Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Anak Pengganti Ayah Impoten

benja_mien

Semprot Baru
Daftar
25 Apr 2013
Post
38
Like diterima
10
Bimabet
Tommy, 18 tahun kurang, baru saja
masuk kuliah. Memang waktu kecil ia
masuk sekolah setahun lebih cepat.
Dari keluarga yang berkecukupan.
Papanya memiliki Perusahaan yang
lumayan besar. Papanya Doni, 45
tahun, Mamanya Lena, 37 tahun.
Tommy adalah anak tunggal, walau
orangtuanya berharap bisa punya 2
atau 3 anak, tapi tak kesampaian.
Sebagai anak tunggal, sedikit banyak
orangtuanya memanjakan dirinya.
Untungnya Tommy tidak tumbuh
menjadi anak yang lemah, ia tetap
mandiri dan pergaulannya juga luas.
Kurang lebih 4 tahun yang lalu
papanya mengalami kecelakaan.
Sebagai pengusaha sukses tentu
saja ia memiliki supir, namun ada
kalanya di hari libur, ia menghabiskan
waktu bersama kolega atau relasi
bisnisnya secara personal. Saat itu ia
dijemput seorang relasinya untuk
bermain golf. Saat mobil yang
dikendarai relasinya melaju kencang
di jalan tol, mereka mengalami
kecelakaan, bertabrakan dengan
truck di depannya yang mendadak
mengerem. Relasinya meninggal di
tempat, sedang papanya mengalami
cedera berat sekali, pinggang dan
kakinya tergencet dashboard mobil.
Sungguh keajaiban, akhirnya papanya
bisa melewati masa kritis. Awalnya
kaki papanya tak bisa berfungsi,
namun berkat terapi dan
pengobatan, baik di dalam dan di
luar negeri, akhirnya papanya bisa
berjalan kembali, hanya kadang suka
mudah lelah. Papanya sangat
mensyukuri karena bisa lolos dari
musibah itu, selain itu juga
menyadari, kasih dan perhatian Lena,
istrinya serta Tommy anaknya juga
berperan memberinya kekuatan
untuk sembuh dan melalui semua itu.
Tommy kuliah di sebuah Universitas
Swasta. Selain dia juga ada Sandi,
18 tahun, sahabat karibnya, dari
SMP mereka sudah satu sekolah.
Sudah sangat mengenal satu sama
lain. Tumbuh besar dan bandel
bersama. Hari ini belum terlalu
siang, masih jam 11 lewat, Sandi asik
duduk di sofa di rumah Tommy.
Mereka sudah pulang kuliah, tadi ada
pengumuman, kuliah siang nanti
dosennya berhalangan, ada
penggantinya, tapi mereka malas,
paling juga asistennya, kasih foto
copy-an. Sandi lalu mengajak Tommy
buat menemani dia saja, katanya dia
ada obyekan kecil di daerah Bogor.
Biasa, si Sandi memang dari dulu
otak bisnisnya encer, apa saja kalau
bisa dia obyekin maka dia akan
kerjakan dengan serius. Tommy
setuju saja. Berhubung Tommy
kuliah mengendarai motor, dan Sandi
hari itu bawa mobil, maka mereka
pulang dulu ke rumah Tommy
sekalian menaruh motor.
Sesampainya di rumah, Tommy
mendapatkan rumahnya sepi.
Memang mamanya tidak mau pakai
pembantu. Katanya cuma Tommy dan
papa saja di rumah, tidak perlu
pembantulah. Sandi sendiri sudah
sering banget ke rumah Tommy,
sering nginap, demikian juga Tommy,
kedua orangtua mereka juga sudah
saling kenal. Sandi sedang asik
nonton TV, sambil menghisap rokok
dan minum air es. Rencananya
mereka pergi jam 1-an. Tommy
menelepon mamanya.
”Halo ma, ada di mana..?”
”Mama lagi pergi sama teman mama,
kamu di mana Tom...?”
”Di rumah, tuh sama Sandi.”
”Lho, kamu nggak kuliah...?”
”Nggak, dosennya berhalangan. Oh
ya ma, Sandi ngajak Tommy ke
Bogor siang ini. Pulangnya malaman
dikit, boleh ya.”
”Ke Bogor...? Ngapain..? Naik apa ?”
”Katanya dia ada urusan. Dia bawa
mobil...boleh ya.”
”Ya sudah, hati – hati. Bilang Sandi
jangan ngebut. Kunci rumah sebelum
pergi.”
”Oke...thanks ma.”
Tommy mematikan HP-nya. Dia sih
tak keberatan menemani sohibnya.
Daripada di rumah. Si mama kadang
suka reseh, nggak bisa lihat orang
santai, ada saja yang disuruh.
Sekarang dia asik ngobrol sambil
nonton TV sama Sandi. Biasa,
ngomongin ceweklah, apa lagi sih
bahan omongan yang menarik bagi
remaja seusia mereka. Lumayan
seru dan cukup lama mereka
ngobrol, Sandi memanggil tukang mie
yang lewat, lalu mereka makan. HP
Sandi bunyi, Sandi melihat
peneleponnya, lalu mulai bercakap.
Ternyata mengabarkan, siang ini
orang tersebut tak bisa bertemu
Sandi. Batal deh. Sandi mengakhiri
percakapan. Kembali bicara sama
Tommy.
’Wah, sorry nih bro, loe dengar kan
barusan, batal deh kita pergi.”
”Ya sudahlah, nggak masalah.”
”Gini saja, karena gue sudah bawa
boil, kita jalan saja yuk, gimana...?”
”Ah malas deh San. Loe sendiri saja.
Gue mau tidur.”
”Ya sudah kalau begitu. Gue cabut
dulu ya, ke tempat si Susi,
biasa...hehehe.”
”Dasar loe ngeres.”
Susi itu pacarnya Sandi. Tommy
bukannya malas jalan sama Sandi,
tapi tadinya dia setuju nemani Sandi
ke Bogor karena buat ganti suasana
saja. Enak, udaranya sejuk. Kalau
akhirnya batal dan cuma muter –
muter di Jakarta juga, dia malas,
mendingan dirumah, tidur. Akhirnya
Sandi pulang. Tommy merapikan
gelas dan asbak. Dia bermalasan.
Pikirnya, enakan juga tidur, lebih
baik HP juga di silent saja ah.
Tommy lalu mengunci pintu dan
mencabut kuncinya, mamanya punya
kunci sendiri. Dia lalu ke kamarnya,
kamarnya terletak berhadapan
dangan ruang tamu, dibukanya pintu
kamar lalu ia menutup pintunya, tapi
tidak sampai rapat benar, biar nanti
bisa dengar kalau ada orang. Lampu
sengaja ia tidak nyalakan. Kamarnya
jadi gelap walau hari masih jam 12
lewat. Tommy mulai merebahkan
tubuhnya dan tidur.
Tommy membuka matanya perlahan,
masih agak mengantuk, ia melihat
HP-nya, jam 3 lewat. Tadi ia
terbangun karena sepertinya ia
mendengar suara – suara.
Ditajamkannya telinganya,
sepertinya mamanya sudah pulang.
Tommy diam sejenak, biasa
bermalasan sebentar kalau baru
bangun tidur. Kondisinya sudah
segar, ngantuknya sudah hilang. Baru
saja ia memutuskan untuk turun dan
menyapa mamanya. Paling mama akan
bertanya kenapa ia tak jadi pergi.
Tiba – tiba ada suara HP berbunyi,
kaget Tommy. Lupa HP nya sendiri
tadi ia silent. Itu HP mamanya yang
berbunyi, ia lalu mendengarkan
suara mamanya. Tentu hanya suara
mamanya saja yang ia dengar, suara
lawan bicaranya tidak bisa ia dengar.
”Iya, tadi aku baru pergi sama si
Reni, dia minta temani beli baju buat
anaknya.”
”..............”
”Betul, katanya sih bagus. Kebetulan
tadi di mall sekalian aku beli
DVDnya, sekarang aku mau
praktekkan, mumpung juga rumah
lagi sepi.”
”.............................................”
”Iya...aku dengar sih juga begitu,
kabarnya gerakannya bagus buat
kesehatan perut, juga punggung,
nanti deh kalau memang jeng Tuti
mau, aku bikin copynya.”
Oh rupanya mama tadi pergi sama
temannya, Tante Reni. Dari yang
Tommy dengar juga, mamanya
sedang asik bercakap di telepon
dengan Tante Tuti, temannya dekat
sini. Yang juga suka senam.
Sepertinya membahas kaset DVD
senam. Mamanya memang rajin
merawat tubuhnya, menjaga
makannya, olahraga dan senam.
Kadang mama suka senam di sanggar
senam dekat sini, kadang di rumah
saja. Sepertinya mama baru
membeli kaset DVD senam baru. Hal
yang biasa, untuk praktek senamnya.
Tommy jadi mengurungkan niatnya
untuk keluar kamar.
Sejujurnya Tommy di usianya yang
sekarang ini, bukanlah remaja yang
lugu lagi, tentu saja di usianya ia
sudah mengenal dan belajar banyak
tentang wanita dan juga seks.
Medianya banyak, lewat teman,
majalah, film juga internet. Bahkan
juga ia sudah sering melakukan
hubungan seks dengan Yeni,
pacarnya. Namun tetap saja ia
mengagumi mamanya. Mamanya
seringkali menjadi khayalannya. Ia
sangat suka dengan mamanya yang di
usianya yang ke 37 masih terlihat
cantik dan juga memiliki tubuh yang
menarik. Namun sejauh ini mamanya
hanya menjadi khayalannya saja, tak
pernah ia melihat tubuh mamanya
secara langsung. Walau mamanya
rajin senam di rumah, jangan harap
Tommy melihatnya dengan baju
senam mini atau seksi, mamanya
hanya memakai kaos dan celana
pendek saja. Ya, tak apalah, toh
tetap saja menarik dilihat. Kali saja
ada gerakan yang seru. Lagipula
mama juga mengira ia sedang tak di
rumah.
Tommy lalu mendekat ke dekat pintu
kamarnya yang menyisakan celah
sedikit, karena ia tak menutupnya
rapat. Sempat ia khawatir mamanya
akan melihat pintunya yang tak
rapat, lalu merapatkannya. Ruang
tamu itu masih kosong. Didengarnya
suara dari kamar mamanya, memang
di kamar mamanya juga ada TV dan
DVD, namun mamanya lebih suka
senam di sini, lebih luas dan sejuk.
Tak lama dilihatnya mamanya,
memakai kaos agak ketat dan celana
pendek, sedang menggelar matras
kecil yang biasa ia pakai. Setelah itu
mamanya kembali ke kamarnya,
kembali lagi membawa benda di
tangannya, Tommy tak melihatnya
secara jelas, ada beberapa kotak
film, juga benda berwarna merah
jambu, mamanya menaruhnya di
sofa, Tommy tak melihat terhalang
pinggiran sofa.
Mamanya mendekat ke arah TV,
menyalakan TV dan DVD, tak melihat
sama sekali ke pintu kamar Tommy.
Tak lama terdengar suara TV, agak
keras. Tommy mengintip dan melihat
mamanya mulai melakukan senam
mengikuti gerakan di TV. Dilihatnya
sesekali tetek mamanya di balik
kaos bergoyang saat mamanya
bergerak, pahanya juga putih dan
mulus. Walau mamanya memakai kaos
yang agak ketat saja, namun Tommy
dapat melihat lekuk tubuh mamanya
yang seksi dan menarik. Teteknya
terlihat besar saja. Saat gerakan
berbaring, mamanya mengangkat
dan meregangkan kakinya, Tommy
jadi berfantasi, membayangkan
seperti apakah keindahan di
baliknya. Kont01nya rada mengeras.
Peluh mulai mengaliri wajah dan
tubuh mamanya. Hampir sejam ia
sudah melakukan senam. Tommy
sebenarnya sudah memutuskan
mengakhiri mengintip, dan mau
kembali berbaring di tempat tidur,
ketika ia mendengar mamanya
bergumam sendirian....
”Duh...gerah banget. Sekalian mandi
deh habis ini....”
Sebenarnya tak ada yang istimewa
dari ucapan itu. Yang luar biasa dan
membuat mata Tommy nyaris
melotot adalah sesudah kelar
bergumam, mamanya membuka
kaosnya dan celana pendeknya,
Woowww....mamanya hanya
mengenakan CD putih saja. Tommy
melihat tetek mamanya,
besarnya...dihiasi pentil yang
menawan. Jantung Tommy berdetak
kencang, kont01nya kini berubah,
dari yang agak – agak ngaceng saja,
sekarang mengeras sepenuhnya.
Tentu saja Tommy tak jadi
mengakhiri kegiatan ngintipnya,
sekarang lagi seru banget situasinya.
Mamanya nampak sedang melakukan
gerakan pendinginan. Ya
ampun...ketek mamanya ternyata
lebat, Tommy sedikit mengernyit,
setahunya saat mamanya memakai
baju atau kaos yang berlengan
pendek, dan ia mengangkat
lengannya, biasanya keteknya
bersih....tapi itu bukan masalah saat
ini. Tommy menyaksikan tetek besar
mamanya bergoyang – goyang,
perlahan Tommy memelorotkan
celananya, mulai asik mengocok
kont01nya. Dilihatnya CD
mamanya,tampak tebal sekali.
Gila....jadi beginilah tubuh mamaku,
lebih seksi dari Yeni pacarnya.
Tommy tiba – tiba berpikir....sayang
banget melewatkan kesempatan
langka ini, belum tentu aku
seberuntung dan mendapatkan
kesempatan langka ini lagi, harus
kuabadikan. Perlahan ia melangkah
mengambil HP-nya, ia segera
mengaktifkan mode kamera. Tapi
nanti bisa ketahuan dong pantulan
cahaya di layarnya. Gampang, tutupi
tangan saja. Lalu ia kembali ke
tempatnya mengintip tadi. Dengan
satu tangan diarahkannya lensa
kamera HP-nya, sembari menutupi
layarnya. Satu tangannya asik
mengocok kont01nya. Mamanya
masih melakukan senam pendinginan.
Untung pikir Tommy, kepikiran
merekam, karena sebentar
kemudian mamanya nampak
melemaskan tubuhnya sambil
menghembuskan nafas, tanda
mengakhiri senamnya. Sedikit
kecewa Tommy jadinya. Ia
menurunkan HP-nya. Matanya
melihat mamanya mendekat ke TV,
Tommy lalu agak menjauh, namun ia
masih melihat mamanya,
mengeluarkan kaset senamnya.
Setelah mamanya menjauh dari TV,
Tommy kembali mengintip, dia tak
mau melewatkan moment yang akan
segera berakhir ini.
Tadinya Tommy berpikir mamanya
akan segera melipat matrasnya
seperti biasa kalau ia sudah kelar
senam. Tapi kok mama malah
mengambil bantal sofa,
meletakkannya di matras, lalu
astaga mama malah berbaring di
atas matras itu. Bantal sofa
dijadikan bantal untuk kepalanya.
Hanya ber CD saja. Nampaknya
kembali menyaksikan TV. Tommy
baru sadar TV belum dimatikan,
hanya suaranya kecil. Tadinya Tommy
tidak terlalu mendengar, namun
setelah ia coba mempertegas
pendengarannya, sepertinya film
barat, dari suara percakapannya.
Mamanya dilihatnya asik menonton
TV. Tommy tak peduli lagi dengan
acara TV itu, matanya fokus
menjelajahi tubuh mamanya. Nampak
pentil yang mencuat dan menantang.
Perlahan sambil mengocok
kont01nya, ia merekam kembali
dengan HP-nya.
Lama kelamaan Tommy mulai merasa
aneh, dilihatnya mamanya mulai
gelisah, sesekali tangannya nampak
membelai CD putihnya, mula – mula
jarang, lalu mulai membelai dan
mengelus – ngelus CD-nya. Telinga
Tommy mulai menangkap suara
desahan dari TV, walau kecil namun
terdengar. Astaga...mamanya sedang
nonton film bokep. Tak lama tangan
mamanya mulai menyusup ke balik
CD-nya. Asik memainkan isi di
dalamnya. Tommy terpaku
memandangnya. Kont01nya keras
sekali sudah. Hal berikutnya sangat
mengejutkan Tommy, terlalu indah
rasanya hari ini, membayangkannya
saja rasanya tak mungkin. Seakan
tak puas terhalang CD-nya, mama
lalu memelorotkan CD-nya.
Gilaaa....lebat banget jembut mama,
tebal dan hitam. Belahan m3meknya
nampak agak mekar karena tadi
mama memainkannya. Tommy makin
berdebar, kocokannya makin cepat.
Sementara di ruang tamu,
keadaannya juga sama.
Mama mulai memainkan jarinya,
membelai belahan m3meknya, naik –
turun, belahan m3mek itu lalu
nampak makin m3mekar, dan
menampakkan lobangnya yang
kemerahan. Mama mulai memainkan
jarinya di atas it1lnya, membelai dan
memilin – milinnya, sesekali
terdengar suara desahan mamanya.
Sesekali jarinya menusuk dan
memainkan lobang m3meknya,Tommy
benar – benar terangsang
menyaksikan adegan yang tak pernah
ia bayangkan ini. Ia masih asik
merekam, juga tetap mengocok
kont01nya. Kocokannya makin
cepat...cepat dan
croot...croot...pejunya muncrat
membasahi pintu kamar. Namun
Tommy tak peduli, kont01nya masih
keras, dan pemandangan di luar juga
masih berlanjut. Ia tetap mengocok
kont01nya. Di luar sana, mama
nampak makin asik memainkan
m3meknya dengan jarinya,
memainkan it1l dan lobangnya,
sesekali pantatya agak terangkat,
desahannya juga terdengar enak
sekali. Tak lama berselang, Tommy
melihat mamanya makin cepat
memainkan jarinya, desahannya juga
agak meningkat...dan diiringi desahan
yang kuat dan pantat terangkat,
Tommy menyaksikan mamanya
orgasme, nampak mamanya terdiam
lemas.
Namun Dewa keberuntungan sedang
suka sekali sama Tommy hari ini.
Belum berakhir keberuntungan
Tommy hari ini, setelah terdiam
sebentar, dan Tommy hanya
mendengar suara desahan dari TV
saja, mamanya mulai bergerak, agak
menaikkan badannya, tangannya
nampak menggapai sesuatu, mata
Tommy terhalang pegangan sofa,
tangan mamanya meraih benda itu,
merah jambu cerah...astaga....itu...itu
kan dildo...kont01 imitasi. Mau apa
mamanya ? Belum kelar kebingungan
Tommy, mamanya mulai beraksi
kembali. Tangannya mulai memainkan
Dildo itu, mengeluskan ujungnya ke
m3meknya yang sudah basah dan
melebar. M3mek itu nampak
kemerahan sekali, terlihat jelas
bagian dalamnya. Tommy meneguk
ludahnya....Puas mengelus – ngelus,
mamanya lalu mulai memasukkan
kont01 imitasi itu ke lobang
m3meknya, tanganya asik mengeluar
masukkan mainan itu, sementara
sesekali satu tangannya asik
meremas tetek besarnya, memilin
pentilnya. Terdengar desahan
mamanya, sangat merangsang,
membuat kocokan Tommy makin
cepat saja pada kont01nya. Sesekali
dilihatnya mamanya memencet
tombol diujung mainan itu, membuat
mainan itu bergetar, menggelitik
m3meknya dan membuatnya
mendesah kembali. Gila...pikir
Tommy..tak kusangka mama ternyata
suka seperti ini. Lena, masih asik
memainkan dildo tersebut,
mengocokkannya dengan cepat
sambil memainkan tombolnya,
pantatnya sedikit terangkat
sesekali, dan akhirnya ia kembali
orgasme...lemas...terkulai....puas...
setidaknya saat ini. Tommy juga
baru saja ngecret untuk yang kedua
kalinya, matanya masih memelototi
mamanya yang terbaring lemas
setelah orgasme tadi.
Tak lama mamanya, Lena, mulai
bangkit, menuju TV, Tommy segera
menjauh dari pintu, HP-nya ia
turunkan, nampak mamanya
mematikan TV dan DVD,
membereskan kaset, lalu dilihatnya
mamanya merapikan bantal sofa dan
matras, tak lama ia mendengar
mama membuka pintu kamarnya,
mandi, kamar mandi mamanya ada di
dalam kamarnya. Tommy masih di
kamarnya yang gelap, masih belum
sepenuhnya tersadar, sungguh....hal
yang baru dilihatnya hari ini
sangat...sangat menakjubkan, tak
pernah ia bayangkan, bahkan dalam
mimpinya yang paling liar sekalipun.
Satu hal yang pasti, mamanya pasti
mengira rumah benar – benar kosong
saat ini. Dibukanya hasil rekaman
HP-nya, sangat bersyukur dapat
merekam semuanya, nyaris tak
terekam semua, karena dari sisa
memorynya, sangat minim saat ini.
Hanya sekilas ia melihat, lalu
mematikannya. Buru – buru ia
mencari kaos yang kotor, melap sisa
pejunya di pintu kamar dan ubin. Lalu
ia memakai celana panjangnya dan
kaos, pelan – pelan keluar kamar.
Motor tak bisa dibawa. Mamanya
mengira ia sedang pergi sama Sandi,
maka sebaiknya sekarang ia keluar.
Pulangnya nanti agak malam, biar
mama tak curiga. Dibukanya pintu
rumah perlahan, lalu ia kunci kembali
dari luar. Di luar ia berjalan menuju
pangkalan okek, minta antar ke jalan
raya di depan. Naik Bus ke kostnya
Yeni. Ia benar – benar butuh
pelampiasan yang sepadan untuk hari
ini. Dan apalagi yang pas kalau bukan
Yeni, pacarnya.

*bersambung*
Akan ane terusin kalau suhu2 berkenan.. Silahkan komen yah :)
 
kirain mau di puasin ama ibunya tuh
padahal kan ibunya dah posisi mainan sendiri
digrebek pasti deh ibunya nyerah
 
ketemu lagi cerita yang gak kelar, ya beginilah nasib orang yang gak bisa bikin cerita
 
ketemu lagi cerita yang gak kelar, ya beginilah nasib orang yang gak bisa bikin cerita

Sabar aja gan..
Ntar juga diupdate.
.. dan sepertinya penulis lg ada program tuh..
Yaitu ceritanya dibikin kentang
biar pada nongol dah silent reader
Just kiddin' ahh


Ditunggu updateannya segera ya gan GPL
Nyahahah
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd