Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Badai dari Timur by Musicboy

Music boy??
Kayanya dulu udah ada ya hu id music boy, ko ini id baru hu??
Apa perasaan nubie aja ya hu..hehe

Buat ceritanya mantap hu..
 
Makasih Responnya suhu-suhu. Sori seminggu vakum nulis sedang banyak ke daerah. Kamis diposting lanjutannya.

Untuk suhu-suhu dari Makassar. Salam hormat dari Nubie. Semoga bisa jalin silaturahmi ke depannya.

cheers and enjoy sex...
 
:ampun:welcome back suhu musicboy:mantap:

karya suhu yg "beda" bener2 keren om, dulu baca marathon hehhe, trus lanjut sekuelnya juga

smoga crita ini bisa smpe tamat juga om thanks:ampun:
 
Kembalinya sang legenda "LAMPAU" syg gal dilanjut seru. "BEDA"
 
Kamis tersisa kurang Dari Dua jam ... Atau lagi sibuk garap ladang ya Secara Malam jumat hahaha
 
H-5 Menit

'Ada kabel yang putus di kepalamu!' Adhi berkata pelan menatapku sambil terduduk di halte yang penuh coretan.

Aku tertawa renyah mendengar komentar kawanku yang satu ini. Selalu penuh perhitungan, selalu berpikir resiko, berbalik belakang denganku yang melakukan dulu baru berpikir.

Jika saat normal saja aku sudah ceroboh, tak heran tindakanku saat sedang mabuk membuat Adhi menggeleng kepala.

'Cinta kan tidak melihat usia Dhi' kataku datar mencengkram pegangan ransel yang menyangkut di pundakku.

'Saya bukan bicara soal usia ******!' Adhi menjawab ketus. 'Ini soal kau diperbodoh oleh orang cuma gara-gara kontolmu!' Lanjutnya.

Kalau bukan Adhi yang bicara, sumpah mati ransel yang kupegang sudah melayang mendului tinjuku.

Mataku terpicing saat berbalik menatapnya. Tapi tak ada tatapan benci di mata Adhi, hanya tatapan iba yang menusuk ke dalam mendinginkan panas hatiku.

Aku diperbodoh? Pikiran itu sudah beberapa kali melintas di kepalaku. Aku tidak menampik itu.

Tapi tak mungkin...

Senyuman yang manis itu...

Matanya memang seperti menyimpan kebengisan...

Tapi siapa yang tidak bengis menghadapi suami yang jahat...

Kalimat dari mulutnya memang selalu terkesan hati-hati dan dipikirkan matang...

Tapi kalimat itu keluar dari bibir merahnya...

Yang terlihat sangat seksi saat ia menjilatnya kecil...

Terlebih ketika menjilati penisku dengan mata sendunya menatapiku mencoba menahan nikmat

Dan jemari lembutnya yang bermain di batang penisku

Dan nafsuku berjaya membuat pikiranku kembali ke posisi shutdown, membawa mataku menatap ke arah angkot biru yang baru saja bergerak setelah penumpang yang tadi dijemput akhirnya naik.

Aku menarik nafas dan tersenyum tipis. Persetan Adhi d intuisinya. Hanya satu nama yang ada di kepalaku membuatku tak sabaran dan melangkah mendekati arah datangnya angkot itu untuk mempercepat tujuanku tercapai.

Seakan seluruh dunia betkomplot menyulitkanku, sebuah kijang hitam malah menyalip angkot yang ingin kutumpangi.

Meringis, aku akhirnya menghela nafas dan memutuskan pamit pada kawanku.

'Duluan Dhi' ucapku sambil berbalik menatap Adhi yang masih duduk di halte menghisap rokok yang baru dibakar.

'Santai laah, saya bisa jaga di...' kalimatku putus ditengah jalan saat kulihat Adhi terbelalak dan melompat berdiri.

Rasa dingin di punggung membuatku tersadar bahaya datang. Hanya insting yang membuatku melompat ke arah depan tapi terlambat.

Sesuatu yang tajam berdesau dibelakangku. Dinginnya besi terasa membelah kulitku menandakan terterobosnya kemeja sekolahku.

Berdiri pada posisi setengah menyamping membuatku tak bisa menjaga keseimbangan dan akhirnya memilih mengikuti alur jatuh tubuhku dan berguling di aspal.

Kelebat putih abu-abu kulihat meloncati tubuhku yang terguling. Dengan teriakan panjang Adhi melayang ringan menyongsong penyerangku.

Mencoba bangkit, aku meringis karena dingin di punggung berubah menjadi nyeri tajam yang memaksaku tertatih mundur dan terduduk. Hangat darah yang mengalir di belakangku membuat lengket bajuku.

Tapi istirahat bukan pilihan.

Pemandangan di depanku membuatku berteriak kalap dan berdiri tegak dan berlari menyergap. Waktu adalah kuncinya. Dan kali ini waktu bukan kawanku.

Adhi terbaring bersimbah darah menyamping di aspal. Tangannya lemah melindungi kepalanya sementara Tiga orang lelaki bertopeng kupluk menghujaninya dengan serangan bergantian. Kalau hanya pukulan dan tendangan, aku tidak akan sekalap ini. Parang di tangan mereka yang membuatku murka.

Seperti singa luka aku meraih yang paling kiri lebih dulu. Dia yang memegang parang. Bercak merah di parang itu hanya membuatku makon murka.

Siku kiriku telak menghantam lehernya sementara tangan kananku menggenggam pergelangannya meraih parang keparat yang mengayun turun mencoba mengoyak Adhi.

Tak menyangka seranganku, Ia terpekik pendek sebelum kehilangan kesadarannya menghantam aspal. Parang di tangannya refleks diayunkan ke arahku menyabet lengan kananku sebelum terlepas dari tangannya.

Tak kurasakan lagi perih. Hanya murka saat aku meraih parang itu dan memandang nanar dua kawannya yang terdiam seakan tak percaya kawannya rubuh.

Hanya sedetik jeda sebelum kami bertiga bergerak.

Aku mengayunkan parang sekuat tenaga ke arah yang paling kanan mencoba memecah formasi mereka, tapi serangan sebenarnya adalah tendangan kaki kiriku yang mengincar lawan di sebelah kiriku.

Seranganku terbaca dengan baik dan keduanya berhasil melompat mundur menghindar. Tak apa karena yang kuinginkan bukan menyakiti mereka, melainkan menyelamatkan Adhi.

Kulangkahi tubuh Adhi dan melompat ke depan menarik kedua penyerangku menjauh dari Adhi. Mereka seakan tidak perduli pada Adhi dan mengejarku.

Syukurlah. Tetapi ini berarti mereka memang mengincarku. Tak apa. Kuladeni saja.

Kaki kananku ku menjejak tanah dan kujadikan tumpuan untuk memutar tubuh ke kiri dalam kuda-kuda rendah dengan parang mengayun penuh mencari kaki lawanku.

Dengan sigap lawanku melompat. Dorongan badannya yang sedang dalam kondisi berlari kumanfaatkan dengan menegakkan badan menghantamkan kepalaku ke dadanya.

Sundulanku berhasil masuk telak. Tapi punggungku yang sakit membuat kuda-kudaku lemah. Aku ikut terguling jatuh dengan lawanku memberi peluang untuk kawannya masuk.

Dan peluang itu tidak disia-siakan.

Insting membuatku berguling ke kiri membuat tikaman pisau penyerangku melenceng dan berubah menjadi sayatan di perut kananku dan malah menancap ke perut kawannya.

'AAAHK' teriakan lawanku yang tertikam kawannya sendiri. Yang menikam buru-buru melepas pisau dan berjongkok melihat kondisi kawannya.

Aku masih berguling 2 kali lagi mengacuhkan perih dipunggungku dan memaksa diriku berlutut menatap kedua penyerangku.

'Siapa kalian?' Tanyaku pelan. Suaraku lebih cocok disebut geraman. Menahan amarah dan sakit.

Pertanyaan bagus karena jelas mereka bukan anak SMU lain yang mencari tawuran. Apa mereka musuh ayah Dewi? Atau justru kiriman Ayah Dewi?

'ANJIING!' kesadaranku tersentak karena teriakan dari belakang kedua lawan di hadapanku.

Bagaikan filem aksi barat, kejadian berikutnya bergerak dalam slo-mo.

makian tadi berasal dari kawan penyerangku yang berdiri dengan kedua tangan terjulur diatas kepalanya mengayunkan parang ke arah kepala Adhi yang masih tergeletak lemah...

Aku terbelalak dan refleks melompat dan berlari menyongsong mereka...

Lawan di hadapanku refleks mencabut pisau dari perut kawannya dan menyongsongku dengan pisau terhunus...

Dingin besi menggelitik perut sebelah kananku membuatku refleks memutar tubuh ke kanan sambil mengayunkan lenganku sekuat tenaga.

'KRAAK'

'CRAAK'

Dua bunyi bersamaan terdengar. Yang pertama bunyi rahang lawanku yang terpukul patah. Bunyi yang kedua membuatku bergidik. Bunyi parang membelah daging.

'ADHIII' Teriakanku mengalahkan suara klakson kendaraan dan teriakan di sekelilingku. Mungkin dari penonton yang melihat kami.

Aku terjengkang ke kiri dan terguling sebelum terduduk menatap ke arah Adhi. Nyeri tak kurasakan lagi. Hanya perih di hati membayangkan apa yang terjadi pada Adhi.

Tertatih aku berdiri dengan mata nyalang menatap lawan terakhirku yang sedang mencabut parang yang masih menancap di kepala Adhi menyebabkan semburan darah menghambur.

Aku perlu senjata. Satu-satunya yang terdekat masih menancap di perutku. Tak ada sakit yang kurasa saat pisau itu kucabut dan bangkit berjalan limbung ke arah lawanku yang tersentak melihatku masih mampu berjalan walaupun baju sekolahku sudah berubah merah.

Tiba-tiba suara pintu mobil ditutup memecah fokusku. Dan berdiri di sebelah kap mobil adalah seorang lagi musuh. Kali ini menggenggam pistol yang diarahkan padaku.

'Selesailah semua' Pikirku kalut. Hanya satu yang bisa kulakukan. Membawa pembunuh Adhi mati bersamaku.

Dan dengan teriakan putus asa aku menerjang dengan pisau di tangan ke arah buruanku yang mundur sambil memegang pisau.

'PRAAK' Suara kaca pecah membuatku menunduk sambil terus berlari, membawaku tersuruk jatuh.

Tunggu. Bukan suara kaca pecah yang seharusnya terdengar. Mana suara pistolnya?

Suara teriakan dari semua arah membuatku terperangah. Dan dari semua arah kulihat wajah-wajah yang kukenali dalam pakaian seragam yang sama denganku, hanya warnanya putih.

Chaos

Kekacauan adalah kata yang tepat untuk menggambarkan apa yang terjadi saat itu. Kekacauan yang akrab di mata bajingan tengik seumuranku.

Batu melayang dari segala penjuru mengarah ke Kijang hitam lawanku membentur bodi dan memecahkan kaca.

Kedua penyerangku yang tersisa dengan panik menaiki mobilnya dan menggeber gas meninggalkan arena menyisakan decit asap dan debu. Aku hanya duduk bingung menatap tidak berdaya.

Kemudian beberapa tangan meraihku. Aku menoleh dan menatap badge identitas sekolah di lengan penolongku. SMA KARTIKA CHANDRA KIRANA tercetak disana. Kemudian wajah yang kukenali baik menatapku kuatir.

'Tenang Lang! Sudah Aman.' Kata pemilik wajah tampan di hadapanku.

'Bram! Adhi...' hanya nama itu yang bisa kuucapkan.

Bram menoleh ke arah Adhi sebelum melompat berlari ke arah ia pergi.

Dengan dipapah aku berhasil mencapai tempat bram kini berlutut memegang kepala Adhi yang berlumur darah.

Dan pemandangan itu menghilangkan sisa tenaga yang kumiliki

Aku jatuh berlutut di hadapan jasad kawanku dan berteriak.

Lolongan pedih penuh keputus asaan.

Kemudian segalanya menjadi gelap.

H-0

BERSAMBUNG...
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd