Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Balada Viana 1, 2 and 3 : The beginning, The birth of slut of me and Forbidden Love

Status
Please reply by conversation.
Chapter VIII

Hari itu Viana tampak berseri-seri, pagi-pagi sudah diantar Udin ke sekolah. Di sekolah, Viana malah membayangkan penis yang kemarin dipegangnya, melihat muntahan sperma didepan matanya rupanya membuat Viana terkesan, penis yang bagi Viana berukuran besar itu terlihat sexy sekali dengan kepala penis menyerupai helm berwarna merah kehitaman, berbeda sekali dengan penis Johan yang terlihat berkerut dan masih terselubung kulit malah terlihat kecil menguncup. Tiba-tiba saja Viana merasa rindu pada Udin, aroma penisnya yang meskipun tidak sedap malah menjadi daya tarik tersendiri. Wajah Udin yang selalu menatapnya dengan pandangan mesum malah terbayang-bayang, Viana malah kangen pada tatapan Udin padanya. Tatapan itu membuat Viana bangga pada tubuhnya sendiri. Viana ingin kembali memuaskan Udin, pemandangan muncratnya sperma didepan matanya telah membuat Viana puas sekali. Disisi lain , Viana tidak ingin Udin mendapat kepuasan yang lebih selain darinya, mungkin ini sisi feminimnya sebagai wanita, namun justru sisi inilah yang akan terus menjerumuskannya. Ilmu gendam yang dilancarkan Udin memang luar biasa, mampu mempengaruhi seseorang secara tidak sadar dengan permanen. Viana gadis Chinesse dengan masa lalu yang kelabu dan mungkin sekarang dengan masadepan yang suram yang samasekali tidak disadarinya. Sama sekali tidak ada cinta dalam hati Udin untuk Viana, yang ada hanya nafsu yang selalu memikirkan bagaimana cara menikmati tubuh anak majikannya itu. Dia penasaran sekali dengan gadis-gadis Chinesse yang selalu tertutup dan tidak dapat disentuhnya. Sejak bertemu Viana yang cantik oriental dengan tubuh yang bening mulus membuat Udin merasa bahwa Viana gadis yang tepat untuk dijadikan sasaran nafsu birahi terpendamnya. Bel sudah berbunyi, sekolahpun usai. Viana buru-buru keluar kelas membawa tasnya. Wajahnya lebih semangat dari hari sebelumnya, tapi didepan Udin justru dia berusaha menyembunyikan perasaan itu. Wajahnya yang bulat telur dengan kulit putih kemerahan terkena sinar matahari membuatnya tampak cantik sekali berbeda dengan teman-teman wanitanya yang lain yang tampak kumal kehitaman.

“Mang, udah lama nunggunya? Ayo anter Via pulang, oiya mang Tarjo tadi Airin lagi makan dulu dikantin, jadi mang Trajo tunggu dulu aja, jadi Via duluan pulang ya”

“Sip non, pasti ditunggu”

Udin yang sudah siap, begitu Viana menaiki motor langsung saja tancap gas. Ini membuat Viana secara reflek memeluk pinggangnya, begitu sadar, kontan muka Viana merah malu dan segera melepas pelukannya.

“Koq dilepas non, gak apa-apa pegang aja, nanti non Via malah jatuh dari motor, lagian enak non, susu non empuk sekali ya”

Udin mulai lagi bicara seenaknya dan langsung berteriak karena pinggangnya dicubit Viana dengan keras sekali, kali ini motornya jadi oleng, lalu gantian Viana yang teriak ketakutan dan lagi-lagi tangannya merangkul Udin sampai motor itu kembali berjalan normal. Udin tersenyum puas bisa ngerjai anak majikannya itu. Viana pun melepas kembali rangkulannya.
Tuh, makanya mang nyetir yang bener dong!”

“Iya, abis tadi non nyubitnya sakit, jadi aja gitu, tapi tadi ada yang enak lagi koq, cubit lagi dong non” teriak Udin disela-sela suara motornya.

Viana mendelik dibelakangnya, tapi dia juga tersenyum geli mengingat kejadian tadi.

“Awas aja kalau kayak tadi lagi, nanti sore gak jadi via service lho”

“Ampun non, iya deh yang penting nanti servicenya memuaskan ya non”

Viana diam saja pura-pura tidak menanggapi tapi hatinya berkata iya.

Sesampainya didepan rumah, mereka pura-pura cuek karena ayah Viana tampak sedang memperhatikan anaknya dari dalam toko.

“Non, nanti bajunya yang sexy ya” bisik Udin dibelakang Viana diiringi gendam dalam suaranya yang bernada perintah. Viana diam saja mendengar bisikan itu, dan terus berjalan kearah toko papanya dan terus kearah kamarnya dengan cuek.

“Via, nanti sore papa mau pergi ambil stock ke Indramayu, papa udah titip kunci ke mama Tatik, tolong jaga rumah ya soalnya papa bakal pulang subuh”

“Iya pa, tenang aja, kan urusan jaga rumah ada mang Udin sama Tarjo, suruh mereka aja”

“Iya nanti juga papa bilang mereka sekalian suruh jaga kalian semua”

“Ya udah deh pa, via masuk dulu, mau istirahat” tanpa menunggu jawaban papanya, Viana langsung masuk dan naik tangga ke kamarnya.

Chapter IX

Sore itu, setelah ayahnya berangkat, Viana pun bersiap mengunjungi gudang kepuasannya tapi kali ini Viana tidak ingin adiknya ikut. “Rin, besok kamu ada tugas apa lagi? Sibuk gak?” Tanya Viana memancing keadaan adiknya.

“Iya cie, koq cici tau, masih yang kemarin belum selesai soalnya kemarin aku malah ketiduran ci”

“ yaudah deh, cici udah mulai bosan lagi dikamar nih, mau main dulu kegudang ya”

“Iya ci, kemarin rame ya ngobrolnya sampai ketagihan gitu”

“yah lumayan, daripada bengong dikamar” Viana kembali kekamarnya untuk ganti baju sesuai pesan Udin tadi siang.

Tiba-tiba Viana merasa horny membayangkan tatapan mesum Udin dan Tarjo padanya, ia ingin kulinya itu terus menatapnya seperti itu, perasaannya tersanjung sekali saat itu. Viana merasa dirinya diinginkan, dia tidak sadar Udin dan Tarjo hanya menginginkan tubuhnya saja. Sengaja Viana memilih baju atasan merah tua yang agak terbuka dibagian dada dan pundaknya, sedangkan untuk bawahan, dia pilih rok merah yang dia pikir matching dengan bajunya agar tampak feminim, ternyata roknya sudah agak kekecilan hingga terlihat agak ketat dan ujungnya sudah sedikit diatas lutut, padahal waktu dibeli dulu masih selutut, berarti sekarang ini dia jadi tambah tinggi. Yasudahlah, pikirnya yang penting matching dan terlihat feminim modis. Viana mengendap-endap keluar dari kamarnya setelah sebelumnya mengunci pintu kamar takut ketahuan Tatik dan mbok Saroh, lalu turun kelantai satu, untunglah semua orang berada dikamarnya masing-masing, jadi setelah sampai dilantai satu tokonya, Viana dengan bebas melenggang kearah gudang. Viana membuka pintu gudang yang tidak terkunci, lalu menutupnya kembali pelan-pelan.

“Wah non via sexy sekali, udah kangen sama kontol mamang ya…” Viana dikejutkan oleh bisikan cabul yang tiba-tiba dibelakangnya, belum sempat teriak, pinggangnya sudah dirangkul Udin dari belakang.

“Non, bajunya sexy juga nih, tuh susunya keliatan, wew, putih banget non” bisik udin di belakang telinga Viana sambil mulutnya menjilati bahu Viana yang putih mulus, matanya terus melihat belahan dada Viana di belakang pundaknya.
Viana yang belum hilang kagetnya secara reflek berbalik hingga tubuhnya menghadap Udin. “Aduhhh mang Udin bikin kag…mmmphhh mmmanghh” belum selesai kalimat diucapkan, Udin yang sudah kebelet mencium bibir Viana, lalu lidahnya dengan liar menyapu mulut Viana.

“Mang, udah ah, nanti ada yang liat” bisik Viana sambil matanya melirik keadaan sekeiling.

“tenang aja non, kebetulan si Tarjo sekarang masih belum pulang, jadi Cuma kita disini non”

“memangnya mang Tarjo lagi kemana?”

“Tadi sih bilangnya mau kerumah temannya didaerah pantai, pulangnya agak malam, non via kangen ya sama si Tarjo?”

“iii gak koq, kirain ikut papa ke indramayu”

“ga koq non, papa non via mana mau diikuti” sahut Udin mengomentari tuannya yang juga mata keranjang.

“Iya, papa memang gitu, dari dulu juga kalau pergi selalu sendirian”

“mungkin nyari ayam-ayam kampung non yang masih muda, hehehe”

Viana termenung sejenak teringat pada mamanya diJakarta, betapa akibat perbuatan papanya, keluarganya jadi hancur, juga gara-gara Tatik yang suka morotin uang papanya, sekarangpun masih jadi benalu dirumahnya. Ia merasa geram sekali pada papanya itu. “Hmmmm kebiasaan papa memang belum berubah”

“Yah, biarin aja non, banyak koq pengusaha cina yang demen gadis-gadis kampung, itumah wajar, udah bosen kali non tiap hari liat istrinya yang sipit-sipit juga kayak non… sekarang giliran mamang yang demen gadis sipit kayak non Via hehehehe” kata Udin sambil tangannya kembali menggandeng pinggang Viana dan digiringnya kedalam kamar. Viana tidak bisa menolak ajakan tidak langsung itu karena hatinya sedang dagdigdug digandeng oleh Udin. “masa sih mang, koq kayak gitu sih, emang semua cowok kayak gitu ya?”pikiran Viana terlintas pada mantan pacarnya yang sudah tega mencampakkannya.
gak semua sih non, itu terutama kalau si cowoknya kaya, cakep ya rata-rata begitu, makanya non kalau nyari suami,gak usah yang kaya-kaya, kayak kita aja dijamin puas, yang penting kontolnya gede-gede, non via juga udah liat yang punya mamang, suka kan?”

“idihhh kata siapa via suka barangnya mamang?” sahut Viana nyengir malu.

“Lah, non Via koq mau lagi dateng kesini, mau apalagi selain yang kemarin itu tuh, ayo non ngaku aja,non”

Viana terdiam, risih sekali rasanya mendengar ada pria yang bicara begitu secara langsung didepannya, secara dirinya sendiri juga merasa senang mendengarnya. Udin maklum pada keadaan Viana yang masih belia tentu malu mengakui semua rahasia hatinya, tangannya segera mendudukan Viana, namun kali ini Viana didudukkan dikasurnya yang sudah lusuh dan bau. Matanya sibuk menjelajahi pundak Viana yang putih mulus sampai kebelahan dadanya, penisnya sudah tegang didalam celananya, putih amat nih cewek pikirnya.

“mang, baju via bagus ga?” Viana asal bertanya memecah ketegangan dalam hatinya dengan suara lirih, badannya sudah lemas akibat sentuhan Boneng yang dibarengi ilmu gendamnya.

“Bagus non, sesuai permintaan mamang, Cuma kurang sexy dikit non” kata Udin

“Kurang sexy apanya mang? Kata via ini udah cukup modis, waktu beli malah jadi rebutan sama Airin”

“Tetep kurang non, harusnya dibagian ini bukaannya dilebarin, jadi susu non lebih keliatan.” Kata Udin, kali ini tangannya sambil meraba baju bagian dada Viana yang memang agak terbuka, sekaligus tangannya yang besar ikut nyerempet kekulit dada Viana yang halus itu. Viana agak tersentak, bagaimanapun juga Viana adalah gadis baik-baik sehingga belum pernah ada pria yang menyentuh tubuhnya, kecuali Johan, mantan pacarnya. Justru kali ini tangan yang menyentuhnya adalah tangan kulinya sendiri yang jelas bukan siapa-siapanya.

“Ihh, mang Udin jangan pegang-pegang ah, maluuu…”kata Viana lirih sambil menutupi dadanya yang tadi baru tersentuh, kulit wajahnya yang putih , merona merah.
kenapa malu non, itukan wajar, malah tadinya mamang mau liat susu non Via, ayolah non, jangan jual mahal gitu, lagian non Via juga udah ga perawan, jadi ngapain lagi jual mahal, lagian mamang Cuma mau liat susu non via aja” bujuk Udin.

“malu ah mang, bukannya Via jual mahal, tapi dulukan Via sama pacar Via, mang Udinkan bukan siapa-siapa Via”

“Gini aja non, gimana sekarang kalau mamang jadi pacar non Via, mau kan?” desak Udin tidak sabar. Viana pun melongo.

“Yah, nanti dulu deh mang, Via belum siap, nanti Via pikir-pikir dulu ya” jawab Viana kemudian dengan santai.

“Hmmm, ya sudah deh gimana non via aja, sekarang kocokin kontol mamang yah, udah basah nih rasanya” kata Udin sambil membuka celananya, dan benar saja, kepala penisnya yang tegang sudah mengkilat oleh cairan precum nya yang sudah meleleh menyelimuti ujung penisnya. Viana yang memang sudah terkesan dari kemarin, langsung saja memegang penis Udin yang sudah tegang.

“Hmm udah tegang ya mang?” Tanya Viana sambil tersenyum menggoda. Senyuman itu membuat Udin langsung mendekatkan kepalanya ke wajah Viana, sambil berbisik “Non, sekarang oralin ya, mau kan?” lalu bibir tebalnya mengecup pundak lalu terus merayap kebibir Viana yang tipis. Vianapun membalas ciuman itu dengan bibirnya yang lembut. Lidah Udin dan lidah Viana saling bersentuhan. Udin dengan lahapnya menyedot lidah Viana. Untunglah Viana segera menarik lidahnya, takut adegan it uterus berlanjut dan membobol pertahanannya.
Via gak suka oral, jijik banget mang, via kocokin aja yah, kayak kemarin, mang Udin puas juga kan?”

“kenapa non? Padahal enak lho, non Via Cuma ga biasa kali nyedot kontol, sedotinlah non, nanti juga jadi biasa koq, kan bisa lebih puas”

“ lain kali deh mang, Via bisa muntah ngebayangin barang mang Udin dimulut Via”

“Janji ya non, tapi sekarang non buka susunya dong, mang udin pingin liat, pasti tambah nafsu nih, boleh ya” tanpa menunggu jawaban Viana, tangan Udin memelorotkan baju Viana. Karena bajunya model bahu terbuka, maka dengan mudahnya baju Viana melorot ke pinggang, hingga nampaklah kulit pundak dan dada yang halus mulus, payudara Viana yang ukuran 34 masih tertutup bra putih kesayangannya. Secara reflek Viana menutupi payudaranya dengan kedua tangan, namun tangan Udin yang besar menghalanginya.

“Udah, gak apa-apa non, gak mau oral, berarti non mesti begini” Viana yang sejak tadi birahinya sudah naik, tidak protes sewaktu tangan Udin melepas bra yang dipakainya.

“Wuihh, putih amat non, gimana ngerawatnya nih susu, buat mamang ya” Udin tak kuat untuk tidak menjilati payudara Viana mulai dari belahan hingga putingnya yang merah muda.. Viana rupanya sudah kehilangan rasa malunya yang baru saja dia katakan pada Udin. Viana tidak menolak semua perlakuan Udin padanya, tangan Viana mulai mengocok penis Udin yang tegak mencapai 18 cm.

Viana tidak menyadari, di ruangan itu telah bertambah satu orang lagi yaitu Tarjo yang memang sengaja pulang setelah mendapat SMS dari Udin sebelum Viana datang tadi. Tarjopun sengaja datang dengan mengendap-endap, Iapun ingin mengalami kenikmatan seperti yang diceritakan Udin kemarin. Tarjo datang tanpa membuat suara derit pintu karena siangnya pintu gudang telah diberinya pelumas untuk memuluskan kedatangannya. Dilihatnya Viana yang tengah bertelanjang dada sedang mengocok penis Udin, tak tahan melihat pemandangan itu, Tarjopun menyergap Viana dari belakang. Tangan Tarjo memeluk tubuh Viana dari belakang lalu meremas-remas payudara Viana yang putih lembut. Viana sedikit kaget melihat kehadiran Tarjo disaat dirinya sedang setengah telanjang, namun birahinya yang sudah memuncak dapat menutupi kekagetannya.

“Ga apa-apa non, Cuma si Tarjo koq, terusin aja, tanggung enak nih”Udin rupanya sudah merencanakan itu semua.
Iya non, tenang aja, pintunya udah aku kunci barusan”kata Tarjo sambil ikut membuka celananya disamping Viana, lalu keluarlah penis hitam Tarjo yang sedang membesar dengan pesat. Tarjo mengelus-eluskan kepala penisnya yang sedikit lebih besar dari Udin ke punggung Viana yang terbuka. Menyadari ada benda asing dikulit punggungnya yang mulus, Viana membalikkan badannya, sekejap kemudian dia membalik lagi dengan cepat. Mukanya merah merona karena malu, jengah melihat penis pria lain didekatnya. Udin yang melihat itu tersenyum mengejek, lalu dia membimbing tangan Viana agar menyentuh penis Tarjo yang kian membesar.

“Pegang juga non, kontol mang Tarjo, jangan malu-malu, ayo kocokin juga” kata Tarjo tersenyum mesum melihat Viana yang tampak canggung.

Akhirnya perlahan-lahan tangan Viana mulai menyentuh penis Tarjo yang sekarang terlihat sudah lembab. Nasi sudah menjadi bubur pikir Viana, diapun melanjutkan kocokannya pada kedua penis pembantunya. Viana menggelengkan kepalanya sewaktu Tarjo mencoba membujuk agar dia mau mengulum penis mereka. Udin dan Tarjo saling berpandangan lalu mengangguk penuh arti, sementara Viana bersimpuh didepan penis mereka sambil tangannya terus bekerja memuaskan para pekerjanya. Selang sepuluh menit kemudian Viana merasakan kedutan pada penis Udin, ini saat yang dia tunggu, ia ingin melihat semprotan sperma Udin yang telah membuatnya terkesan kemarin. Tarjo memegangi kepala Viana yang tadinya akan menghindar ke samping.

“ liatnya dari depan aja non, begini, jadi lebih nikmat” kata Tarjo memposisikan wajah Viana didepan penis Udin. Viana mau-tidak mau menghadap penis yang sesaat lagi akan muntah, dan benar saja beberapa detik kemudian, Udin melenguh sambil memuncratkan banyak sekali sperma kewajah Viana tanpa terelakkan. Viana memejamkan matanya sambil mengatupkan kedua bibirnya rapat-rapat. Sperma yang selama ini dihindari dari wajahnya kini malah total menghiasi kulit wajahnya yang putih. Tampak lendiran itu meleleh turun diantara kedua alisnya. Gadis itu tidak dapat berbicara bebas karena tentu sperma Udin akan ikut masuk bila mulutnya terbuka. Tangan Tarjo memegangi tangan Viana yang akan menyeka sperma Udin dari wajahnya. “tunggu non, biar aja peju mamang turun dengan sendirinya, wajah non keliatan lebih cantik koq sekarang” kata Udin sehabis melepas hajatnya.
Iya non tunggu mamang juga mau bucat nih” Tarjo kini sedang mengocok-ngocok penisnya didepan Viana yang mata sipitnya masih tertutup sperma. “Crott…cretttt” terdengar bunyi muncratan sperma Tarjo yang kental kekuningan melesat kewajah Viana, namun kali ini Tarjo juga mengarahkan spermanya ke payudara Viana yang sudah terpampang didepannya. Alhasil payudara Vianapun terkena sperma Tarjo.

Kini tangan Viana mulai menyeka sperma dari wajahnya, terutama dari bibirnya. Udin ikut membantunya sambil berusaha memasukkan sperma kedalam mulut Viana agar terjilat oleh lidahnya. “nih non, sambil dicoba dikit-dikit biar terbiasa, jadi nanti-nanti non bisa nelen peju, enak kan non?” Tanya Udin kemudian, tetap dengan senyum puas melihat anak sulung majikannya sudah takluk pada mereka berdua. “mmmmh…” Viana cemberut tapi tetap tidak berani membuka mulutnya. Disela-sela bibirnya tampak lelehan sperma yang menggenang tepat dibelahan bibirnya hingga secara tidak sengaja ikut meresap kedalam mulut Viana. Tampak gadis sipit itu mengernyitkan dahinya dan mulai meludah kecil karena sperma yang meresap dibibirnya terasa bau dan hambar. “uuhhh, bau mang, kayak ingus rasanya” gerutu Viana

“hehehe tapi enak kan non, asin gurih gitu, iya gak?” udin menyeringai

“Asin gurih apanya!, hambar bau!”Viana terus meludah karena terasa dilidahnya justru rasa benih Udin itu mulai menjalar didalam rongga mulutnya.

“Coba rasa peju mamang non, sama gak?” Tarjo yang tak mau kalah mempromosikan rasa spermanya sambil menyodorkan ujung penisnya yang masih terdapat sedikit sisa sperma

“gak mauuu” Viana spontan menjawab diiringi tawa kedua pembantunya.

Selanjutnya ketiga insan yang berbeda status itu bersenda gurau dengan candaan porno dari Udin dan Tarjo yang memang bertujuan untuk merusak pemikiran gadis yang mulai berangkat dewasa ini. Ilmu gendam pun secara diam-diam dilancarkan dari jarak dekat oleh kedua pembantu bermuka mesum ini. Viana semakin terlena oleh hasutan dan gendam kedua pembantunya yang menjurus pada suatu persetubuhan haram dengannya. Udin dan Tarjo semakin ahli dalam mempermainkan gairah Viana yang memang sedang pada masa pergolakan layaknya gadis dewasa, tapi sayangnya Viana hanya gadis abg yang kurang pengalaman sehingga gadis itu tidak tahu harus bagaimana memenuhi hasratnya terutama jika tidak dibimbing. Nalurinya sebagai gadis terhormat masih melekat sehingga meskipun sudah terbakar birahi namun Viana masih menolak untuk disetubuhi oleh kedua pembantunya itu.

“Non via kapan atuh mau cobain kontol mamang ini, tuh gak kasian non, udah pada tegang gini padahal belum 10 menit tadi baru pada muntah” kata Tarjo yang masih belum memakai celana sengaja memperlihatkan penisnya yang sudah tegang lagi.
iya non, cobain sekali aja non kulum, pasti ketagihan deh, lebih nikmat daridapa Cuma dikocok kayak tadi non” kata Udin menimpali sambil tangannya mempermainkan payudara Viana yang belum juga memakai branya.

“engga deh mang. Via jijik kalau harus gitu” kata Viana sengaja tidak melihat penis kedua pembantunya, namun sesekali mata sipitnya melirik juga kearah penis Udin yang juga sedang membesar.

“Jadi non Via maunya gimana? Nyobain ngentot yuk non, mau gak? Mumpung papa non belum pulang” kata Tarjo sambil tangannya mencoba menyibakkan rok Viana, namun tangan Viana menepisnya pelan.

“ga ah mang, Via ngantuk nih, mau tidur, inikan udah jam 11 malem.” Kata Viana sambil menguap lebar.

“yah koq gitu non, padahal pasti memek non juga udah basah kan?” Kata Udin dengan nada kecewa.

“Yehh mang Udin tau aja, tapi jangan harap ya, cukup kayak tadi aja, toh kalian ini siapanya Via?” Sahut Viana.

“Nah lu din, kita ditagih nih. Hehehe kalau non via mau, kita mau banget koq jadi pacar non Via, tinggal non aja yang mau atau gak sama kita, hayooo” kata Tarjo malah senang menemukan jalan pintas.

“kalian ini udah gila ya, memangnya mau dimadu sama Via? Udah ah, makin ngelantur aja nih mang Tarjo, udah malem, Via mau balik kekamar” kata Viana tersenyum sambil memakai bajunya kembali.

“kenapa ga disini aja tidurnya non? Kita juga masih mau koq dikocokin sama tangan non Via, apalagi sambil non nya telanjang, pasti asyik non” Udin mencoba membujuk Viana agar tidak kembali kekamar.

“Via ngantuk mang, kapan-kapan lagi aja ya”

“janji ya non, nanti mamang tagih janji non via” kata Udin

“Iya deh mang, nanti tagih aja kalau mang Udin lagi kepengen” kata Viana tersenyum manis pada Udin

“Sekarang cium dulu dong non kontol kita, sekaliii aja sebelum non tidur, biar ga penasaran nih si otong”Kata Tarjo.

Viana yang sudah selesai merapikan pakaian, melirik kearah penis Udin dan Tarjo yang tegang-tegang mengacung kearahnya. Kembali Viana tersenyum nakal, kepalanya mendekat kearah selangkangan Udin, lalu mulutnya yang mungil mencium kepala penis Udin lalu berganti pada penis Tarjo. “Nah gitu dong non, yang sering ya, gak usah jijik segala, nanti non yang rugi“ kata Tarjo menyeringai sambil memakai celananya kembali.

”sampai nanti yang mang berdua, Via mau bobo dulu” kata Viana pamitan.

Viana kembali kekamarnya dengan senyum puas karena telah bisa memuaskan kedua pria yang selama ini membuatnya penasaran dan tidak bisa tidur. Gadis itu tidak tahu perjalanan hidupnya sejak saat itu ada dibawah kendali Udin dan Tarjo. Bagaimana kisah keluarga Viana selanjutnya?

Bersambung
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd