi pulang, ya..." jawabku.

“Kok buru-buru sih, Qi...”

“Kan Tante mau masak... Rifqi gak bisa membantu... kalau bantu makan, Rifqi bisa Tante... he..he..” jawabku pada saat yang sama aku berani memandang payudara Tante Mer yang menggelayut di dalam kaosnya, putingnya mencuat mendorong kaos Tante Mer ke depan.

Sebenarnya payudara Mama lebih indah daripada payudara Tante Mer. Payudara Mama montok meski sudah menggantung tapi masih membulat, sedangkan payudara Tante Mer melonjong.

“Apa yang kamu lihat, Qi...?” tanya Tante Mer.

"He.. he... bagus, Tante..." jawabku tertawa pura-pura malu. "Rifqi terangsang melihatnya. Rifqi jujur..." aku berkata yang sesungguhnya, supaya Tante Mer bisa kuyakinkan.

"Hi.. hi.. masa sih, Qi... bikin Tante malu aja deh kamu... bagus apanya, sudah kendor gini kok bagus... bagus punya mamamu... montok... besar..."

"Nggak juga, Tan... beda...”

“Bedanya dimana..?”

“Kalau Tante boleh kasih Rifqi lihat, nanti Rifqi tunjukin bedanya sama Tante... Rifqi gak bilang sama siapa-siapa, Tante gak usah takut, Rifqi gak 'viral'kan... apalagi kalau mulut Rifqi disumbat sama itu..."

“Hi.. hi.. belum kamu isep, Tante sudah kegelian...”

Kugoda terus Tante Mer. "Napa bisa gitu, Tan...?"

“Kan sudah lama gak diisep, sayang...”

“Maka itu... kasih Rifqi isep ya, Tante... biar gak rusak dianggurin lama-lama..”

"Gimana ya, Qi..."

"Iya sudah, Tante... gak papa, Rifqi pulang aja, Tante... nggak usah dipikirin... Rifqi hanya pengen goda Tante aja kok..."

Aku mau melangkah pergi, Tante Mer menarik tanganku. "Qi..."

Kubalik, daripada kesempatan itu hilang, segera kupeluk Tante Mer, kucium lehernya. “Mmmh... ahh... Qi... Tante belum mandi...”

“Kayak gini sudah wangi... asli... Rifqi gak bo’ong...”

“Bener ya, Qi.... Tante takut... tapi daripada nanti malem Tante gak bisa tidur...” Tante Mer memelukku. “Qi... mmmhh...”

Aku dan Tante Mer berciuman.

Tante Mer lebih muda beberapa tahun dari Mama. Tepatnya aku tidak tau. Satu anaknya sekolah di SMA kelas 11, satu lagi di SMP. Cowok cewek anaknya.

Dia jelujurkan lidahnya ke mulutku, kusambut lidahnya dengan lidahku. Kami bercumbu sangat liar, dengan memainkan lidah dan mengulum-ngulumnya bibir.

Dari ruang tamu kami berpindah ke kamar. Aku tidak mau menunggu lama. Aku segera mengeksekusi Tante Mer di atas tempat tidur.

Aku menindih Tante Mer. Penisku seperti punya mata, langsung saja menemukan pintu masuk ke lubang vagina Tante Mer dan aku hanya tinggal mendorong pinggulku untuk membuatnya masuk ke dalam lubang vaginanya.

“Oh… wowwwwhh...” aku hanya bisa mendesah ketika merasakan seluruh batang penisku dicengkeram kuat oleh dinding-dinding vagina Tante Mer yang hangat, dan nikmat.

“Ohh... gimana, Qi... memek Tante enak gak...?” tanya Tante Mer melingkarkan kedua kakinya di pinggangku.

“Oh… ini… luar biasa Tan… legit, kenyal, menggigit... Rifqi bisa ketagihan neh... sekali gak cukup...” jawabku.

“He... he.. kapanpun kamu pengen, datang aja ke sini, Tante tersedia untukmu selalu, penismu juga enak...” balas Tante Mer sembari menarik leherku.

Kami berciuman. Lidahnya liar mencari lidahku, kemudian dibelit dan dihisapnya dalam-dalam.

Pinggang kami yang menyatu refleks saling bergerak dan segera kami berdua hanyut dalam kenikmatan birahi. Peluh membasahi tubuh
kami berdua.

Kamar pribadi Tante Mer dipenuhi aroma seks yang panas membara. Suara lenguhan dan rintihan silih berganti saling sahut menyahut, sekali sekala terdengar suara kecipak kelamin
kami yang saling beradu.

Tak lama, akupun menggeram, penisku memberontak mengeluarkan cairannya. Crrroottt.....

"Ohh... kenapa kamu keluarkan di dalam, sayang?" tanya Tante Mer. "Tante lupa ngomong sama kamu, Tante lagi subur... nggak papa... sudah tanggung, maaf... Tante mengganggu kenikmatanmu..."

Aku mencabut penisku berbaring di samping ketelanjangan Tante Mer dengan kelelahan. Tante Mer tidak membersihkan vaginanya, malah ia mengulum penisku yang mengecil.

○○○○○

Sesampai di rumah, Mama tidak bertanya padaku, aku segera pergi mandi.

Hari-hariku selain kuisi dengan kuliah kuisi kenikmatan birahi dengan kedua wanita itu.

Hanya karena bangkai tikus aku menjadi suami simpanan Mama dan menjadi selingkuhan Tante Mer.

Entah sampai kapan, aku tidak ingin segera berakhir, terutama dengan Tante Mer. Lubang vaginanya dan lubang kentutnya terlalu nikmat bagiku.

Tante Mer memanjakan penisku dengan lubang kentutnya, selain lubang vaginanya, sehingga aku harus jujur mengatakannya, aku telah jatuh cinta pada Tante Mer, meskipun ia lebih tua dariku hampir 20 tahun, aku bersedia menjadi suaminya kalau ia berani menerima pinanganku.

Sepertinya perutnya juga sudah berisi... Copyright@bc_05012024_02:27_am



 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd